Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aktivitas Penambangan

4.1.1 Kegiatan Drilling

Drilling dilakukan untuk mengetahui secara rinci kondisi geologi dibawah

permukaan suatu daerah. Sehingga data pengeboran sangat penting untuk

interpretasi data geologi lanjutan. Analisis data bor pada kerja praktik ini

bermaksud untuk mengetahui profil laterit (limonit dan saprolit) dan batuan dasar

dari daerah penelitian. Pengamatan ini dilakukan secara langsung pada hasil

pengeboran, sesuai dengan ciri-ciri dari masing-masing profil laterit. Dimana

kegiatan drilling ini mahasiswa didampingi oleh geologist dan wellsite dari PT

TIRAN INDONESIA.

Jenis pemboran ini didasarkan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan

operasi pengeboran. Pengeboran yang dilakukan di IUP PT TIRAN INDONESIA

dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 20 meter tergantung dari

kemampuan alat dan mata bor. Didalam kerja praktik ini, jenis alat bor yang

digunakan adalah tipe mesin MD.

Adapun proses-proses kegiatan pemboran ini berdasarkan dari SOP (PTTI-

SOP-MPE-Eksplorasi) adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Plan Titik Bor

Penentuan plan titik bor dibuat seorang geologist dengan memperhatikan

topografi di lapangan. Kemudian penentuan di lapangan menggunakan GPS

dengan mengacu pada koordinat plan yang telah ditentukan dan untuk mencegah

terjadinya kesalahan dari rencana titik bor yang telah ditentukan berdasarkan titik

koordinat.
Gambar 4.1 Peta Plan Pengeboran

2. Proses Pengeboran

Proses pengeboran dilakukan setelah field geologist melakukan pengecekan

mengenai kondisi plan titik bor. Setelah dinyatakan layak, pengeboran dapat

dimulai dengan pengawasan oleh field geologist. Pengambilan core dilakukan per

interval 1 meter atau < 1 meter dan tidak diperkenan kan untuk > 1 meter per tiap

kali pengambilan core nya.

Conto yang terambil kemudian diukur menggunakan meteran untuk

mengetahui panjang conto yang terambil apabila sesuai dengan kemajuan pipa

yang masuk atau tidak. Apabila conto lebih Panjang dari kemajuan pipa maka

contoh tersebut dinyatakan sebagai swelling (material yang mengembang),

sedangkan jika material kurang dari kemajuan pipa maka dinyatakan loss core

(material hilang). Adapun setiap pengambilan core yang naik akan dicatat pada

form drilling.
Gambar 4.2 Pengawasan Kegiatan Pengeboran

3. Break Geology

Setelah dilakukan pengukuran, conto tersebut diletakkan dalam corebox

dalam kondisi bersih dari cutting (material pengotor). Ketika dijumpai perbedaan

tekstur, struktur dan komposisi material akan dilakukan break geologi pada 1

meter core yang terjadi perubahan ≥ 30 cm agar memenuhi syarat representatif

data.

Gambar 4. 3 Sampel pada Core Box dan Break Geology

4. Deskripsi Core atau Logging

Deskripsi Core dilakukan per interval atau tiap perbedaan material yang telah

di break. Pengamatan geologi dilakukan penentuan layer, pengamatan warna,

komposisi mineral, presentase mineral, tekstur, struktur, tingkat pelapukan, dan


kedalam. Logging dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan dari field

geologist.

Gambar 4. 4 Deskripsi core

Gambar 4. 5 Form Logging Core

5. Foto Core dan Packing Sampel

Foto core box dilakukan dengan hati-hati dan fokus agar ketika dilakukan

validasi lebih mudah. Setelah difoto, core atau conto nya akan di packing per

interval yang telah di break harus dipastikan tidak terkontaminasi dan sesuai
interval dari data logging. Selanjutnya akan dibawa ke preparasi untuk diketahui

kandungan kimianya.

