PERCOBAAN 6
LIPIDA
Disusun oleh:
Nama : Novita P. Tenaq
NIM : 181444006
Kelompok : 1/A
Dosen Pengampu:
Natalia Diah Hapsari, M.Pd., Ph.D
Asisten Dosen:
1. Rikardus Sani Wibowo
2. Mutiara Angelina Manao
1
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Kertas saring
b) Tabung reaksi
c) Cawan petri
d) Neraca digital
e) Labu Erlenmeyer
f) Statif
g) Klem
h) Corong
i) Buret
2. Bahan
a) Asam lemak (asam butirat, asam stearat)
b) Lemak dan minyak; mentega, minyak zaitun, lesitin (putih telur)
c) Larutan KOH dalam etanol 10% (b/v)
d) Larutan NaOH 0,1 N 25 mL
e) Larutan NaCl 0,1 M sebanyak 25 mL
f) Asam klorida pekat
g) Pelarut: aseton, etanol, kloroform, dan eter
h) Larutan fenolftalein 1%
i) Larutan NaOH 0,1 N
j) Kalsium klorida 5% (b/v)
k) Magnesium klorida 5% (b/v)
l) Timbal asetat 5% (b/v)
m) Gliserol
n) KHSO4
o) Larutan KI jenuh
p) akuades
q) Na2S2O3 0.1 N
r) Larutan pati 1%
s) Minyak lemak/lemak
t) Larutan asam asetat-kloroform (3:2)
u) Larutan standar oksalat 0.1 N
v) Indikator pp 1%
2
w) Etanol 96%
F. Prosedur Kerja
1. Analisis Kualitatif Lipida
a. Kelarutan Lipida
Kelarutan asam lemak dan lipida dalam air dan pelarut organik diperiksa
Lemak sebanyak 5 gram ditaruh di dalam labu mendidih kemudian KOH etanolat
ditambahkan secukupnya dan campuran di didihkan selama 1 menit
HCl pekat ditambahkan dengan hati-hati hingga larutaan bersifat asam. Lapisan
asam lemak kemudian dipisahkan
Asam lemak dipanaskan dengan air secara perlahan-lahan, kemudian larutan basa
ditambahkan hingga larutan jernih
c. Uji Gliserol
G. Data Pengamatan
1. Analisis Kualitatif
a. Kelarutan Lipida
Perlakuan Fenomena yang teramati
Pelarut Etanol
4
Margarin Tidak larut
Mentega Sedikit larut
Lestisin Tidak larut
Olive oil Larut
Asam butirat Larut
Asam stearat Larut
Pelarut Aseton
Margarin Tidak larut
Mentega Sedikit larut
Lestisin Larut
Olive oil Larut
Asam butirat Larut
Asam stearat Larut
Pelarut Kloroform
Margarin Sedikit larut
Mentega Sedikit larut
Lestisin Sedikit larut
Olive oil Larut
Asam butirat Larut
Asam stearat Larut
Pelarut Eter
Margarin Tidak larut
Mentega Sedikit larut
Lestisin Tidak larut
Olive oil Sedikit Larut
Asam butirat Larut
Asam stearat Larut
5
Mentega Bertahan
Lestisin Bertahan
Olive oil Hilang
Asam butirat Hilang
Asam stearat Hilang
Pelarut Aseton
Margarin Bertahan
Mentega Bertahan
Lestisin Bertahan
Olive oil Hilang
Asam butirat Hilang
Asam stearat Hilang
Pelarut Kloroform
Margarin Bertahan
Mentega Hilang
Lestisin Bertahan
Olive oil Hilang
Asam butirat Hilang
Asam stearat Hilang
Pelarut Eter
Margarin Bertahan
Mentega Bertahan
Lestisin Bertahan
Olive oil Hilang
Asam butirat Hilang
Asam stearat Hilang
6
HCl Pekat Terbentuk lapisan dan warna larutan menjadi bening
NaCl Terbentuk lapisan dan warna larutan menjadi bening
CaCl2 Tidak terbentuk gelembung saat dikocok
MgCl2 Tidak terbentuk gelembung saat dikocok dan
terbentuk gumpalan lemak oil
Pb(NO3)2 Tidak terbentuk gelembung saat dikocok
c. Uji Gliserol
Perlakuan Fenomena yang teramati
KHSO4 + Mentega Baunya seperti susu yang dibakar
KHSO4 + Olive Oil Seperti minyak goreng pisang
KHSO4 + lestisin Seperti telur goreng
KHSO4 + asam Seperti karet yang dibakar
stearat
H. Pembahasan
a. Kelarutan Lipida
Lemak dan minyak tidak dapat larut di dalam air, namun sedikit larut di
dalam alcohol dan larut sempurna di dalam pelarut organik nonpolar seperti eter,
kloroform, benzena, dan pelarut organik non polar lainnya. Prinsip kerja kelarutan
pada lemak dan minyak dapat dilihat dengan melakukan pengamatan langsung
tergantung dari pelarut yang digunakan (Murray, 2006).
