( KEPRIBADIAN ATLET )
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kepribadian Atlet ”. Tidak lupa kami ucapkan kepada teman-teman
yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
1. Pendekatan Kepribadian
Pendekatan “ Trait “
Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional dilandasi antara lain oleh pandangan belajar
social (Bandura, 1977) yang mengemukakan bahwa prilaku seseorang
ditentukan oleh proses belajar mencontoh dan adanya penguat social. Pada
kenyataaan penganut teori ini tidak sebanyak penganut teori “trait”, namun
mereka mengemukana bahwa perubahan atau manipulasi penguat did alma
lingkungan kana mengubah perilaku individu. Teori ini sesungguhnya
dilandasi oleh teori belajar instrumental. Jadi, perilaku seseorang atlet akan
berubah jika lingkungannya mengalami perubahan. Namun pada
kenyataannya terutama pada atlet bintang (elite athlete) mereka tidak
mudah berubah sekalipun diberikan perlakuan berbeda. Atau mereka dapat
menentukan perubahan perilaku mereka tanpa banyak dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan.
Pendekatan Interaksional
Penganut pandangan interaksional beranggapan bahwa faktor
pribadi individu yang bersangkutan dan faktor lingkungan berperan secara
bersama-sama dalam menentukan tingkah laku atlet. Mereka
mempertanyakan misalnya : apakah anak-anak dengan rasa percaya diri
tinggi lebih menyukai situasi yang penuh dengan kompetisi sedangkan
anak-anak dengan rasa percaya diri rendah lebih menyukai situasi tanpa
kompetisi.
Adanya suatu harapan besar bahwa di kelak kemudian hari dapat ditemukan
sebuah perangkat yang daptat meramalkan apakah seseorang akan memperoleh
sukses dalam menjalani karirnya sebagai seorang atlet. Karena, pada kenyataannya
sampai saat kini hasil evaluasi sejumlah pakar menunjukkan gambaran yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor alat ukurannya sendiri, standar pengukuran,
pengambilan sampel, bidang olahraga dan karakteristik olahraga yang berbeda-
3) Kompetitif
Melalui sejumlah penelitian, Gill dan Dzewaltowski ( 1988 ) mendapatkan
bahwa atlet bintang lebih mengutamakan keinginan berkompetisi dan tampil
secara baik daripada sekedar menang atau memperoleh penghargaan atas
kemenangannya.
4) Percaya diri
Atlet bintang memiliki rasa percaya diri lebih besar daripada bukan atlet
bintang atau atlet normal lainnya. Rasa percaya diri ini tergambarkan lewat
keyakinan mereka untuk memenangkan pertandingan. Rasa percaya diri
mereka ini berkaitan erat dengan upaya mereka mempertahankan kendali
emosi, berpikir positif, mempertahankan konsentrasi, mengingkatkan usaha
untuk memenangkan pertandingan, berupaya sungguh-sungguh
memanfaatkan berbagai strategi untuk memenangkan pertandingan,
membuat keputusan yang lebih tepat dan akurat, dan tidak mudah tertanggu.
4. Kecenderungan Perilaku
Meningkatkan intensitas kemampuan jauh lebih tinggi pada saat kompetisi
daripada pada saat latihan.
Dalam latihan fisik, atlet bintang berupaya sekuat tenaga menyelesaikan
program dan porsi latihannya kemudian mempertahankannya selama
mungkin sesuai musim kompetisi
Percaya diri para atlet bintang semakin besar jika ada kalender acara
kompetisi yang nya dan tersusun secara khusus dan terencana.
Atlet bintang cenderungn menggunakan latihan mental dan memusatkan
perhatiannya untuk menghadapi acara-acara pertandingan.
Mereka cenderungn berdiam diri untuk memusatkan perhatian dan
mempersiapkan diri menghadapi pertandingan.