Gambar 4. 6 Foto Core

Foto 4.7 Packing Sample

6. Finish Hole

Pengeboran dapat dikatakan selesai (Finish Hole) dilakukan oleh Field

geologist setelah didapatkan bedrock (2 meter fresh rock) atau berdasarkan

justifikasi dari field geologist. Setelah dinyatakan finish, conto akan di-packing

berdasarkan interval dan batas break geology-nya. Hole yang telah finish akan

dipasangkan patok finish berupa drilpad dan hole_id serta EOH finish dan dicatat

koordinat aktualnya.

4.1.2 Kegiatan Testpit

Testpit merupakan salah satu kegiatan eksplorasi yaitu pengambilan

sampel yang dilakukan dengan cara penggalian pada titik-titik yang sudah

ditentukan dalam rangka memperoleh gambaran yang representatif mengenai


profil, penyebaran endapan secara garis besar. Kegiatan ini bertujuan untuk

melihat secara langsung kondisi lapisan tanah dengan teliti serta menentukan ideal

atau tidaknya suatu PIT untuk ditambang ataupun diteliti lebih lanjut. Selain itu,

tespit juga dapat dilakukan sebelum kegiatan loading dilakukan untuk lebih

memastikan ore yang akan di getting ekonomis atau tidak yang biasa dilakukan

oleh grade control. Dari pengamatan pada bidang vertikal di dalam lubang dapat

diidentifikasi lapisan tanah, warna, dan jenis mineral. Adapun alat yang digunakan

dalam kegiatan ini adalah excavator. Pada pengujian testpit ini dapat diambil

contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada lapisan-lapisan yang telah

ditentukan.

4.1.2.1 Tahapan Kegiatan Testpit Grade Control

1. Penggalian Lubang Testpit

Penggalian lubang testpit dilakukan secara vertikal kebawah, dimana setiap

interval 1 meter dilakukan pengambilan conto. Sebaiknya menjaga jarak dari

lubang testpit karena mudah longsor. Faktor safety menjadi hal utama dalam

kegiatan ini
Gambar 4.8 Lubang Testpit

2. Pengambilan Conto Testpit

Pengambilan conto dilakukan menggunakan excavator kemudian dituangkan

di bagian belakang/samping excavator. Pengambilan Conto dilakukan per meter

tiap interval dan pengambilan conto mulai dari meteran limonit sampai dengan

batas boulder/bedrock yang cukup masif sehingga excavator tidak mampu untuk

terus menambah kedalaman. Untuk kondisi tertentu, aktivitas testpit dapat

dinyatakan finish setelah bucket excavator tidak lagi dapat menggali turun atau

dapat dinyatakan finish pula apabila terdapat isu safety seperti bahaya longsor

maupun isu safety lainnya.

Gambar 4.9 Pengambilan Conto Testpit

3. Preparasi Conto Testpit


Jumlah Conto yang diambil berkisar 500 g per meter. Dalam pengambilan

conto sebaiknya dilakukan tiap sisi dari tumpukkan secara random agar

merepresentasikan profil laterit interval tersebut secara vertikal.

4. Packing Conto

Setelah proses deskripsi dan foto conto dilakukan, selanjutnya dilakukan

proses packing conto. berdasarkan interval yang diambil dan disesuaikan dengan

karung yang berlabel hole_id dan intervalnya, setelah memastikan conto tersebut

masuk kedalam karung, ikat rapat karung tersebut.

5. Penutupan Lubang Testpit

Setelah dinyatakan finish lubang testpit ditutup Kembali untuk menghindari

adanya kecelakaan.

