Anda di halaman 1dari 31

TUGAS CRITICAL BOOK REPORT

DOSEN PENGAMPU:

ELIDA HAFNI SIREGAR S.Pd,.M.Si.

AMNA KAMRAN BR. TARIGAN\


4191220010
LADYPA APRILIANI BR. GINTING
4193220015
M.D. PERMATASARI SIAHAAN
4193220008
REHLITNA FRANSISKA SITEPU
41912200010
VALMER GADING SIREGAR
4193520019

BIOLOGI NONDIK C 2019

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR) tentang Hewan
Vertebrata tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi tugas mata
kuliah Taksonomi Hewan Vertebrata.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa didalam tugas CBR ini terdapat berbagai kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik,saran,dan usulan terhadap
tugas ini agar tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini dan penulis berharap semoga tugas ini dapat berguna bagi pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, September 2020

(Penulis)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3

1.3. Manfaat......................................................................................................................................3

1.4. Tujuan........................................................................................................................................3

BAB II ISI JURNAL........................................................................................................................4

2.1. Identitas buku............................................................................................................................4

2.2. Ringkasan bu ku........................................................................................................................4

BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN............................................................................29

3.1. Keunggulan ...............................................................................................................................29

3.2. Kelemahan ................................................................................................................................29

BAB IV PENUTUP..........................................................................................................................30

4.1. Kesimpulan................................................................................................................................30

4.2. Saran..........................................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................31

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ada beberapa kelas dari kingdom Animalia. Salah satunya adalah kelas amphibi. Seperti ikan
dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu
badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya
amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan

Amfibia adalah hewan peralihan yang hidupan di air (hewan aquatik) ke kehidupan darat
(hewan terestrial) yang mencakup hewan Salamander, Salamander cacing, kodok dan bangkong.

Dengan memiliki ciri‐ciri Amfibia sebagai berikut.

1) Mempunyai dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4‐5, tidak bersirip;

2) Kulit selalu basah, karena mempunyai kelenjar, dan tidak bersisik luar;

3) Skeleton sebagian besar berupa tulang keras

4) Jantung terdiri atas 3 ruang (2 atrium dan 1 ventrikel)

5) Mempunyai 2 buah lobang hidung sebelah luar (nares) yang berhubungan dengan cavum oris. 6)
Pernafasan dengan insang (pada waktu masa kecebong), dan dengan paru‐paru dan kulit saat dewasa

7) Berdarah dingin

8) Otak memiliki 10 pasang nervi Cranialis

9) Pembuahan terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal

10) Beberapa spesies Amfibia mempunyai suara

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu amphibi?
2. Bagaimanakah ciri-ciri dari amphibi ?
3. Bagaimanakah taksonomi amphibi ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas dari Dosen.
2. Mengetahui ciri-ciri amphibi
3. Mengetahui klasifikasi amphibi.
4. Mengetahui taksonomi amphibi

3
BAB II RINGKASAN BUKU

2.1. Identitas Buku

Judul : Taksonomi Hewan Vertebrata

Penulis : Mufti Sudibyo, Khairiza Lubis, Hudson Sidabutar, Aida Fitriani Sitompul, Elida

Hafni Siregar

Penerbit : CV. Cipta Media Edukasi

Tahun : 2020

ISBN : 978-623-215-914-3

 BAB 1 Pendahuluan

Keanekaragaman makhluk hidup (flora dan fauna) sangatlah beragam, dari masing wilayah
(benua, negara) iklim, ketinggian, dan lain‐lain. Di tempat berbeda, dijumpai spesies yang berbeda
meskipun serupa secara morfologi. Untuk membedakan kedudukan dalam suatu takson dari cakupan
yang luas ke yang lebih sempit, masing‐masing takson perlu diberi nama. Ilmu yang mempelajari
takson‐takson makhluk hidup dikenal dengan taksonomi, yaitu teori dan praktik klasifikasi. Selain
taksonomi, juga dikenal istilah sistematika yaitu kajian tentang keanekargaman organisme mahluk
hidup. Untuk memudahkan klasifikasi maka muncul istilah identifikasi. Klasifikasi merupakan
pemikiran induktif, dan identifikasi merupakan pemikiran deduktif. Karakter taksonomi yaitu ciri‐ciri
organisme atau disebut karakter taksonomi sangat penting untuk dipahami, karena ciri‐ciri tersebut
sangat berguna untuk mengidentifikasi suatu organisme. Hubungan kekerabatan diperoleh
berdasarkan ciri‐ciri organisme. Macam‐macam karakter yang diamati dari hewan seperti

a) Karakter morfologi adalah morfologi luar secara umum. Contoh: squama pada ikan dan
Reptilia
b) Internal anatomi, pada kelompok Vertebrata, banyak memberikan karakter‐karakter
taksonomi, baik mikroskopik dan makroskopik
c) Karakter molekuler atau DNA, misalnya sequences asam amino dari protein‐protein
d) Karakter fisiologi, misalnya pertumbuhan dan toleransi suhu
e) Karakter tingkah laku, misalnya perilaku kawin dan mekanisme isolasi
f) Karakter ekologi, misalnya habitat dan inang
g) Karakter geografi, misalnya pola distribusi geografis secara umum, dan masih banyak
karakter lain dari suatu organisme.

Adapun tujuan klasifikasi sebagai berikut :

1. Mengelompokkan spesies berdasarkan persamaaan dan perbedaan ciri‐ciri yang dimiliki;


2. Setiap ciri‐ciri spesies dideskripsikan untuk membedakannya dengan spesies lain;
3. Mengetahui hubungan kekerabatan/ filogenetik antar spesies;
4. Pemberian nama spesies yang belum diketahui.

Adapun tahapan klasifikasi sebagai berikut.

1. Pengamatan spesies, berdasarkan ciri‐ciri dan sifat berdasarkan bentuk morfologi, anatomi,
fisiologi, habitat, dan tingkah laku;

4
2. Mengelompokkan spesies berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri spesies yang diamati
untuk dimasukkan ke dalam tingkatan takson;
3. Pemberian nama spesies dengan sistem tata nama Binomial Nomenclature.

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

Sejarah sistem klasifikasi mahluk hidup dikenal beberapa tokoh yaitu Aristoteles (382‐322 SM)
mengelompokkan semua makhluk hidup ke dalam tiga golongan besar, yaitu tumbuhan, hewan, dan
manusia. Selanjutnya dikenal dengan klasifikasi modern oleh Carolus Linnaeus (1707‐1778), seorang
ahli taksonomi berkebangsaan Swedia. Dalam karyanya yang terkenal, berjudul Systema Naturae, ia
menemukan Sistem nomenklatur binomial (Binomial System of Nomenclature) dalam pemberian
nama ilmiah (spesies) suatu mahluk hidup.

 BAB 2 Sistem Tata Nama

The International Code of Zoological Nomenclature (ICZN) adalah aturan konvensi yang diterima
secara luas tentang tata nama ilmiah formal di bidang zoologi. Aturan terutama mengatur

1. Bagaimana nama yang benar dibuat dalam rangka binomial nomenklatur;


2. Nama yang harus digunakan dalam kasus konflik nama;
3. Bagaimana literatur ilmiah harus mengutip nama.

Zoological nomenclature adalah independen dari sistem nomenklatur lain, misalnya nomenklatur
botani. Ini berarti bahwa nama hewan tidak dapat memiliki nama generik yang sama dengan
tumbuhan. Aturan dan rekomendasi memiliki satu tujuan yang mendasar untuk memberikan
universalitas yang maksimal dan kesinambungan dalam penamaan semua hewan, kecuali penilaian
taksonomi menentukan sebaliknya.

Prinsip

Dalam mengatur nama‐nama hewan berlaku enam prinsip utama, yang pertama kali ditetapkan
(sebagai prinsip) dalam edisi ketiga dari kode (1985) :

1) Prinsip Binomial Nomenklatur, merupakan prinsip nama ilmiah spesies, dan bukan dari
takson pada setiap peringkat lainnya.
Contoh: Spesies Giraffa camelopardalis (jerapah). Subspesies memiliki nama yang terdiri
dari tiga nama, sebuah "trinomen" yaitu nama genus, nama spesifik, nama subspesifik,
misalnya Giraffa camelopardalis rothschildi. Taksa pada peringkat di atas spesies memiliki
nama yang terdiri dari satu nama, "nama uninominal," misalnya Genus Giraffa, Famili
Giraffidae
2) Prinsip Prioritas, prinsip ini merupakan ajaran untuk membimbing prinsip dasar paling
penting untuk melindungi stabilitas zoological nomenclature.
Contoh: Nunneley 1837 memberi nama Limax maculatus (Gastropoda), sedang Wiktor 2001
mengklasifikasikan sebagai sinonim junior dari Limax maximus Linnaeus 1758.
3) Prinsip Koordinasi, prinsip koordinasi dalam kelompok famili, kelompok genus dan spesies
ditetapkan untuk takson pada setiap peringkat dalam kelompok secara bersamaan dinyatakan
oleh penulis yang sama dan tanggal untuk taksa berdasarkan jenis nama yang tegas pada
peringkat kelompok yang sesuai.
4) Prinsip revisi pertama, merupakan prinsip yang mengatur adanya kasus‐kasus konflik dengan
tindakan yang berbeda diterbitkan secara bersamaan.

5
5) Prinsip homonym, prinsip ini menekankan pada nama masing‐masing takson harus unik.
Contoh: Argus Bohadsch, 1761 (Gastropoda) (dibuat homonim oleh ICZN di opini 429,
Bohadsch 1761 adalah non‐ binomial. Ini memiliki efek yang tidak ada orang lain dari
berbagai nama Argus berikut dapat digunakan untuk takson.

Pedoman Penulisan Nama Ilmiah :

Nama pertama adalah nama genus, sedangkan sisanya spesifik epitet. Nama penulis dimasukkan di
bagian paling belakang setelah spesifik epitet, menggunakan singkatan standar.

1. Gunakan huruf miring untuk nama genus dan spesifik epitet, tetapi nama penulis dicetak
tegak.
2. Nama yang lebih rendah dari tingkat spesies harus diperlakukan dengan cara yang sama
seperti binomial, yaitu dicetak miring; perhatikan bahwa kata subspesies, ras, berbagai,
bentuk, dan lain‐lain yang disingkat, tidak dicetak miring.
3. Penulis Nama: ini adalah nama‐nama ahli taksonom yaitu orang‐orang pertama yang memberi
nama untuk organisme tertentu. Hal ini ditempatkan di akhir binomial, dan sering disingkat.

Pengecualian terhadap Aturan :

1. Ketika digunakan dalam judul atau judul utama, nama ilmiah lengkap dapat ditulis di blok
Surat (dikapitalisasi semua) dapat dicetak miring atau tegak. Jenis font harus sama dengan
judul utama;
2. Ketika tampil bersama dalam sebuah paragraf di mana jenis font adalah miring, nama ilmiah
ditulis tegak untuk membedakan dari yang lain;
3. Gunakan nama ilmiah penuh ketika pertama kali muncul, kemudian nama genus dapat
disingkat setelahnya.

Saran tentang Penggunaan Nama Ilmiah :

1. Setiap kali nama ilmiah digunakan, harus disertai dengan dua nama lainnya (jika tersedia),
yaitu nama umum (dalam bahasa Ingris) dan nama lokal atau bahasa sehari‐hari;
2. Jika diperlukan untuk meminimalkan penggunaan nama ilmiah, maka hanya menggunakan
nama umum (Inggris) dan lokal saja sebagai gantinya;
3. Dalam semua karya ilmiah, nama penulis harus digunakan, setidaknya di penampilan
pertama, untuk memberi pesan memfasilitasi studi taksonomi, terutama ketika ada perubahan
dari nama genus atau spesies
 BAB 3 Hubungan Kekerabatan

Analisis filogenetik merupakan suatu metode untuk menjelaskan sejarah evolusi dan hubungan
antara sekelompok organisme. Secara filogenetik, Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata.
Chordata memiliki ciri‐ciri sebagai berikut

1) Mempunyai batang rangka primitif yang terletak disebelah bawah sistem saraf pusat dan
dikenal dengan sebutan notochord;
2) Mempunyai coelom sejati;
3) Sistem saraf terletak di sebelah dorsal;
4) Sistem peredaran darah berasal dari anterior ke posterior melalui pembuluh dorsal;
5) Mempunyai celah atau celah faring;
6) Berotot; dan ekor setelah anal.

6
Filum Chordata mempunyai empat subfilum yaitu Hemichordata, Urochordata (Tunicata),
Chepalochordata dan Vertebrata. Subfilum Vertebrata mempunyai dua kelompok superkelas, yaitu
superkelas Pisces (terdiri dari Kelas Agnata, Placodermata, Chondrichthyes, dan Osteichthyes) dan
superkelas Tetrapoda (Kelas Amfibia, Reptilia, Aves dan Mamalia). Sekitar 150 juta tahun yang lalu,
spesies Vertebrata hanya dijumpai di lautan saja. Namun, sekitar 365 juta tahun yang lalu, evolusi
anggota tubuh dalam satu garis keturunan Vertebrata menyebabkannya ditemukan di daratan.
Sehingga muncul Vertebrata yang beragam seperti Amfibia, Reptilia (termasuk burung), dan
Mamalia.

Evolusi chordata bermula dari lancelet. Penelitian tentang lancelet memberikan petunjuk
penting tentang evolusi otak chordata. Lancelet memiliki ujung yang sedikit bengkak di ujung anterior
tali saraf dorsalnya. Tetapi pada Vertebrata gen Hox yang mengatur daerah utama adalah otak depan,
otak tengah, dan otak belakang. Vertebrata gen Hox mempunyai pola tali saraf yang sama seperti pada
lancelet. Hal ini menunjukkan bahwa otak Vertebrata adalah penjabaran dari struktur leluhur yang
mirip dengan ujung tali saraf sederhana lancelet. Disamping itu chordata mempunyai kepala yang
dilengkapi dengan tengkorak yang disebut sebagai craniate. Craniate memiliki dua atau lebih set gen
Hox, sedangkan lancelet dan tunicate hanya memiliki satu. Craniate menghasilkan molekul
pensinyalan dan faktor transkripsi. Perbedaan urutan dalam gen duplikat menyebabkan kompleksitas
genetik tambahan, sehingga memungkinkan craniate untuk mengembangkan morfologi yang lebih
kompleks daripada lancelet dan tunicate. Craniate juga memiliki jantung dengan setidaknya dua
ruang, sel darah merah dengan hemoglobin, dan ginjal yang mengeluarkan sisa metabolisme dari
darah. Kelompok craniate yang paling dasar adalah Myxini, ikan tawar. Myxini merupakan
Vertebrata yang termasuk ke dalam kelompok Agnatha (hewan tidak berahang). Sedangkan
Vertebrata yang berahang disebut gnathostomata, contohnya hiu dan kerabatnya, ikan rayfin, ikan
bersayap, Amfibia, Reptilia (termasuk burung), dan Mamalia. Rahang gnathostomata berevolusi
dengan modifikasi batang kerangka yang sebelumnya adalah pendukung celah anterior faring
(insang).

Pada 420 juta tahun yang lalu, gnathostomata telah bercabang ke dalam tiga garis keturunan
Vertebrata berahang dan masih bertahan hidup sampai saat ini. Tiga garis keturunan itu adalah
Chondrichthyans, ikan bersirip, dan ikan berlobus.

Hiu, pari, dan beberapa predator lainnya merupakan Vertebrata yang berjumlah besar dan
paling sukses di lautan. Hiu dan pari termasuk ke dalam kelas Chondrichthyes, yang berarti "ikan
rawan."

Disamping Chondrichthyes, gnathostomata juga mempunyai kelompok ikan yang bertulang


dengan matriks keras berupa kalsium fosfat dan kelompok ini disebut Osteichthyes. Seperti banyak
nama taksonomi lainnya, nama Osteichthyes ("ikan bertulang") diciptakan jauh sebelum munculnya
sistematika filogenetik. Reproduksi Osteichthyes sangat bervariasi, tetapi sebagian besar spesies
bersifat ovipar, berkembang biak dengan pembuahan eksternal. Osteichthyes mempunyai dua jenis
keturunan yaitu ikan bersirip; dan ikan bersirip dan berlobus.

Sekitar 365 juta tahun yang lalu ikan berlobus ini berevolusi menjadi anggota badan dan kaki
pada Tetrapoda. Semua Vertebrata mempunyai anatomi yang sama dengan anatomi dasar pada ikan.
setelah Tetrapoda berpindah ke darat sehingga fungsi dan bentuk tubuhnya mengalami perubahan,
seperti perubahan bentuk dan fungsi dari sirip pada ikan berubah menjadi kaki untuk melompat pada
katak dan sayap untuk elang terbang serta bipedal pada manusia. awalnya Tetrapoda berada di air,
merupakan satu ciri yang mirip dengan karakteristik dari Amfibia.

7
Amfibia berasal dari kata amphibious yang berarti dua jenis kehidupan, yaitu hidup di air
(pada fase awal kehidupan) dan di darat (pada fase selanjutnya). Fase larva pada kodok disebut
berudu, pada awalnya berudu tidak mempunyai kaki, tetapi berenang dengan mengoyang‐goyangkan
ekornya. Selajutnya berudu mengalami metamorfosis sehingga memiliki kaki, paru‐paru, sepasang
gendang telinga eksternal dan sistem pencernaan makanan yang berubah dari herbivora menjadi
karnivora.

Berdasarkan bukti fosil menunjukkan bahwa Reptilia telah muncul sekitar 310 juta tahun
yang lalu dan menyerupai kadal. Reptilia mempunyai karakter yang berbeda dengan Tetrapoda
lainnya, tidak seperti Amfibia, Reptilia mempunyai sisik yang mengandung protein keratin (seperti
halnya kuku manusia). Sedangkan analisis kladistik fosil dari burung dan Reptilia mengindikasikan
bahwa burung termasuk dalam kelompok Dinosaurus saurischia bipedal yang disebut Theropoda.
Beberapa spesies Dinosaurus memiliki hubungan yang dekat dengan burung dikarenakan memiliki
bulu. burung dan Reptilia adalah anggota dari kelompok amniota. Anggota amniota lainnya adalah
Mamalia yang dikenal sebagai sinapsida. Mamalia merupakan amniota yang mempunyai rambut dan
mengasilkan susu. Nama Mamalia tersebut diambil dari ciri khasnya sendiri, yaitu memiliki kelenjar
susu yang menghasilkan susu untuk keturunannya. Mamalia dan burung pada umumnya memiliki
otak yang lebih besar daripada Vertebrata lain.

 BAB 4 Chordata

Filum Chordata adalah kelompok hewan yang mempunyai ciri utama sebagai berikut.

1. Chordadorsalis (Notochord) sebagai penyokong (sumbu) tubuh terletak pada bagian dorsal;
2. Dorsal Neural tube (Nerve cord) susunan saraf pusat berbentuk pembuluh berada di sebelah
dorsal dari notochord;
3. Pharyngeal gill (gill slits) disebut juga kantong viseral (kantong insang) terletak di sebelah
sisi dan berhubungan dengan faring. Pada Chordata yang hidup di air organ ini didapati
sampai dewasa disebut insang;
4. Postanal tail, ditemukan di semua embrio, kebanyakan bertahan sampai dewasa namun pada
Vertebrata sebagian tidak bertahan hingga dewasa.

Chordata dibedakan menjadi 5 subfilum berdasarkan ada tidaknya cranium. Kelima subfilum tersebut
adalah:

1. Hemichordata (=Acrania), memiliki ciri‐ciri sebagai berikut.


 Hemichordata berasal dari kata hemi artinya setengah, chorda artinya batang;
Hemichordata artinya yang berpenyokong tubuh kecil;
 Sering juga disebut Adelochordata, artinya chordata yang berpenyokong tubuh tidak
tampak;
 Umumnya merupakan hewan yang berbentuk cacing, berbadan lunak;
 Habitat di dasar laut, baik yang berpasir, maupun yang berlumpur.

Hemichordata dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu: Enteropneusta, Pterobranchia, Graptozoa

2. Cephalochordata (= Acrania), memiliki ciri‐ciri sebagai berikut.


 Menyerupai ikan;
 Tubuh langsing;
 Hidup di laut daerah tropis dan subtropis;
 Mempunyai notochord sampai dewasa;

8
 Tidak mempunyai tengkorak (acraniata);
 Saluran pencernaan masih sederhana, yaitu berbentuk tabung.

Cephalochordata hanya memiliki 1 kelas, yaitu Leptocardii

3. Urochordata/ Tunicata (=Acrania), memiliki ciri‐ciri sebagai berikut.


 Notochord terdapat pada bagian ekor;
 Notochord hilang pada saat dewasa pada hewan yang hidupnya sesil;
 Tubuhnya dilapisi oleh semacam selulosa yang disebut tunicia (Tunicata);
 Hidup di laut, berkoloni, soliter dan kebanyakan sesil.

Subfilum Urochordata dibedakan menjadi 3 kelas: a. Larvacea b. Acidiacea c. Thaliacea

4. Agnatha (=Craniata), Subfilum Agnatha dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:


 Kelas Ostracodermi (†)
 Kelas Conodont (†)
 Kelas Cyclostoma (Lamprey dan Hagfish)

5. Gnatostomata (=Craniata), Subfilum Gnathostomata dibedakan menjadi 2 superkelas:


1) Pisces, dibedakan menjadi 3 kelas yaitu: a. Placodermi (†) b. Chondrichthyes c.
Osteichthyes
2) Tetrapoda, dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu: a. Kelas Amphibia b. Kelas Reptilia c.
Kelas Aves d. Kelas Mamalia

Subfilum Agnatha dan Gnathostoma disebut juga dengan Vertebrata

Vertebrata memiliki ciri‐ciri sebagai berikut.

