Asuhan Keperawatan Sindaktili Reza Erlina
Asuhan Keperawatan Sindaktili Reza Erlina
Disusun oleh :
Jl. KSR Dadi Kusmayadi No.27, Tengah, Cibinong, Bogor, Jawa Barat 16914
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena
berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit sindaktili ini
dengan tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan oleh kepala tim saya.
Makalah tentang penyakit sindaktili ini telah saya susun semaksimal mungkin dan dalam pembuatan
makalah ini saya berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Namun, kami masih menyadari bahwa makalah yang saya buat masih ada kekurangan baik dari isi
maupun tata bahasa. Maka dari itu, saya menerima kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap makalah ini juga dapat bermanfaat untuk
pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................................. 3
A. Definisi Sindaktili.............................................................................................................................. 3
B. Etiologi Sindaktili ............................................................................................................................. 3
C. Patofisiologi Sindaktili...................................................................................................................... 5
D. Klasifikasi Sindaktili ........................................................................................................................ 8
E. Klasifikasi Sindaktili ...................................................................................................................... 10
F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................................................. 10
G. Penatalaksanaan Sindaktili............................................................................................................ 10
H. Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................................................. 17
CONTOH TINJAUAN KASUS ......................................................................................................... 17
BAB IV .............................................................................................................................................. 43
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 43
BAB V ............................................................................................................................................... 46
PENUTUP ......................................................................................................................................... 46
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindaktili merupakan malformasi kongenital dari ekstremitas yang umum terjadi pada
neonatus. Sindaktili mencapai angka kejadian 1 dalam 2000-3000 kelahiran hidup. Rasio
antara laki-laki dan perempuan sebesar 2:1. Sindaktili merupakan kegagalan diferensiasi
dimana jari-jari gagal untuk terpisah. Perkembangan tangan dimulai pada hari ke-27
kehidupan intrauterin. Jari-jari biasanya dipisahkan antara hari 44-46.
Insidensi sindaktili di United Kingdom dan Amerika Serikat kurang lebih 1 dari 2.000
kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki : perempuan sebanyak 2 : 1. Swarup et al
(2019) dalam penelitiannya di New York mendapati 7 kasus per 10.000 kelahiran hidup sejak
tahun 1997-2014. Sindaktili dapat terjadi unilateral atau bilateral dan simetris atau
asismetris. Jari yang paling sering terkena adalah jari ke 3-4 pada tangan (sekitar 50% dari
semua kasus sindaktili) dan jari ke 2-3 pada kaki.
Sebagian besar sindrom muncul pada periode ini. Kejadian ini berhubungan dengan
kesalahan dalam program apoptosis sel, yang biasanya menyerang jaringan interdigital
embrionik dan memungkinkan pembentukan jari yang terpisah. . Istilah sindaktili berasal
dari bahasa Yunani awalan syn- ("with, together") dan kata benda Yunani daktylos ("jari,
angka"). Sindaktili dapat menjadi kondisi tersendiri, atau dapat ditemukan dengan kelainan
lain (misalnya, polydactyly, cleft hands, ring constrictions, dan sindrom kraniofasial).
(Novia, 2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menggambarkan secara umum tentang asuhan
keperawatan pada pasien sindaktili di ruang instalasi bedah sentral RSUD Cibinong.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi sindaktili
b. Untuk mengetahui etiologi sindakdtili
c. Untuk mengetahui patofisiologi sindaktili
d. Untuk mengetahui type sindaktili
e. Untuk mengetahuui klasifikasi sindaktili
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sindaktili
g. Untuk mengetehaui penatalaksanaan diagnostik sindaktili
1
h. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan sindaktili
i. Untuk menuliskan intervensi kepewatan sindaktili
j. Untuk memberikan tindakan keperawatan sindaktili
k. Untuk mengevaluasi pada pasien dengan sindaktilli
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sindaktili
Sindaktili merupakan kelainan tangan sejak lahir, dimana kondisi jari ini melekat antara 2
jari atau lebih, sehingga telapak tangan atau kaki menjadi berbentuk seperti kaki bebek, atau
angsa. Dalam keadaan normal, saat janin masih di dalam kandungan ada sejumlah gen yang
berfungsi untuk memerintahkan deretan sel diantara dua jari untuk memisah dengan
sempurna. Tapi, pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan.akibatnya, jari jari
tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari yang lainya. Bentuk kelainan sindaktili
ini ada yang pelekatannya hanya sepertiga dari panjang jari. Pelekatan juga bisa hanya terjadi
pada jaringan kulit, tendon (jaringan lunak), bahkan dikedua tulang jari yang bersebelahan.
(Novia, Joseph, 2019).
Sindaktili artinya jari-jari yang menyatu karena tidak terjadi pemisahan jari dibagian distal
sendi methacarpophalangeal. Penyatuan dapat terjadi hanya pada dua jari atau lebih.
Hubungan antar jari dapat hanya berupa kulit dan jaringan lunak saja, tetapi dapat pula
berupa hubungan tulang dengan tulang. Sindaktili timbul pada minggu ke 5-6 gestasi yang
disebabkan oleh gagalnya apoptosis yang memungkinkan terbentuknya komisura dan
gagalnya proses pemisahan jari pada saat proses pembentukan tangan. (Nabila, 2017).
B. Etiologi Sindaktili
Kegagalan prosese resesi dari pembelahan jari-jari (webbing) pada pasien sindaktili masih
belum diketahui. Riwayat keluarga didapatkan 15%-40% kasus. Pola pewarisan genetik
ditemukan pada pasien sindaktili tanpa berhubungan dengan kondisi lain. Sindaktili
merupakan tipe autosom dominan dengan variable pentrance . Sindaktili terjadi karena
3
mutasi, predisposisi keluarga yang mengindikasikan adanya pola autosom dominan.
Sindaktili juga berhubungan dengan sindrom spesifik seperti Apert syndrome. Sindaktili
erhubungan dengan sindrom craniofacial seperti Apert Sydrome atau
acrocephalosyndactyly. Poland syndrome dan constriction bund syndrome. Kebanyakan
akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak
normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa
kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak dapat dilakukan
pencegahan. Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang
dikonsumsi ibu selama hamil (Nabila, 2017).
A. Kelainan genetik dan kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas
sindaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum
Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur
dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
B. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital
pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan
kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya
fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita
hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama,
dihindari pemakaian obatobatan yang tidak perlu sama sekali, walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan ; keadaan
ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
C. Faktor Radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.
4
D. Faktor Gizi
Faktor Gizi Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan
kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan
bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari
ibu yang baik gizinya.
C. Patofisiologi Sindaktili
Pada ibu hamil yang mengkonsumsi obat mempunyai resiko bayi mengalami malformasi
jari-jari. Terdapat dua kategori obat yang meningkatkan risiko tersebut yaitu antikonvulsan
dan antiasmatik (Kallen, 2014). Sindaktili merupakan hasil kegagalan dari diferensiasi dan
diklasifikasikan oleh klasifikasi embriologi pada anomali kongenital yang diadopsi dari
International Federation for Societies for Surgery of the Hand (Hurley, 2011).
Secara embriologi jari-jari tumbuh dari kondensasi mesoderm dalam dasar perkembangan
upper limb. Selama kehamilan 5-6 minggu, terbentuk pembelahan antar jari melalui proses
apoptosis atau programed cell death, bermula pada ujung jari dan diteruskan ke arah distal
serta proksimal. Daerah ektodermal meregulasi proses embriologi ini dalam kombinasi
dengan faktor pertumbuhan, protein morfogenetik tulang, perubahan faktor pertumbuhan,
produksi gen. Terjadinya kegagalan pada proses ini dapat terjadi sindaktili (Hurley, 2011).
Terdapat lima perbedaan fenotip pada sindaktili tangan, dengan menyertakan kaki atau tidak.
Pada semua tipe merupakan warisan ciri pembawaan autosom dominan serta keseragaman
5
dari tipe yang dikenali dalam silsilah. Tipe genetik dari sindaktili akan berbeda dari sindaktili
yang berhubungan dengan congenital constricting bands, kondisi non-mendel.
Jenis kelamin yang biasanya terkena sindaktili adalah laki-laki daripada perempuan serta
kulit putih lebih rentan terkena daripada kulit hitam atau orang Asia (Hurley, 2011). Pada
permasalahan keluarga tersebut, sindaktili berhubungan dengan bermacam-macam anomali
dan sindrom malformasi.
Sindaktili biasanya terjadi pada acrocephalo (poly) syndactyly syndrome yang berdengan
kekhasan abnormal pada craniofasial. Pada Apert Syndome (acrocephalosyndactyly tipe I),
multipel progresif syostose meliputi phalax distal (biasanya pada jari ke-3 dan 4) dan akhir
proksimal pada metakarpal (ke4 dan ke-5) pada kedua tangan. Perlekatan osseus pada jari
ke-2 sampe ke-4, kuku tunggal terdapat pada masa tulang yang menonjol. Perlekatan karpal
progresif sympalangism dan khas dari konfigurasi ibu jari tangan pendek dan meluas distal
phalanx dengan deviasi radial serta pendek, betuk delta proximal phalanx.
Sindaktili kutaneus pada jari ke-2 hingga 5 dan jari-jari kaki biasanya ditemukan.
Manifestasi pada kaki meliputi perlekatan progresif tarsal , toe syphalangism, da jari-jari
kaki sangat pendek dengan deformitas varus. Tipe acrocephalosyndactyly pada tangan dan
tulang tengkorak terjadi perubahan ringan. Pada Saethre-Chotzen syndrome
(acrocephalosyndactyly tipe III), sindaktili kutaneus parsial khasnya adalah pada jari tanga
ke-2 dan 3 serta pada jari kaki ke-3 dan 4 dengan ibu jari normal. Pfeiffer syndrome
(acrocephalosyndacytyly tipe V) autosom resesif, dimana terdapat banyak macam dari
ekspresi fenotip dengan perubahan dari ringan hingga berat pada medekati yang dijumpai
pada Apert syndrome..
6
Kegagalan proses Riwayat Sindrom Konsumsi obat
pembelahan jari sindaktili pada craniofacial antikonvulsan MK Pre-op:
dan apoptosis keluarga dan
antiasmatik 1. Kecemasan orang tua
2. Kurang pengetahuan
orangtua tetang kondisi,
prognosis dan kebutuhan
Pewarisan pengobatan
Mutasi gen
gen
autosom
dominan Bedah
4. Sndaktili komplit
Memanjang keseluruh MK: Kerusakan
sampaiujung jari Sindaktili
integritas kulit
5. Complicated Syndactyly
Tulang yang abnormal
diantarajari-jari
6. Acrosyndactyly
Perlekatan hanya Fenotip pada sindaktili Non bedah
melibatkanbagian distal
pada jari tangan
Tipe sindaktili
7
D. Klasifikasi Sindaktili
1. Type 1
Pada sindaktili tipe I terdapat perlekatan yang kuat komplit atau parsial seperti pada
perlekatan kutan diantara jari ke-3 dan ke-4, kadang terdapat pula perlekatan tulang
pada tulang jari (phalanx) distal. Pada kaki biasanya sindaktili terjadi diantara jari
kaki ke-2 dake-3. Kejadian sindaktili tipe I terjadi tanpa dihubungkan dengan adanya
anomali limb, Poland compelx, atau amniotic bands yang diperkirakan terjadi pada
3/10.000 bayi baru lahir. Sindaktili tipe I lokus pada 2q34-q36.
Gambar 2.1 Sindaktili tipe I pada bayi laki-laki. (a) komplit (tangan kiri) dan parsial
(tangan kanan) peyatuan diantara jari tangan ke-3 dan 4.
2. Type 2
Pada sindaktili tipe II (synpolydactyly) biasanya sindaktili pada jari ke-3 dan ke-4
berhubungan dengan duplikasi pada jari 3 atau 4 dalam selaput diantara jari-jari. Pada
kakiselalu menunjukkan terjadi sindaktili pada jari kaki ke-4 dan 5 dengan duplikasi
pada kelima jari kaki pada selaput diantara jari-jari kaki. Aplasia atau hipoplasia
pada tulang jari bagian tengah pada kaki dapat ditemukan. Fenotip ini disebabkan
oleh adanya mutasidi dalam gen HOXD13 dipetakan pada 2q31-q32
8
Gambar 2.2 Sindaktili tipe II (synpolydactyly) (a) sindaktili distal pada
jari ke-3 dan 4 degan duplikasi jari tangan ke-4. (b) (c) sindaktili
jaringan lunak diantara jari k-3 dan 4 dngan duplikasi pada jari ke4
yang lekat. Jari tangan tambahan hanya sebagian terbentuk dan
menyatu dengan jari ke-4. (c) malformasi komplek yang terlihat,
bercerangah metakarpal ke-3 dengan duplikasi pada jari tangan ke-3,
proksimal dandistal sinostosis pada jari tambahan dengan ke-4. Kaki
juga ikut terpengaruh
3. Type 3
Pada sindaktili tipe III (ring and little finger syndactyly) biasanya komplit dan
sindaktili jaringan lunak bilateral diantara jari ke-4 dan ke-5. Kadang-kadang
perlekatan ossues pada tulang jari distal terjadi. Terjadinya ketidakadaan, pendek
atau dasar pada phalanx ke-5 bagian tengah merupakan bagian dari fenotip. Pada
kaki tidak termasuk dalam sindaktili tipe III dan adanya kejang paraplegia di dalam
keluarga yang sama lebihdari multipel generasi mengangkat kemungkinan bahwa
adanya dua gen yang berhubungan. Hubungan tersebut terbukti bahwa isolasi
sindaktili tipe III ditentukan olehadanya mutasi gen di dalam 6q22-q24, dimana pada
gen tersebut untuk oculodentodigital syndrome. Ciri-ciri yang diwariskan sama
autosom dominan dengan transmisi laki-laki kelaki-laki.