4.1.3 Kegiatan Sampling

Pengambilan sampel (sampling) yang dilakukan pada kegiatan


pengendalian kualitas bijih nikel laterit di PT Tiran Indonesia terdiri atas:
a. Pengambilan Sampel Stripping
Sample stripping bertujuan untuk memonitor dan mengontrol kegiatan
stripping dan clean up yang sedang dilakukan di Face/pit. Kegiatan ini dilakukan
sesuai dengan keadaan bukaan, dan pengambilan sampel ini tidak dilakukan terus-
menerus, yang hanya dilakukan apabila di lapangan ditemui material atau face
stripping secara visual di lapangan yang mengindikasikan adanya peningkatan Ni
ataupun Fe.
b. Pengambilan Sampel Top Ore
Pengambilan sample top ore dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
bagian atas dari lapisan bijih (top ore). Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil sampel pada lapisan yang diduga merupakan bagian atas dari bijih.
Analisis kadar pada pengambilan sample top ore biasanya menggunakan alat
analisis yang dapat dibawa ke lapangan seperti Nitton X-Ray Fluorescence. Jika
tidak tersedia alat analisis lapangan, maka diambil sampel kemudian dianalisis di
laboratorium. Lokasi pengambilan sampel diberi tanda. Apabila hasil analisis
menunjukkan sampel merupakan bijih yang ekonomis maka proses penambangan
dilanjutkan dengan melakukan ore getting pada daerah tersebut
Sampling top ore bertujuan untuk mengontrol kualitas ore di zona top ore
yang akan ditambang. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memasang
patok dan bendera putih dengan jarak ±2.5 cm di 9 titik pengambilan setiap tiap
patok dengan berat ±5 kg. Pengambilan sampel harus sesuai dengan kondisi
aktual di lapangan, perbandingan harus sesuai dengan soft dan rock
c. Pengambilan Sampel Check
Sample check bertujuan untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang
akan diambil untuk produksi. Sebelum mengambil sampel di lapangan terlebih
dahulu memperhatikan daerah singkapan endapan bijih, kemudian memasang
patok di setiap interval ±2.5 meter di 9 titik pengambilan tiap patoknya. Proses
pengambilan sampel yang berada dekat dengan bench/tebing dapat dilakukan
dengan cara menggali badan bijih sedalam 10 cm dengan luas 54cm2 di sekitar
patok sebanyak 6 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul sampel
sebanyak ±5 kg untuk satu nomor sampel. Sampel harus diambil sesuai dengan
kondisi aktual di lapangan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat
pengambilan sampel.
d. Pengambilan Sampel Face Production Ore
Metode sampling Face Production Ore dapat dilakukan dengan cara meminta
kepada operator agar mengambil dari lokasi aktif mining, dan memposisiskan
bucket backhoe dengan posisi yang aman dan tidak bergerak. Mengambil sample
sebanyak 3 titik di bucket backhoe dengan sekop 125D sebanyak ±15 kg. sampel
yang telah diambil dimasukkan ke dalam karung yang diberi kode serta diikat
dengan tali untuk membedakan sampel yang satu dengan yang lainnya. Sampel
tersebut kemudian dikirim ke laboratorium preparasi untuk analisis kadar.
e. Pengambilan Sampel ETO Stock
Untuk pengangkutan bijih nikel menggunakan alat angkut DT dengan
kapasitas ±50 ton dan melakukan pengangkutan langsung ke tempat penumpukan
ore (stock yard ETO dan EFO). Sebelum ore ditimbun ke ETO (Exportable
Transit Ore) dan EFO (Exportable Fine Ore), material ore terlebih dahulu
dibawa ke sample house untuk proses pengambilan sampel produksi. Proses
pengambilan sampel yang dilakukan di sample house dengan cara mengambil
material dari 2 titik yang berbeda yaitu pinggir dan tengah dengan sekop
incerement sebanyak 15 kilo dalam 1 Dump Truck. Satu sublot terdiri atas 20
incerement. Satu dome terdiri atas 40 incerement karena material yang di angkut
memiliki kadar moisture content (MC) yang sangat tinggi sehingga untuk
mempermudah dalam proses treatment dilakukanlah hal tersebut. Gambar 3.12
menunjukkan proses pengambilan sampel pada sample house.