1. Tubuh dapat dibedakan 4 bagian, yaitu : Caput (kepala), Cervix (leher), Truncus (batang
tubuh), Cauda (bagian ekor).
2. Integumen (kulit), menutupi tubuh dari luar. Kulit dibedakan atas : Epidermis, Dermis,
Derivat dari kulit. Contoh: rambut, bulu, kelenjar lendir (mukus), sisik, kelenjar keringat,
keringat, cakar, dan lain‐lain.
3. Otot, dikenal ada tiga macam (histologi) yaitu : Otot rangka, Otot polos, Otot jantung
(myocardium)
4. Kerangka Tubuh (endoskeleton) dibentuk oleh jaringan tulang rawan dan jaringan tulang
biasa. Otot dan rangka disebut dengan sistem alat gerak. Kerangka dibedakan atas : Rangka
kepala, Rangka badan , Anggota gerak, Tulang‐tulang ekor, Tulang‐tulang sirip ( bagi yang
hidup di air = mempunyai sirip)
5. Sistem pencernaan makanan dibedakan atas : tractus digestivus dimulai dari mulut sampai
anus dan Kelenjar pencernaan, misalnya pankreas.
6. Sistem Transportasi (sistem peredaran darah dan Limphe) dibedakan atas : Jantung,
Pembuluh darah, Darah, Pembuluh limphe = kelenjar limphe.
7. Sistem pernapasan, dibedakan atas : Insang (ikan dan kecebong), Gelembung renang + alat
labirin (pada ikan), Kulit (Amfibia), Kantong udara, Paru‐paru, Kantong kloaka.
8. Sistem eksresi, alat‐alat pengeluaran terdiri dari: kulit, paru‐paru, ginjal, dan hati
9. Sistem perkembangbiakan.
10. Sistem Koordinasi terdiri dari sistem syaraf dan endokrin Catatan: Tanda (†) menunjukkan
bahwa spesies sudah

9
 BAB 5 Agnatha

Agnatha berasal dari dua kata A = tidak, Gnathos = rahang. Agnatha artinya hewan
yang termasuk ikan primitif belum punya rahang, hidup parasit ataupun
pemakan bangkai (Scavanger),bentuknya mirip seperti belut yang memiliki mulut pengisap
bundar. Kelompok ikan tanpa rahang primitif saat ini hanya satu kelas yaitu Cyclostoma, dua kelas
lainnya sudah punah.

A. Subfilum Agnatha dibagi menjadi 3 kelas:


1. Kelas Ostracodermi (†) memiliki ciri‐ciri: Fosil Agnatha air tawar yang tidak
berahang; Bentuk tubuh seperti ikan dengan pelindung kepala yang berat; Memiliki
lempeng kulit yang tebal dan bertulang di kulit; Beberapa bentuk memiliki sepasang
sirip di belakang kepala. lubang hidung terletak di bagian atas kepala; Mulut seperti
celah terletak di ujung depan kepala, digunakan untuk mengambil materi yang
membusuk dari dasar danau; Mata yang berpasangan terletak di bagian atas kepala.
Mata median pineal juga ada; Celah insang bulat dan semua memiliki kantong
insang yang sama; Kerangka endoskopi agak mengeras; 9) Dua saluran setengah
lingkaran sebagian besar terdapat di telinga; Contoh: Cephalaspis sp.

2. Kelas Conodont (†)


Conodont adalah Chordata yang menyerupai belut dan telah punah. Selama
bertahun‐tahun hanya ditemukan fosilnya dalam bentuk gigi dan disebut sebagai
elemen conodont, hingga akhirnya ditemukan conodont yang bergigi.

3. Kelas Cyclostoma (Lamprey dan Hagfish) memiliki cirri-ciri : Tidak mempunyai


rahang; Badannya memanjang berbentuk silinder,
sedangkan ekornya; pipih, kulitnya licin tanpa sisik, dilengkapi kelenjar lendir
(mukus). Sirip tengah dorsal disokong oleh tulang‐tulang sirip bertulang rawan,
memiliki sepasang mata; Mulutnya ventro‐anterior dan merupakan mulut pengisap,
dipinggiran terdapat tentakel. Mempunyai indra pembau.

B. Struktur dan Fungsi tubuh bagian luar ikan Lamprey


1. Lamprey (Petromizon marinus) adalah satu jenis ikan yang primitif, muncul pada
zaman Devon, sekitar 400 juta tahun yang lalu;
2. Tubuh terdiri atas caput (kepala), truncus (batang tubuh) dan cauda (ekor);
3. Bentuk tubuh silinder dengan bagian ekor yang pipih.
4. Sirip ekor asimetri, terletak di dorsal tengah tubuh;
5. Tidak memiliki tulang rahang, memiliki tujuh pasang lubang insang (gill‐holes),
mulut itu dilengkapi dengan suktorial, , Lamprey dapat menyerang ikan yang lebih
besar;
6. Buccal funnel berbentuk mangkok terletak di ujung kepala arah ventral.
7. Sepasang mata besar terdapat pada bagian lateral.

10
C. Struktur dan Fungsi tubuh bagian dalam ikan Lamprey
1. Sistem otot. Batang tubuh dan ekor tersusun oleh segmen‐segmen otot pendek
(bentuk) seperti pada jenis ikan‐ikan lain. Otot radial terdapat pada bagian buccalis
dan pada lidah sebagai otot daging protraktor dan retraktor.
2. Sistem rangka, terdiri atas : Tulang tempurung kepala, Tulang rawan lingualis dan
tulang cincin sekitar buccalis, Tulang‐tulang archus, Notochorda sebagai sumbu
tubuh yang dibungkus oleh jaringan ikat.
3. Sistem pencernaan makanan.
a. Saluran pencernaan makanan dimulai dari mulut faring yang pendek –(terdapat
di lidah) esofagus – intestinum (tidak ada lambung) yang mempunyai klep
disebelah anterior, di dalam.
b. Kelenjar pencernaan adanya hati pada umumnya tanpa saluran dan tidak punya
pankreas.
4. Sistem Peredaran Darah. Jantung terdiri dari 2 bagian yaitu ventrikel dan atrium.
5. Sistem Pernafasan. Terdapat tujuh pasang insang berisi lembaran‐lembaran insang
yang mengandung banyak kapiler‐kapiler darah.
6. Sistem ekskresi. Terdapat dua buah ginjal (tingkat mesonefros)
7. Sistem Reproduksi. Telur yang dibuahi berkembang menjadi larva ammocoete
(pride) yang sangat berbeda dengan hewan dewasa.
8. Sistem Saraf. Otak pada Lamprey masih sangat primitif.
9. Alat indra. Lamprey memiliki organ perasa, pembau, keseimbangan, penglihatan
(mata), organ perasa terdapat diantara kantong‐kantong insang dan pharyngeal.
Organ pembau pada kantong olfactory, capsul nasalis. Indra peraba terdapat pada
linea literalis. Alat pendengar memiliki satu saluran setengah lingkaran.
10. Kelenjar Buntu (kelenjar Endokrin). Memiliki kelenjar pitutari, dan pelopor kelenjar
thyroid pada hewan dewasa.

D. Karakteristik Hagfish
1. Tubuh ramping, seperti belut, bulat, dengan kulit polos yang mengandung kelenjar
lender, sepasang bulu tebal di ujung moncongnya;
2. Panjang sekitar 40‐100 cm, tergantung spesiesnya;

11
3. Memiliki sirip ekor (tetapi tidak memiliki sirip berpasangan), dan tidak memiliki
rahang atau tulang;
4. Tulang berserabut dan rawan; notochord persisten
5. Mulut tipe menggigit dengan dua baris gigi;
6. Hati dengan sinus venosus, atrium, dan ventrikel, aksesori hati, arcus aorta di daerah
insang;
7. Lima sampai 15 pasang insang untuk pernafasan,
8. Ditemukan di air laut dingin, hingga kedalaman sekitar 1.300m;
9. Segmen ginjal mesonefrikus;
10. Sistem pencernaan tanpa lambung tidak ada katup spiral atau silia di saluran usus;
11. Makanan Hagfish invertebrata laut dan ikan mati atau lumpuh.
12. Untuk mencegah predator, hagfish memiliki pori‐pori khusus di sepanjang tubuh
yang mengeluarkan lendir dalam jumlah berlebihan.
13. Saraf punggung berdiferensiasi dengan otak, tidak ada otak kecil, 10 pasang saraf
kranial, saraf punggung dan ventral bersatu;
14. Memiliki organ perasa, bau, dan pendengaran, mata degenerasi, satu pasang canalis
semisirkularis;
15. Jenis kelamin terpisah
16. Contohnya: Myxin glutinosa

E. Klasifikasi Agnatha
1. Ordo Petromyzontiformes (Lamprey), ditandai dengan : 7pasang celah insang
membuka melalui pori‐pori; mata terletak di sisi lateral; memiliki satu lubang hidung
di bagian dorsal; gigi terletak pada pengisap mulut dan lidah; memiliki 1 atau 2 sirip
punggung; tediri atas 3 famili yaitu : Famili Petromyzontidae, Mordaciidae,
Geotriidae

2. Ordo Myxiniformes (hagfishes), ditandai dengan : Lubang hidung terletak di ujung


moncong; mata vestigial; lidah memiliki 2 baris gigi bertanduk; mulut dikelilingi
oleh sungut; memiliki kelenjar lendir di sepanjang tubuh; memiliki 1–16 pasang
insang; sirip tunggal memanjang di sekitar ujung posterior tubuh; famili Myxinidae
terdiri atas 7 genus, sekitar 70 spesies, terdiri dari dua subfamily yaitu : Subfamili
Eptatretinae, Myxininae.

3. Ordo Heterostraci (†). Kepala ditutupi oleh 2 lempeng tulang besar, 1 di atas dan 1 di
bawah serta dipisahkan oleh sejumlah lempeng yang ukurannya lebih kecil. Celah
insang tunggal di setiap sisi, tubuh ditutupi oleh sisik besar, lubang hidung
berpasangan. Hidup pada masa Silurian awal ke Devonian Akhir (sekitar 444–359
juta tahun yang lalu).

4. Ordo Arandaspida (†). Mata terletak di depan, kepala ditutupi 2 lempeng tulang besar
yang dipisahkan oleh lempeng kecil yang masing‐masing mengelilingi celah insang
secara terpisah. Memiliki sekitar 4 genus, 4 spesies. Hidup pada masa pertengahan
hingga Akhir Ordovisium (sekitar 472–444 juta tahun yang lalu).

5. Ordo Astraspida (†).Kepala ditutupi dengan piring kecil berbentuk jamur, celah
insang terpisah. Memiliki 3 genus, 3 spesies. Hidup pada masa akhir Ordovisium ke
awal Silura (461–428 juta tahun lalu).

12
6. Ordo Osteostraci (†). Ciri ordo Osteostraci adalah sebagai berikut. 1) Kepala ditutupi
oleh perisai tulang yang kuat; 2) di bawah permukaan bawah kepala ditutupi oleh
sisik kecil; 3) celah insang terdapat pada permukaan bawah; 4) mata terletak di
bagian dorsal, lubang hidung dibagian tengah dan terletak di atas kepala; 5) daerah
perisai tulang ditutupi dengan sisik kecil. Memiliki sekitar 7 famili. Hidup pada
masa silurian awal ke devonian akhir (444–359 juta tahun lalu).

7. Ordo Galeaspida (†). Ordo ini memiliki ciri sebagai berikut. 1) Kepala tertutup oleh
perisai kepala berbentuk setengah lingkaran yang terkadang menjulur membentuk
moncong runcing; 2) mata di bagian dorsal; 3) lubang hidung sangat besar; 4) insang
pada permukaan bawah. Memiliki 2 clade utama (Polybranchiaspidida dan
Eugaleaspidiformes), dan banyak spesies. Hidup pada masa silurian awal ke devonian
akhir (444–359 juta tahun lalu).

8. Ordo Anaspida (†). Ordo Anaspida memiliki ciri sebagai berikut. 1) Ikan kecil
ramping; 2) tubuh dan kepala ditutupi oleh sisik yang memanjang; 3) lubang hidung
di antara mata; 4) celah insang di sebelah lateral dan diatur dalam garis miring; 5)
ekor hypocercal membungkuk ke bawah. Memiliki 3 Famili. Hidup pada masa
silurian awal ke devonian akhir (444–359 juta tahun lalu).

9. Ordo Thelodonti (†) Ordo Thelodoti memiliki ciri sebagai berikut. 1) Sebuah
kelompok yang kurang dikenal dari afinitas yang tidak diketahui; 2) tubuh tertutup
sisik kecil; 3) di beberapa tubuh rata dari atas ke bawah, memiliki sekitar 7 famili.
Hidup pada masa silurian awal ke devonian akhir (444–359 juta tahun lalu).
 BAB 6. Placodermata

Placodermata berasal dari bahasa Yunani. Placo berarti pelat dan dermi berarti "berkulit
pelat". Placodermata termasuk dalam kelas ikan prasejarah lapis baja yang sudah punah. Placodermi
dimasukkan dalam kelompok ikan berahang dengan alasan rahangnya cenderung berkembang dari
yang pertama dari lengkungan insangnya. Placodermi yang parafiletik terdiri dari beberapa kelompok
yang berbeda atau adik taksa semua Vertebrata yang hidup berahang. Hal ini digambarkan dengan
fosil 419 juta tahun, Entelognathus, dari China, yang merupakan satu‐satunya Placodermi dengan
jenis rahang tulang seperti yang ditemukan dalam ikan modern.

Placodermis juga ikan pertama yang mengembangkan sirip perut, prekursor untuk anggota
belakang di Tetrapoda, serta gigi yang benar. Fosil 380 juta tahun dari tiga genera
lainnya,Incistoscutum, Materpiscis dan Austroptyctodus, mewakili contoh tertua dari kelahiran hidup
Placodermi diidentifikasi pertama kali muncul dalam catatan fosil selama akhir Landovery zaman
awal Silurian. Berbagai kelompok Placodermi yang beragam dan melimpah selama Devonian, tapi
punah di acara akhir‐Devonian Hangenberg 360 juta tahun yang lalu.

A. Karakteristik
Sirip tulang dadanya bersendi. Ikan ini mampu beradaptasi di perairan tawar hingga hidup
pada era tengah hingga akhir Devon. Sedangkan Genus Bothriolepis, diketahui dari lebih dari 100
spesies yang valid, mampu beradaptasi di habitat laut dangkal, dan hidup pada era tengah hingga
akhir Devon. Sebagian besar Placodermi adalah predator. Kelompok ini banyak yang tinggal di
dekat substrat.

13
Sebuah studi tentang Compagopiscis arthrodire, diterbitkan pada tahun 2012 menyimpulkan
bahwa Placodermi (setidaknya genus tertentu) kemungkinan memiliki gigi sejati. Pernyataan ini
bertentangan dengan beberapa studi awal. Gigi telah berkembang dengan baik rongga pulpa dan
dibuat dari kedua tulang dan dentin. Namun perkembangan gigi dan rahang yang tidak terintegrasi
seperti di Gnathostomata modern. Gigi ini kemungkinan besar homolog dengan gigi
Gnathostomata lainnya.Salah satu Arthrodires yang terbesar yaitu Dunkleosteus terrelli.
Panjangnya mencapai 8‐11 m (26‐36 kaki). Jenis ini memiliki distribusi yang besar, seperti sisa‐
sisa yang telah ditemukan di Eropa, Amerika Utara, dan Maroko.
Beberapa ahli paleontologi menganggapnya sebagai Vertebrata pertama yang bersifat
"superpredator" di dunia, memangsa pada predator lainnya. Arthrodires kecil, seperti Fallacosteus
dan Rolfosteus, baik dari Formasi Gogo dari Australia Barat, telah efisien, kepala armor
berbentuk peluru, sangat banyak mendukung gagasan bahwa sebagian besar Arthrodires adalah
perenang aktif bukan pasif pemburu penyergap ke dasar laut.Diperkirakan Placodermi punah
karena kompetisi dengan ikan bertulang pertama dan tahap hiu awal. Organisme prasejarah itu
kini diperkirakan mati sebagai ekologi laut dan air tawar yang mengalami bencana lingkungan
dari Devonian / peristiwa kepunahan.
Fosil Placodermi awal diidentifikasi berasal dari Cina pada masa awal Silurian. Pada saat itu,
Placodermi sudah dibedakan menjadi Antiarchs dan arthrodires serta lainnya, kelompok yang
lebih primitif. Fosil sebelumnya basal Placodermi belum ditemukan. Beberapa dari Placodermi
telah diidentifikasi sebagai antiarch atau arthrodires karena memiliki kesamaan histologis.
B. Sejarah
Studi awal Placodermi diterbitkan oleh Louis Agassiz (1833‐1843), dalam lima jilid pada
fosil ikan. Pada awalnya Placodermi dianggap ikan tanpa rahang mirip dengan ostracoderm.
Pada akhir 1920‐an, Dr. Erik Stensiö, di Museum of Natural History di Stockholm Swedia,
memberikan rincian anatomi Placodermi dan mengidentifikasi ikan rahang yang benar terkait
dengan hiu. Dengan mengambil spesimen fosil tengkorak yang terawat baik, sepersepuluh
milimeter pada
suatu waktu. Setiap grinding, dibuat jejak dalam lilin. Setelah spesimen telah benar‐benar
hancur, dibuat model tiga dimensi diperbesar dari tengkorak untuk memeriksa rincian anatomi
lebih teliti. fosil Placodermi diawetkan dari Gogo karang berubah gambar.
Para ahli itu menunjukkan bahwa Placodermi bersama fitur anatomi tidak hanya dengan
Chondrichthyes tetapi dengan kelompok Gnathostomata lain. Sebagai contoh, Gogo Placodermi
menunjukkan tulang terpisah pada kapsul hidung seperti pada gnathostomes kedua hiu dan ikan
bertulang tulang‐tulang yang dimasukkan ke dalam tempurung otak.

14
 BAB 7. Condrichthyes

Chondrichthyes berasal dari bahasa Latin yaitu (Chondros: tulang rawan, ichthyes: ikan) yang
artinya ikan bertulang rawan. Ikan adalah anggota Vertebrata poikiloterm (berdarah dingin) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang.

A. Ciri‐ciri Umum Chondrichthyes:


1. Kulit ditutupi oleh sisik placoid atau tanpa sisik,terdapat kelenjar mukosa, telah
ditemukan sirip berpasangan;
2. Celah insang 5 atau 7 pasang dengan atau tanpa tutup insang, tidak ditemukan
gelembung udara atau paru‐paru;
3. Mulut terdapat sebelah ventral dari kepala, dilengkapi gigi yang beremail. memiliki
rahang bawah dan atas dan pada intestine terdapat kelep spiral;
4. Sistem rangkanya berupa tulang rawan tanpa tulang biasa. Notochord masih ada, ruas
tulang belakang banyak dan terpisah satu sama lain. Tulang tengkora kepala
berhubungan dengan sepasang kapsul sensoris;
5. Jantung terdiri dari 2 ruang yaitu serambi dan bilik dengan dilengkapi sinus venosus
dan conus arteriosus, hanya berisi darah vena, terdapat beberapa pasang arcus
aorticus, butir darah merah berinti berbentuk oval;
6. Temperatur tubuh tergantung pada lingkungannya (poikilothermus).
7. Kelamin terpisah, pembuahan terjadi di dalam tubuh, ada yang ovipar atau ovovipar.
8. Memiliki 10 pasang nervi cranialis

B. Struktur dan Fungsi Tubuh Bagian Luar


Salah satu contoh ikan yaitu hiu, bentuk badan stream line, untuk memungkinkan
gerakan di dalam air. Tubuh dapat dibedakan atas 3 bagian yaitu:
1. Caput, mulut melintang terletak sebelah anterior ventralis. Antara mulut dengan
pinnae pectoralis terdapat 6 celah insang.
2. Batang Tubuh, ditutupi oleh sisik yang placoid, terdapat sirip punggung sebanyak
dua buah (cranial dan caudal), juga ada pina pektoralis dan pina pelvikalis.
3. Bagian ekor, dimulai dari lubang anus sampai ujang ekor. Tipe sirip ekor adalah
heterocercal.

