Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3

ARBITRASE, MEDIASI DAN NEGOSIASI


JAWABAN

A. Gugatan Melalui PTUN Samarinda dan Arbitrase ICSID oleh Churchill

Gugatan Melalui PTUN Samarinda:

 Kewenangan PTUN, PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) adalah lembaga


peradilan di Indonesia yang memiliki kewenangan untuk menilai tindakan
administrasi pemerintah. Churchill, sebagai pihak yang merasa dirugikan atas
pencabutan IUP oleh Pemda Kutai Timur, memiliki hak untuk mengajukan
gugatan ke PTUN Samarinda untuk memperjuangkan keberatan mereka
terhadap keputusan tersebut.
 Langkah Hukum Domestik Awal, Mengajukan gugatan ke PTUN Samarinda
merupakan langkah awal dalam sistem peradilan Indonesia. Churchill
mungkin berharap bahwa melalui proses ini, keputusan administratif yang
merugikan mereka dapat dikoreksi sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku di Indonesia.’

Gugatan Arbitrase ICSID

 Keberlanjutan Perselisihan, Setelah upaya hukum di tingkat nasional (PTUN)


tidak berhasil, Churchill memilih jalur arbitrase internasional melalui ICSID. Ini
menunjukkan bahwa Churchill menganggap sengketa ini sebagai perselisihan
yang melibatkan hak-hak investasi asing dan memilih forum internasional
untuk menyelesaikannya.
 Perlindungan Investasi Asing, Churchill, sebagai investor asing, mungkin
percaya bahwa melalui ICSID, mereka dapat memperoleh perlindungan
hukum yang lebih kuat terhadap investasinya. ICSID adalah badan arbitrase
internasional yang fokus pada penyelesaian sengketa investasi antara negara
dan investor asing.
 Ketidakpuasan terhadap Sistem Hukum Nasional, Kegagalan di tingkat PTUN
Samarinda bisa jadi membuat Churchill meragukan independensi dan
efektivitas sistem peradilan nasional. Dengan memilih ICSID, Churchill dapat
menghindari potensi bias nasional dan memilih forum yang dianggap lebih
netral.

B. Alasan Pelaku Bisnis Lebih Memilih Arbitrase Dibandingkan dengan


Pengadilan
 Keberpihakan dan Netralitas, Pelaku bisnis seringkali percaya bahwa
arbitrase dapat memberikan netralitas dan keberpihakan yang lebih tinggi
daripada pengadilan nasional. Proses arbitrase dapat meminimalkan
pengaruh politik dan bias nasional.
 Kecepatan dan Efisiensi, Arbitrase cenderung lebih cepat daripada proses
pengadilan yang panjang. Ini mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan sengketa, yang sangat penting dalam konteks bisnis
yang dinamis.
 Keahlian dan Spesialisasi, Arbitrase memungkinkan para pihak memilih
arbitrator yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu, seperti hukum
bisnis atau perdagangan internasional. Hal ini dapat memastikan keputusan
yang lebih terinformasi dan akurat.
 Kerahasiaan, Proses arbitrase umumnya lebih bersifat rahasia dibandingkan
dengan pengadilan. Hal ini dapat melindungi informasi bisnis sensitif dan
menjaga reputasi perusahaan.
 Pelaksanaan Global, Keputusan arbitrase memiliki pengakuan internasional
dan lebih mudah dilaksanakan di berbagai yurisdiksi. Ini memberikan
kepastian hukum bagi pihak yang menang.

Pilihan untuk menggunakan arbitrase atau pengadilan sangat tergantung pada


karakteristik sengketa, preferensi pihak yang bersengketa, dan faktor-faktor hukum
dan praktis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai