Anda di halaman 1dari 12

Tingkat Kesiapan Individu dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka

Belajar Di Sekolah Penggerak Berdasarkan


Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Sri Setio Ningrum

SMP Negeri 2 Kertosono


Jl. Langsep, Pelem, Kec. Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur
Email : sriningrum79@guru.smp.belajar.id

Abstrak

Kurikulum merdeka belajar sudah disosialisasikan lebih dari saru tahun yang lalu.
Setiap sekolahan wajib untuk mengimplementasikan kurikulum tersebut sebagai upaya
penyesuaian diri terhadap perubahan. Terlebih lagi untuk sekolah penggerak yang
menjadi pelopor sekaligus pilot project perubahan paradigma baru dalam proses
pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah harus mempersiapkan guru sedini mungkin agar
berkompeten dalam mengikuti ritme perubahan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh motivasi intrinsik dan ekstrinsik baik secara parsial maupun
simultan terhadap kesiapan guru untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka
belajar pada sekolah penggerak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan responden berjumlah 53 guru yang dipilih dengan teknik sampling jenuh.
Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dan teknik analisa data yang digunakan
adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa baik secara parsial
motivasi intrinsik dan ekstrinsik berpengaruh signifikan terhadap kesiapan individu
untuk berubah dalam hal ini adalah guru dalam mengimplementasikan kurikulum
merdeka belajar disekolah penggerak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada kepala sekolah terkait pemberian motivasi kepada seluruh guru sesuai
dengan karakteristik dan tahapan yang dibutuhkan. Karena setiap guru memiliki latar
belakang yang berbeda-beda.
Kata Kunci : Motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, kesiapan individu untuk berubah,
sekolah penggerak
Pendahuluan

Kurikulum pembelajaran selalu mengalami perubahan untuk menyesuaikan permintaan


pasar. Penyesuaian tersebut juga bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia
yang terampil dan berpengtahuan luas sejak dini. Oleh karena itu perubahan dimulai
sejak dini yaitu pada tahap dasar dan menengah. Dimana saat ini banyak sekolah yang
berlabelkan sekolah penggerak dengan mengimplementasikan kurikulum merdeka
belajar dalam program pembelajarannya. Hal tersebut tentu akan berimbas pada sistem
dan pola pembelajaran disekolah yang berkategori sebagai sekolah penggerak. Disisi
lain kepala sekolah juga harus mampu menyiapkan guru-guru yang handal dan
berkompeten untuk melaksanakan berbagai program dalam kurikulum merdeka belajar
tersebut. Menurut ditjen guru dan tenaga kependidikan menyebutkan bahwa Sekolah
Penggerak adalah sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara
holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi dan
karakter yang diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa artinya dalam sekolah


penggerak didalamnya akan terdapat program pembelajaran dengan paradigma baru
yang berbeda daripada sekolah lain yang belum masuk kategori sebagai penggerk.
Penelitian (Patilima, 2022) menemukan bahwa sekolah penggerak pasti akan
menerapkan pembelajaran dengan paradigma baru dan setiap guru akan mendapatkan
pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menyesuaikan
paradigma pembelajaran yang baru tersebut. Salah satu perubahan dalam proses
pembelajaran itu adalah penggunaan instrumen aksi nyata berbasis teknologi dengan
tujuan untuk pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Sedangkan disatu sisi tidak semua guru terbiasa menggunakan perangkat teknologi yang
dipadukan dengan aksi nyata dalam proses pembelajarannya. Bagi guru yang sudah
senior mungkin sudah terbiasa melakukan proses pembelajaran dengan cara
konvensional. Disinilah peran guru penggerak untuk mampu memotivasi guru lainnya
untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan (Sutikno, M. S., 2007; Manizar, E. ,
2015).