C. Struktur dan Fungsi Tubuh bagian Dalam


1. Kulit
2. Derivat dari kulit yaitu zat warna kromatofora, kelenjar dan sisik. Kulit ditutupi oleh
dentikal dermal dan sisik plakoid. Kulit dibedakan atas epidermis dan dermis.
3. Otot

15
4. Dari miotom embrional berkembang segmen otot yang disebut miomers, tiap segmen
dipisah oleh jaringan septa disebut mio septa. dibedakan atas dua bagian yaitu
epaksial dan hipaksial yang dibatasai oleh septa horizontal/ penampang melintang.
5. Sistem Rangka
6. Terdiri atas rangka sumbu atau rangka aksial dan rangka anggota (rangka
apendikular).
7. Rangka aksial terdiri atas:
8. a) Tengkorak kepala atau cramium tengkorak kepala telah berkembang dibanding
dengan pada Agnatha. Cranium tengkorak berfungsi melindungi otak.
9. b) Dua kapsul nasalis di sebelah anterior dan dua kapsul auditoris di bagian belakang.
c) Tulang Hisceral, membentuk rahang lengkung hyoid dan 5 lengkung branchial
(insang) sebagai penyokong insang. ruas‐ruas tulang belakang (vertebrae) bersenyawa
secara amphicoel. Rangka apendikular terdiri dari :
a) Tulang‐tulang penyokong sirip.
b) Gelang baku (gelang pektoral) berbentuk U.
c) Gelang panggul atau gelang pelpis.
10. Sistem Pencernaan
Makanan Saluran pencernaan makanan, dimulai dari mulut menuju faring lebar
dimana spirakel dan insang terbuka ke dalam dilanjutkan ke esofagus, ventrikulus
berbentuk J kemudian ke intestinum. Pada ruang ini terdapat klep spiral berguna
untuk penyerapan zat‐zat makanan, setelah itu menuju rektum, kloaka, dan
berakhir di anus.
11. Sistem Pernafasan
12. Dimulai dari mulut insang pada sisi faring ada 9 buah ½ insang, memiliki sisi
insang/spirakulum. Tersusun atas filamen (lembaran) yang mengandung banyak
13. kapiler‐kapiler darah. Dengan membuka dan menutupnya mulut ikan hiu, untuk
mengalirkan air ke dalam mulut, faring, dan keluar melalui celah insang.
14. Sistem Ekskresi
15. Terdapat sepasang ren atau ginjal yang berbentuk silinder memanjang (opistonefros)
yang berwarna kemerah‐merahan. Pada beberapa ikan, saluran ginjal (kemih)
menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran urogenital. Urin dari
tiap ginjal yang terkumpul dan masuk ke ureter terus ke papilla urogenitalia di
kloaka. Ikan yang hidup di air tawar mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar.
Sebaliknya, ikan yang hidup di air laut akan mengsekresikan amonia melalui urin
dengan jumlah yang sedikit.
16. Sistem Reproduksi
17. Hewan jantan dan betina dapat dikenali, jantan memiliki klasper yang berguna
menghantarkan sel sperma ke dalam tubuh betina (pembuahan di dalam
18. tubuh). Alat kelamin jantan terdiri dari sepasang testis. Dari masing‐masing testis
keluar beberapa vas deferens sampai ke urogenital sinus. Alat kelamin betina terdiri
dari sepasang ovari. Dilengkapi dengan oviduk yang bagian anterior disebut shell
gland dan
19. bagian posterior melebar membentuk uterus dan pada oviduk mempunyai sepasang
lobang di kloaka.
20. Sistem Saraf
Otak lebih berkembang dibanding pada Agnatha. Sepasang lobus olfaktorius, otak
besar hemisphere sepasang lobus optikus dan cerebellum yang merupakan bagian
terbesar terletak pada puncak dari medula oblongata. Selanjutnya bersambung dengan

16
medula spinalis dan juga nervi cranialis ada 10 pasang. Korda spinalias mengeluarkan
saraf spinal yang tersusun segmental. Sistem saraf segmental.

D. Klasifikasi Kelas Chondrichthyes


Ikan dari kelas Chondrichthyes mempunyai dua subkelas, yaitu: Subkelas Elasmobranchii
dikelompokkan menjadi sepuluh ordo, yaitu:
1. Carcharhiniformes
2. Heterodontiformes
3. Hexanchiformes
4. Lamniformes
5. Myliobatiformes
6. Orectolobiformes
7. Pristiophoriformes
8. Rajiformes
9. Squaliformes
10. 10. Torpediniformes

ordo yang termasuk dalam Subkelas Elasmobranchii dijelaskan sebagai berikut.

1. Ordo Carcharhiniformes
2. Ordo Heterodontiformes
3. Ordo Hexanchiformesial
4. Ordo Lamniformes
5. Ordo Myliobatiformes
6. Ordo Orectolobiformes
7. Ordo Pristiophoriformes
8. Ordo Rajiformes
9. Ordo Squaliformes
10. Ordo Torpediniformes
 BAB 8. Osteichtyes

Osteichthyes (berasal dari bahasa Yunani, dari kata osteon artinya tulang, dan ichthys berarti ikan).
Ikan kelompok ini hidup di laut, air tawar, dan rawa‐rawa. Osteichthyes merupakan ikan bertulang
sejati. Ciri‐cirinya Umum Osteichthyes yaitu sebagai berikut.

1. Mulut berahang;
2. Skeleton sebagian atau seluruhya bertulang menulang;
3. Kondrikronium (cranium tulang rawan) di lengkapi dengan tulang dermal untuk membentuk
tulang majemuk;
4. Sisik tipe ganoid, sikloid, dan stenoid yang berasal dari mesodermal atau tidak bersisik;
5. Dilengkapi gelembung renang (pneumatocyst);
6. Tahap embrio memiliki 6 celah insang, dan padam tingkat dewasa biasanya tinggal 4 celah
ingsang;
7. Gelembung renang tidak berhubungan dengan faring;
8. Memiliki notokord;
9. Bagian Otak terdiri atas 5 bagian dengan 10 pasang saraf cranial;

17
10. Memiliki mesonefros;
11. Pada ikan yang lebih primitive terdapat pada usus katup spiral, contoh sturgeon (Acipenser
sturio)

A. Struktur dan Fungsi Tubuh Bagian Luar


Untuk menjelaskannya diambil sebagai contoh ikan mas (Cyprinus carpio). Tubuh ikan mas
ditutupi oleh sisik kecuali kepala dan sirip. Tubuh dibedakan atas 3 bagian yaitu kepala (caput),
batang tubuh (truncus), ekor (caudal), dan berupa sirip (pinna).

B. Struktur dan Fungsi Tubuh Bagian Dalam


C. Struktur dan fungsi tubuh bagian dalam ikan Osteichthyes sebagai berikut.
1. Sistem Otot
Bagian‐bagian otot daging itu lebar dan berbentuk 3 memanjang ke belakang. Kelompok‐
kelompok monomer dibedakan atas dua bagian yang dibatasi oleh septum horizontal yaitu di
bagian atas disebut otot epaxial dan di sebelah bawah otot hypaxial
2. Sistem rangka
Endoskleton terdiri dari rangka kepala, tulang belakang, tulang rusuk, gelang bahu, tulang
kecil penyokong sirip. Tulang belakang terdiri dari ruas tulang belakang bagian perut dan ruas
tulang
belakang bagian ekor.
3. Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makanan pada ikan ini terdiri dari:
1) Rahang bergigi kerucut (konus) untuk mengunyah makanan;
2) Ada banyak kelenjar lendir, tetapi tidak ada kelenjar ludah;
3) Dilengkapi lidah pada dasar ruang mulut;
4) Faring dengan insang di kedua sisinya;
5) Lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah katup;
6) Terdapat 3 sekum pilori (menghasilkan sekret untuk absorbsi) yang melekat pada usus;
7) Hati berukuran besar dan terdapat kantung empedu dan sebuah saluran empedu yang
menuju usus.
4. Sistem pernafasan
5. Hewan ini bernafas dengan insang. Fungsi insang tidak hanya sebagai alat pernapasan tetapi
6. sebagai alat ekskresi garam‐garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Beberapa jenis ikan seperti gabus dan lele mempunyai labirin yang terletak di
bagian dorsal. Di dalam air ikan bernapas melalui dua tahapan mekanisme yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi,O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh
kapiler darah untuk dibawa ke jaringan‐jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase
ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.
7. Pneumatosis (vesica natatorius)
8. Gelembung renang warna keputih‐putihan. Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian depan besar
(pneumatocys besar) dan bagian kecil (pneumatocys kecil). Berhubungan denganoesophagus
oleh saluran (ductus pneumaticus) Fungsi Pneumatocyst yaitu
(1) Sebagai alat hidrostatik,
(2) untuk mengetahui tinggi rendah letaknya dalam air dengan mengurangi/ menambah isi
pneumatocyst;
(3) Memperkecil atau memperbesar BD ikan (untuk mengetahui tekanan air berhubungan
dengan dalamnya air);

18
(4) Membantu alat pernapasan (pulmocyst);
(5) Isi pneumatocyst yaitu O2, N2, CO2.
9. Sistem peredaran darah
10. Jantung terdapat dalam rongga perikardium. Jantung terdiri dari atrium dan ventrikel di
lengkapi sinus verosus dan bulbus arteriosus (berwarna putih). Aliran darah berasal dari
bulbus arteriosus (berwarna putih).
Aliran darah mengalir dari bulbus arteriosus menuju pembuluh nadi depan (aorta ventral),
bercabang terdiri dari empat pasang (arteri branchialis), filamen insang, dan arteri.
Epiranchialis, terdiri dari dua arteri yaitu arteri carotid luar(eksternal) pada rahang bawah dan
arteri spirakular afferent (arteri epibranchialhicid). Darah mengalir menuju tubuh bagian
belakang melalui norta dorsal dan artri soliaka mesenteroka, selanjutnya mengalir ke
lambung, usus, Arteri renalis, menuju ginjal dan Arteri caudal dibagian ekor.
Darah kembali ke jantung melalui vena hepaticus dan vena kardinal depan (anterior) dan
vena kardinal belakang (posterior). Kedua vena terakhir sebelum masuk ke sinus verosus
bersatu membentuk vena (pembulu cuvieri). Vena kardinal depan membawa darah dari
bagian kepala dan vena kardinal belakang menerima darah dari vena renalis yang datang dari
ren serta vena kaudal yang datang dari bagian ekor. Dari saluran pencernaan darah ke jantung
melalui vena
ports hepatica yang menuju ke hati selanjutnya dialirkan ke sinus verosus.
11. Sistem ekskresi
12. Terdiri dari sepasang ginjal berwarna coklat. Terletak pada penyempitan gelembung
udara sebelah dorsal. Sepasang ureter membawa urine ke vesika urinaria. Uretra merupakan
persatuan dari saluran urin dan saluran kelamin. Baik pada jantan maupun betina bermuara ke
lubang urogenital yang terletak di belakang anus. Fungsi dari ginjal untuk osmoregulasi
terhadap salinitas.
Menurut Sverdrup et al., 1942, Salinitas didefinisikan sebagai jumlah total material pada
dalam gram yang terdapat dalam 1 kg air laut, dimana seluruh karbonat telah dikonversi
menjai oksida, bromida dan iodida diganti oleh klorin dan seluruh materi organik telah
dioksidasi sempurna.
13. Sistem perkembangbiakan (Reproduksi)
14. Ikan jantan memiliki sepasang testis yang terletak pada dinding tengah rongga abdomen
oleh mesorsium, berbentuk oval, dan permukaannya kasar. Saluran reproduksi, dilengkapi
15. beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen yang
menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut duktus deferen. Bagian posterior
16. duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, bagian ini merupakan kantung
sperma. Ikan betina (Elasmoranchi) memiliki ovarium yang terletak di bagian anterior rongga
abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Saluran reproduksi
sepasang, bagian anteriornya berfusi sehingga hanya memiliki satu ostium yang dikelilingi
oleh fimbre‐ fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Selanjutnya
saluran melebar pada uterus yang bermuara di kloaka.
17. Sistem saraf
18. Bagian otak yaitu telensefalon berupa otak besar (serebrum). Pada bagian depan membentuk
lobus olfaktorius yang menghasilkan saraf olfaktorius. Diensefalon tampak dari ventral. Pada
diensefalon terdapat tonjolan yang disebut hipofisa dengan tangkai infundibulum.
Mesensefalon membentuk lobus optikus yang berjumlah sepasang dan memancarkan saraf
optikus.
19. Organon sensoris

19
Saraf olfaktorius yang merupakan lanjutan bulbus olfaktorius mengandung sel‐sel indra yang
peka terhadap zat kimia yang terlarut dalam air. Indra perasa terdapat di dalam dan di sekitar
mulut. Ikan ini memiliki sepasang mata untuk melihat benda‐benda dekat dan sebagai
pengenal terhadap benda‐benda yang bergerak. Ikan tidak mempunyai daun telinga atau
gendang pendengar. Dalam telinga terdapat saluran setengah lingkaran dan sebuah otolith
sebagai alat
kesetimbangan (sistem tulang weber).
20. Linea lataralis
21. Tersusun oleh dua macam sel yaitu sel penyokong dan sel sensoris yang disebut Neuromast.
Linea lateris merupakanpenebalan ektodermis disebut placode. Fungsi linea lateralis sebagai
indra keenam untuk mengetahui perubahan tekanan air bila ikan tersebut mendekati dan
menjauhi benda‐benda keras seperti batu‐batu.