Mereka mengharapkan kehadiran pelatih sebagai sumber aspirasi
Ketegangan yang dialami tersalurkan ke dalam bentuk gugahan kewaspadaan
dan bukan kecemasan serta ketakutan.
Mereka cenderung memperkuta keyakinan mereka sebagai bentuk kesiapan
dan kesedian untuk bertanding
Atlet bintang cenderung tidka panik dalam menghadapi kesulitan
digelanggang, karenan mereka lebih berlatih untuk mengendalikan gejolak
emosional mereka.
Mereka membanganun percaya diri melalui berbagai bentuk latihan mental
secara rutin.
Mereka peka terhadap kondisi fisik dan mental mereka karenanya cenderung
mampu untuk menyesuaikan diri dalam mengahadapi berbagai lawan.
1. Dibanginkan dengan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga
beregu menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Kurang menggunakan kemampuan berpikir abstrak
2. Dibandinkan dengan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga
individual menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Lebih bersikap Objektif
Lebih tergantung pada orang lain ( dependensi )
Tidak terlalu cemas
Kurang menggunakan kemampuan berpiki abstrak
3. Dibandinkan dengan yang bukan atlet, atlet perempuan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut:
Beriorientasi pada prestasi
Tidak tergantung pada orang lain ( independen )
Cenderung agresif
Emosinya tergolong stabil
“assertive” ( berani berpendapat secara terbuka mengatakan apa yang
hendak dikatakan sesuai dengan kewajarannya )
4. Profil gunung es seperti yang dikemukan Morgan (1979, 1980)
menunjukkan perbandingan antara atlet bintang dan atlet bukan bintang.
Atlet bintang memiliki keteguhan lebih tinggi, dan kelelahan serta
kebimbangan lebih rendah daripada atlet bukan bintang. Sementara itu jika
dibandingkan dengan populasi atlet secara umum, atlet bintang memiliki
keteguhan di atas rata-rata atlet lain, dan memiliki kelelahan, kebimbangan,
depresi dan ketegangan di bawah rata-rata. Jika hal ini di lukiskan maka
akan membentuk gambar seperti gunung es.
KEPRIBADIAN
Atlet ATLET
sukses Page 10
Atlet kurang
Sukses
5. sejumlah pakar kini juga tertarik untuk mempelajari hubungan antara
latihan dengan kepribadian, misalnya hubungan antara latihan dengan tipe
kepribadian A. Tipe kepribadian A memiliki kecenderungan tingkat
aktivitas kerja tinggi dan menderita gangguan jantung akibat intensitas
kerja yang terlalu tinggi. Beberapa percobaan memperoleh bukti bahwa
program aerobics selama 12 minggu menurunkan derajat aktivitas kerja
individu bertipe kepribadian A, serta mengurangi reaksi kardiovaskular
terhadap kondisi stress. Jadi latihan olaharaga memberikan keuntungan
bagi peningkatan kesehatan et al., ( 1988 )
6. Sonstroem ( 1984 ) mengemukakan bahwa latihan olahraga memiliki
korelasi positif dengan perkembangan konsep diri. Hubungan korelasi
positif ini belum tentu berdasarkan kenyataan bahwa individu mengalami
perbaikann kebugaran tubuh akibat latihan kebugaran, tetapi lebih pada
individu bahwa tubuhnya menjadi lebih bugar
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kepribadian merupakan ciri khas seseorang dalam berfikir, bertindak, dan
berperilaku dengan berbagai pengaruh yang dibawanya seperti lingkungan
pendidikan maupun keturunan.Sikap (attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang
SARAN
Dalam olahraga dikenal istilah fair play yang merupakan pegangan wajib
seorang pelaku olahraga baik atlit maupun non atlit, maka sikap inilah yang perlu
kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari dimana kita berusaha menanamkan
sikap tersebut dengan memiliki kepribadian yang baik dan selalu bersikap adil
didalam maupun diluar lapangan
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1996. Psikologi Olahraga. Teori dan Praktek. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.