Kesiapan peruabahan individu dalam hal ini adalah guru perlu diperhatikan dan
dievaluasi secara berkala. Karena guru disini sebagai pelaku utama perubahan yang
akan mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar khususnya disekolah
penggerak. Menurut Armenakis dkk (1993) menjelaskan bahwa kesiapan individu
adalah keyakinan, perilaku dan intensi seseorang terhadap perubahan yang memang
dibutuhkan. Hal ini dipertegas oleh Holt dkk (2007) yang menambahkan bahwa
kesiapan individu untuk berubah adalah seberapa besar individu secara kognitif dan
emosional menunjukkan penerimaan dan usaha untuk melaksanakan rencana untuk
melakukan perubahan saat itu.

Penjelasan diatas mengisyaratkan bahwa terkait dengan perilaku individu perlu


ditelusuri lebih mendalam karena didalam organisasi terdapat banyak individu-individu
dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda. Hal tersebut tentu akan bisa
berdampak pada kecepatan proses perubahan yang diharapkan oleh organisasi. Disisi
lain juga bermanfaat untuk mengidentifikasi cara apa yang bisa digunakan untuk
mempercepat perubahan berdasarkan karakteristik individu didalam organisasi tersebut.
organisasi juga harus memberikan wadah dengan memfasilitasi bagi guru untuk
bertukar pengetahuan dan informasi terkait dengan keterbaruan dalam proses
pembelajaran sehingga guru akan kompak berkomitmen untuk sama-sama
mensukseskan program kurikulum merdeka belajar disekolah penggerak (Kartono,
2020). Jika aktivitas tersebut sudah dibiasakan maka secara tidak langsung kinerja guru
juga akan meningkat sehingga akan lebih mudah untuk menerima hal-hal baru yang
positif bagi kemajuan organisasi (Aristanto, 2017).

Faktor lain untuk menunjang percepatan perubahan diatas adalah motivasi kerja dari
guru tersebut. Bagaimanapun juga motivasi berperan penting untuk menentukan
kesiapan individu dalam menerima perubahan. Dimana pegawai yang termotivasi akan
memberikan pelayanan baik kepada masyarakat sehingga tercipta kepuasan dalam
pelayanan yang merupakan bagian dari harapan semua instansi (Roy et al., 2020).
Termasuk guru wajib memberikan pelayanan pembelajaran yang berkualitas pada siswa
sehingga siswa bisa lebih siap dalam menerima hal baru dalam pembelajaran dan
tentunya ini akan berdampak positif pada hasil belajar siswa (Mustiko & Trisnawati,
2021). Oleh karena pihak kepala sekolah harus memastikan cara yang tepat untuk
memotivasi guru sesuai dengan karakteristik masing-masing guru. Disatu sisi apabila
guru termotivasi maka kinerja nya juga secara otomatis akan meningkat yang ini
tentunya sangat menguntungkan organisasi (Anwar et al., 2021).

Berdasarkan fenomena dan penjelasan diatas maka penelitian ini memiliki tujuan
diantaranya adalah 1) menganalisis pengaruh motivasi terhadap kesiapan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum sekolah penggerak, 2) menganalisis pengaruh
knowledge sharing terhadap kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum
sekolah penggerak, dan 3) menganalisis pengaruh motivasi dan knowledge sharing
terhadap kesiapan guru dalam menngimplementasikan kurikulum sekolah penggerak.