D. Klasifikasi Osteichthyes
E. Seperti hewan lain, Osteichthyes juga diklasifikasikan berbeda‐beda bergantung kepada
ahlinya (cara peninjauannya). Ada yang membagi Osteichthyes atas 3 subkelas, yaitu:
1. Subkelas Sarcopterygii: Ordo Coelacanthiformes/ Crossopteryg dan Ordo Coelacanthiformes/
Crossopterygii,
2.Subkelas Brachioterygii (bersirip pendek),
3.Subkelas Actinopterygii.

 BAB.9 Amfibia

Hewan Amfibia adalah hewan peralihan yang hidupan di air (hewan aquatik) ke kehidupan darat
(hewan terestrial) yang mencakup hewan Salamander, Salamander cacing, kodok dan
bangkong.Amfibia tertua yang kita kenal pada zaman Devon di Green land, yaitu Ichthyostega.
Ichthyostega termasuk Ordo Labyrinthodontia, yaitu salah satu dari 2 kelompok Amfibia yang sudah
punah dan akhirnya berkembang menjadi Reptilia. Ciri‐ciri Amfibia sebagai berikut.

1) Mempunyai dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4‐5, tidak bersirip;
2)
3) Kulit selalu basah, karena mempunyai kelenjar, dan tidak bersisik luar;
4) Skeleton sebagian besar berupa tulang keras, tengkorak kepala berartikulasi dengan tulang
atlas,melalui dua Condylus Occipitalis, mempunyai costae (tulang rusuk) yang tidak
menempel pada sternum (tulang dada);
5) Jantung terdiri atas 3 ruang (2 atrium dan 1 ventrikel), erythrocyt berbentuk oval dan
berinti;
6) Mempunyai 2 buah lobang hidung sebelah luar (nares) yang berhubungan dengan cavum
oris. Pada mulut terdapat gigi, dan mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar, mata
sepasang, dan berkelopak yang tidak dapat digerakkan. Gendang pendengar terletak di
sebelah luar;
7) Pernafasan dengan insang (pada waktu masa kecebong), dan dengan paru‐paru dan kulit saat
dewasa;
8) Berdarah dingin (Polikilothermus);
9) Otak memiliki 10 pasang nervi Cranialis;
10) Pembuahan terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Pada umumnya ovipar, kuning telur

20
11) (yolk) terbungkus oleh gelatin, pembelahan secara holoblastik, tidak mempunyai membrana
embrionic. Pada masa larva (kecebong) hidup di air, bernapas dengan insang, setelah itu
bermetamorfose menjadi dewasa bernapas dengan paru.
12) Beberapa spesies Amfibia mempunyai suara. Kelompok Salamander dikenal cacing bisu,
sedangkan suara kodok bangkong sangat terkenal pada masa birahi saat malam hari di daerah
tropis.

A. Struktur dan Fungsi Tubuh Bagian Luar


Struktur tubuh bagian luar Amfibia terdiri dari bagian‐ bagian berikut.

1) Kepala (caput)
2) Kepalanya hampir berbentuk segitiga, rahang atas dan bawah mempunyai persendian
sehingga mulut dapat dibuka lebar. Pada ujung moncong ditemukan dua lobang hidung
3) luar yang berhubungan dengan mulut. Di dalam mulut terdapat lidah yang bercabang,
selain itu terdapat celah tekak (celah glotis), untuk masuk udara paru‐paru. Lubang
oesofagus merupakan tempat masuknya makanan.
Pada katak jantan, bagian kiri dan kanan rahang bawah dekat persendian terdapat
lubang kantung suara. Pada rahang atas dekat moncong terdapat lubang hidung dalam
(choane) tembusan dari lubang hidung luar. Berdekatan dengan lubang ini terdapat gigi‐
gigi kerucut (gigi vomer). Pada kedua pangkal rahang atas terdapat lubang pembuluh
eustacius yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan faring. Tulang rahang atas
(maksila) bergigi, sedang rahang bawah (mandibula) tidak bergigi. Mata agak menonjol
keluar, selaput mata (kelopak) atas maupun bawah tidak dapat digerakkan. Untuk
melindungi mata terutama saat menyelam, mata mempunyai selaput ketiga (membrane
niktitan) yang transparan. Katak tidak mempunyai gendang pendengaran. Katak
mendengar dengan bantuan permukaan kulit yang langsung terlihat di sebelah bawah
mata agak ke belakang yang terentang pada cincin rawan (annulus timpanius) yang
mengelilinginya. Gendang pendengaran ini disebut membran timpani. Pada hewan jantan
dewasaterdapat kantung suara (saccus vocalis) terletak di persendian rahang bawah yang
biasa berwarna lebih tua antara kelabu sampai hitam.
4) Leher (cervix), bersatu dengan kepala.
5) Batang tubuh (truncus)
6) Anggota gerak (ekstremitas) terdiri dari dua pasang kaki. Ekstremitas bagian depan yang
berupa kaki depan lebih pendek dibandingkan dengan kaki belakang. Ekstermitas katak
terdiri dari:
7) a. lengan atas (branchium) yang berupa humerus;
b. Lengan bawah (antibrachium) yang terdiri dari tulang radia, ulna;
c. Carpus (pergelangan tangan);
d. Manus (telapak tangan) yang terdiri dari metacarpus dan phalanges (digiti/ jari‐jari
terdapat 4 buah, tidak terdapat selaput renang pada yang jantan, jari pertamanya ibu jari.
Dimedia ventral terdapat penebalan kulit, lebih banyak pigmennya sehingga berwarna
hitam (lebih jelas pada masa perkawinan atau disebut juga breeding seasone).
Ekstremitas belakang berupa kaki belakang panjang, terdiri atas:
a. Femur (paha) sangat kuat untuk melompat;
b. Crus (kaki bagian bawah) terdiri dari tibia dan tibula sangat kuat untuk melompat;
c. Tarsus (pergelangan kaki);
d. Pes (telapak) terdiri dari metacarpus dan phalanges (digiti terdiri dari 5 buah,
mempunyai selaput renang yang melekat sampai ke ujung jari, lubang pelepasan (disebut

21
kloaka) terletak pada ujung belakang tubuh yang berfungsi sebagai pintu pelepasan
faeces, urine dan sel kelamin.
B. Struktur dan Fungsi Tubuh Bagian Dalam
1. Kulit
2. Kulit tersusun atas:
a. Epidermis, pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan germinativum (sel germ)
dapat menggantikan lapisan yang atasnya setiap waktu bisa terkelupas.
b. b. Dermis, terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti
karet atau spons yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Sebelah bawah jaringan
dermis terdapat jaringan‐ jaringan padat saraf dan pembuluh darah yang mempunyai
peranan penting pada pernapasan.
c. Kelenjar kulit terdiri dari:
d. 1) Glandula mocosa (kelenjar lendir) yang menghasilakn lendir bening untuk
memudahkan
e. katak melepaskan diri bila ditangkap.
f. 2) Glandula toxicon (poison gland) kelenjar racun, yang menghasilkan zat racun yang
pada tingkat tertentu dapat mematikan hewan lain.pada kodok berwarna putih terutama
pada bagian kepala.
g. Dalam kulit terdapat butir‐butir pigmen (zat warna) pada epidermis dan sel‐sel pigmen
pada endodermis, yaitu:
1. Melanophora (warna hitam atau coklat).
2. Lipophora yang berisi pigmen merah atau kuning.
3. Guanophora yang berisi kristal‐kristal guanins yang mengembalikan warna biru,
sebenarnya tidak merupakan Chromatophora sebab tidak
4. mengandung pigmen.
3. Sistem Rangka (Skeleton)
4. Skeleton aksiale, terdiri dari:
a. Tempurung kepala terdiri atas:
b. 1.Cranium yang sempit;
2.Beberapa pasang capsula sensoris dari hidung,
3.Capsula pendengar dan capsula untuk mata;
4.Tulang rahang, oshyoideus dan tulang rawan dari larynx (skeleton viseral);
h. Tulang punggung.Persambungan tulang belakang adalah tipe procoel. Tulang belakang
bersambung dengan kepala dan extremi terdiri dari 9 ruas columna vertebralis dan
urostyl.
i. Sternum (tulang dada), terdiri dari tulang rawan yang dibedakan dengan episternum di
sebelah depan, omosternum, mesosternum dan xiphisternum.
j. Appendiculer skeleton (rangka anggota), terdiri dari:
k. 1) Gelang bahu (pectoral girdle); Berbentuk O, melingkar alat‐alat dalam thorax.
Cingulum cranialis atau gelang bahu ini melekat pada vertebrae dengan otot daging.
Suprascapula paling dekat dengan vertebrae, scapula kecil sebelah lateral, clavicula
berbentuk slinderis dan coracoid yang lebar di sebelah vertikal. Pada sternum terdapat
pertemuan osscapula dan coracoid yang membentuk mangkok (cavitas glenoidalis) yang
merupakan sendi tempat kepala oshumerus.
l. 2) Gelang pinggul (pelvic girdle), disebut juga cingulum posterior berbentuk V
merupakan

