Anda di halaman 1dari 25

DEPARTEMEN ORTOPEDI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2024


UNIVERSITAS BOSOWA

FRACTURE NECK FEMUR

Oleh:
Helda Resky Ananda
4522112012

Pembimbing:
dr. Nur Rahmansyah Sp. OT (K)

DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ORTOPEDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2024
2

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Helda Resky Ananda

NIM : 4521112012

Judul Laporan Referat : Fracture Neck Femur

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


Departemen Orthopedi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa.

Makassar, Februari 2024

Pembimbing

dr. Nur Rahmansyah Sp. OT (K)


3

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
A. Anatomi 3
B. Definisi 3
C. Klasifikasi 6
D. Epidemiologi 6
E. Etiologi 8
F. Tanda dan Gejala 9
G. Diagnosis 13
H. Tata Laksana 17
I. Komplikasi 18
BAB III PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA 19
4

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman


Gambar 1 Anatomi femur 4
Gambar 2 Struktur Vaskularisasi Femur 5
Gambar 3 Klasifikasi AO 6
Gambar 4 Klasifikasi Evans 7
Gambar 5 Tes Lippman 11
Gambar 6 Xray Fraktur Intertrochanter 12
Gambar 7 CT Scan Fraktur Intertrochanter 13
Gambar 8 Penggunaan Sliding Hip Screw 15
Gambar 9 Penggunaan Intramedullary Nailing 16
1

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang bersifat


total maupun parsial. Fraktur dapat disebabkan karena adanya trauma
dan peristiwa patologis. Fraktur dapat terjadi secara langsung seperti
terbentur bumper mobil atau secara tidak langsung seperti jatuh dari
ketinggian. Sedangkan peristiwa patologis pada fraktur terjadi akibat
adanya aktivitas berulang pada tulang atau karena kondisi kelemahan
tulang akibat osteoporosis, tumor, dan infeksi. Salah satu fraktur yang
cukup banyak ditemukan adalah fraktur femur1.

Fraktur femur merupakan kasus fraktur yang paling sering


ditemukan dengan jumlah kasus sebanyak 39%, diikuti fraktur humerus
15% dan fraktur tibia serta fibula 11%.Fraktur femur dapat memperburuk
kualitas hidup dengan menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas.1

Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling
sering terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden
terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada populasi kulit putih
di Eropa dan. Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh
puluh dan delapan puluhan.1,2

Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan.


Fraktur collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas
rata-rata, banyak diantaranya mengalami kelainan yang menyebabkan
kehilangan jaringan tulangdan kelemahan tulang, misalnya pada penderita
osteomalasia, diabetes, stroke, dan alkoholisme. Beberapa keadaan tadi
juga menyebabkan meningkatnya kecenderungan terjatuh. Selain itu,
2

orang lanjut usia juga memiliki otot yang lemah serta keseimbangan yang
buruk sehingga meningkatkan resiko jatuh.1,2
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh.


Tulang femur menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan
lutut. Kata “ femur” merupakan bahasa latin untuk paha. Femur pada
ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan
minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga berbentuk
seperti bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari tulang coxae
membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan
kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum
dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan
sepanjang ligamen ini danmemasuki tulang pada fovea. Bagian
collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke
bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125
derajat, pada wanita sedikit lebih kecil dengan sumbu panjang
batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat berubah
karena penyakit2.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada


batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini
adalah linea intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica
yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum
quadratum. Bagian batang femur umumnya berbentuk cembung ke
arah depan. Berbentuk licin dan bulat pada permukaan
anteriornya, pada bagian belakangnya terdapat linea aspera,
tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah. Tepian medial
berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis menuju
4

tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian lateral


menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
permukaan postertior batang femur, di bawah trochanter major
terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan
linea aspera. Bagian batang melebar kearah ujung distal dan
membentuk daerah segitiga datar pada permnukaan posteriornya,
disebut fascia poplitea2.

Gambar 1. Anatomi Tulang Femur2

Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan


dan kiri. Saat arteri ini memasuki daerah femur maka disebut
sebagai arteri femoralis. Tiap - tiap arteri femoralis kanan dan
kiri akan bercabang menjadi arteri prof unda femoris, rami
arteria sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria
sirkumfleksia femoris lateralis desenden, arteri sirkumfleksia
femoris medialis dan arteria perforantes. Perpanjangan dari
arterifemoralis akan membentuk arteri yang memperdarahi daerah
genu dan ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran balik darah
5

menuju jantung dari bagian femurdibawa oleh vena femoralis kanan


dan kiri2.

