Neuro Ge Nik
Neuro Ge Nik
OLEH
KELOMPOK V :
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah kami yang berjudul ``ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPINAL SYOK`` ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan tugas makalah ini. Maka kami berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Kelompok V
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ada beberapa jenis syok yang akan dibahas yaitu : Syok Hipovolemik,
Syok Kardiogenik,Syok Distributif yang terdiri dari : Syok septic, Syok
Neurogenik, dan Syok Anapilaktik, dan Syok Obstruksi. Dalam makalah ini
penulis membahas secara lebih detail tentang syok neurogenik beserta asuhan
keperawatan pada syok neurogenik.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus
simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
1.2.Rumusan Masalah
1.1.Bagaimana konsep dasar dari syok neurogenik?
1.2.Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan syok neurogenik?
1.3.Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
2.1.Definisi
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh. Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan zat gizi ke
sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita
(Boswick, 1997)
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang
dinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah yang
menyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan kematian (Skeet,1995). Shock
tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis penurunan tekanan
darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac output , ini semua tergantung dari
penyebab shock itu sendiri.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran tonus
simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
Syok Neurogenik (depresi pusat vasomotor). Syok neurogenik, juga
diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan tonus vasomotor
yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini menimbulkan
hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpanan atau
2.2.Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis, yang
menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular. Tekanan darah
sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm Hg walaupun curah
jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa merupakan contoh syok
neurogenik sementara. Kerusakan medula spinalis servikalis merupakan sebab
tersering syok neurogenik traumatik. (Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal cord.
Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah T6.
Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah rendah ,
keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan alur simpatik dapat
menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole, 2009):
2.3.Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan bukan
dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya
adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang terjadi pada bentuk syok
lainnya (Smeltzer & Brenda 2013). Gangguan neurologis akibat syok
2.4.Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal tersebut
berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan L2.
Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan
meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk
vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap stimulasi eksitasional. Tonus
vagal yang tidak mengalami perlawanan menyebabkan hipotensi dan
bradikardia. Vasodilatasi perifer menyebabkan kulit menjadi hangat dan
kemerahan. Hipotermia dapat disebabkan oleh tidak adanya vasokontriksi
pengatur otonomik pada redistribusi darah ke inti tubuh. Lebih tinggi tingkat
cedera medulla spinalis karena lebih banyak massa tubuh terpotong dari
regulasi simpatisnya. Syok neurogenik biasanya tidak terjadi cedera dibawah
T6 (Greenberg, dkk. 2007).
2.5.Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat penurunan
aliran darah yang berkepanjangan.
b. Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi pembatasan
alveolus-kapiler karena hipoksia.
2.6.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi peritoneal bila
diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal (Batticaca,
2008). Menentukan tempat luka/jejas, mengevalkuasi gangguan structural
b. Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
c. Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur , dislokasi),
untuk kesejajaran traksi atau operasi
2.7.Penatalaksanaan
a. Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera medulla spinalis
atau kerusakan tambahan
c. Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama) untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla spinalis serta mengurangi
luas kerusakan permanen.
10 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
ALGORITMA NEUROGENIC SHOCK
11 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Pengobatan segera menurut (Boswick, 1997):
a. Amankan saluran pernapasan yang adekuat dan mulai pemberian oksigen 3
sampai 5 liter per menit. Pastikan ventilasi per menit normal atau meningkat.
b. Amati tanda-tanda vital dan mulai pencatatan tentang hal ini, waktu pemberian
cairan, obat-obatan dan terapi lainnya.
c. Bila penderita hipovolemik, tinggikan tungkai sampai sudut 45o untuk
mendapatkan aliran balik darah vena yang cepat dari tungkai ke jantung. Bila
cairan tak dapat segera diberikan dan penderita hipotensif berat, maka naikkan
tungkai hingga 90o untuk lebih meningkatkan aliran balik vena. Kepala dan
dada harus direndahkan kalai visera akan tertekan ke diafragma dan
mengganggu pernapasan. Aliran balik vena lebih baik tercapai dengan
penggunaan bidai udara atau pakaian antisyok.