Landasan Teori
Kurikulum sekolah penggerak
Kurikulum merdeka belajar diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan
(Mendikbud) yaitu Nadiem Anwar Makarim pada hari Senintanggal 01 Februari 2021.
Dalam arahannya, Mendikbud mengatakan Program Sekolah Penggerak ini merupakan
katalis untuk mewujudkan visi pendidikan di Indonesia dengan mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila (Kemendikbud,2021). Sekolah penggerak merupakan sekolah yang
mengedepankan pengembangan hasil belajar peserta didik dimana salah satu faktor
penting yang diprioritaskan bahwa profil belajar siswa harus berbasis pancasila. Oleh
karena itu dialam kurikulum sekolah penggerak ini harus mengedepankan kurikulum
yang meliputi aspek berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Fauziyah,
F. F., 2021). Program sekolah penggerak bertujuan untuk mendorong proses perubahan
satuan pendidikan agar dapat meningkatkan capaian hasil belajar peserta didik secara
holistic baik dari aspek kompetensi kognitif (literasi dan numerasi) maupun non-
kognitif (karakter) dalam rangka mewujudkan profil pelajar pancasila. Dalam sekolah
penggerak terdapat lima komponen intervensi yang saling terkait diantaranya.
1) Pendampingan konsultatif dan asimetris yaitu Program kemitraan antara
Kemendikbud dan pemerintah daerah dimana Kemendikbud memberikan
pendampingan implementasi Sekolah Penggerak
2) Penguatan SDM sekolah yaitu Penguatan Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah,
Penilik, dan Guru melalui program pelatihan dan pendampingan intensif
(coaching) one to one dengan pelatih ahli yang disediakan oleh Kemdikbud
3) Pembelajaran dengan Paradigma Baru
Pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan
karakter yang sesuai nilainilai Pancasila, melalui kegiatan pembelajaran di
dalam dan luar kelas.
4) Perencanaan berbasis data merupakan Manajemen berbasis sekolah:
perencanaan berdasarkan refleksi diri sekolah
5) Digitalisasi sekolah adalah Manajemen berbasis sekolah: perencanaan
berdasarkan refleksi diri sekolah.

Kesiapan Individu Untuk Berubah


Menurut (Holt et al., 2007) menyatakan kesiapan individu untuk berubah
sebagai sikap komprehensif yang secara simultan dipengaruhi oleh isi (apa yang
berubah), proses (bagaimana perubahan diimplementasikan), konteks (lingkungan
dimana perubahan terjadi), dan individu (karakteristik individu yang diminta untuk
berubah) yang terlibat di dalam suatu perubahan dalam organisasi. Kesiapan individu
untuk berubah secara kolektif tercermin dari sejauh mana individu atau sekelompok
individu cenderung untuk menyetujui, menerima, dan mengadopsi rencana spesifik
yang bertujuan untuk mengubah keadaan saat ini. Selanjutnya Haque (2008)
mengemukakan bahwa kesiapan karyawan untuk berubah melibatkan kepercayaan,
sikap, dan niat karyawan terhadap sejauh mana tingkat perubahan dibutuhkan dan
persepsi karyawan serta kapasitas organisasi untuk melakukan perubahan tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan individu untuk
berubah merupakan sikap yang harus diambil oleh seorang individu edngan
mempertimbangkan keyakinan dan manfaat serta konsekuensi yang harus diterima
untuk melakukan perubahan karena tuntutan penyesauaian dalam lingkungan organisasi.
Termasuk guru sebagi individu yang ada dalam sebuah organisasi dinamis syarat akan
perubahan harus selalu siapa dalam menghadapi perubahan yang datang dari eksternal
salah satunya adalah perubahan kurikulum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
stakeholder.
Motivasi Internal Guru dalam Bekerja
Menurut Farida (2016 : 24) Motivasi adalah sesuatu yang bisa menyebabkan,
menyalurkan dan mendorong manusia untuk berperilaku dan giat dalam bekerja untuk
bisa mencapai hasil yang optimal. Menurut Robbins (2016 ; 201) motivasi merupakan
kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan
keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan
individual tertentu. Menurut Wibowo (2016:322) Motivasi adalah dorongan dari
serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah gerakan individu yang didasari oleh
pentingnya dalam mencapai tujuan yang diaktualisasikan kedalam perilaku pencapaian
hasil dengan semangat yang tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut penting kiranya ada
semacam stimulus dari luar maupun dari dalam untuk mempercepat perubahan pada
individu yang juga bisa ditengarai apakah individu tersebut termotivasi atau tidak. Oleh
karena itu motivasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu motivasi intrinsik yang berasal
dari dalam individu itu sendiri dan motivasi ekstrinsik merupakan faktor pendorong
yang berasal dari luar. Adapun motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tersebut yaitu:
Motivasi Intrinsik
Merupakan motivasi yang berasal dari dalam individu atau disebut juga dengan
Motivasi Internal adalah motivasi yang dibangkitkan dari dalam diri sendiri, dimana
tenaga kerja dapat bekerja karena tertarik dan senang dengan pekerjaannya, kepuasan
dan kebahagiaan dalam dirinya. Yang termasuk dalam motivasi internal antara
lain:Kebutuhan, Keinginan, Kerjasama, Kesenangan kerja, Kondisi karyawan,
Dorongan.
Motivasi Ekstrinsik
Disebut juga motivasi yang berasal dari luar, adalah sesuatu yang diharapkan
akan diperoleh dari luar diri seseorang. Motivasi ini biasanya dalam bentuk nilai dari
suatu materi, misalnya imbalan dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh
atas suatu upaya yang telah dilakukan.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kantitatif dengan teknik deskriptif.
Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 2 Kertosono Kabupaten nganjuk Propinsi Jawa
Timur.. Responden dalam penelitian ini berjumlah 53 guru dengan teknik sampling
jenuh yaitu mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel. Menurut Supriyanto
dan Machfud (2010:188) teknik sampling jenuh merupakan bagian dari non probability
sampling yang dikhususkan bagi populasi dengan jumlah kecil.
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner mengacu pada 3 (tiga) variabel yang
akan dianalisis. Untuk instrumen motivasi indtrinsik dan ekstrinsik mengacu pada
indikator yang digunakan oleh Hamzah B. Uno (2016) dimana untuk motivasi intrinsik
terdiri dari 7 indikator dan motivasi ekstrinsi terdiri dari 4 indikator. Sedangkan
kesiapan individu untuk berubah menggunakan acuan penelitian dari (Guamaradewi &
Mangundjaya, 2018) yang disesuaikan dengan konteks penelitin ini. Pengukuran
menggunakan skala likert 1-5. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi linier
berganda dengan uji t (parsial) dan F (simultan)
Kerangka Konseptual Penelitian
Adapaun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Motivasi Intrinsik (X1)