Gambar 2. Struktur Vaskularisasi Femur2

B. Definisi

Fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang


disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak
langsung. Fraktur Femur juga didefinisikan sebagai hilangnya
kontinuitas tulang paha, kondisi Fraktur femur secara klinis bisa
berupa Fraktur Femur terbuka yang disertai adanya kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan
Fraktur Femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
pada paha.
6

C. Klasifikasi

1. Lokasi anatomi:

a) Subcapital (paling sering)

b) Transcervical

c) Basicervical

Gambar 4. Klasifikasi fraktur leher femur mengikut lokasi anatomi.6

Klasifikasi yang paling bermanfaat adalah Garden dimana


klasifikasi ini dibuat berdasarkan pergeseran yang nampak pada
hasil sinar-x sebelum reduksi.1

1) Garden Type I : fraktur inkomplit, termasuk fraktur abduksi dimana


caput femoris miring ke arah valgus yang berhubungan dengan
collum femoris

2) Garden Type II : fraktur komplit, namun tidak terdapat pergeseran

3) Garden Type III : fraktur komplit disertai pergeseran parsial

4) Garden Type IV: fraktur komplit dengan pergeseran keseluruhan


7

Gambar 5. Klasifikasi Garden.1

Fraktur Garden I dan II dimana hanya terjadi sedikit


pergeseran, memiliki prognosis yang lebih baik untuk penyatuan
dibandingkan dengan fraktur Garden III dan IV. Hal ini tentunya
memiliki pengaruh yang penting terhadap pilihan terapi.1

Klasifikasi Pauwel berdasarkan sudut fraktur dari garis horizontal2:

 Tipe I : >30 derajat

 Tipe II: 50 derajat

 Tipe III: > 70 derajat

Gambar 6. Klasifikasi Pauwel.2

Klasifikasi Pauwel juga mencakup sudut kemiringan garis


patahan relatif terhadap horizontal. Sudut yang lebih tinggi dan
patahan yang lebih vertikal menunjukkan ketidakstabilan yang lebih
8

besar karena gaya geser yang lebih tinggi. Fraktur ini juga memiliki
risiko osteonekrosis pasca operasi yang lebih tinggi.3

D. Epidemiologi

Collum femoralis adalah tempat paling umum terjadinya


patah tulang pada orang lanjut usia, sekitar 1,6 juta patah tulang
pinggul setiap tahunnya. Tujuh puluh persen dari semua patah
tulang pinggul terjadi pada wanita ras Kaukasia pada dekade
ketujuh dan kedelapan, yang berhubungan dengan kondisi
osteoporosis.1,4 Faktor risiko lainnya termasuk kelainan
pengeroposan atau kelemahan tulang seperti osteomalacia,
diabetes, stroke, alkoholisme, dan penyakit kronis lainnya. Selain
itu, orang lanjut usia sering kali memiliki otot yang lemah dan
keseimbangan yang buruk sehingga meningkatkan kecenderungan
untuk terjatuh.1

E. Etiologi

1. Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan


langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan.fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan.

2. Trauma tidak langsung Disebut trauma tidak langsung apabila


trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.

3. Trauma patologis Adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karena


proses patologis.Contohnya
9

(1)osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang


melebihi kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya
tulang menjadi keropos secara cepat dan rapuh sehingga
mengalami patah tulang, karena trauma minimal.

(2) Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum sum tulang yang
di sebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal
dari focus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

(3) Ostheoartritis itu di sebabkan oleh rusak/menipisnya bantalan


sendi dan tulang rawan

4. Gerakan plintir mendadak.

5. Kontraksi otot ekstem.

F. Tanda dan Gejala

Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul.


