Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI OLAHRAGA

( KEPRIBADIAN ATLET )

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

 AZHABUL KAHFI ( 230301522077 )


 ANDI FAHRI ( 230301522069 )
 ELZA ( 230301522059)
 MUHAJIR ( 230301522048)
 ZULFADLI ( 230301522067)
 ALIF NASIR ( 230301522077 )

PROGRAM STUDI ILMU KEOLARAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLARAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kepribadian Atlet ”. Tidak lupa kami ucapkan kepada teman-teman
yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bagaimana pun bagusnya latihan fisik, teknik. Taktik


kalau tidak ditungjang oleh mental yang bagus prestasi atlet sulit dicapai. Dalam
olahraga tidak hanya mengandalkan pada bakat atau talenta atlet, tidak juga
mengandalkan kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan melalui latihan-latihan
fisik saja, namun ada faktor lain yakni psikologi sangat menunjang prestasi atlet.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan,


karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah kami. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Makassar,7 Maret 2024

KEPRIBADIAN ATLET Page i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN................................................................................................................iii
A. Latar Belakang................................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................iii
C. Manfaat............................................................................................................................iii
D. Tujuan..............................................................................................................................iii
BAB II...................................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................................1
A. KEPRIBADIAN ATLET..............................................................................................1
1. Pendekatan Kepribadian............................................................................................1
 Pendekatan “ Trait “..............................................................................................1
 Pendekatan Situasional..........................................................................................2
 Pendekatan Interaksional.......................................................................................2
2. Pengukuran kepribadian............................................................................................4
a) Pengukuran “trait” dan “state”..............................................................................4
b) Pengukuan perbadasarkan situasi khusus..............................................................5
c) Pengukuran khusus dalam situasi olahraga...........................................................5
3. Disposisi Psikologis...................................................................................................6
2) Haus terhadap tantangan........................................................................................7
3) Kompetitif..............................................................................................................7
4) Percaya diri............................................................................................................7
5) Kemampuan memusatkan perhatian......................................................................7
6) Memiliki harapan untuk sukses.............................................................................7
7) Mampu mengatasi tekanan atau stes.....................................................................8
4. Kecenderungan Perilaku............................................................................................8
BAB III................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................12
 KESIMPULAN...........................................................................................................12
 SARAN........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

KEPRIBADIAN ATLET Page ii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian merupakan ciri khas seseorang dalam berfikir, bertindak, dan
berperilaku dengan berbagai pengaruh yang dibawanya seperti lingkungan
pendidikan maupun keturunan.sikap (attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang
dapat didefinisikan sebagai pernyatan-pernyataan evaluatif, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai objek,
manusia, atau peristiwa-peristiwa. Sebagian sikap terbentuk melalui proses belajar
sosial yang diperoleh dari orang lain.
Sikap dapat tumbuh selama manusia hidup. Sepanjang hidupnya, manusia
belajar tidak pernah berhenti. Proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, dan
pengalaman, berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam proses yang panjang
inilah nilai-nilai hidup didapatkan oleh manusia, yang kemungkinan besar akan
dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap subyek atau obyek.
B. Rumusan Masalah
 Apa definisi dari kepribadian?
 Bagaimana cara pembinaan sikap?
 Apa hubungan kepribadian dan olahraga?
C. Manfaat
Sebagai mahasiswa olahraga yang juga calon guru pendidikan jasmani
maka tentu kita harus mengetahui apa yang di maksud dengan kepribadian dan
sikap dalam olahraga,karena pada kepribadian dan sikap seseorng itu berbeda setap
individunya maka dari itu sangatlah penting untuk mnegetahui materi ini sebagai
bekal untuk menjadi serang guru pendidikan jasmani maupun pelatih olahraga
D. Tujuan
 Untuk memahami definisi dari kepribadian.
 Untuk memahami definisi sikap
 Untuk memahami perkembangan dan perubahan sikap.
 Untuk memahami pembinaan sikap.
 Untuk memahami hubungan kepribadian dengan olahraga