Gambar 3.12 Proses Pengambilan Sampel ETO Stock

Gambar 3.12 Proses Pengambilan Sampel Check


4.1.4 Kegiatan Survei Topografi dengan Total Station

Kegiatan survey topografi dilakukan untuk mengupdate


ketinggian/topgrafi dari pit yang datanya kemudian diolah melalui aplikasi
Surpac.
Gambar 3.12 Proses Survey Topografi

4.1.5 Kegiatan Drone Mapping

4.1.6 Kegiatan Preparasi

Preparasi sampel merupakan rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan


sampel untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan sampel
dan kepentingannya. Kegiatan preparasi kering dilakukan di divisi QAQC.
KEGIATAN PREPARASI SAMPEL

Kegiatan preparasi sampel diawali dengan kegiatan penyaringan

(screening). Screen yang digunakan berukuran 10x10 mm atau 20x20 mm.

Kegiatan penyaringan bertujuan untuk memisahkan material berbutir halus

dengan material berbutir kasar. Material berbutir kasar yang tidak lolos

penyaringan (oversize) kemudian diremukkan menggunakan palu atau jaw

crusher, sedangkan material yang berbutir halus disiapkan untuk proses

pencampuran atau mixing.

Mixing adalah kegiatan mencampurkan material dengan menggunakan

sekop. Mixing bertujuan untuk membuat sampel menjadi homogen dan

representatif saat diambil sebagian kecilnya. Kegiatan yang dilakukan setelah

mixing adalah membentuk sampel menjadi persegi panjang dan membagi sampel
menjadi beberapa bagian yaitu 5x6. Tiap kotak dari sampel ini diambil dengan

menggunakan scoop 30D sehingga didapatkan dua sampel yaitu sampel bagian A

dan sampel bagian B (quality sample) serta sample waste atau disebut remainder.

Sampel bagian A dan sampel bagian B kemudian di mixing 3x sebelum dilakukan

matriks 4x5 dengan menggunakan sekop 15D. Hasil matriks tersebut kemudian

didapatkan quality sample. Quality sample adalah hasil pencampuran yang

mewakili 20 increament. langkah selanjutnya adalah quartering dan MC sample.

Quartering adalah kegiatan membagi sampel menjadi empat bagian kemudian

diambil dua bagian yang berseberangan. Hasil quartering didapatkan sampel

original dan duplikat. Berikut ini adalah Gambar 3.8 yang menunjukkan proses

preparasi sampel.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan data kadar

setelah dianalisis. Pengeringan dilakukan dengan memanaskan sampel pada oven

di suhu 120° C ±8 sampai 18 jam. Pengeringan dilakukan dengan tujuan

menghilangkan kandungan air pada sampel untuk memudahkan dalam proses

berikutnya.

Milling adalah kegiatan mereduksi ukuran sampel hingga berukuran -3mm.

Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan peralatan seperti double roll crusher

dan disk mill. Setelah kegiatan milling dilanjutkan dengan kegiatan splitter yaitu

preparasi dengan membagi dua sampel yaitu sampel buckup dan sampel original.

Setelah didapatkan sampel original langkah selanjutnya adalah pulverizer.

Pulverizer adalah kegiatan mereduksi ukuran butir material hingga 200 mesh

sebelum dilakukan vibrating screen atau sizing. Sampel yang didapatkan dari
proses sizing dibuatkan matriks 4x5 menggunakan scoop 1,5D untuk

mendapatkan dua sampel.

Kegiatan terakhir pada preparasi sampel adalah membentuk sampel bubuk

menjadi pellet dengan menggunakan alat press pellet machine tipe mesin

automatis. Jenis pellet yang dibuat adalah pellet press dengan menggunakan

wadah cup. Jenis die yang digunakan adalah tipe datar. Sampel di-press sampai

tekanan 80 kN. Gambar 3.9 berikut ini merupakan tahap terakhir dari proses

preparasi sampel.

4.1.7 Analisis Kadar

Gambar 3.10 merupakan alat analisis kadar sampel yang dilakukan di

dalam Laboratorium menggunakan alat analisis Bruker X-Ray Fluorescence.