22
m. persatuan tulang os ilium sebelah anterior, osischium sebelah posterior dan os pubis
sebelah vertikal. Pada tempat ketiga tulang ini terdapat mangkokan (acetabulum) untuk
tempat kepala os femur melekat.
n. 3) Dua pasang extremitas yang ukurannya berbeda, tetapi mempunyai bagian‐bagian
tulang yang mirip.
5. Sistem Otot
6. Tubuh katak atau Vertebrata lainnya mengandung tiga macam jaringan otot, yaitu otot saran
lintang (otot rangka), otot polos, dan otot jantung. Disamping itu otot rangka dibedakan
berdasarkan model aktivitasnya, yaitu:
a. Flexor dan ekstensor; Dengan konstraksi akan menyebabkan suatu stuktur (organ)
menekuk (flexor) dan lurus kembali (ekstensor).
b. Aduktor dan abduktor;Dengan konstraksinya menyebabkan suatu struktur (organ)
mendekati (aduktor), menjauhi (abduktor).
c. Protraktor dan retraktor; Dengan konstraksinya akan menyebabkan suatu struktur dapat
dijulurkan ke luar (protraktor) dan ditarik kembali (retraktor).
d. Supinator dan pronator; Dengan konstraksinya telapak tangan dapat diputar menghadap ke
atas (supinator) dan kembali keposisi semula (pronator).
e. Spintar dan dilator;Dengan konstraksinya menyebabkan lubang menyempit (spinter) dan
kembali (dilator).
f. Rotator; Dengan kontraksinya menyebabkan gerakan memutar (rotasi). Otot daging yang
tunduk pada kemauan

7. Sistem Pencernaan Makanan.


8. Dimulai dari mulut – pharynx – oesofagus – ventrikulus (lambung) – usus (dibagi
duodenum – usus dua belas jari, yeyunum dan ileum) kurang jelas batasnya – rektum –
kloaka. Kelenjar Pencernaan
Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar, terdirir dari tiga belahan. Hati
menghasilkan cairan empedu yang melaluui salurn hepaticus dialirkan ke saluran kantong
empedu. Cairan empedu keluar dari kantong empedu melalui saluran sistikus, saluran
koledekus, dan bermuara ke duodenum. Saluran dari pankreas disebut saluran pankreatikus,
sebelum sampai ke doudenum bersatu dengan saluran sistikus bernama saluran koledekus.
Enzim yang dihasilkan pankreas ialah endrokinase, lipase, dan amilase. Limpa berwarna
merah, bentuk bulat terikat oleh mesenterium tidak termasuk sistem pencernaan.
9. Sistem Pernapasan.
10. Katak bernapas dengan paru‐paru. Sistem pernapasan terdiri dari celah tekak (celah glottis)
yang diapit oleh sepasang rawan aritenoid (bagian dari larynx).Trachea pendek sekali
langsung bercabang menjadi bronkus yang bercabang lagi dalam paru‐paru.Bernafas dengan
Kulit.
11. Bernapas dengan kulit dapat terjadi karena mengandung banyak sekali pembuluh kapiler dan
kulit selalu dalam keadaan basah, karena ada lendir yang dieskresikan secara terus menerus
oleh kelenjar lendir. Dengan demikian difusi O2 masuk dan CO2 keluar mudah terjadi. Larva
bernapas dengan insang.
12. Sistem Tranportasi
Sistem peredaran darah dibangun oleh jantung, arteri, vena. Jantung berperan memompakan
darah ke seluruh tubuh yang terdiri dari 2 serambi dan sebuah bilik (ventrikiel). Darah dari
ventrikel dipompakan melalui batang aorta (truncus anteriousus) bercabang dua ke kiri dan ke
kanan. Keduanya bercabang tiga, yaitu:

23
a. Arteri karotid bersama bercabang dua, arteri carotid dalam (interna) ke otak. Arteri
karotid keluar ke rahang bawah dan lidah.
b. Lengkung aorta merupakan cabang tengah ke tubuh bagian belakang.
c. Arteri pulmocutanea cabang terluar ke paru‐paru dan ke kulit untuk pernapasan kulit.
13. Sistem Eksresi
14. Alat ekskresi baik pada jantan maupun betina terdiri atas sepasang ginjal, sepasang saluran
kencing (ureter), dan kandung kencing (vesika usinaria). Ginjal (ren) berbentuk lonjong agak
gepeng, berwarna coklat tua. Di tengah ginjal tampak jalur berwarna agak kuning atau jingga.
Kelejar adrenal penghasil hormon adrenalin.
15. Sistem Perkembangan (Reproduksi).
Pada jantan ditemukan sepasang testis, pembuluh eferensia, dan saluran urospermatik. Testis
berwarna putih kekuning‐kuningan, sebagai penghasil sel kelamin jantan (sperma).
Pada betina ditemukan adanya sepasang kandung telur atau ovarium, ostium tuba, saluran
telur (oviduk), dan kantong telur sementara (uterus). Ovarium merupakan penghasil sel
kelamin betina (ovum). Sel telur (ovum) akan keluar daru selaput ovarium. Dengan bantuan
gerakan otot‐otot perut dan rambut‐rambut getar (cilia) yang mengelilingi ostium tuba yang
berbentuk
corong, telur masuk ke dalam oviduk. Telur dilapisi oleh selaput lendir, kemudian disimpan
sementara dalam uterus sebelum dikeluarkan dari tubuh untuk dibuahi. Pada katak jantan
ditemukan badan lemak (corpus adiposum) sebagai organ nutrisi untuk pemasakan sel
kelamin.
16. Sistem Saraf
17. Terdiri dari sistem saraf sentral dan saraf tepi (periforium) dan sistem taraf otonom. Sistem
saraf pusat dibangun oleh otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak adalah
telencephalon berupa otak besar (cerebrum), berbentuk oval. Pada ujung depan terdapat
sepasang lobus olfaktorius menjadi saraf olfaktorius yang mengkoordinasikan indra pencium.
Diencephalon, tidak tampak dari atas. Dari bawah tampak hipofise dengan tangkai di lobus
optikus, memancarkan saraf optikus untuk mengkoordinasikan indra mata yang dikenal
dengan hiasma opticus. Metencephalon merupakan diri disebut medulla spinalis sumsum
tulang belakang yang memancarkan saraf‐saraf spinal.
18. Sistem Endokrin
19. Seperti hewan Vertebrata lain, katak mempunyai beberapa kelenjar endokrin (kelenjar yang
tidak punya saluran) yang menghasilkan hormon. Beberapa kelenjar endokrin pada amfibi
adalah sebagai berikut.
20. a. Pituitary Pada dasar dari otak ditemukan kelenjar endokrin kecil pituitary yang terdiri dari 3
lobus yaitu lobus depan pada larva dan katak muda.
c. Kelenjar thyroid menghasilkan thyroxin, mengatur metabolisme secara umum.
d. c. Kelenjar pankreas menghasilkan insulin dan mengatur metabolisme gula.
e. d. Kelenjar adrenal, menghasilkan epinephrin (adrenalin) mengatur tekanan darah juga
pigmen gelap pada kulit.

C. Klasifikasi Amfibia
D. Amfibia dibedakan atas 4 sub kelas yaitu:
E. 1. Sub kelas Stegocephalia (Gymnophiona = Apoda )
2. Sub Kelas Trachystomata
3. Sub Kelas Caudata (Urodela = Salamander = Amphibia berekor)
4. Sub Kelas Salientia = Anura = Amfibia tak berekor
 BAB 10. Reptilia

24
A. Deskripsi karakteristik Reptilia
B.
Istilah Reptilia berasal dari kata Latin yang berarti "binatang merayap". Hewan‐hewan ini
termasuk ular, kadal, buaya, caiman, kura‐kura, tokek, dan bunglon. Spesies kadal dan ular
merupakan mayoritas dari semua Reptilia Reptilia adalah hewan berdarah dingin yang berarti
hewan ini tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri.
Reptilia memiliki kulit yang keras, kering, dan bersisik. Kulit terdiri dari epidermis tipis,
luruh secara berkala, dan dermis yang jauh lebih tebal, berkembang dengan baik. Reptilia
bernapas melalui paru‐paru. Pernapasan melalui paru‐paru dilakukan secara berbeda pada
kelompok Reptilia yang berbeda. Pada kadal dan ular, paru‐paru diventilasi oleh
otot aksial yang juga digunakan dalam gerak. Karena hal ini, sebagian besar spesies terpaksa
menahan napas selama aktivitas intens. Namun, beberapa kadal menggunakan pompa bukal untuk
membantu bernapas. Buaya memiliki diafragma berotot dengan otot‐otot menarik pubis kembali
ke ruang kosong agar paru‐paru mengembang. Beberapa Reptilia tidak memiliki langit‐langit
sekunder, oleh karena itu, Reptilia harus menahan napas sambil menelan. Namun, buaya telah
mengembangkan langit‐langit sekunder bertulang yang memungkinkan buaya bernapas di bawah
air. Berbeda dengan kura‐kura memiliki kulit permeabel yang merupakan tempat pertukaran gas
dan menggunakan kloaka untuk meningkatkan pertukaran gas pada saat di dalam air.

C. Sistem reproduksi
D. Secara umum Reptilia bereproduksi secara seksual, tetapi ada beberapa Reptilia mampu
bereproduksi secara aseksual (misalnya tokek) yang disebut dengan partenogenesis. Secara
seksual pembuahan terjadi dengan jalan Reptilia jantan memasukkan penis tunggal atau salah satu
dari dua hemipennya ke dalam kloaka betina.
Pada iguana hijau, betina dewasa yang sehat tidak memerlukan jantan untuk membuahi telurnya.
Prosesnya dimulai dengan ovarium, yang terletak di dalam tubuh, tempat telur disimpan.
Kebanyakan iguana hijau betina menjadi dewasa ketika iguana berusia antara dua dan empat
tahun.

E. Sistem pencernaan
F. Respon fisiologis dalam saluran pencernaan Reptilia biasanya dapat dibagi menjadi tiga fase yang
berbeda, yaitu fase cephalic, fase lambung, dan fase usus. Fase cephalic dimulai sebelum
makanan tertelan, yaitu mempersiapkan organ pencernaan sebelum makanan sampai di dalam
saluran pencernaan makanan. Fase lambung pencernaan dimulai ketika ingesti mencapai lambung
dan merangsang pelepasan asam, protease, dan lipase baik secara kimiawi maupun dengan
distensi mekanis lambung. Enzim proteolitik pepsin dilepaskan dalam bentuk tidak aktif
(pepsinogen) dari butiran zymogen lambung dan diaktifkan dalam lingkungan asam dalam lumen
lambung. pH luminal rendah juga dapat membantu pemecahan otot dan jaringan ikat mangsa dan
melindungi saluran pencernaan dari infeksi bakteri.

G. Klasifikasi kelas Reptilia

 Subkelas Anapsida
Ordo Testudines (penyu)
 Subkelas Lepidosauria
 Ordo Rhynchocephalia
 Ordo Squamata ("Reptilia bersisik")

25
BAB 11 AVES

A. Deskripsi karakteristik aves


Aves adalah Vertebrata yang berevolusi tinggi. Hewan ini pertama kali muncul pada periode
Jurassic. Pada awalnya Aves berevolusi dari dinosaurus Ornithischia dari kelompok Reptilia. Kelas
Aves terdiri dari 28 ordo, 163 famili, 1.975 genera, dan hampir 10.000 spesies.