4. Type 4
Pada sindaktili tipe IV tidak terdapat sindaktili kutaneus komplit pada seluruh jaridi
kedua tangan yang dihubungkan dengan pre- atau postaxial hexadactyly (jari-jari
tambahan yang berkembang sepenuhnya dengan duplikasi metakarpal komplit).
Flexi pada jari-jari membuat tangan berbentuk mangkok. Sindaktili tipe IV tidak
terdapat perlekatan tulang. Sindaktili kutaneus parsial pada jari kaki 2 dan 3 dapat
terjadi. Sindaktilitipe IV dengan hexadactyly pada kaki berbeda dan lebih kompleks
pada malformasi lowerlimbs lainnya seperti aplasia tibia.
5. Type 5
Sindaktili tipe V jarang ditemukan, jarinagan lunak sindaktili terjadi berhubungan
dengan metakarpal dan metatarsal sinostosis. Sindaktili jaringan lunak biasanya
mempengaruhi jari-jari tangan ke-3 dan 4 serta jari-jari kaki ke-2 dan 3 tetapi tidak
dapatlebih luas. Metakarpal dan metatarsal biasanya melibatkan jari ke-4 dan 5.
9
E. Klasifikasi Sindaktili
1. Simple sindaktili
Perlekatan terbatas pada jaringan lunak dan kulit diantara dua jari tangan yang
berdekatan
2. Sindaktili kompleks
Sindaktili atau perlekatan yang melibatkan tulang, jaringan lunak, dan struktur
neurovaskuler.
3. Sindaktili parsial
Sindaktili yang melibatkan daerah proksimal pada jari-jari tangan disebut sindaktili
parsial.
4. Sindaktili Komplit
Sindaktili yang memanjang kearah ujung dari seluruh panjang jari-jari tangan
disebut sindaktili komplit.
5. Complicated Sindaktili
Tulang yang abnormal diantara jari-jari
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk sindaktili adalah radiologi, Plain radiograph pada jari atau
tangan yang terdampak dapat diperoleh secara akurat klasifikasi sindaktili dan untuk
mengkaji adanya perlekatan tulang atau penempatanaksesoris tulang (Hurley, 2011).
G. Penatalaksanaan Sindaktili
1. Kolaboratif
Orang tua pasien dengan sindaktili diinstruksikan untuk melakukan physical therapy
yaitu masase pada kulit yang menyatu. Masase daerah yang menyatu sebelum
pembedahan tujuannya untuk meregangkan kulit sehingga dapat diperbaiki lebih
mudah (Kenner, 2013).
3. Pembedahan
Pembedahan menakutkan karena risiko komplikasi paa kaki lebih banyak daripada
tangan. Postoperasi tidak menjamin jarak antara jari kering diantara jari-jari, pada
akhirnyadapat memicu potensi adesi pada luka dan pembentukan skar yang dapat
menyebabkan masalah fungsi.
Pertimbangan pembedahan yaitu (Hurley, 2011):
a. Jari-jari yang berbeda harus dilepas segera untuk mencegah deformitas dan gangguan
pertumbuhan pada jari-jari.
b. Penutup sekitar kulit digunakan untuk membentuk batas dan mencegah kontrakturskar.
c. Pembungkus lateral zigzag digunakan untuk mencegah kontraktur skar longitudinal.
d. Pembungkus untuk mempercepat penutupan kulit, mengurangi tekanan disekitar
pembungkus, dan memperindah estetik dari jari-jari yang direkonstruksi.
11
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
12
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
c. Pengkajian Fisik : pengkajian tulang diantaranya amati
kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas,
lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri
tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan. Skelet tubuh di kaji mengenai adanya
deformitas tulang dam kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan
ekstermitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis harus di catat. Angulasi abnormal pada
tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya
menunjukkan adanya fraktur tulang. Bisa teraba krepitus (
suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan
fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera
lebih lanjut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre-Operasi
1) Kecemasan orang tua berhubungan dengan rencana tindakan
pembedahan.
2) Kurang pengetahuan orang tua tetang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatanberhubungan dengan kurang informasi.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur
b. Diagnosa Post-Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi sekunder dari tindakan
pembedahan.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan struktur kulit
sekunder daritindakan pembedahan.
3) InRisiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi sekunder dari
tindakanpembedahan.
13
3. Intervensi keperawatan
14
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri menggunakan skala
1. Mengetahui tingkat nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam nyeri 2. Posisi yang nyaman mengurangi
luka insisi sekunder nyeri akut dapat berkurang, 2. Berikan posisi yang nyaman stimulus nyeri dari luar
dari tindakan dengan 3. Kolaborasi dengan tim medis
pembedahan. kriteria hasil: untuk pemberian analgesik
1. Skala nyeri grimace anak
menunjukkan nyeri sedang
sampai ringan
2. Anak tidak menangis,
gelisah, dan rewel
3. RR dalam rentang normal
yaitu 28 kali/menit
4. Nadi dalam rentang normal
yaitu 100x/ menit
3. 4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan perawatan selama 1. Kaji daerah sekitar luka apakah 1. Deteksi dini terjadina
kulit berhubungan 3x24 jam, kerusakan integritas kulit ada pus atau jahitan basah gangguan proses
dengan perubahan berkurang, dengan kriteria hasil: - 2. Periksa luka secara teratur dan penyembuhan
struktur kulit sekunder Jahitan mulai menyatu - Tidak catat karakteristik integritas kulit 2. Menilai perkembangan
dari tindakan terdapat pus - Tidak ada tanda-tanda 3. Rawat luka dan jahitan dengan luka
pembedahan. infeksi teknik aseptik 3. Mencegah infeksi dan
4. Perhatikan intake nutrisi klien transmisi bakteri pada
jahitan dan luka
4. Kebutuhan protein
sangat penting untuk
15
pertumbuhan jaringan
yang dapat mempercepat
proses penyembuhan
luka
Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan rawat luka sesuai 1. Pencegahan transmisi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam tidak kebutuhan pasien dengan bakteri yang dapat
luka insisi sekunder dari terjadi infeksi, dengan krteria hasil: teknik steril menyebabkan infeksi
tindakan pembedahan. - Suhu ubuh normal yaitu 36 0 2. Kaji kondisi luka setiap pada luka dan jahitan
celcius merawat luka Kolaborasi Mengidentifikasi adanya
- Tidak terdapat tanda-tanda dalam pemberian antibiotik pus dan tanda-tanda
infeksi pada luka (rubor, dolor, infeksi (rubor, dolor,
kalor, tumor, fungsiolesa) dan kalor, tumor,
tidak terdapat pus fungsiolesa) Pemberian
- antibiotik untuk
pencegahan transmisi
mikroba pada luka dan
jahitan
16
BAB III
A. Kasus
Seorang perempuan Nn.I, 17 tahun, datang ke poliklinik Bedah Plastik Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan jari-jari tangan ke 3 dan 4 menyatu pada kedua
tangan yang dialami sejak lahir. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan sensibilitas
dan nyeri pada jari-jari yang menyatu di kedua tangan. Pasien hanya merasa gerakan jari
ke 3 dan 4 terganggu karena hal ini. Riwayat penyakit yang sama oleh neneknya. Riwayat
hipertensi dan diabetes saat ini tidak ada. Pasien dengan riwayat lahir normal, cukup bulan,
dengan Berat Badan Lahir normal, persalinan ditolong oleh bidan di rumah. Ibu pasien
kontrol teratur di bidan selama kehamilan. Pasien merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal. Riwayat operasi
sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit Ayah yaitu Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
dan Diabetes sejak 5 tahun yang lalu, riwayat merokok sejak muda, tapi sudah berhenti 3
tahun terakhir. Riwayat penyakit Ibu, Hipertensi dan Diabetes tidak ada. Pasien dirujuk
dari Rumah Sakit Umum Daerah Jeneponto.