KEPRIBADIAN ATLET Page iii


BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN ATLET
Berbagai penelitian telah diupayakan serta dikembangkan untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan misalnya faktor pribadi apa yang membuat seorang atlet
dapat memperoleh sukses dalam menjalani karirnya sebagia atlet. Mengapa
seorang atlet dapat memenangkan pertandingan berkali-kali sedangkan lainnya
tidak, padahal mereka mengikuti program yang sama. Berbagai kuesioner yang
telah dikembangkan pada mulanya didasari oleh harapan bahwa jawaban seseorang
pada kuesioner dapat meramalkan apakah kelak ia akan berpanampilan baik
sebagai seorang atlet. Namun nyatanya sampai saat ini bukti-bukti yang dipeoleh
belum cukup kuat bahwa pernyataan seseroang pada kuesioner tertentu dapat
meramalkan kesuksesannya sebagai seorang atlet ( Anshel, 1997 ). Sejumlah
peneliti telah berusaha untuk melakukan menunjukkan bahwa ketepatan perangkat
evaluasi untuk meramalkan sukses tidaknya seorang atlet hanya baru mencapai 10
% ( Anshel, 1997 ; Fisher, 1977 ).
Sejauh ini para psikolog memandang aspek kepribadian dari sejumlah sudut
pandang yang garis besar terdiri atas 3 ( tiga ) pendekatan yaitu :
 Pendekatan “ trait ”
 Pendekatan situasional
 Pendekatan interaksional ( Weinberg dan Gould, 1995 ).

1. Pendekatan Kepribadian
 Pendekatan “ Trait “

“Trait” diurakan oleh lazarus dan Folkam (1984) sebagai aspek


kecenderungan ( disposisi ) seseorang untuk berperilaku secara tertentu
dalam ber-reaksi terhadap situasi tertentu. Sebagai contoh, jika disposisi
adalah tipe kepribadian A, atau kepribadian seseorang yang cenderung
terus menerus mengejar maka “ trait” meliputi aspek seperti kebutuhan
untuk berprestasi, kecenderunganm, kecemasan, dan keinginan untuk
mendominasi, yang kesemuanya merupakan bagian dari tipe kepribadian A
( Anshel , 1997 ). Penganut pandangan ini mengemukakan bahwa seorang

KEPRIBADIAN ATLET Page 1


juara misalnya sudah memiliki “trait” sebagai seorang juara sehingga ia
berupaya keras dalam latihan, memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi,
tidak mengenal menyerah dan sebagainya.

 Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional dilandasi antara lain oleh pandangan belajar
social (Bandura, 1977) yang mengemukakan bahwa prilaku seseorang
ditentukan oleh proses belajar mencontoh dan adanya penguat social. Pada
kenyataaan penganut teori ini tidak sebanyak penganut teori “trait”, namun
mereka mengemukana bahwa perubahan atau manipulasi penguat did alma
lingkungan kana mengubah perilaku individu. Teori ini sesungguhnya
dilandasi oleh teori belajar instrumental. Jadi, perilaku seseorang atlet akan
berubah jika lingkungannya mengalami perubahan. Namun pada
kenyataannya terutama pada atlet bintang (elite athlete) mereka tidak
mudah berubah sekalipun diberikan perlakuan berbeda. Atau mereka dapat
menentukan perubahan perilaku mereka tanpa banyak dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan.

 Pendekatan Interaksional
Penganut pandangan interaksional beranggapan bahwa faktor
pribadi individu yang bersangkutan dan faktor lingkungan berperan secara
bersama-sama dalam menentukan tingkah laku atlet. Mereka
mempertanyakan misalnya : apakah anak-anak dengan rasa percaya diri
tinggi lebih menyukai situasi yang penuh dengan kompetisi sedangkan
anak-anak dengan rasa percaya diri rendah lebih menyukai situasi tanpa
kompetisi.