Sampel yang telah berbentuk pellet dan telah melalui tahap preparasi kemudian

dianalisis kadarnya. Alat analisis akan menembakkan X-Ray Fluorescence ke

permukaan sampel kemudian mendeteksi kandungan unsur dalam sampel. Lama

waktu pembacaan tergantung pada banyak sampel yang akan dianalisis kadarnya

serta banyaknya unsur yang ingin dideteksi pada sampel. Biasanya analisis

kandungan unsur yang dilakukan pada sampel bijih nikel laterit meliputi kadar Ni,

Fe, MgO, dan SiO2. Data kandungan sampel kemudian dianalisis dan dihitung

nilai basisitas dan S/M untuk mengetahui apakah bijih nikel yang diproduksi

sesuai dengan spesifikasi pabrik pengolahan atau tidak.


Gambar 3.10 Analisis XRF Menggunakan Bruker X-Ray Fluorescence

Apabila kadar bijih nikel yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi pabrik

pengolahan maka perlu dilakukan pencampuran atau blending bijih nikel dengan

kualitas yang berbeda untuk mecapai bijih nikel hasil blending yang sesuai dengan

spesifikasi pabrik pengolahan. Data kandungan sampel tersebut juga dapat

digunakan untuk menghitung rata-rata kadar Ni yang dihasilkan. Berdasarkan data

kandungan tersebut dapat membantu dalam proses untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh yang di alami pada saat di Lapangan.

4.2 Karakteristik Endapan Nikel Laterit

4.2.1 Kenampakan Nikel Laterit Pada Permukaan


Dari pengamatan di lapangan dijumpai karakterisitik laterit di permukaan
pada blok X terdiri dari 3 jenis laterit berdasarkan batuan asal pembentuk laterit
tersebut. Adapun 3 jenis laterit tersebut yaitu:
a. Laterit coklat kemerahan. Secara megaskopis mempunyai ciri-ciri yaitu
warna coklat kemerahan, butiran clay – soft sand, kekuatan magnetik kuat (high
magnetic). Merupakan produk laterisasi dari batuan ultramafik sebagai batuan
dasar.
Gambar 1. Produk laterit cokelat kemerahan pada blok X
b. Laterit coklat kekuningan. Secara megaskopis mempunyai ciri-ciri
berwarna cokelat kekuningan, ukuran butir sandy, low magnetic, merupakan
pelapukan batuan konglomerat sebagai batuan dasar. Meskipun penyebarannya
luas namun tanah laterit ini dianggap sebagai laterit tidak prospek. Gambar 2
menunjukkan kenampakan tanah laterit coklat kekuningan pada blok X.

Gambar 1. Produk laterit cokelat kemerahan pada blok X

4.2.2 Geomorfologi Lokasi Penelitian

Geomorfologi pada lokasi penelitian Konawe Utara dibedakan menjadi 2


satuan berdasarkan kemiringan lereng (slope). Adapun satuan morfologinya
yaitu:
a) Satuan geomorfologi landai–curam (slope 10°-30°). Satuan ini merupakan
punggungan bukit-bukit. Pada area ini sangat dimungkinkan untuk terjadinya
proses laterisasi, sebagaimana telah ditunjukkan dari hasil pengamatan pada
laterit surface. Sebab pada daerah ini air hujan yang mengalir di permukaan (run
off) akan meresap kedalam tanah melapukkan batuan dasar (bedrock).
b) Satuan geomorfologi curam–sangat curam (slope 30⁰-60⁰). Pada daerah
ini pelapukan terjadi kurang intensif sebab jumlah air hujan yang meluncur
dipermukaan (run off) lebih banyak dari pada air yang meresap kedalam tanah.
Selain itu daerah penelitian memiliki morfologi perbukitan dengan ketinggian
(elevasi) 485 - 865 meter di atas permukaan laut.