Pada fraktur dengan pergeseran, tungkai pasien terletak pada
rotasi eksternal dan terlihat pemendekan bila dibandingkan dengan
tungkai yang lain. Namun tidak semua fraktur nampak demikian
jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin masih dapat
berjalan dan pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin
tidak mengeluh, sekalipun mengalami fraktur bilateral. Untuk high-
energy trauma harus diperiksa sesuai standar ATLS.1,2

Fraktur collum femur pada dewasa muda biasanya disebabkan


oleh kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian serta sering
dikaitkan dengan cedera multipel. Mendapatkan keterangan yang
akurat mengenai ada atau tidaknya sinkop, riwayat penyakit,
mekanisme trauma dan aktivitas keseharian sangat penting untuk
menentukan pilihan terapi.1,2
10

G. Diagnosis

Beberapa penilaian dan pemeriksaan yang diperlukan pada fraktur


collum femur, diantaranya sebagai berikut:

1. Penilaian Awal

Pada kasus multipel trauma, penilaian awal dan tatalaksana harus


berdasar pada prinsip Advanced Trauma Life Support (ATLS). Ketika
kondisi pasien telah stabil, perhatian dapat dialihkan pada dislokasi
lutut, dan tatalaksana emergensi fokus untuk memastikan perfusi,
reduksi, dan stabilisasi dari tungkai yang cedera. Tanda penting cedera
vascular, yaitu tidak didapatkan pulsasi distal, hematoma yang tampak,
teraba thrill, atau perdarahan. Temuan klinis ini mengindikasikan
kerusakan vascular dan memerlukan pemeriksaan vascular emergensi
lebih lanjut.5

Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang


lengkap mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan
mekanisme trauma; pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh,
serta pencitraan menggunakan foto polos sinar-x.5

2. Pemeriksaan Fisik

a. Look (Inspeksi):

 Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau


penarikan dan kekakuan jaringan lunak.

 Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun


fraktur satu tulang di lengan atau tungkai atau fraktur tanpa
pergeseran mungkin tidak nampak. Pada gambar bawah ini
merupakan contoh pengamatan sikap anggota gerak bawah yang
terlihat memendek disertai rotasi eksterna.5
11

Gambar 7. Gambaran klinis fraktur collum femur.5

b. Feel (Palpasi):

 Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa


paling sakit. Perhatikan ekspresi pasien sambal melakukan
palpasi.

 Spasme otot: Hal ini bisa terlihat dan teraba dari daerah
fraktur dan pada gerakan sederhana

 Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur


dapat diraba

 Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada fraktur


akut, terapi tergantung pada keadaan jaringan lunak yang
menutupinya. Adanya blister atau pembengkakan merupakan
kontraindikasi untuk operasi implan. Abrasi pada daerah
terbuka yang lebih dari 8 jam sejak cedera harus dianggap
terinfeksi dan operasi harus ditunda sampai luka sembuh
sepenuhnya. Bebat dan elevasi menurunkan pembengkakan
dan ahli bedah harus menunggu untuk keadaan kulit yang
optimal.
12

 Neurovaskular distal: Kondisi neurovaskular distal harus


diperiksa karena fraktur apapun dapat menyebabkan
gangguan neurovaskular.5

c. Move (Gerakan):

Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota


gerak diuji pada penilaian awal. Pasien dengan fraktur mungkin
merasa sulit untuk bergerak dan fraktur harus dicurigai jika ada
yang nyeri yang menimbulkan keterbatasan. Manuver yang
memprovokasi nyeri sebaiknya tidak dilakukan. Gerakan sendi
yang berdekatan harus diperiksa pada malunion untuk kasus
kekakuan pascatrauma.5

d. Pengukuran

Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini


nampak jelas. Pada kasus malunion atau nonunion, penilaian
pemendekan atau pemanjangan sangat penting.5

1) Apparent leg length discrepancy dapat diukur dari


xiphisternum ke maleolus medial dengan menjaga tubuh dan
kaki sejajar dengan alas dan tidak membuat setiap upaya
untuk menyamakan sisi panggul. Hal ini akan memberikan
perbedaan fungsional pada panjang kaki.5
13

Gambar 8. Pengukuran Apparent leg length discrepancy.5

2) Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul


agar sejajar (garis yang menghubungkan kedua SIAS tegak
lurus dengan alas).Lalu ukur panjang kaki dari SIAS ke
maleolus medial, maka akan didapatkan true length
measurement. Pastikan kaki berada dalam sikap dan posisi
yang sama.5