Adanya suatu harapan besar bahwa di kelak kemudian hari dapat ditemukan
sebuah perangkat yang daptat meramalkan apakah seseorang akan memperoleh
sukses dalam menjalani karirnya sebagai seorang atlet. Karena, pada kenyataannya
sampai saat kini hasil evaluasi sejumlah pakar menunjukkan gambaran yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor alat ukurannya sendiri, standar pengukuran,
pengambilan sampel, bidang olahraga dan karakteristik olahraga yang berbeda-

KEPRIBADIAN ATLET Page 2


beda dan lain sebagainya. Catell’s Sixteen Personality Factors Question naie
(16PF), California Personality Inventory ( CPI ), Minnesota Multiphasic
Personality Inventory ( MMPI ), dan Profile of Mood States ( POMS ) merupaka
beberapa contoh alah uku yang sering digunakan untuk membuat peramalan
tentang sukses tidaknya seseorang atlet kelak. Namun demikian timbul pertanyaan
apaka alat ukur sahih ( valid ) untuk meramalkan kesuksesan olahraga seseorang .
di samping itu, sampai saat kini belum ada literatus yang lengkap yang
menjelaskan perbedaan kepribadian atlet dan bukan atlet, sehingga standar
perbandingan pun masih rancu. Kalau standar ini masih rancu, bagaimana bias kita
meramalkan sukses tidaknya kelat seorang atlet, dan apa bedanya dengan yang
bukan atlet? Selain itu, masih perlu dipertanyakan apakah pengambilan sampel
secara teknis cukup baik dan cukup mewakili masyarakat dengan standar yang
jelas.

Anshel ( 1997 ) mengemukakan bahwa terlepas dari berbagai macam persoalan


yang menghambat peramalan evaluasi terhadap sukses tidaknya seorang atlet,
sebaikknya hasil evaluasi kepribadian atlet tidak digunakan sebagai alat untuk
mengidentifikasi talenta seseorang dan mencoret mereka yang memiliki skor
rendah ketika menjalani mereka memiliki skor rendah ketika menjalani evaluasi
psikologi. Karena, smapai sejauh ini belum cukup bukti standar perilaku tertentu
seorang atlet menjamin kesuksesan atlet di kemudian hari. Hambatan perolehan
data standar baku untuk menentukan aspek kepribadian yang menjamin sukses
seorang atlet besar kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1. Adanya perbedaan spesifikasi bidang olahraga berkaitan erat dengan


perbedaan spesifikasi kepribadian atlet yang menggeluti bidang olahraga
tersebut.
2. Pemilihan atau pengambilan sampel penelitian mempengaruhi standarisasi
yang diperoleh. Padahal dalam satu cabang olahraga dapat diperoleh
sejumlah atlet dari berbagai tingkat usia dengna lata belakang pendidikan
dan kebudayaan yang berbeda.
3. Aspek kepribadian adalah sangat individual sifatnya, sementara itu
berbagai jenis olahraga beregu yang memiliki karakteristik sangat
KEPRIBADIAN ATLET Page 3
bervariasi seperti misalnya sepak bola berbeda karakternya dengan bola
basket, bola voli, dan rugby.
4. Masih terbatasnya literature yang menguraikan perbandingan antara
kepribadian atlet dan bukat atlet, antara atlet cabang olahraga tertentu
dengan lainnya, antara atlet dalam sata cabang olahraga dengan usia atau
jender yang berbeda, dan lain sebagainya.
2. Pengukuran kepribadian
Sekalipun berbagai kendala pengukuran kepribadian atlet tetap muncul,
upaya para pakar psikologi pada umumnya serta psikolog olahraga khususnya
tetap harus dilanjutkan sebagai usaha untuk mengungkap aspek kepribadian
yang memiliki peran penting bagi individu untuk memperoleh sukses di dalam
olahraga. Hal ini tentunya dirasakan penting karena apabila standar kepribadian
atlet untuk cabang olahraga tertentu dapat ditetapkan, proses seleksi untuk
memperoleh atlet berbakat akan lebih mudah.
a) Pengukuran “trait” dan “state”
Seperti telah diuraikan di atas bahwa trait adalah elemen kecenderunga
seseorang yang menjadikan seseorang memiliki kecenderungan tertentu
untuk berperilaku spielberger, Gorsuch, dan Lushene ( 1970 ) dalam
membahas perangkat pengukuran kecemasan membedakan “trait” sebagai
kecenderungan bawaan, sedangkan “state” adalah kesenderungan
situasional, atau kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu
sebagai reaksi terhadapa situasi tertentu pada suatu saat.
Beberapa bentuk pengukuran “Trait” dan “state” ini adalah :
 The State-Trait Anxiety Inventory ( spielberger,
Gorsuch,&Lushene, 1970 )
 The Test of Attentional and Interpersonal Style ( Nideffer,
1976)
 The Profile Of Mood States (McNair, Lorr&Droppleman,
1971)
 The Eysenck Personality Invertory ( Eysenck & Eysenck,
1968)

