Anda di halaman 1dari 2

Perihal Mengenal

Sejujurnya, bukan tanpa sengaja aku menulis namamu di urutan pertama masa
perkenalan siswa kala itu.
Aku bersyukur mendatangimu hari itu, walau kamu mungkin melupakannya.
Aku suka keheningan yang meliputi kita kala itu.
Namun, aku harus meminta maaf karena satu hal, satu hal yang justru penting.
Aku mendatangimu awalnya bukan karena itu kamu. Aku melihat seseorang di dirimu.
Seseorang yang pernah menjadi bagian dari ceritaku, dan malamku. Seseorang yang
bukan siapa-siapa memang, namun itu cukup membuatku tertarik untuk mendekatimu
yang memiliki detaran yang sama dengan Seseorang itu. Apalagi saat aku melihat apa
yang kau akan jadikan tujuan di masa depan, bukan sama, namun sepintas mirip.
Di hari esoknya, aku tetap melihatmu sebagai orang itu. Diam-diam kucari
punggungmu. Aku menemukanmu saat game berpasangan, dan kau berpasangan
dengan satu satunya teman dari smpku disini. Ingin rasanya aku menanyakanmu ke
temanku itu. Namun jelas aku mengurungkan niat. Aku tidak semurah itu.
Oh, dan satu lagi, aku suka aura tenangmu.
Waktu berjalan, aku juga terus berjalan.
Waktu juga membawa kita ke sekolah malam, Madrasah diniyah. Tempat aku
melihatmu lagi. Kali ini tak usah dicari,
Kamu berada di kelas yang sama denganku.
Kamu satu-satunya orang yang membawa laptop, dengan earpods di telinga, dan
kamu memang hanya fokus ke laptopmu itu.
But I’ve got my eye on you.
Ada salah satu anak yang mengajak kita sekelas berkenalan, dan kamu tahu?
Sifatmu barusan mengingatkan aku pada seseorang itu lagi. Jujur, aku semakin ingin kita
dekat. Hanya karena aku ingin melihat kilasan sosok seseorang itu lagi.
Hanya itu.
Di hari-hari setelahnya, yang aku lakukan hanya mengagumimu sepertinya, kamu
dengan sikapmu, kamu dengan playlistmu, kamu dengan tenangmu, kamu dengan
suaramu, dan satu lagi,
Kamu dengan kepintaranmu.
Aku heran mengapa Tuhan menyiptakanmu, atau barangkali memang dunia butuh
sesuatu untuk membuatnya sempurna.
Aku memang tidak berharap apa-apa, tapi setidaknya, aku ingin merasakan aura
sosok itu lagi.
Sosok itu tidak sempurna, tidak ada yang sempurna. Namun mengapa yang aku
lihat padamu bentuk sempurna?
Barangkali aku tidak menyadarinya, ternyata aku sudah tidak melihatmu sebagai
seseorang di masa laluku.

Anda mungkin juga menyukai