Keadaan umum : Sakit Ringan / Gizi Cukup / Composmentis, Tekanan darah 110/70
mmHg, Nadi 78 kali/menit, Pernapasan 18 kali/menit, Suhu axilla 36,7 o
17
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Tempat Tgl. Lahir/ Usia : 12 th
Jenis kelamin : perempuan
Status perkawinan : belum menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gede, Bogor
Dx. Medis : Sindaktili
B. Identitas
Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 52 th
Agama : Islam
18
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu
E. Genogram
19
b) Masalah BAK : ( ) Disuria ( ) Inkontinensia uri
( ) Nokturia ( ) Oliguri
( ) Hematuri (
) Poliuri ( ) Retensi uri
c) Alat bantu : ( ) Katerisasi inwelling
( ) Katerisasi intermitten
d) Lain – lain : tidak terdapat masalah saat BAK
a) Mobilitas/ aktivitas
Kemampuan
perawatan diri
Jenis kemampuan 0 1 2 3
Makan/ minum
Berpakaian
Mandi
Toileting
Berjalan
0 : Mandiri
1 : Dengan bantuan orang lain
2 : Menggunakan alat bantu
3 : Tidak Mampu
a) Kebiasaan tidur
( ) Siang hari ( ) Malam hari Jumlah : 8 Jam
b) Yang dirasakan setelah bangun tidur
( ) Segar ( ) Pusing ( ) Mengantuk
20
c) Masalah dengan tidur
( ) Insomnia intermitten ( ) Insomnia terminal
( ) Insomnia initial ( ) Mimpi buruk
Tidak ada masalah saat tidur
21
b) Kepuasan terhadap citra tubuh ( ) Ya ( ) Tidak
22
c) Efek penyakit terhadap tingkat stres
1) (B1) Breathing
Hidung : bersih, kedua lobang sama besar, tidak terdapat lesi
Tidak ada suara Nafas Tambahan
Bentu
k
Dada
( )
Simest
ris
( ) Tidak Simetris: ……………………………………………
2) (B2) Blood
23
( ) Nyeri Dada ( ) Pusing Sakit Kepala ClubbingFinger
( ) Kram Kaki
Palpitasi Suara Jantung
( ) Normal
( ) Ada Kelainan,
Lainnya…………………………………………………
……… Edema
( ) Palpebra ( ) Ekstremitas Atas ( )
Asites
3) (B3) Brain
( ) Composmentis ( ) Apatis ( ) Somnolen
GCS:
E :4 V :5 M :6
Mata
Sclera : ( ) Putih ( )Merah
( ) Ikterik ( ) Perdarahan
Conjungtiva: ( ) Pucat ( ) Merah muda
4) (B4) Bladder
24
( ) Oliguri ( ) Nyeri ( ) Retensi ( ) Poliuri
Lainnya : …………………………………………........
5) (B5) Bowel
Mulut: berish, tidak terdapat stomatitis
Hemiparase ( ) Ya ( )Tidak
Ekstremitas : sindaktili
( ) Tidak ada Kelainan ( ) Peradangan
( ) Patah tulang ( ) Perlukaan
Lokasi : sindaktili di jari ke 3 dan ke 4 tangan sebelah kiri
25
1. Pemeriksaan Penunjang
No Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Nilai Normal (satuan)
1 Hemogblobin 12,0 gr/dl 12,0-14,0 gr/dl
2 Leukosit 103/µl 5,0 – 10,0
4 Hematokrit 42 % 40 – 50 %
Terapi/ Tindakan
No Nama Obat Dosis Rute
1 Ceftriaxone 1 gr IV
26
B. Analisa Data
27
8 juli 2023 S : saat dikaji nyeri Agens cidera fisik Nyeri akut
• P : pasien
mengataakan
nyeri operasi
• Q : pasien
mengatakan
nyeri seperti
ditusuk tusuk
jarum
• R : pasien
mengatakan
nyeri di jari
tangan kiri
• S : skala nyeri
pasien 4 dari 5
• T : pasien
menagatakan
nyeri terus
menerus
28
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan pada fase pre,intra dan post operatif
29
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi :
Kolaborasi :
30
2. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan a. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
berhubungan dnegan tindakan keperawata tubuhnya
perubahan brntuk b. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan
diharapkan gangguan citra
tubuh disebabkan adanya peyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat
tubuh teratasi dengan
c. Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada
kriteria hasil :
citra diri pasien
d. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit
e. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit
f. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
31
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Observasi :
ditandai dengan proses a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
tindakan keperawatan
pembedahan diharapka resiko
perdarahan tidak terjadi, Teraupetik :
dengan kriteria hasil:
a) Pertahankan bedrest selama perdarahan
Tidak ada tanda – tanda
perdarahan hebat b) Batasi tindakan invasif, jika perlu
Edukasi :
Kolaborasi :
32
Post Operatif
1. Nyeri akut Observasi :
berhubungan
dengan agen Setelah dilakukan a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
pencidera fisik Tindakan keperawatan intensitas nyeri.