KEPRIBADIAN ATLET Page 4


b) Pengukuan perbadasarkan situasi khusus
Sarason ( 1975 ) beranggapan bahwa sejumlah pelajaran yang dalam
situasi sehari-hari tidak menunjukkan kecemasan, nyatanya memiliki hasil
tes buruk karena mereka mengalami kecemasan pada saat dites. Ia
beranggapan bahwa situasi tertentu cenderung menimbulakn dampat
psikologis tertentu. Jadi, menurutnya, untuk menentukan derajat kecemasan
seseorang, situasi pra-tes atau sebelum diberikan tes merupakan situasi
yang sangat baik untuk dapat memberikan gambaran sesungguhnya tentang
derajat kecemasan seseorang.

c) Pengukuran khusus dalam situasi olahraga


Seperti halnya pada pengukuran pada situasi khusus seperti diuraikan
di atas, pengukuran dalam situasi olahraga merupakan pengukuran pada
situasi spesifik. Seorang pelatih dapat mengukur kecemasan seseorang
beberapa waktu menjelang kompetisi misalnya. Situasi pra-kompetisi ini
dianggap sebagai situasi yang tepat untuk memperoleh gambaran yang
sesungguhnya tentang derajat kecemasan atlet. Sedangkan jika atlet
dievaluasi bukan pada saat pra-kompetisi, data yang diperoleh tidak
memberikan gambaran yang sebenarnya. Beberapa bentuk pengukuran ini
telah dikembangkan, diantaranya: the Sport Competition Anxiety Test
(Martens, 1977), dan the Trait-State Confidence Inventory (Vealey, 1986).
Akan tetapi, jika pengambilan tes dilaksanakan beberapa saat
menjelang pertandingan, sekalipun tes tersebut mungkin memberikan
gambaran lebih akurat tentang kecemasan seseorang misalnya,
pelaksanaan terting itu sendiri mungkin menambah kecemasan atlet dalam
menghadapi pertandingan. Sehingga, jika hal ini kurang diperhitungkan
dengan baik, atlet akan ditempatkan pada situasi yang kurang
menguntungkan demi pengambilan data psikologis, padahal tugas atlet
yang utama bukanlah mengikuti tes melainkan bertanding.
Namun demikian atas dasar penelitian sejumlah pakar
(Gill,1992;Gould, Weiss,&Weinberg,1981;Rushall,1976;Terry,1995)
secara umun para psikolog olahraga berpandangan bahwa atlet yang