Gambar 4. Morfologi daerah penelitian


4.2.3 Litologi Lokasi Penelitian
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui blok X terdiri dari 2 jenis
litologi yaitu:
1) Batuan Ultramafik. Dengan kenampakan secara megaskopis yaitu: memiliki
warna hijau kehitaman, kristalinitas: holokristalin, granuliaritas: porforitik,
fabrik: anhedral, dan relasi: equigranular, komposisi mineral terdiri dari mineral
olivin ± 70%, ± piroksin 20%, dan mineralmineral silika ± 10%, struktur:
massive, tingkat pelapukan kuat, tingkat kemagnetan rendah, tingkat
serpentinisasi tinggi, terdapat rekahan-rekahan kecil (stringer vein) yang telah
terisi oleh mineral silika. Dari hasil pengamatan megaskopis nama dari batuan
tersebut yaitu Peridotit (Klasifikasi Travis. R.B., 1955).
Gambar 5. Litologi berupa batuan ultramafik pada blok X

2) Batuan Konglomerat. Dengan kenampakan secara megaskopis yaitu: warna


lapuk putih kekuningan, warna segar abu-abu cerah, tekstur berbutir sangat halus,
bereaksi dengan larutan asam klorida (HCl). Batugamping tersebut terdiri dari
lumpur karbonat (lime mud) dan mineral Kalsit (CaCO 3) yang hanya mengisi
rekahan-rekahan kecil (stringer vein) pada batugamping tersebut. Gambar 7
memperlihatkan litologi berupa batugamping pada blok X.

Gambar 6. Litologi berupa batuan konglomerat pada blok X


4.2.4 Vegetasi Lokasi Penelitian

Daerah Penelitian Konawe Utara ini merupakan merupakan area hutan


produksi. Hutan Produksi (HP) merupakan areal hutan yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan bagi
kepentingan konsumsi masyarakat, industri dan eksport.
Karakteristik vegetasi yang tumbuh pada blok X merupakan vegetasi
primer (asli) yaitu vegetasi yang belum mendapatkan gangguan dan berkembang
dalam lingkungan ekosistemnya yang masih asli. Vegetasi primer yang menjadi
ciri khas blok X yaitu berbagai tumbuhan tropis berupa jenis semak belukar yang
menyebar luas, tanaman perdu, pohon damar (Agathis dammara), pohon kolaka
(Maranthes corymbosablume), dan hutan yang ditumbuhi pepohonan berdiameter
antara ±10 - 40 cm. Gambar 12 memperlihatkan vegetasi yang tumbuh pada blok
X.

Gambar 8. Vegetasi pada daerah penelitian

4.2.5 Karakteristik Endapan Nikel Laterit Bawah Permukaan

Setelah mengamati karakteristik di atas permukaan, selanjutnya


melakukan pengamatan di bawah permukaan.Untuk mengetahui kondisi tesebut
dilakukan kegiatan pemboran (drilling) .Hasil kegiatan pemboran berupa inti bor
(core) kemudian dideskripsi dan dicatat ke dalam form logging dari kegiatan
logging tersebut kita dapat mengetahui karakterisitik zonasi vertikal.
Pengambilan sampel inti bor (core) sebanyak 6 sampel yang dianggap bersifat
representatif.Rata-rata hasil pengamatan megaskopis inti bor (core) diperoleh:
1) Tanah penutup (top soil): umumnya pada daerah penelitian memiliki
kedalaman rata-rata 0-1 meter, berwarna coklat tua, marterial corenya clay,
terdapat sisa-sisa tumbuhan.
2) Zona limonit: umumnya pada daerah penelitian memiliki kedalamanrata-
rata 2-5 meter, berwarna coklat muda-coklat tua, material corenya berukuran
clay, kemampuan magnetik kuat, mineral-mineral yang sering hadir dalam zona
ini yaitu mineral hematite dan mineral goetit.