Kesiapan individu
untuk berubah (Y)
Motivasi Ekstrinsik (X2)

Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Berdasarkan konseptual diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Motivasi intrinsik berpengaruh signifikan terhadap kesiapan individu untuk
berubah
H2 : Motivasi ekstrinsik berpangaruh signifikan terhadap kesiapan individu untuk
berubah
H3 : Motivasi intrinsi dan Motivasi ekstrinsik secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kesiapan individu untuk berubah
Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data yang digunakana dalah mengacu pada hasil grafik normal
probability plot sebagai berikut ini.

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Data


Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dekat
dengan garis diagonal maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model regresi layak
dipakai untuk memprediksi kesiapan individu untuk berubah berdasarkan masukan dari
variabel bebasnya.
Hasil Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menghindari terjadinya korelasi antar
variabel independen. Hasil uji ini berpedoman pada nilai VIF dan Tollerance dimana
jika nilai VIF < 10 dan nilai tollerance > 0.01 maka dinyatakan bebas multikolinieritas.
Berikut ini hasil ujinya
Tabel 1. Hasil uji multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1 Motivasi intrinsik .437 2.288
Motivasi ekstrinsik .437 2.288
a. Dependent variabel : kesiapan individu untuk berubah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel
motivasi intrinsik dan ekstrinsik sama yaitu 2.288 < 10 dan nilai tollerance juga sama
yaitu 0.437 > 0.01 artinya dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam peneltian ini
bebas multikolinieritas.