Gambar 9. True leg length discrepancy.5


14

3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan sinar-x pelvis posisi anteroposterior (AP) dan sinar-x


proksimal femur posisi AP dan lateral diindikasikan untuk kasus curiga
fraktur collum femur. Dua hal yang harus diketahui adalah apakah ada
fraktur dan apakah terjadi pergeseran. Pergeseran dinilai dari bentuk
yang abnormal dari outline tulang dan derajat ketidaksesuaian antara
garis trabekula di kaput femur, collum femur, dan supra-asetabulum
dari pelvis. Penilaian ini penting karena fraktur terimpaksi atau fraktur
yang tidak bergeser akan mengalami perbaikan setelah fiksasi internal,
sementara fraktur dengan pergeseran memiliki angka nekrosis
avaskular dan malunion yang tinggi.1,2

Gambar 10. X-ray pelvis posisi AP.1

Magnetic resonance imaging (MRI) saat ini merupakan pilihan


pencitraan untuk fraktur tanpa pergeseran atau fraktur yang tidak
nampak di radiografi biasa. Bone scan atau CT scan dilakukan pada
pasien yang memiliki kontraindikasi MRI.1,2
15

H.Tatalaksana

Tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus fraktur collum femur


yakni penanganan awal berupa stabilisasi, reduksi dislokasi, dan asesmen
neurovascular, penanganan awal berfokus pada kenyamanan pasien,
stabilitas tungkai, dan cedera soft tissue yang mana secara keseluruhan
bisa didapatkan dengan imobilisasi tungkai. Fiksasi ekternal dapat
dilakukan pada keadaan yang berhubungan dengan fraktur atau adanya
cedera vascular yang memerlukan intervensi bedah.8

Prinsip-prinsip umum penanganan fraktur collum femur yakni optimasi


pra operasi medis yang cepat: Mortalitas dikurangkan dengan operasi
dalam waktu 48 jam fiksasi yang stabil dan mobilisasi dini.8

Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa:6,7

1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas, non-operatif:


dimana indikasinya yaitu fraktur nondisplaced pada pasien mampu
memenuhi pembatasan weight bearing.6

2. Terapi operatif:

Indikasi: displaced fraktur dan nondisplaced. Fiksasi internal


diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien muda, patah tulang
yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada pasien muda.7

Bentuk pengobatan bedah yang dipilih ditentukan terutama oleh


lokasi fraktur (femoralis leher vs intertrochanteric), displacement, dan
tingkat aktivitas pasien. Kemungkinan untuk tidak reduksi adalah pada
pasien dengan stress fracture dengan kompresi pada leher femur dan
fraktur leher femur pada pasien yang tidak bisa berjalan atau komplikasi
yang tinggi. Terapi operatif hampir sering dilakukan pada orang tua
karena:7
16

 Perlu reduksi yang akurat dan stabil

 Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk


mencegah komplikasi

Jenis-jenis operasi:

1) Pemasangan pin

Pemasangan pin haruslah dengan akurasi yang baik karena


pemasangan pin yang tidak akurat (percobaan pemasangan pin
secara multiple atau di bawah trokanter) telah diasosiasi dengan
fraktur femoral sukbtrokanter.

2) Pemasangan plate dan screw

Fraktur leher femur sering dipasang dengan konfigurasi apex


distal screw atau apex proximal screw. Pemasangan screw secara
distal sering gagal berbanding dengan distal. Fiksasi dengan
cannulated screw hanya bisa dilakukan jika reduksi yang baik telah
dilakukan. Setelah fraktur direduksi, fraktur ditahan dengan
menggunakan screw atau sliding screw dan side plate yang
menempel pada shaft femoralis. Sliding hip screw (fixed-angle
device) ditambah derotation screw diindikasikan untuk fraktur
cervical basal dan patah tulang berorientasi vertikal.1,7

3) Artroplasti dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun,


berupa:

 Eksisi artroplasti

 Hemiartroplasti

Diindikasikan untuk pasien usia lanjut dengan fraktur displaced


risiko yang lebih rendah untuk dislokasi berbanding artroplasti
pinggul total, terutama pada pasien tidak dapat memenuhi tindakan
17

pencegahan dislokasi (demensia, penyakit Parkinson). Prostesis


disemen memiliki mobilitas yang lebih baik dan kurang nyeri paha;
prostesis tidak disemen harus disediakan untuk pasien yang sangat
lemah di mana status pra cedera menunjukkan bahwa mobilitas
tidak mungkin dicapai setelah operasi.1,6

4) Artroplasti total, indikasi;

 untuk pasien usia lanjut yang aktif dengan fraktur


displaced.

 Pilihan untuk pasien dengan pra hip arthropathy (OA


dan RA).