3) Zona saprolit: umumnya pada daerah penelitian memiliki kedalaman rata-


rata 7-20 meter, mulai terdapat variasi warna yaitu coklat muda, hijau muda, abu-
abu, dan kuning, material corenya sandyrocky, mulai terdapat fraksinasi, ukuran
fragmen kerikil, kerakal, hingga boulder, kemampuan magnetik lemah, komposisi
mineral didominasi oleh mineral piroksen,dan mineral serpentin, sedangkan
mineral olivin dan crisopras, serta minera-mineral silika memiliki jumlah
sedanghingga tidak dominan.

Gambar 9.Core zona soft saprolit

Gambar 10.Core zona rocky saprolit


4.2.6 Karakteristik Kimia (Analisis XRF)

Setelah sampel pemboran diperoleh selanjutnya sampel dipersiapkan


(preparation) untuk selanjutnya dianalisis secara kimia menggunakan sinar X-ray
Fluorescence (XRF), guna mengetahui persentase unsur-unsur kimia serta
distribusi unsur-unsurnya yang terkandung dalam sampel tersebut.karakteristik
kimia yang diperoleh, akan dijelaskan pada salah satu grafik Blok 1_F52935
berikut.

Profil Fe, Al203, MgO, SiO2


Blok 2 PTTI
60.00

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829

Fe Al2O3 MgO SiO2

Gambar 11. Grafik Fe, Al2O3, MgO, SiO2


Gambar 11 memperlihatkan distribusi penyebaran unsur-unsur Fe, Al 2O3, MgO
dan SiO2.
a. Unsur Fe pada kedalaman 0-17 meter memiliki kandungan persentase unsur
yang tinggi yaitu 20-50%, semakin bertambah kedalaman pemboran yaitu
pada kedalaman 18-29 meter, semakin menurun pula persentase unsur
besinya dengan jumlah 6-19%.
b. Unsur Al2O3 mengalami hal yang sama dimana pada kedalaman 0-17 meter
memiliki persentase 10-19%, dengan bertambahnya kedalaman yaitu pada
kedalaman 18-29 meter semakin menurun pula jumlah persentase unsurnya
sebesar 0,17-10%.
c. Untuk persentase unsur SiO2 berbanding terbalik dengan unsur Fe dan unsur
Al2O3 dimana pada kedalaman 0-17 meter memiliki jumlah persentase kecil
hanya sebesar 1-27%, pada kedalaman 17-29 meter terjadi peningkatan
persentase unsurnya dengan jumlah 27-48%.
d. Hal serupa terjadi pada unsur MgO pada kedalaman 0-17 meter memiliki
kandungan unsur yang kecil antara 0,89-14%, semakin bertambah kedalaman
pemboran yaitu pada kedalaman 18-29 meter terjadi peningkatan kandungan
unsurnya sebesar 14-38%.

Profil Ni dan Co Blok 2 PT.TI PTTI


2.50
LIMONIT SAPROLIT
2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Ni Co

Gambar 12 Grafik Ni dan Co


Gambar 12 memperlihatkan distribusi penyebaran unsur Ni dan unsur Co.
Dimana:
a. Unsur Ni mempunyai pesentase yang tidak stabil dimana pada kedalaman 0-8
meter mempunyai nilai Ni yang rendah hanya berkisar <1,5% , pada
kedalaman 8-19 meter terjadi peningkatan persentase unsurnya hingga 2 %
dan memperlihatkan grafik yang naik turun pada kedalaman 19-23 m. Pada
kedalaman 23-26 meter mengalami peningkatan kadar hingga 2,5% sebelum
akhirnya mengalami penurunan persentase pada zona bedrock hingga 0,77%.
b. Unsur Co pensentasenya cukup stabil dari kedalaman awal pemboran hingga
kedalaman akhir pemboran tidak mengalami kenaikan maupun penurunan
persentase yang cukup signifikan, namun dari segi persentase unsurnya
memiliki kandungan persentase yang sangat kecil hanya bernilai 0,01-0,13%.

Anda mungkin juga menyukai