KEPRIBADIAN ATLET Page 5


memiliki keterampilan yang baik pada umumnya memiliki skor rendah
dalam berajat kecemasan, ketegangan, depresi, marah, dan bingung.
Mereka sebaliknya memiliki kecenderungan memperoleh skor tinggi dalam
aspek kepercayaan diri, konsep diri, harga diri, keberanian, kebutuhan
berprestasi, kecenderungan untuk mendominasi, agresi, intelligensi,
kemandirian, ketegaran mental, independensi atau otonomi, kemampuan
social, stabilitas pribadi dan kecenderungan ekstroversi. Namun sejumlah
pakar lainnya seperti Landers (1983) dan Singer (1988) sampai kini masih
mempertanyakan apakah kecenderungan skor tinggi maupun rendah pada
atlet seperti yang diuraikan diatas hanya berlaku bagi para atlet dan tidak
ada mereka yang berprofeis lainnya. Jika hal yang sama juga ditemukan
pada individu berprestasi lainnya diluar lingkungan olahraga, lalu apa
bedanya atlet dan bukan atlet? Jika memang berbagai faktor tersebut
merupakan cirri kepribadian atlet berprestasi, lau bagaimana komposisi dari
berbagai faktor kepribadiaan tersebut, dan bagaimana komposisi aspek-
aspek tersebut mempengaruhi kinerja atlet dalam berolahraga?
Dari berbagai uraian yang dikemukakan sejumlah pakar (Gill&
Dzewaltowski, 1988; Feltz, 1988; Malon,1985; Nideffer,1979;
Orlick,1986, 1990; Zuckerman, 1984) diperoleh gambaran bahwa ada
sejumlah kecenderungan psikologis dan kecenderungan perilaku tertentu
yang membedakan atlet bintang (elite athlete ) denga atlet bukan bintang,
atau atlet biasa ( non-elite athlete ).
3. Disposisi Psikologis
1) Keberanian mengambil resiko

Atlet bintang berani mengambil resiko, bahkan cenderungn mencari


kegiatan yang mengandung resiko. Karena, menurut Malone ( 1985 ),
mereka memiliki cenderungan untuk bisa penguasa di gelanggang bahkan
superior di lingkungan kehidupannya ( mastery the environment ).

2) Haus terhadap tantangan

KEPRIBADIAN ATLET Page 6


Atlet bintang cenderung mencari tantangan. Karena hal yang menantang
merupakan motivator tindakan mereka ( Malone, 1985 ).

3) Kompetitif
Melalui sejumlah penelitian, Gill dan Dzewaltowski ( 1988 ) mendapatkan
bahwa atlet bintang lebih mengutamakan keinginan berkompetisi dan tampil
secara baik daripada sekedar menang atau memperoleh penghargaan atas
kemenangannya.

4) Percaya diri
Atlet bintang memiliki rasa percaya diri lebih besar daripada bukan atlet
bintang atau atlet normal lainnya. Rasa percaya diri ini tergambarkan lewat
keyakinan mereka untuk memenangkan pertandingan. Rasa percaya diri
mereka ini berkaitan erat dengan upaya mereka mempertahankan kendali
emosi, berpikir positif, mempertahankan konsentrasi, mengingkatkan usaha
untuk memenangkan pertandingan, berupaya sungguh-sungguh
memanfaatkan berbagai strategi untuk memenangkan pertandingan,
membuat keputusan yang lebih tepat dan akurat, dan tidak mudah tertanggu.

5) Kemampuan memusatkan perhatian


Atlet bintang memiliki kemampuan yang baik daripada bukan atlet bintang
ketika mereka harus mengalihkan pemusatan perhatian dari suatu situasi ke
situasi lainnya. Banyak di antara mereka bahkan mampu membagi
konsetrasi mereka pada beberapa keadaan sekaligus. Misalnya seorangn
petinju unggulan seperti Oscar de la Hoya mampu mengobservasi gerak
tubuh bagain atas dari lawan serta gerak tubuh bagian bawah (langkah kaki)
lawan sehingga ia lebih mudah mengantisipasi lawan dan sekaligus
menentukan saat yang tapat untuk menyerang,

6) Memiliki harapan untuk sukses


Kematangan persiapan mereka, lebih memiliki harapan untuk berhasil.
Mereka juga memiliki kecenderugnan untuk berharap secara realistis atas
kemampuan diri dan kemampuan lawannya. Sebaliknya, mereke ayang
bukan atlet bintang cenderung cemas tidak berhasil dan rendahnya harapan

KEPRIBADIAN ATLET Page 7


berhasil ini kemudian menjadi dasar falsafah pemenuhan diri ( self-fulfilling
prophecy). Uaitu apa yang diharapkan itulah kenyataan yang diterima.