 Jika pengobatan telah terlambat untuk beberapa


minggu dan curiga kerusakan acetabulum.

 Pasien dengan metastatic bone disease seperti


Paget’s Disease

 Hasil fungsional lebih baik daripada hemiarthroplasty

 Tingkat dislokasi lebih tinggi dari hemiarthroplasty.

I. Komplikasi

Komplikasi nonortopedi terkait dengan imobilisasi atau


ketidakaktifan yang berkepanjangan, serta malunion yang
mengganggu fungsi pasien7.
Komplikasi tersebut antara lain sebagai berikut:
 Komplikasi paru pneumonia akibat ketidakaktifan
 Emboli paru (PE) dari trombosis vena dalam (DVT) yang
disebabkan oleh imobilisasi ekstremitas
 Luka tekan akibat tirah baring yang lama
18

 Hilangnya gerak sendi ekstremitas bawah dan atrofi otot akibat


imobilisasi berkepanjangan
 Penyatuan fraktur pada posisi yang tidak dapat diterima
sehingga mengakibatkan kelainan bentuk; dalam situasi ini, yang
dikenal sebagai malunion, patah tulang sembuh dengan
pemendekan, rotasi, atau angulasi ekstremitas yang tidak dapat
diterima, sehingga mengakibatkan penurunan mobilitas dan
selanjutnya cacat, gangguan, dan kecacatan6.
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur Femur
juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
Fraktur femur secara klinis bisa berupa Fraktur femur terbuka yang
disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan
pembuluh darah) dan Fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung pada paha.

Collum femoralis adalah tempat paling umum terjadinya patah tulang


pada orang lanjut usia, sekitar 1,6 juta patah tulang pinggul setiap
tahunnya. Tujuh puluh persen dari semua patah tulang pinggul terjadi
pada wanita ras Kaukasia pada dekade ketujuh dan kedelapan, yang
berhubungan dengan kondisi osteoporosis.1,4 Faktor risiko lainnya
termasuk kelainan pengeroposan atau kelemahan tulang seperti
osteomalacia, diabetes, stroke, alkoholisme, dan penyakit kronis lainnya.
Selain itu, orang lanjut usia sering kali memiliki otot yang lemah dan
keseimbangan yang buruk sehingga meningkatkan kecenderungan untuk
terjatuh.

Tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus fraktur collum femur

yakni penanganan awal berupa stabilisasi, reduksi dislokasi, dan asesmen

neurovascular, penanganan awal berfokus pada kenyamanan pasien,

stabilitas tungkai, dan cedera soft tissue yang mana secara keseluruhan

bisa didapatkan dengan imobilisasi tungkai. Fiksasi ekternal dapat


20

dilakukan pada keadaan yang berhubungan dengan fraktur atau adanya

cedera vascular yang memerlukan intervensi bedah.


21

DAFTAR PUSTAKA

1. Agustini Made Priska, Suyasa I Ketut, Dusak I Wayan S, Asmara A.a


Gde. Gambaran Karakteristik Fraktur Intertrochanter Femur di RSUP
Sanglah Denpasar Periode 1 Januari 2019-31 Desember 2019. Jurnal
Medika Udayana. 2021:10(9);102-106.
2. Appley, G.A & Solomon, Louis. 2013. Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley. Jakarta: Widya Medika, Hal 238 – 284.

3. Attum Bassem, Holly Pison. 2023. Intertrochanteric Femur Fracture.


National Librray Of Medicine. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493161/

4. Karadsheh Mark. 2023. Intertrochanteric Fractures Orthobullets.


Diakses dari
https://www.orthobullets.com/trauma/1038/intertrochanteric-fractures

5. Perdana Ahmad, 2021. Hubungan Antara Ambulation Prognosis


Predictive Score dan Status Ambulasi Pada Pasien dengan Fractur
Intertrochanter Post Fiksasi Dynamic Hip Screw di Makassar. Tesis.
Makassar. Universitas Hasanuddin.

6. Mathino Tiago, Stoffei Karl. Treatment of Intertrochanteric Femur


Fractures with Hip Arthroplasty in Older Patients: A Narrative Review of
Indications and Outcomes. Medicina. 2023:37(703);2-9.

7. Kellam F James, et all. 2023. Intertrochanteric Hip Fracture. Diakses


dari https://emedicine.medscape.com/article/1247210-overview

Anda mungkin juga menyukai