Teraupetik :
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( misal : TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback ,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin.)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.)
33
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
Kolaborasi
34
E. Implementasi
35
S: pasien mengatakan sudha lebih
tenang
6. Menjelaskan prosedur serta sensasi
yang mungkin dialami
S : pasien mengatakan sudah
mengerti tentang operasi nya
O : pasien sudah diberi tau tentang
prosedure operasi
36
O : pasien sudah dijelaskan tentang
kondisinya dan cara pembedahannya
c. Menentukan perubahan fisik saat ini
apakah berkontribusi pada citra diri pasien
S : pasien mengatakan tidka percaya diri
dengan kondisinya
O:
S:
O : pendarahan minimal
37
• P : pasien mengataakan nyeri
operasi
• Q : pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk tusuk jarum
• R : pasien mengatakan nyeri di jari
tangan kiri
• S : skala nyeri pasien 4 dari 5
T : pasien menagatakan nyeri terus
menerus
38
5. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
S : pasien mengatakan pencahayaan
nya dikurangi
6. Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri Kolaborasi
S : pasien mengatakan sudha enegrti
cara teknim relaksasi nafas dalam
O:
39
E. Evaluasi Keperawatan
40
Gangguan 8 juli 2023 • S : pasien mengatakan sudah
citra tubuh menegtahui tentang penyakitnya,
pasien mengatakan sudah lebih
lega karena sudha
mengungkapkan apa yang di
rasakannya
• P:
1. Bantu pasien untuk mendiskusikan
perubahan-perubahan disebabkan
adanya peyakit atau pembedahan
dengan cara yang tepat
2. Tentukan perubahan fisik saat ini
apakah berkontribusi pada citra diri
pasien
41
Nyeri akut 8 Juli • S : pasien mengatakan nyerinya
berhubungan 2023 sudah berkurang
dnegan agen • O: pasien terlihat sudah tidak
cidera fisik menahan sakit
• A : Resiko infeksi berhubungan
dengan nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik
• P:
1. Identifikasi nyeri non verbal
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
4. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok ingin menguraikan kesenjangan antara kasus Nn.I, usia 17 tahun, dengan
sindaktili dan Teori yang dihubungkan berdasarkan konsep mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksaan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dianalisa dan ditetapkan permasalahan-permasalahan kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi baik secara fisik, mental, sosial, dan spritual dalam fase ini terdiri dari 2 tahap,
pengumpulan data dan penetuan masalah keperawatan, sumber data biasa didapat dari
sumber utama (pasien), keluarga dan orang terdekat, catatan keperawatan, rekam medik,
dan tim kesehatan lainnya (Khairus Sadiq, 2018).
Pada pengkajian kasus Ny. I dengan sindaktili didapatkan riwayat keluarga yang menderita
penyakit serupa. Hal ini terdapat persamaan pada teori, menurut (Nabila, 2017) Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas sindaktili pada
anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi
dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits")
atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan disesuaikan dengan respon pasien saat
dilakukan pengkajian, berdasarkan kebutuhan dan kondisi pasien saat itu Pada tinjauan
pustaka terdapat lebih enam diagnosa keperawatan yang muncul, pada kasus Nn.I hanya
empat yang muncul. Diagnosa yang diangkat ini diberdasarkan kondisi pasien saat itu yang
memerlukan penanganan segera dalam hal keselamatan jiwa menjadi diagnosa primer.
Pada tinjauan teori, terdapat 3 diagnosa pre operatif yaitu : Kecemasan orang tua
berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan, Kurang pengetahuan orang tua tetang
43
kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi,
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur. Dan terdapat 3 diagnosa
popst operatif yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi sekunder dari tindakan
pembedahan, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan struktur kulit
sekunder daritindakan pembedahan, Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi
sekunder dari tindakanpembedahan.
Pada kasus Nn.I didapatkan diagnosa pre operatif yaitu : ansietas berhubungan dengan
prosedure badah, gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan stuktur tubuh.
Diagnosa intraoperatif resiko perdarahan, dan diagnosa post operatif terdapat nyeri akut
behrubungan dengan agen pencedera fisik.
Terdapat perbedaan antara tinjauan teori dan kasus yang ditemukan, pada tinjauan teori
tidak ditemukan adanya diagnosa intra operatif (Novita, Joseph, 2019).