d. Mulai infus cepat cairan Ringer laktat atau ‘saline’ normal dengan
mempergunakan satu atau dua jarum atau kateter intravena berukuran 18 atau
lebih. Bila orang dewasa jelas hipovolemi maka biasanya dapat diberikan 1000
sampai 2000 ml cairan dalam waktu 20-40 menit dengan aman. Pada anak-
anak dorongan intravena 10 ml per pon biasanya aman.
e. Bila mungkin, harus dipasang sadapan kardioskopi ke pasien untuk
mendapatkan rekaman EKG yang kontinu.
f. Paramedik EMT (Emergency Medical Technician) yang terlatih akan
memasang kateter urina ‘indwelling’, bila perjalanan ke bagian gawat darurat
akan memerlukan waktu lebih daari dua jam.
g. Pada keadaan tertentu dan atas perintah dokter, paramedik EMT (Emergency
Medical Technician) yang bermutu dapat memberikan obat tertentu seperti
glukosa bagi pasien yang hipoglikemi, lidokain untuk konstaksi ventrikel
prematur yang sering terjadi atau takikardia ventrikel atau epinefrin bagi pasien
yang syok anafilaktik.
h. Pakaian antisyok (‘MAST’) dapat sangat berguna pada penderita hipovolemi
yang harus diangkat untuk jarak jauh.
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang
berkumpul ditempat tersebut.
12 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
a. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
b. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang
berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan.
Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika
terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong
menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-
otot respirasi.
c. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
d. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien) :
Dopamin Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit,
berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor
terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal
dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan,
diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan
obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari
pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila
tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita
hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
Epinefrin Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat
dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus
diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu
13 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan
pada pasien syok neurogenik
Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac
output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi
perifer.
Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus
diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan
vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.
14 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
B. Konsep Medis
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
alamat.
2. Keluhan utama
Menurut Nursalam (2008), keluhan utama adalah keluhan saat petama kali
mengkaji (data baru). Biasanya pada pasien Syok Neurogenik
mengalami defisit neurologis dalam bentuk quadriplegia atau paraplegia.
Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah
nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol,
kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.
Menurut Nursalam (2008), riwayat penyakit saat ini adalah hal yang menjadi
penyebab utama klien atau alasan klien datang ke Rumah Sakit. Biasanya
penyebeb utama klien mengalami Syok Neurogenik adalah karena SCI, nyeri
hebat pada fraktur tulang, atau trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat
otonom).
Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada pasien baik dari keluarga
maupun teman dekatnya dalam pengkajian riwayat kesehatannya, antara lain:
Riwayat trauma, riwayat penyakit jantung, riwayat infeksi, riwayat pemakaian
anafilaktik.
5. Psikokultural
Mengkaji respon klien terhadap penyakit dan perannya dalam keluarga dan
masyarakat. Adanya kelemahan fisik, dan prognosis penyakit yang berat akan
memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.
15 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Pemeriksaan Fisik
B6 (bone) : Letargi, Kulit kering, kulit terasa hangat dan berwarna kemerahan,
turgor buruk.
Pengkajian Penunjang
1. Pemeriksaan darah: Hb, Hmt, Leukosit, dan golongan darah
2. Kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, dan glukosa darah
3. Analisa gas darah
4. EKG
5. Rontgen toraks
6. Kultur darah
16 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3.2.Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Pola napas tidak efektif b.d kelumpuhan otot pernapasan (diafragma), kompresi
medula spinalis
2. Gangguan pertukaran gas b.d kekurangan oksigen
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik
vena dan penurunan curah jantung
4. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakanfungsi motorik
dan sensori.
5. Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandungkemih
atau kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandungkemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis.