Dalam percobaan kali ini, lipida yang digunakan yaitu asam butirat, asam
stearate, mentega, olive oil, margarin, dan lestisin. Sedangkan pelarut organik
yang digunakan yaitu etanil, aseton, kloroform, dan eter. Dari data pengamatan
yang dihasilkan pada pelarut etanol yang tidak larut yaitu margarin dan lestisin.
Pada pelarut aseton yang tidak larut yaitu margarin. Pada pelarut kloroform semua
larut, dan pada pelarut eter yang tidak larut yaitu margarin dan lestisin. Kemudian
sampel ditambahkan dengan air sebanyak 1 mL yang menunjukkan bahwa
lestisin, olive oil, dan margaring tidak tercampur. Pelarut yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu pelarut organik. Namun pada percobaan ini, pelarut etanol
tidak dapat melarutkan lipida. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan pelarut
organik yang bersifat polar sedangkan lipida merupakan senyawa nonpolar atau
tidak dapat larut di dalam air atau senyawa yang bersifat polar (Ngili, 2013).
7
Penambahan air setelah penambahan etanol menunjukkan terbentuknya
emulsi pada lipid. Emulsi merupakan dispersi atau suspensi suatu cairan dalam
cairan dimana keduanya tidak dapat saling melarutkan. Ketika lipida ditetesi
dengan air maka akan membentuk emulsi atay terbentuknya dua lapisan yang
tidak menyatu (Salirawati, 2007). Lipida yang membentuk dua lapisan yaitu
lestisin, olive oil, dan margarin.
Selain itu, dalam percobaan ini, lipida juga diuji dengan metode uji noda
agar diketahui kecepatan pembentukan minyak yang terjadi ketika suatu lipida
diletakkan di atas kertas saring. Noda yang terbentuk bergantung pada titik leleh
dari sampel dan jenis pelarut yang digunakan. Selain itu juga dipengaruhi oleh
ikatan pada kertas saring dan sampel.
8
Pembentukan noda yang tebus pandang pada kertas saring ketika
penambahan sampel disebabkan karena adanya ikatan tak jenuh dan suhu pada
sampel. Apabila dalam suhu kamar berbentuk cairan maka akan lebih mudah
membentuk noda (Syamsu, 2007).
b. Uji Asam Lemak
Prinsip uji lemak yaitu mengetahui reaksi saponifikasi (penyabunan) akibat
adanya kelebihan basa yang ditambahkan pada lemak dan minyak yang
dipanaskan sehingga kelebihan basa tersebut akan bereaksi dengan asam lemak
bebas yang kemudian membentuk garam natrium atau garam kalium. Basa yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu KOH etanolat sedangkan sampel yang diuji
yaitu olive oil, margarin, mentega, dan lestisin.