Hasil Uji Heterokedastisitas


Uji ini untuk melihat penyebaran pola jawaban dari responden. Jika titik-titik menyebar
dan tidak membentuk pola tertentu maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heterokedastisitas. Berikut ini hasilnya

Gambar 2. Hasil Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahu bahwa titik-titik menyebar tidak


membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pola hubungan antara variabel independen terhadap bvariabel dependen.
Kemudian untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan uji t sedangkan untuk
menjawab hipotesis secara simultan menggunakan uji F. Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 2. Hasil analisis regresi linier berganda
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 6.427 1.403 4.582 .000
1 Motivasi intrinsik .361 .075 .525 4.801 .000
Motivasi ekstrinsik .375 .105 .392 3.587 .001
a. Dependent variable : kesiapan individu untuk berubah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persamaan regresinya adalah sebagai berikut.
Y = 6.427 + 0.361 X1 + 0.375 X2
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien kesiapan
individu untuk berubah sebesar 6.427 dengan asumsi nilai motivasi intrinsik dan
ekstrinsi =0. Kemudian nilai koefisien motivasi intrinsik + 0.361 artinya setiap sau
satuan kenaikan dari motivasi intrinsik akan meningkatkan kesiapan individu untuk
berubah sebesar 0.361. sedangkan nilai koefisien untuk motivasi ekstrinsik + 0.375
yang berarti setiap kenaikan satu satuan dari motivasi ekstrinsik akan meningkatkan
kesiapan individu untuk berubah sebesar 0.375.
Hasil Uji t (Parsial)
Uji tersebut digunakan untuk menjawab hipotesis secara parsial yaitu hipotesis 1
dan 2. Untuk hipotesis 1 dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 4.801 > 2.008 (t tabel)
dengan signifikansi 0.000<0.05 artinya bahwa secara parsiap motivasi intrinsik
berpengaruh signifikan terhadap kesiapan individu untuk berubah. Sedangkan pada
hipotesis 2 nilai t hitung 3.587 > 2.008 dengan signifikansi 0.001<0.05 yang berarti
motivasi ekstrinsik berpengaruh signifikan terhadap kesiapan individu untuk berubah.
Hasil Uji F (Simultan)
Iji tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
dependen secara bersama-sama (simultan) dengan cara membandingkan nilai
signifkansi dengan toleransi kesalahan  = 0.05. berikut ini adalah hasilnya
Tabel 3. Hasil uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 299.688 2 149.844 70.674 .000b
1 Residual 106.010 50 2.120

Total 405.698 52
a. Dependent Variable: Kesiapan Individu untuk berubah
b. Predictors: (Constant), Motivasi ekstrinsik, Motivasi intrinsik
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji F adalah
0.000 < 0.05. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama (simultan)
kedua variabel independen yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik berpengaruh
signifikan terhadap kesiapan individu untuk berubah.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji tersebut digunakan untuk mengetahui sebesarapa besar kontribusi variabel
independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini digunakan nilai Adjusted
R Square dan beikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4. Nilai koefisien determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
.859a .739 .728
1

