Makalah Kelompok V
Makalah Kelompok V
Oleh :
YOGYAKARTA
2022
A. Latar Belakang Kodifikasi
Tersebarnya Al-Qur’an di beberapa negeri ternyata berdampak
negatif terhadap persatuan umat Islam karena masing-masing daerah
memiliki karakter bahasa dan dialek yang berbeda. Hal ini memicu
egosentris masing-masing pemegang mushaf di daerah dengan menyangka
bahwa riwayat qiro’at merekalah yang paling benar dan lebih baik dari
qiro’at yang lain. Yang lebih ironinya adalah timbul konflik antara murid-
murid yang belajar Al-Qur’an dari guru yang berbeda. Tak menghiraukan
Al-Qur’an lagi dan tak menghormati guru (sahabat) yang mengajar di antara
mereka saling mengkafirkan yang lain.
Terjadi perbedaan cara membaca (qiro’at) di beberapa negara Islam.
Maka, Usman menyatukannya dalam satu bacaan yang sering dibaca
Rasulullah. Dia satukan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan bacaan tadi
dan memerintahkan untuk membakar mushaf-mushaf yang lain. Ras
Utsmani merupakan bacaan kaum muslimin hingga masa kini. Perilaku
menyimpang dan terlalu gampang mengklaim kafir terhadap sesama
muslim itu akhirnya didengar oleh Usman bin Affan. Berita tersebut
merisaukan Usman dan menjejaskan persatuan umat. Menyikapi berita itu
dia berpidato di hadapan kaum muslimin: “Kalian yang ada di hadapanku
berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari ku
pasti lebih-lebih lagi perbedaannya”.
Salah seorang sahabat yang sangat prihatin melihat prilaku kaum
muslimin ini adalah Huzaifah. Dia sangat menyayangkan sikap kaum
muslimin yang semakin hari semakin hebat perselisihan tentang qiro’at.
Maka serta dia mengusulkan kepada Usman agar mengatasi permasalahan
dan menghentikan perselisihan qiro’at. Ketika terjadi perselisihan tentang
Al-Qur’an seyogyanya tidak menghukum sendiri akan tetapi merujuk
kepada orang yang ahli. Sebaiknya adalah menghindari terjadinya
perselisihan tersebut. Menurut As-Sayyid Nada hendaknya seseorang
membubarkan diri jika terjadi pereselisihan tentang Al-Qur’an sebagaimana
dianjurkannya manusia berkumpul untuk membaca Al-Qur’an. Jika terjadi
perselisihan di antara mereka tentang Al-Qur’an, lafazh-lafazh, hukum-
hukumnya, atau yang selainnya dan perselisishan itu berlarut-larut hingga
dikhawatirkan akan membawa akibat-akibat buruk, hendaknya mereka
membubarkan diri. Sebab, dikhawatirkan syaitan akan menjadikan mereka
bercerai-berai.
Ditunjuklah beberapa orang sahabat untuk menjadi tim penulis
wahyu setelah melalui penelitian. Mereka yang terpilih adalah orang yang
paling tulisannya dan paling menguasai Bahasa Arab yaitu Zaid bin Tsabit
Sang Penulis Wahyu sejak zaman Rasul dan Sa’id bin Ash yang dialek
Arabnya sangat mirip dengan Rasul. Mereka berdua dibantu oleh Abdullah
bin Zubair. Di samping itu Usman juga mengadakan penelitian terhadap
shuhuf yang telah sempurna pengumpulannya pada zaman Abu Bakar dan
Umar. Shuhuf yang disimpan Hafsah itulah yang mewarnai Mushaf pertama
yang dijadikan sebagai pegangan
B. Metode Kodifikasi dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya
Terdapat dua riwayat yang menjelaskan bagaimana utsman
melakukan tugas pengumpulan al-Qur’an, satu diantaranya yang lebih
masyhur menyatakan, bahwa Utsman membuat naskah mushaf semata-mata
berdasarkan kepada suhuf yang disimpat dibawah penjagaan Hafsah, bekas
istri Nabi Muhammad saw. Riwayat kedua yang tidak begitu terkenal
menyatakan, Utsman terlebih dahulu memberi wewenang pengumpulan
mushaf dengan menggunakan sumber lama, sebelum membandingkannya
dengaan suhuf yang sudah ada. Kedua versi riwayat tersebut sepaham,
bahwa suhuf yang ada pada Hafsah memainkan peranan penting dalam
pembuatan mushaf Utsmani. Berdasarkan dengan riwayat pertama, utsma
memutuskan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak suhuf dari
hafsah, mempercepat penulisan lalu memperbanyak naskah. Al-Bara’
meriwayatkan, kemudian Utsman mengirim surat kepada hafsah yang
mmennyatakan “ kirimkanlah suhuf kepada kami, agar kami dapat
mmembuat naskahh yang sempurna dan kemudian suhuf akan kami
kembalikan kepada anda.” Hafsah lalu mengirimkannya kepada Utsman,
yang memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin az-Zubair, Sa’id bin
al-Ash, dan Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam agar memperbanyak
salinan naskah. Dalam riwayat lain Utsman juga membentuk panitia yang
berjumlah 12 orang yang di tunjuk untuk mengawasi tugas ini. Diantaranya,
Sa’id bin al-Ash, Nafi’ bin Zubair, Zaid bin Tsabit, Ubayy bin Ka’ab,
‘Abdullah bin az-Zubair, Abdur-Rahman bin Hisyam, Kathir bin Aflah,
Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Malik bin Abi Amir, Abdullah bin
Umar, dan Abdullah bin Amr bin al-Ash. Identitas ke dua belas tokoh ini di
lacak melalui berbagai macam sumber.1
Dengan ditugaskannya empat orang sahabat pilihan tersebut, maka
hal itu merupakan sebuah langkah yang sangat benar untuk mengatasi
kenyataan pahit yang terjadi. Apabila pada masa-masa khalifah
sebelumnnya, mushaf Abu Bakar yang hanya disimpan di rumah, maka
Utsman melihat perlunya memasyarakatkan mushaf itu. Langkah Utsman
memang lebih tepat dianggap memasyarakatkan mushaf Abu Bakar
sekaligus menyatukan bacaan. Alasannya yaitu karena Utsman tetap
menyertakan Zaid bin Tsabit di dalam panitia. Zaid yang sejak zaman
Rasulullah dan Abu Bakar terlibat langsung dalam penulisan dan
penghimpunan al-Qur’an, dapat dipastikan didalam kepanitiaan ini lebih
banyak berperan ketimbang ketiga anggota panitia lainnya. Sehingga
kemungkinan terjadinya perubahan, penambahan, serta hilangnya kalimat
tertentu dapat di tekan sampai denga titik nol dan keaslian al-Qur’an tetap
terjamin.2
Zaid pun juga mengumpulkan bahan al-Qur’an yang terdapat pada
daun kering, dan hafalan para sahabat Rasulullah. Caranya adalah dia
mendengarkan dari orang-orang yang hafal, kemudian dicocokannya
dengan yang telah dituliskan pada bahan-bahan tersebut. Dia tidak
mencukupkan dari sumber yang didengarnya saja, tapi juga mencocokan
1 M.M al-A’zami, Sejarah teks Al-Qur’an – Dari Wahyu Sampai Kompilasinya, (Jakarta: Gema
3
Al-Khatib, Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj, jilid1 op.cit: 2 hal 954
orang muslim yang adil. Barulah mereka menghimpun lembaran yang
disaksikan oleh Khuzaimah tersebut.
Demikianlah, walaupun para sahabat telah hafal seluruh ayat al-
Qur`an, namun mereka tidak hanya mendasarkan pada hafalan mereka saja.
Akhirnya, rampung sudah tugas pengumpulan al-Qur`an yang sangat berat
namun sangat mulia ini. Perlu diketahui, bahwa pengumpulan ini bukan
pengumpulan al-Qur`an untukditulis dalam satu mushhaf, tetapi sekedar
mengumpulkan lembaran-lembaran yang telah ditulis di hadapan
Rasulullah saw ke dalam satu tempat. Lembaran-lembaran al-Qur`an ini
tetap terjaga bersama Abu Bakar selama hidupnya. Kemudian berada pada
Umar bin al-Khaththab selama hidupnya.
Kemudian bersama Ummul Mu`minin Hafshah binti Umar ra sesuai
wasiat Umar. Maka Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk
mengumpulkan Al-Qur’an agar tidak hilang. Dalam kitab Shahih Bukahri
[2] disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab mengemukakan pandangan
tersebut kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu setelah selesainya perang
Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga
Umar terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah
Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia
lalu memanggil Zaid Ibn Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, di samping Abu Bakar
bediri Umar, Abu Bakar mengatakan kepada Zaid : “Sesunguhnya engkau
adalah seorang yang masih muda dan berakal cemrerlang, kami tidak
meragukannmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sekarang carilah Al-Qur’an dan
kumpulkanlah!”, Zaid berkata : “Maka akupun mencari dan mengumpulkan
Al-Qur’an dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan
orang-orang. Mushaf tersebut berada ditangan Abu Bakar hingga beliau
wafat, kemudian dipegang oleh umar hngga wafatnya, dan kemudian
dipegang oleh Hafsah Binti Umar bin khattab rahiyallahu ‘anhuma
diriwayatkan oleh Bukhari secara panjang lebar.
Kaum muslimin saat itu seluruhnya sepakat dengan apa yang
dilakukan oleh Abu Bakar, mereka menganggap perbuatannya itu sebagai
nilai positif dan keutamaan bagi Abu Bakar, sampai Ali Ibn Abi Thalib ra.
mengatakan : “Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al-Qur’an
adalah Abu Bakar, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi rahmat
kepada Abu Bakar karena, dialah orang yang pertama kali mengumpulkan
Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Daftar Pustaka