7) Mampu mengatasi tekanan atau stes


Atlet bintang tidak hanya mampu mengatasi tekanan pada saat latihan
maupun pertandingan, tetapi juga mampu mengendalikan diri pada saat
gagal. Mereka tidak bertindak reaktif dan mau belajar dari kesalahan.

4. Kecenderungan Perilaku
 Meningkatkan intensitas kemampuan jauh lebih tinggi pada saat kompetisi
daripada pada saat latihan.
 Dalam latihan fisik, atlet bintang berupaya sekuat tenaga menyelesaikan
program dan porsi latihannya kemudian mempertahankannya selama
mungkin sesuai musim kompetisi
 Percaya diri para atlet bintang semakin besar jika ada kalender acara
kompetisi yang nya dan tersusun secara khusus dan terencana.
 Atlet bintang cenderungn menggunakan latihan mental dan memusatkan
perhatiannya untuk menghadapi acara-acara pertandingan.
 Mereka cenderungn berdiam diri untuk memusatkan perhatian dan
mempersiapkan diri menghadapi pertandingan.
 Mereka mengharapkan kehadiran pelatih sebagai sumber aspirasi
 Ketegangan yang dialami tersalurkan ke dalam bentuk gugahan kewaspadaan
dan bukan kecemasan serta ketakutan.
 Mereka cenderung memperkuta keyakinan mereka sebagai bentuk kesiapan
dan kesedian untuk bertanding
 Atlet bintang cenderung tidka panik dalam menghadapi kesulitan
digelanggang, karenan mereka lebih berlatih untuk mengendalikan gejolak
emosional mereka.
 Mereka membanganun percaya diri melalui berbagai bentuk latihan mental
secara rutin.
 Mereka peka terhadap kondisi fisik dan mental mereka karenanya cenderung
mampu untuk menyesuaikan diri dalam mengahadapi berbagai lawan.

KEPRIBADIAN ATLET Page 8


 Mereka mampu mengatasi berbagai gangguan yang tidak menyenangkan
yang dapat mengacaukan konsentrasi mereka dalam periode kompetisi.
 mereka tidak mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan gelanggan
pertandingan yang berbeda; karena mereka mampu menampilkan
kemampuan terbaik mereka di tengah gelanggang yang asing bagi mereka
sekalipun .
 mereka bermain sesuai dengan irama mereka, tidak terlalu terpengaruh lawan
dan cenderung bersifat reaktif terhadap lawan.
 Mereka lebih mengutamakan usaha daripada memikirkan hasil.
 Mereka tidak gentar terhadap tekanan fisik: bahkan banyak di antara mereka
justru menikmati kekerasan adu otot sampai kemungkinan menimbulkan
cedera
 Mereka tidak terpaku pada cedera yang mereka alami; banyak di antara
mereka cenderung memaksakan diri untuk bertanding dalam keadaan cedera
sekalipun. Mereka tidak gentar terhadap cedera yang mereka alami, dan jika
dalam kondisi cedera mereka masih mampu mengatasinya, mereka
merasakan kebahagiaan tersendiri karena mampu mengatasi rasa sakitnya.
 Atlet bintang cenderung tidak mau menyerah.
 Dalam keadaan “time-out” mereka memanfaatkannya secara produktif ,
misalnya dengan menghimpung kembali konsentrasi melalui latihan mental
 Atlet bintang cenderung mampu mempertahankan kondisinya sekalipun
mengalami tekanan terus menerus sampai babak akhir pertandingan.
 Atlet bintang cenderung mempelajari pengalamannya sendiri dari satu
pertandingan ke pertandingan lainnya, dan hasil belajarnya ini menunjukkan
perkembangan kea rah perbaikan penampilannya dari waktu ke waktu.