a. Predictors: (Constant), Motivasi ekstrinsik, Motivasi intrinsik


b. Dependent Variable: Kesiapan Individu untuk berubah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R square adalah
0.728 artinya kontribusi variabel independen yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik
dalam mempengaruhi varaibel kesiapan individu untuk berubah adalah sebesar 72.8%.
sedangkan sisanya sebesar 27.2% adalah faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukan bahwa motivasi intrinsik
berpengaruh sigfinikan terhadap kesiapan individu untuk berubah. Motivasi intrinsik
merupakan dorongan yang berasal dari dalam dimana individu melakukan proses
menelaah untuk memberi keyakinan bahwa dia harus mengikuti perubahan dan siap
dengan segala konsekuensi yang ada. Termasuk guru pada saat ini sering sekali harus
menerima perubahan kurikulum pembelajaran mulai dari KTSP, Kurikulum 13 sampai
dengan kurikulum merdeka belajar sehingga harus terus siap menyesuaikan diri.
Kemampuan guru dalam menyesuaikan diri tersebut juga mengindikasikan bahwa
secara tidak langsung kinerjanya juga meningkat. Oleh karena itu penting sekali bagi
kepala sekolah untuk bisa memberikan stimulus bagi guru untuk menemukan
kenyamanan dalam setiap perubahan sehingga kinerjanya tidak menurun (Munasi,
2015).
Selanjutnya terkait dengan motivasi ekstrinsik berdasarkan analisis yang telah
dilakukan dapat dilihat juga berpengaruh signifikan terhadap kesiapan individu untuk
berubah. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari eksternal yaitu organisasi itu sendiri.
Didalam organisasi terdiri banyak unsur-unsur yang dapat menciptakan persepsi bagi
individu untuk yakin bahwa semua kebijakan yang diberikan demi kebaikan bersama.
Sutrisno (2009) mengemukakan bahwa salah satu stimulus eksternal adalah dari faktor
pimpinan yang dapat menciptakan lingkungan kerja kondusif, melakukan supervisi yang
baik dan juga peraturan yang fleksibel. Meskipun kebijakan datangnya dari pemerintah
namun ketika sudah masuk diranah instansi maka kepala sekolah harus mampu
menginformasikan secara lebih fleksibel tanpa megurangi substansi dari kebijakan
tersebut. hal ini bertujuan supaya guru tidak merasa tertekan dan memang merasa
membutuhkan terhadap perubahan tersebut. hal tersebut sejalan dengan penelitian
(Damanik, 2019) yang menemukan bahwa faktor kepemimpinan dan iklim kerja
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap semangat guru SMP 4 Pematang
Siantar.
Sedangkan dari sisi kontribusi atau kemampuan variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebesar 72.8% dimana ini merupakan nilai yang cukup besar.
Dalam konteks penelitian ini motivasi berarti berperan sebagai state of the art of
reseacrh maksudnya adalah semua perubahan individu proses kecepatan perubahan
tersebut sangat ditentukan oleh seberapa besar individu tersebut merasa termotivasi baik
dari dalam maupun dari luar. Mengingat pentingnya peranan motivasi ini maka
sebaiknya pihak sekolah mengadakan sharing session secara rutin dan berkala misalnya
satu atau dua minggu sekali untuk menginventarisir kendala dan hambatan yang dialami
guru dalam penyesuaian terhadap perubahan. Jika diperlukan guru tersebut diberikan
angket untuk di isi yang didalam angket tersebut berisi skala kendala dalam
menyesuaikan perubahan, kekuatan dan kelemahan dalam penyesuaian. Selanjutnya ini
akan jadi masukan bagi kepa sekolah untuk meberikan pelatihan sesuai dengan yang
diprioritaskan. Sehingga sisanya sebesar 27.2% yang tidak dikaji dalam penelitian ini
merupakan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengungkat faktor apa saja
yang dapat mempercepat penyesuaian perubahan dengan menambahkanvariabel mediasi
yang dapat mempercepat penyesuaian tersebut.
Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dalam penelitia ini adalah sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh yang dignifikan antara motivasi intrinsik terhadap kesiapan
individu untuk berubah dalam hal ini guru SMP Negeri 2 Kertosono.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi ekstrinsik terhadap kesiapan
individu untuk berubah dalam hal ini guru SMP Negeri 2 Kertosono
3. Secara bersama-sama motivasi intrinsik dan ekstrinsik berpengaruh signifikan
terhadap kesiapan individu untuk berubah dalam hal ini guru SMP Negeri 2