Langkah pertama yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam gelas beaker
kemudian ditambahkan dengan KOH etanolat secukupnya kemudian dipanaskan.
Pada proses ini, pemanasan bertujuan agar trigliserida dari lipid akan
terdekomposisi menjadi gliserol dan garam dari asam lemak. Kemudian
ditambahkan dengan akuades sebanyak 5 mL dan dipanaskan kembali. Setelah itu
larutan didinginkan. Setelah dingin ditambahkan dengan HCl pekat yang
bertujuan untuk membentuk kembali asam lemak yaitu dimana ion K + dalam
larutan akan dilepas dan digantikan dengan H + dari HCl. Kemudian gumpalan
yang terbentuk dipisahkan dengan cara dekantasi dan penambahan KOH etanolat
agar terbentuk sabun. Larutan kemudian dipanaskan kembali untuk mempercepat
terjadinya reaksi saponifikasi (penyabunan). Kemudian larutan dijenuhkan
menggunakan NaCl. Diaman ion H+ pada asam lemak akan digantikan oleh ion
Na+ dari NaCl.
9
Sedangkan penambahan reagen CaCl2, MgCl2, dan Pb(NO3)2 dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui terbentuknya lapisan pada sampel (Tuminah dan
Sulistyowati, 2009). Minyak merupakan larutan lipid terbanyak dan tercepat
dalam terbentuk saponifikasi. Sabun dapat terbentuk dari larutan basa NaOH
berlebih yang bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk garam natrium.
Sabun yang terbentuk bersifat larut dalam air tetapi akan mengalami
pengendapan ketika ditambahkan HCl (Ngili, 2013).
c. Uji Gliserol
Dalam percobaan ini yaitu dengan mengindentifikasi bau. Sampel yang
digunakan yaitu mentega, olive oil, lestisin, dan asam stearat. Langkah dalam
percobaan ini yaitu dengan memasukkan sedikit KHSO4 ke dalam cawan
kemudian ditambahkan dengan larutan cuplikan lipida beberapa tetes dan
kemudian dipanaskan secara perlahan menggunakan pembakar Bunsen. Dari data
percobaan dari empat sampel lipid yang digunakan dihasilkan pada sampel
mentega berbau seperti susu dibakar, sampel olive oil seperti minyak goreng
pisang, sampel lestisin telur seperti telur goreng, dan pada sampel asam stearate
seperti karet yang dibakar. Bau yang dikeluarkan oleh lipid disebabkan karena
adanya kerusakan pada lipid akibat pemanasan karena adanya pengaruh dari
enzim, mikroba, dan reaksi oksidasi oleh oksigen di udara (Deman, 1997).
I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa uji kelarutan
lipida ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Lipida dalam pelarut polar tidak akan
larut dikarenakan lipid memiliki sifat non polar. Berbeda dalam pelarut non polar,
lipid dapat larut karena memiliki sifat yang sama. Uji asam lemak juga dilakukan
dalam percobaan ini untuk mengetahui reaksi saponifikasi (penyabunan) akibat
kelebihan basa yang ditambahkan pada lemak dan minyak yang dipanaskan.
Akibatnya asam lemak bebas akan membentuk garam natrium karena basa yang
digunakan pada percobaan ini adalah KOH etanolat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Deman, J.M., 1997. Kimia makanan. Bandung: Penerbit ITB.
Murray dan Robert, K. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Ngili dan Yohanis. 2013. Biokimia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains.
Pramarsh. 2008. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak
Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2(4). 1-
10.
Salirawati. 2007. Kimia Biologi. Jakarta: Grasindo.
Syamsu. 2007. Kimia Organik. Jakarta; Binarupa Aksara.
Tuminah dan Sulistyowati. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak
Jenuh “Trans” Terhadap Kesehatan. Artikel Puslitbang Biomedis dan
Farmasi. 1-10.
Yazid, E. 2006. Penuntun Praktikum Biokima. Yogyakarta: ANDI.
11
12