Secara umum Aves memiliki karakteristik sebagai berikut. 1) Memiliki bulu; 2) kaki depan
dimodifikasi menjadi sayap; 3) kaki belakang diadaptasi untuk berjalan, berenang atau hinggap; 4)
mempunyai sisik yang terdapat pada kaki; 5) rahang bawah tanpa gigi; 6) kerangka ringan dengan
banyak kombinasi; 7) jantung mempunyai empat bilik; 8) kantung udara luas dan terdapat di seluruh
tubuh; 9) merupakan hewan berdarah panas; 10) tidak mempunyai kandung kemih; 11) bertelur; 12)
mulutnya berupa rostrum (disebut dengan paruh) yang terdiri dari maxilla (bagian atas) dan
mandibulla (bagian bawah); 13) mempunyai lubang hidung yang terdapat pada bagian atas paruh,
yang terdiri dari nares interna dan nares externa; 14) terdapat tonjolan kulit yang lunak yang disebut
dengan cerome; 15) telinga berada di sebelah dorsocaudal yang terdiri dari porus acusticus externus
(lubang telinga luar) dan membrana tympani (di bagian dalam) yang berfungsi untuk menangkap
getaran suara; 16) mempunyai ekor yang berfungsi sebagai penggerak pada waktu terbang;

17) sudah memiliki hati, limfa dan ginjal.

Aves mempunyai struktur tubuh bagian luar (dalam hal ini kita ambil contoh yaitu: Merpati),
sebagai berikut.

1. Caput (kepala)
Terdapat paruh sebagai alat pematuk yang dibangun oleh zat tanduk. Pada pangkal paruh ini
terdapat sepasang lubang hidung luar yang dilapisi suatu penebalan kulit. Terdapat sepasang mata
dikiri‐kanan kepala dilengkapi dengan kelopak mata yang dapat dibuka dan ditutup.

2. Batang Tubuh (truncus)


Seluruh tubuh ditutui oleh bulu. Ekstremitas depan (anggota gerak depan) bentuk sayap
digunakan sebagai alat terbang. Alat ekstremitas belakang yaitu kaki, bagian atas (paha) ditutupi oleh
bulu, sedang tungkai bawah termasuk jari – jari dilapisi oleh sisik tanduk. Jari ada 4 (3, 1). Terdapat
lubang kloaka pada bagian belakang tubuh (dibawah tunggit = berutu)

3. Ekor (candul)
Pada ujung ekor disebut tunggit (berutu) terdapat kelenjar minyak yang digunakan untuk
meminyaki bulu – bulunya.

4. Bulu
Bulu adalah merupakan devirat dari kulit. Bulu dapat dibedakan berdasarkan letak, bentuk dan
ukuran.

Berdasarkan letak:

1. Regimes (bulu sayap), bentuk bulunya tidak simetris, bagian bendera bulu yang sempit
menutupi bagian bendera bulu yang lebar dari bulu disebelah luarnya.
2. Rektrises (bulu ekor) bentuk simetris, berfungsi sebagai kemudi waktu terbang.

26
3. Tektrises, merupakan bulu penutup tubuh, bentuk dan ukurannya bermacam‐macam,
berfungsi sebagai isolator menjaga suhu tubuh.
4. Prapterum, yang menutupi daerah bahu.
5. Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada ibu jari.

Berdasarkan bentuk dan ukuranya bulu dapat dibedakan:

1. Filoplumae disebut bulu rambut, dibangun oleh kalamus yang kecil dengan rahis yang
panjang dan rami di ujungnya hingga tanpak seperti kuas kecil.
2. Plumulae, yaitu bulu tubuh yang berfungsi sebagai isolator mempunyai kalamus yang
pendek sebagian tidak mempunyai radioli, sehingga rami‐rami tidak saling teranyam
berbentuk bendera.
3. Plumae, mempunyai bagian – bagian sebagai berikut :
- Calamus atau tangkai bulu merupakan bagian yang berongga, pada bagian atas terdapat
lobang yang disebut umblikus atas (anterior) dan lubang diujung bawah di sebut umblikus
bawah (inferior).
- Rakis, merupakan lanjutan dari kalamus yang padat dan beralur pada permukaan
dalamnya, yaitu bekas tempat pembuluh darah ketika bulu dalam pertumbuhan
- Rami, yaitu cagang yang sebelah menyebelah dari rakis, yang proximal menuju ke
pangkal bulu dan ada yang distal yang menuju ke puncak bulu.
- Radioli (kaitan) terdapat pada radi yang proximal, sama lain dan tersusun rapih
membentuk bendera bulu (veksilum).

B. Sistem reproduksi
Aves bereproduksi secara seksual dengan peleburan gamet jantan dan betina. Pembuahan terjadi
secara internal dan semua aves adalah ovipar. Aves memiliki kloaka yang merupakan pintu masuk
dan keluar tunggal untuk sperma atau telur. Aves jantan membawa spermanya ke kloaka betina.
Sperma membuahi sel telur. Kemudian telur bercangkang keras berkembang di dalam tubuh betina.

C. Sistem pencernaan
Aves tidak memiliki pemisah antara perut dan dada seperti pada Mamalia yang dipisahkan oleh
diafragma. Organ perut aves terletak pada sistem pernapasan. Kedua organ ini melekat satu sama lain
dengan lembaran dan untaian jaringan ikat yang memungkinkan untuk beberapa gerakan terbatas
pada organ‐organ tersebut. Organ pencernaan pada aves terdiri dari mulut, esophagus, proventrikulus,
ventrikulus, usus dan kloaka.

D. Sistem pernafasan
Aves memiliki sistem pernapasan paling efisien dari semua hewan Vertebrata. Ada beberapa
perbedaan dari sistem Mamalia. Aves tidak memiliki pita suara, tetapi Aves bersuara dengan struktur
berotot yang ditemukan pada bifurkasi trakea, yang disebut dengan syrinx. Cincin trakea lengkap
yang terdiri dari batang tenggorokan dan tidak berbentuk c seperti pada manusia, yang memberikan
perlindungan yang lebih baik untuk trakea aves. Hal ini disebabkan karena aves perlu bergerak bebas
secara subkutan karena wilayah serviks yang panjang dan kemampuan aves untuk memutar leher
melalui berbagai gerakan.

27
 BAB 12 Mamalia

Karakteristik Mamalia lainnya adalah metode reproduksi yang disebut dengan vivipari, yaitu antara
embrio dan jaringan induknya saling berhubungan, yang dikenal dengan plasenta. Pada umumnya
tubuh Mamalia ditutupi dengan rambut (bulu), di mana rambut ini tumbuh dari invaginasi yang dalam
dari lapisan germinal epidermis yang disebut folikel.

B. Sistem reproduksi
Semua spesies Mamalia bereproduksi secara seksual yaitu dimana sperma jantan membuahi telur
betina. Keturunan Mamalia tidak dilahirkan segera setelah pembuahan. Keturunan membutuhkan
periode perkembangan di dalam rahim. Periode ini disebut dengan masa kehamilan. Struktur luar
saluran reproduksi pria terdiri dari penis dan skrotum. Skrotum mengandung testis yang ada di luar
tubuh. Uretra adalah tabung yang membawa sperma ke vagina betina. Sedangkan struktur reproduksi
betina terdiri dari beberapa organ. Ovarium, merupakan tempat oogenesis dan bertanggung jawab
untuk produksi hormon.

A. Sistem pencernaan
Saluran pencernaan pada Mamalia pada dasarnya adalah tabung panjang berliku dengan lebar
bervariasi, memanjang dari mulut ke anus. Saluran pencernan dibagi menjadi bagian depan, tengah,
dan belakang. Bagian depan termasuk mulut, faring, kerongkongan, dan perut. Sedangkan bagian
tengah adalah usus halus, dan bagian belakang adalah usus besar.

Struktur internal saluran pencernaan terdiri dari empat lapisan utama, yaitu: (1) selaput lendir
(mukosa) yang terdiri dari lapisan epitel, lamina propria pendukung dan lapisan otot polos,
muscularis mucosae; (2) submukosa; (3) muscularis externa; dan (4) serosa.

C. Klasifikasi
Klasifikasi yang digunakan dalam kebanyakan buku pelajaran mengikuti tradisi Linnaean yang
digunakan oleh GG Simpson, walaupun teks‐teks terbaru memperbarui pengelompokan

melalui hubungan filogenetik.

BAB III

KELEMAHAN DAN KEKURANGAN

Kelemahan :

 Buku ini kebanyakan menjelaskan langsung ke inti nya.


 Terdapat beberapa istilah asing yang membuat pembaca sulit mengerti maksudnya;
 Didalam ini setiap babnya tidak ada rangkuman dan soal latihan untuk menguji sejauh mana
kemampuan pembaca dalam materi yang sudah dibacanya.

Keunggulan :

 Pada buku terlihat menarik dengan penggunaan cover lebih menarik.


 Penjelasan materi didalam buku sudah sangat jelas dan penggunaan katanya mudah dipahami
oleh pembaca;

28
 Didalam materi bab penulis menambahkan pendapat-pendapat para ahli sehingga akan lebih
mudah untuk mengetahui keakuratan meteri isinya dan juga dapat dipercaya oleh pembaca;
 Penulis mencantumkan daftar pustaka sehingga pembaca mengetahui sumber asli dari buku.
 Penulisan rapi dan disertai pendukung untuk penyampaian materi.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Keanekaragaman makhluk hidup di tempat yang berbeda memiliki jenis berbeda meskipun
serupa secara morfologi. Cara mudah mempelajari nya yaitu dengan klasifikasi. Pengklasifikasian
kelompok-kelompok makhluk hidup yang secara umum disebut tskson. Dari buku ini kami
menyimpulkan juga dengan seiringnya perkembangan zaman dan perkembangan teknologi,maka ilmu
Taksonomi selalu mengalami peruban dar tahun ke tahun,baik dari segi kajian morfologi,hubungan
kerabatan,filogenetik,molekular.

4.2.Saran

Buku ini memiliki banyak pesan tersirat maupun tersurat yang dapat bermanfaat bagi orang-
orang yang membacanya. Sebagai sumber belajar, saya menyarankan buku ini dimiliki oleh setiap

29
mahasiswa,tapi kita tau selama masa pandemi ini semua aktivitas perkuliahan dilakukan secara
daring,Sebab selain penggunaan bahasa yang mudah dipahami buku ini juga memiliki manfaat yang
besar bagi setiap orang yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo,Mufti, Khairiza Lubis, Hudson Sidabutar, Aida Fitriani Sitompul, Elida Hafni Siregar, 2020.
Taksonomi Hewan Vertebrata. Medan : CV. Cipta Media Edukasi

30

Anda mungkin juga menyukai