C. Intervensi Keperawatan
Menurut teori NANDA (2015) langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah,
penetapan tujuan dan kriteria hasil serta penyusunan rencana tindakan. Pada kasus Nn. I
rencana tindakan disesuaikan dengan prioritas dari diagnosa keperawatan yang didapatkan
sesuai kondisi saat kejadian diantaranya:
Perencanaan tindakan pada kasus Nn.I prioritas pertama adalah pengkajian mengenai nyeri
yang dirasakanya. Edukasi manajemen nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik, pada
teori (Novita, Joseph, 2019). perencanaan yang dituliskan dari diagnosa utama adalah
mengkaji nyeri yang dirasakan, dan pemberian obat
Hal ini, terdapat persamaan dan perbedaan antara teori dan kasus Nn.I. Pada kasus, tidak
hanya menuliskan pengkajian mengenai nyeri tetapi terdapat tindakan psikomotor yang
akan dilakukan perawat, hal ini sama dengan teori, terdapat tidakan terapeutik untuk
menangani nyeri tersebut (Novita, Joseph, 2019).
44
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada kasus hipertensi dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang sesuai standart operasional prosedur (SOP) yang berlaku dengan
menyesuaikan fasilitas yang tersedia dan kondisi pasien. Pelaksanaan tindakan
keperawatan dan kolaborasi diupayakan secara maksimal untuk setiap perencanaan yang
telah disusun (Trisnantoro, 2019).
Pelaksanaan tindakan dan tujuan keperawatan yang dilakukan terhadap kasus Nn.I seperti
pasien diberikan therapy keterolac 30 mg untuk mengurangi nyeri. Pada tindakan
terapeutiknya dilakukan manajemen nyeri kepada Nn.I yang bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang cara mengatasi nyeri yang dirasakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Nn.I sesuai dengan
landasan teori mengenai evaluasi asuhan keperawatan yang difokuskan pada evaluasi
struktur dan evaluasi sumatif. Evaluasi asuhan keperawatan bertujuan untuk melihat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan atau meneruskan
rencana tindakan keperawatan.
Dalam evaluasi ini perawat harus mendokumentasikan hasil dari tindakan yang telah
dilakukan, seperti memberikan edukasi manajemen nyeri, dan pemberian obat keterolak 30
mg. edukasi manajemen nyeri sangat berguna untuk pasien karena dengan edukasi
manejemen nyeri akan membuat pasien lebih bisa berfikir positif terhadap nyeri yang
dirasakan, pasien juga dapat lebih mengetahui cara penurunan nyeri tanpa farmakologi
(Ririn, 2016). Maka untuk itu, edukasi disarankan lebih di lakukan lagi agar para pasien
dapat mengenali tentang penyakit atau gejala yang timbul, dan pasien menjadi lebih
mandiri karena lebih faham tentang penatalaksanaan gejala yang ia rasakan (Kartika,
2019).
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yaitu suatu metode sistematis dan
ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui
tahapan pengkajian keperawatan, indentifikasi diagnosa keperawatan, penentuan
perencanaan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasinya
(Suarli & Yahya, 2012).
Pada asuhan keperawatan Nn.I dengan sindaktili ini terdapat doagnosa pre opertaif, intra
operatif, dan post operatif, yang masing maisng dari diagnosa tersebut terdapat
kesenjangan antara teori dan contoh kasus, yaitu tidak muncuknya diagnosa intra operatif
pada tinjauan teori
B. Saran
1. Diharapkan perawat dan pembaca mampu lebih sering untuk melakukan edukasi
ke pasien dan melakukan tindakan psikomotor untuk kedepan-nya.
2. Diharapkan perawat mampu menyelesiakan permasalahan Hipertensi dari mulai
Pengkajian sampai evaluasi keperawatan ..
46
DAFTAR PUSTAKA
Joseph, Novita. 2019. Mengenal Sindaktili, kondisi jari yang dempet pada bayi. Online :
(https://hellosehat.com/parenting/kulit-bayi/sindaktili-jari-dempet-pada-bayi/) (diakses pada tanggal
10 Juli, pukul 11.22)
Nabila, Egi, dkk. "Faktor Risiko Sindaktili dan Polidaktili pada Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di
Instalasi Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin dan RSAD Dr. AK Gani Periode 1 Januari 2013-30 Juni
2017." Majalah Kedokteran Sriwijaya 49.3 (2017): 138-147