Berdasarkan sejumlah penelitian, Weinberg dan Gould ( 1995 ) mengutip beberapa


laporan hasil penelitian tentangn kepribadian atlet dan bukan atlet sebagai berikut :

1. Dibanginkan dengan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga
beregu menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
 Kurang menggunakan kemampuan berpikir abstrak

KEPRIBADIAN ATLET Page 9


 Cenderung lebih ekstrovert
 Cenderung lebih dependen ( menggantungkan diri pada orang lain )
 Kerung memiliki ketahanan ego

2. Dibandinkan dengan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga
individual menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
 Lebih bersikap Objektif
 Lebih tergantung pada orang lain ( dependensi )
 Tidak terlalu cemas
 Kurang menggunakan kemampuan berpiki abstrak
3. Dibandinkan dengan yang bukan atlet, atlet perempuan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut:
 Beriorientasi pada prestasi
 Tidak tergantung pada orang lain ( independen )
 Cenderung agresif
 Emosinya tergolong stabil
 “assertive” ( berani berpendapat secara terbuka mengatakan apa yang
hendak dikatakan sesuai dengan kewajarannya )
4. Profil gunung es seperti yang dikemukan Morgan (1979, 1980)
menunjukkan perbandingan antara atlet bintang dan atlet bukan bintang.
Atlet bintang memiliki keteguhan lebih tinggi, dan kelelahan serta
kebimbangan lebih rendah daripada atlet bukan bintang. Sementara itu jika
dibandingkan dengan populasi atlet secara umum, atlet bintang memiliki
keteguhan di atas rata-rata atlet lain, dan memiliki kelelahan, kebimbangan,
depresi dan ketegangan di bawah rata-rata. Jika hal ini di lukiskan maka
akan membentuk gambar seperti gunung es.

KEPRIBADIAN
Atlet ATLET
sukses Page 10

Atlet kurang
Sukses
5. sejumlah pakar kini juga tertarik untuk mempelajari hubungan antara
latihan dengan kepribadian, misalnya hubungan antara latihan dengan tipe
kepribadian A. Tipe kepribadian A memiliki kecenderungan tingkat
aktivitas kerja tinggi dan menderita gangguan jantung akibat intensitas
kerja yang terlalu tinggi. Beberapa percobaan memperoleh bukti bahwa
program aerobics selama 12 minggu menurunkan derajat aktivitas kerja
individu bertipe kepribadian A, serta mengurangi reaksi kardiovaskular
terhadap kondisi stress. Jadi latihan olaharaga memberikan keuntungan
bagi peningkatan kesehatan et al., ( 1988 )
6. Sonstroem ( 1984 ) mengemukakan bahwa latihan olahraga memiliki
korelasi positif dengan perkembangan konsep diri. Hubungan korelasi
positif ini belum tentu berdasarkan kenyataan bahwa individu mengalami
perbaikann kebugaran tubuh akibat latihan kebugaran, tetapi lebih pada
individu bahwa tubuhnya menjadi lebih bugar

BAB III
PENUTUP
 KESIMPULAN
Kepribadian merupakan ciri khas seseorang dalam berfikir, bertindak, dan
berperilaku dengan berbagai pengaruh yang dibawanya seperti lingkungan
pendidikan maupun keturunan.Sikap (attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang

KEPRIBADIAN ATLET Page 11


dapat didefinisikan sebagai pernyatan-pernyataan evaluatif, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai objek,
manusia, atau peristiwa-peristiwa. Sebagian sikap terbentuk melalui proses belajar
sosial yang diperoleh dari orang lain.

 SARAN
Dalam olahraga dikenal istilah fair play yang merupakan pegangan wajib
seorang pelaku olahraga baik atlit maupun non atlit, maka sikap inilah yang perlu
kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari dimana kita berusaha menanamkan
sikap tersebut dengan memiliki kepribadian yang baik dan selalu bersikap adil
didalam maupun diluar lapangan

DAFTAR PUSTAKA

Cok, R. H. 2007. Sport Psychology : Concepts and Applications. New York: Mc


Graw-Hill Companies.

KEPRIBADIAN ATLET Page 12


Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia

Gunarsa, Singgih D. 1996. Psikologi Olahraga. Teori dan Praktek. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Harsono. 1998. Choaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta :


Tambak Kusuma.

Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung: Alfa Beta.

KEPRIBADIAN ATLET Page 13

Anda mungkin juga menyukai