Kertosono.
Keterbatasan Penelitian
Tidak pada penelitian yang sempurna termasuk dalam penelitian ini.
Keterbatasan penelitian yang pertama adalah bahwa penelitian ini hanya dilakukan pada
satu sekolah sehingga jika digeneralisasi kurang maksimal. Kedua, bahwa variabel
prediktor yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam satu rumpun yaitu motivasi
padahal ada banyak variabel prediktor yang bisa digunakan untuk menentukan kesiapan
individu untuk berubah. Ketiga, bahwa model pengaruh yang diuji adalah bersifat
langsung tanpa perantara sedangkan orang kesiapan individu akan lebih vepat jika ada
variabel perantara. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk bisa
menambah jumlah sampek dengan setting komparatif pada 2 sekolah. Atau juga bisa
menggunakan variabel intervening dalam membanun konseptual penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H., Defawati, Y., Demina, M., & Marsidin, S. (2021). Analisis Pengaruh
Motivasi Terhadap Kinerja Individu (Guru). JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset
Akademik, 2(7), 1087–1095. https://doi.org/10.47387/jira.v2i7.157
Aristanto, D. B. (2017). Pengaruh Knowledge Sharing Terhadap Individual Innovation
Capability dan Kinerja Karyawan (Studi Pada PT PLN (PERSERO) Unit Induk
Pembangunan Sulawesi Bagian Utara). EMBA, Vol.5 No.2(2), 1539–1545.
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/emba/article/download/16224/15730
Damanik, B. E. (2019). Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Kerja Terhadap Semangat
Kerja Guru. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 2(2), 101–109.
http://ejournal.upg45ntt.ac.id/index.php/ciencias/index
Farida, umi, (2016).Manajemen sumber daya manusia II, Ponororgo : pusat penerbitan
Fakultas ekonomi. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Fauziyah, F. F. (2021). Implementasi Kurikulum Sekolah Penggerak Terhadap Motivasi
Peserta Didik
Guamaradewi, N. G., & Mangundjaya, W. L. (2018). Dampak Kesiapan Individu dan
Kesiapan Organisasi untuk Berubah bagi Komitmen Afektif untuk Berubah The
Impact of Individual and Organizational Readiness to Change on Affective
Commitment to Change. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas, 2(2),
57–68.
Haque, Md. Mahbubul. (2008). A Study of Relationship Between The learning
Organization and Organizational Readiness For Change. Dissertation. Pepperdine
University
Holt, D. T., Armenakis, A. A., Feild, H. S., & Harris, S. G. (2007). Readiness for
organizational change: The systematic development of a scale. Journal of Applied
Behavioral Science, 43(2), 232–255. https://doi.org/10.1177/0021886306295295
Kartono, K. (2020). The Knowledge Sharing, Individual Innovation Capability dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai. Matrik : Jurnal Manajemen,
Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 143.
https://doi.org/10.24843/matrik:jmbk.2020.v14.i02.p02
Kemendikbud (2021). 5 Intervensi Program Sekolah Penggerak. https://psp-
web.pauddikdasmen.kemdikbud.go.id/#/home (diakses pada tanggal 15 November
2022 Pukul 04.30)
Mustiko, A. B., & Trisnawati, N. (2021). Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru,
Kesiapan Belajar Dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Journal of Office Administration : Education and Practice, 1(1),
42–52. https://doi.org/10.26740/joaep.v1n1.p42-52
Patilima, S. (2022). Sekolah Penggerak Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 0(0), 228–236.
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/PSNPD/article/view/1069
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. (2016). Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta :
Salemba Empat.
Roy, R., Hakim, L., & Tahir, N. (2020). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kualitas
Pelayanan Dikantor Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. JPPM:
Journal of Public Policy and Management, 2(2), 75–84.
https://doi.org/10.26618/jppm.v2i2.4566.
Supriyanto, Acmad Sani dan Masyhuri Machfudz. 2010. Metodelogi Riset Manajemen
Sumber Daya Manusia. Malang: UIN Maliki Press
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Wibowo, 2016. Manajemen Kinerja, Edisi Kelima, PT.Rajagrafindo Persada Jakarta-
14240.

Anda mungkin juga menyukai