A. Gugatan Melalui PTUN Samarinda dan Arbitrase ICSID oleh Churchill
Gugatan Melalui PTUN Samarinda:
Kewenangan PTUN, PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) adalah lembaga
peradilan di Indonesia yang memiliki kewenangan untuk menilai tindakan administrasi pemerintah. Churchill, sebagai pihak yang merasa dirugikan atas pencabutan IUP oleh Pemda Kutai Timur, memiliki hak untuk mengajukan gugatan ke PTUN Samarinda untuk memperjuangkan keberatan mereka terhadap keputusan tersebut. Langkah Hukum Domestik Awal, Mengajukan gugatan ke PTUN Samarinda merupakan langkah awal dalam sistem peradilan Indonesia. Churchill mungkin berharap bahwa melalui proses ini, keputusan administratif yang merugikan mereka dapat dikoreksi sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.’
Gugatan Arbitrase ICSID
Keberlanjutan Perselisihan, Setelah upaya hukum di tingkat nasional (PTUN)
tidak berhasil, Churchill memilih jalur arbitrase internasional melalui ICSID. Ini menunjukkan bahwa Churchill menganggap sengketa ini sebagai perselisihan yang melibatkan hak-hak investasi asing dan memilih forum internasional untuk menyelesaikannya. Perlindungan Investasi Asing, Churchill, sebagai investor asing, mungkin percaya bahwa melalui ICSID, mereka dapat memperoleh perlindungan hukum yang lebih kuat terhadap investasinya. ICSID adalah badan arbitrase internasional yang fokus pada penyelesaian sengketa investasi antara negara dan investor asing. Ketidakpuasan terhadap Sistem Hukum Nasional, Kegagalan di tingkat PTUN Samarinda bisa jadi membuat Churchill meragukan independensi dan efektivitas sistem peradilan nasional. Dengan memilih ICSID, Churchill dapat menghindari potensi bias nasional dan memilih forum yang dianggap lebih netral.
B. Alasan Pelaku Bisnis Lebih Memilih Arbitrase Dibandingkan dengan
Pengadilan Keberpihakan dan Netralitas, Pelaku bisnis seringkali percaya bahwa arbitrase dapat memberikan netralitas dan keberpihakan yang lebih tinggi daripada pengadilan nasional. Proses arbitrase dapat meminimalkan pengaruh politik dan bias nasional. Kecepatan dan Efisiensi, Arbitrase cenderung lebih cepat daripada proses pengadilan yang panjang. Ini mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sengketa, yang sangat penting dalam konteks bisnis yang dinamis. Keahlian dan Spesialisasi, Arbitrase memungkinkan para pihak memilih arbitrator yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu, seperti hukum bisnis atau perdagangan internasional. Hal ini dapat memastikan keputusan yang lebih terinformasi dan akurat. Kerahasiaan, Proses arbitrase umumnya lebih bersifat rahasia dibandingkan dengan pengadilan. Hal ini dapat melindungi informasi bisnis sensitif dan menjaga reputasi perusahaan. Pelaksanaan Global, Keputusan arbitrase memiliki pengakuan internasional dan lebih mudah dilaksanakan di berbagai yurisdiksi. Ini memberikan kepastian hukum bagi pihak yang menang.
Pilihan untuk menggunakan arbitrase atau pengadilan sangat tergantung pada
karakteristik sengketa, preferensi pihak yang bersengketa, dan faktor-faktor hukum dan praktis lainnya.