6. Gangguan eliminasi alvi : Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus akibat
kerusakan persarafan usus dan rektum
7. Nyeri akut b.d kompresi saraf
17 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3.3.Rencana Tindakan Keperawatan
18 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Catat area dimana terjadi menyebabkan akumulasi sekret, atelektasis
perubahan suara nafas dan pneumonia (komplikasi yang sering
terjadi)
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Pantau saturasi O2 dengan oksimeter Dengan memantau O2 perawat
Nadi mengetahui kecukupan pasien akan O2
Pantau hasil gas darah Indikasi normalnya pertukaran gas di
tubuh yaitu BGA
Pantau kadar elektrolit
Pantau status mental Status mental menunjukkan status
pertukaran gas
Observasi terhadap sianosis, terutama sianosis adalah indikator
mukosa mulut ketidakadekuatan pertukaran O2 di
darah dan jaringan
Identifikasi kebutuhan pasien akan Jika pasien tidak dapat bernapas normal
insersi jalan napas aktual/potensial
Auskultai bunyi napas, tandai area Mengetahui fungsi paru dalam
penurunan atau hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
Pantau status pernapasan dan Jika status pernapasan adekuat, status
Oksigenasi pertukaran gas juga adekuat.
19 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik
vena dan penurunan curah jantung
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Pertahankan ekstrimitas dengan Memudahkan aliran darah turun ke
posisi tergantung perifer
Mempertahakan ekstrimitas Menghindari hipotermi pada pasien
Hangat akibat ketidakcukupan sirkulasi perifer
20 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
Intervensi Rasional
Kaji fungsi-fungsi sensori dan Menetapkan kemampuan dan
motorik pasien setiap 4 jam. keterbatasan pasien setiap 4 jam.
Ganti posisi pasien setiap 2 jam Mencegah terjadinya dekubitus.
dengan memperhatikan
kestabilantubuh dan
kenyamanan pasien.
Beri papan penahan pada kaki Mencegah terjadinya foodrop
Gunakan otot orthopedhi, edar, Mencegah terjadinya kontraktur.
handsplits
Lakukan ROM Pasif setelah 48- Meningkatkan stimulasi dan mencehag
72 setelah cedera 4-5 kali/hari kontraktur.
Monitor adanya nyeri dan Menunjukan adanya aktifitas yang
kelelahan pada pasien. berlebihan.
Kaji fungsi-fungsi sensori dan Menetapkan kemampuan dan
motorik pasien setiap 4 jam. keterbatasan pasien setiap 4 jam.
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda infeksi saluranEfek dari tidak efektifnya bladder
kemih adalah adanya infeksi saluran kemih.
Kaji intake dan output cairan Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan
efektifnya blodder.
Lakukan pemasangan kateter Efek trauma medulla spinalis adlah
sesuai program adanya gangguan refleks
berkemihsehingga perlu bantuan dalam
pengeluaran urine
Anjurkan pasien untuk minum 2- Mencegah urine lebih pekat yang
3 liter setiap hari berakibat timbulnya
Cek bladder pasien setiap 2 jam Mengetahui adanya residu sebagai
21 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
akibat autonomic hyperrefleksiaf.
Lakukan pemeriksaan urinalisa, Mengetahui adanya infeksig.
kultur dan sensitibilitas
Monitor temperatur tubuh setiap Temperatur yang meningkat indikasi
8 jam adanya infeksi
Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus, catat lokasi Bising usus mungkin tidak ada
dan karakteristiknya selama syok spinal
23 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
3.4.Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.
3.5.Evaluasi Keperawatan
1. Keefektifan pola napas
2. Keefektifan pertukaran gas
3. Curah jantung normal
4. Bertambahnya mobilitas fisik
5. BAK lancar
6. Eliminasi lancar
7. Nyeri berkurang
24 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
BAB III
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh.
Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan
tonus vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini
menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpanan
atau penampung dan kapiler organ splanknik.
Setiap syok yang harus dimonitor adalah Tanda-tanda vital, ritme jantung,
penurunan produksi urine dan memerlukan monitoring yang terus- menerus Oleh
karena itu Syok merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan terapi yang
agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.
4.2.Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam penatalaksanaan konsep
asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat dan tepat
sesuai dengan metode yang telah di pelajari di atas.
25 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK
DAFTAR PUSTAKA
Cole, Elaine. 2009. Trauma Care: Initial Assessment and Management in the
Emergency Departement. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. EGC
Urden, Linda D., Stacy Kathleen M, & Lough, Mary E. 2012. Prioritas in Critical
Care Nursing-Seventh edition.St, Louis, Missouri: ELSEVIER
26 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N D E N G A N S P I N A L
SYOK