LP Dan Askep Vomitus Kelompok 3
LP Dan Askep Vomitus Kelompok 3
R DENGAN DIGNOSA
“VOMITUS’ DI RUANGAN EDELWEIS ATAS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III
MANADO
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. AYLISA D. KATIMPALI
2. SINYI S. SOLITA
3. RAFIKA M. DIRANGGA
4. SEPTIYANI KATIANDAGHO
5. VIONA N. JERMIAS
6. JUANANDREAS P. WUNTU
7. TRIANDI A. AGHOGHO
8. VANIA TUMEWU
9. JUNIVER C. JACOB
10. RIVALDY M. DJAMAL
1
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….3
C. Tujuan Penulis………………………………………………………….………..3
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………….........4
A. Pengertian………………………………………………………….…………….5
B. Etiologi ……………………………………………………………….…………5
C. Patofisiologi……………………………………………………………..……….5
D. Pathway…………………………………………………………………..………7
E. Komplikasi ………………………………………………………………..……..8
F. Manifestasi Klinis…………………………………………………………..……8
G. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………….…8
H. Penatalaksanaan …………………………………………………………………9
I. Konsep Asuhan Keperawatan ……………………………………………………9
I. Biodata …………………………………………………………………………..14
II. Pengkajian Primer……………………………………………….………….……14
III. Pengkajian Sekunder…………………………………………….………………15
IV. Pola Kebiasaan Sehari-Hari……………………………………..……………….15
V. Pemeriksaan Fisik……………………………………………….……………….16
VI. Pemeriksaan Sistematis………………………………………….………………16
VII. Data Psikologis ……………………………………………….…..……………..18
ANALISA DATA………………………………………………………..….………..….19
DIGNOSA KEPERAWATAN…………………………………………..………….…...19
INTERVENSI KEPERAWATAN………………………………………………………20
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN……………………………..……………………23
EVALIASI KEPERAWATAN………………………………….……………………….24
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Vomiting dan nausea bila diartikan dalam bahasa indonesia adalah mual
dan muntah. Vomitus dan nausea masih merupakan “The Big Little Problem”
dalam dunia anestesi. Disebut Big karna nausea dan vomitus dapat
menyebabkan perpanjangan waktu pemulihan, penigkatan biaya perawatan,
perpanjangan masa pengawasan di Post Anesthesia Care Unit (PACU), dan
meningkatkan mordibitas. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara
eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot – otot perut.
Muntah dapat disebabkan oleh beragam kondisi. Konsumsi minuman
beralkohol atau makan terlalu banyak dapat menyebabkan muntah. Namun
demikian, hal tersebut bukan merupakan kondisi yang perlu dikhawatirkan
(Cherney, K. Healthline, 2016). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
muntah adalah gejala bahwa seseorang sedang mengalami gangguan
kesehatan. Oleh karena itu, diagnosis yang dilakukan adalah untuk
mengetahui kondisi medis yang mendasari muntah. Langkah ini akan
membantu dokter menentukan metode pengobatan yang tepat bagi pasien.
Pada kasus muntah darah, dokter akan terlebih dulu menstabilkan kondisi
pasien, sebelum mendiagnosis peyebab yang mendasarinya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami kelompok merasa tertarik
untuk melakukan asuhan keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada Pasien
C. TUJUAN PENULISAN
1) Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami konsep Vomitus
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
3
d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
f. Mahasiswa mampu mengeveluasi hasil asuhan keperawatan yang
pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Struktur Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan
b. Bagi Penulis
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan
pengalaman.
c. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan dengan Vomitus
4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Vomitus atau muntah merupakan ekspulsi isi lambung yang disemburkan
keluar (Kowalak, et all. 2017). Bagian fundus lambung serta sfingter
gastroesofageal mengadakan relaksasi dan kontraksi diafragma serta otot
dinding perut yang kuat meningkatkan tekanan intraabdomen. Keadaan ini
yang dikombinasikan dengan kontraksi annulus pilorik lambung akan
memaksa isi lambung masuk ke dalam esophagus. Kemudian peningkatan
tekanan intratorakal menggerakan isi lambung dari esofagus ke dalam mulut
(Kowalak, et al 2017).
B. ETIOLOGI
Secara umum muntah diakibatkan oleh pusat muntah medulla oblongata dan
berlangsung menurut beberapa mekanisme yaitu secara langsung kesaluran
cerna dan secara tidak langsung melalui CTZ (Fitrah, 2014).
1. Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna (Makroreseptor)
Bila peristaltik dan perlintasan lambung terjadi masalah maka akan terjadi
mual, apabila gangguan tersebut makin lama makin hebat maka pusat
muntah akan dirangsang melalui saraf vagus sehingga dapat
mengakibatkan muntah, hal ini dapat terjadi karena adanya kerusakan
mukosa usus dan lambung termasuk dalam hal ini distensi lambung.
2. Secara tidak langung melalui CTZ (kemoreseptor)
Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) memiliki banyak reseptor yang
berdekatan dengan pusat muntah, dengan bantuan neurotrensmitter
dopamine CTZ menerima isyarat – isyarat mengenai kehadiran zat – zat
kimia asing di dalam sirkulasi kemudian rangsangan tersebut diteruskan
ke medulla oblongata sebagai pusat muntah.
C. PATOFISIOLOGI
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus
dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan
muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-
kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang
menyebabakan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
5
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti
oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan
ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah
turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks.
Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus
berelaksasi dan mulut terbuka.
6
D. PATHWAY
Hipertermiaa
Faktorma Faktor inf Faktor malab
kanan eksi sorbsi
Masalahdala
m usus
Infeksi usus Makanantid
halus akdiserap
oleh usus
Mencapai
usus halus
Peningkatant
Malabsorbsimak ekananosmot
Peningkatanl anan dan cairan ik
unen usus
VOMITUS
defisit Penurunan
cairan intrasel Deficit nutrisi
volume
cairan
7
E. KOMPLIKASI
8
Komplikasi yang sering terjadi pada muntah yang berkepanjangan antara lain:
1. Sindroma Mallory Weiss, yakni robekan fundus lambung.
2. Gangguan nutrisi/ metabolik
3. Dehidrasi
4. Esofagitis
5. Esofagitis eosinofilik
6. Gangguan laringorespiratori
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami
dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila
dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis
metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk
menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus urea.
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa
bila dicurigai ke arah penyakit hati.
g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis
akut. Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap
meninggi selama beberapa hari setelah serangan akut.
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan
pemeriksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda
ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah
diafragma menandakan adanya perforasi.
d. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta
larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau
keadaan yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi
pada intususepsi.
H. PENATALAKSANAAN
10
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah
mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit
gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup
untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan
awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta
memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction.
Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
d) Pemeriksaan Penunjang
11
3. USG
2. Diagnosa
12
Evaporasi 5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
Gejala dan tanda mayor 7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Subjektif (tidak tersedia)
Subjektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah 1. ( tidak tersedia )
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit Objektif
5. Turgor kulit menurun
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
6. Membrane mukosa kering
7. Volume urin menurun 8. Gejala dan Tanda Minor
Hematokrit meningkat gejala dan
tanda minor subjektif
Subjektif
1. Merasa lemah
1. ( tidak tersedia )
2. Mengeluh haus
Objektif
Objektif
1. Kulit merah
1. Pengisian vena menurun
2. Kejang
2. Status mental berubah
3. Takikardi
3. Suhu tubuh meningkat 4. Takipnea
4. Konsentrasi urin meningkat 5. Kulit terasa hangat
5. Berat badan turun tiba-tiba Kondisi Klinis Terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
Kondisi klinis terkait
5. Trauma
6. Prematuritas
1. Penyakit addinson
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Colitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
13
3. Intervensi
Terapeutik
Terapeutik
( keringat berlebih )
Edukasi
• Lakukan pendinginan eksternal
14
Kolaborasi pemberian cairan IV • Anjurkan tirah baring
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0 ,4% ) Kolaborasi
4. Implementasi
ASUHAN KEPERAWATAN
I. BIODATA
A. Identitas
1. Klien
a. Nama : An. R
b. Umur : 5 tahun
c. Jenis Kelamin: Laki-laki
d. Pindidikan : Belum
e. Agama : Kristen
f. Alamat :Winangun
g. No. RM :166726
h. Diagnosa Medik : Vomitus
i. Tanggal MRS : 24 September 2023
15
j. Tanggal Pengkajian: 25 September 2023
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. I
b. Umur : 36 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Agama : kristen
e. Hub dengan pasien : ibu
16
Ibu klien mengatakan berat badan klien pada saat lahir yaitu 3,1
kg. Ibu klien mengatakan gigi anaknya tumbuh kira-kira saat usia
6 bulan.
- Riwayat perkembangan
Ibu klien mengatakan anaknya sudah bisa merangkak di usia
kurang dari 1 tahun dan sudah bisa berjalan usia kurang dari 1
tahun. Bisa makan dan minum sendiri di usia 2 tahun.
17
6. Pola istirahat dan tidur saat di RS
a. Tidur siang 2jam per hari
b. Tidur malam 6 jam
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat badan : 17 kg
b. Tinggi badan : 120 cm
c. Tekanan darah :90/70mmHg
d. Nadi : 90x/menit
e. RR :26x/menit
f. Syhu : 38,9
2. Tingkat Kesadaran
Kualitas : komposmentis
b. Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada seruman , pernapasan cuping hidung
(-)
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
- Inspeksi : bentuk telinga simetris kanan dan kiri, pendengaran
baik, tidak ada lesi, tidak ada serumen
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut dan gigi
- Inspeksi : mukosa bibir pucat, tidak terdapat pembengkakan, tidak
ada pendaraahan pada rongga mulut, tidak sianosis, lidah bersih,
gigi ada yang berlubang
e. Leher
- Inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis
- Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
tekan
18
f. Thorak dan fungsi pernapasan
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi dada, fokal
premitus teraba, frekuensi nafas 26x/ menit
- Palpasi : tidak teraba pembengkakan, pergerakan simetris
- Perkusi : sonor
- Aulskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronki dan wheezing
g. Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ada kemerahan dan benjolan
- Alkultasi : bising usus terdengar 6x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, acites (-), tidak ada pembengkakan
hepar
- Perkusi : timpani
h. Kulit dan ekstremitas
- Inspeksi : kulit bersih, warna sawomatang
- Palpasi : turgor kulit kembali 5 detik, tidak ada edema, kulit terasa
hangat.
- Ekstremitas atas : terpasang infus RL 35 tpm, tidak ada lesi, tidak
ada edema, tidak ada nyeri tekan, CRT <2 detik
- Ekstremitas bawah : tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada
nyeri tekan
19
3. Program teraphi dan penatalaksanaan
20
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d muntah-muntah volume urine
menurun
2. Hepertermias b.d proses penyakit d.d suhu tubuh di atas nilai normal, kulit
terasa hangat
21
INTERVENSI KEPERAWATAN
22
penurunan
tekanan darah
secara tiba-tiba
Kolaborasi :
1. Membantu
menggantikan
kehilangan
cairan
2. 24- D.013 Hipertermia L.1413 Luaran I.15506 Intervensi utama : Observasi :
09- 0 b.d proses 4 utama : Manajemen 1. Mengetahui
202 penyakit d.d Termoregulas hipertermia kemajuan suhu
3 kulit terasa i tubuh yang di
hangat Setelah di Observasi : capai atau
lakukan 1. Monitor suhu penyimpangan
intervensi tubuh dari sasaran
selama 3x24 2. Monitor yang di
jam maka haluaran urine harapkan
termogerulasi 3. Monitor 2. Mengetahui
membaik komplikasi keseimbangan
dengan akibat cairan dan
kriteria hasil hipetermia tingkat dehidrasi
1. Suhu tubuh 3. Mengetahui
membaik Terapeutik : adanya
2. Suhu kulit 1. Sediakan komplikasi
membaik lingkungan akibat
3. Tekanan yang dingin hipertermia
darah 2. Longgarkan seperti
membaik atau lepaskan kerusakan obat
pakaian
3. Basahi dan Terpeutik :
kipasi 1. Menurunkan
permukaan suhu tubuh
tubuh 2. Memberikan
4. Ganti linen rasa nyaman dan
setiap hari atau tidak
lebih sering merangsang
jika mengalami peningkatan
hiperhidrosis suhu tubuh
(keringat 3. Memberikan
23
berlebih) efek dingin ke
permukaan
Edukasi : tubuh
1. Anjurkan tirah 4. Memberikan
baring lingkungan yang
bersih, tenang
Kolaborasi : dan nyaman
1. Kolaborasi
cairan dan Edukasi :
elektrolin 1. Meminimalkan
intravena jika fungsi semua
perlu sistem organ
pasien
Kolaborasi :
1. Mengatasi
kehilangan
cairan tubuh
24
IMPLEMENTASI
Dx Medis : Vomitus
25
EVALUASI KEPERAWATAN
Objektif :
- Pasien tampak lemas
- Membran mukosa pucat
- Kelopak mata cekung
- Berat badan 17 kg
- Ttv
TD : 90/70 mmHg
S :38,9
RR : 16x /menit
N : 76x ?menit
Analisa :
- Masalah keperawatan belum
teratasi
26
- Menganjurkan memperbanyak
minum air putih
- Menganjurkan perubahan
posisi terbaring keduduk,
duduk ke posisi berdiri
perlahan
Obyektif :
- Membrane mukosa pucat
- Kulit pasien teraba hangat
- Terpasang infur RL 35 tpm
- TD ; 100/70 mmHg
- Suhu : 37,8
- RR : 16x /menit
- Nadi : 76x /menit
Analisa :
- Maslah keperawatan belum
teratasi
27
menurun - Ibu klien mengatakan frekuensi
muntah 1x
- Ibu klien mengatakan klien
masih merasa mual
- Ibu klien mengatakan klien
minum 4 gelas dan ½ porsi
makanan pagi dan siang di
habiskan
Obyektif :
- Pasien tampak lebih bugar
- Membran mukosa lembab
- Kelopak mata cekung
- BB: 17 kg
- Td : 100/70 mmHg
- SB : 36,3
- N : 79x /menit
- RR : 16x / menit
Analisa :
- Maslah keperawatan belum
teratasi
28
- Ibu klien mengatakan frekuensi
BAK 3x dari jam 8 pagi sampai
jam 1 siang, urin yang di
keluarkan lebih banyak dari
yang sebelumnya
Obyektif :
- Mukosa bibir lembab
- Terpasang infus RL 35 tpm
- SB : 35,8
- TD : 110/70 mmHg
- N : 79x /menit
- RR : 14x/menit
Analisa :
- Masalah keperawatan teratasi
Planning :
- Intervensi di hentikan
29
DAFTAR PUSTAKA
Kawalak, J,P.Welsh, W. & Mayer, B. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
30