Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

1. Pokok Bahasan : Pola Asuh Balita


Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian Pola asuh balita
b. Pengaturan makanan anak usia di bawah 5 tahun
c. Kebutuhan gizi usia 1-5 tahun dan Pemilihan bahan makanan
d. Sepuluh tips kebiasaan makan yang sehat dan benar
2. Sasaran : Ibu-ibu kader Posyandu
3. Hari/tanggal : Minggu, 22 Juni 2014
Waktu : 09.30 – 10.00 WIB
Tempat : Tempat Serbaguna di Dusun Banyon,
Pendowoharjo, Sewon, Bantul
Narasumber : Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
4. Tujuan :
a. Tujuan Umum :
Agar ibu-ibu kader posyandu dapat menjelaskan kembali kepada ibu
atau pengasuh balita dalam memahami pentingnya pola asuh balita.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui pengertian Pola asuh balita
2) Memahami dan mengerti tentang Pengaturan makanan anak usia
di bawah 5 tahun
3) Memahami dan mengetahui kebutuhan zat gizi balita dan mampu
menjelaskan kembali bahan makanan balita.
4) Mampu menjelaskan sepuluh tips kebiasaan makan yang sehat
dan benar kepada ibu balita dan mempraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Kegiatan Penyuluhan :
a. Materi Penyuluhan : (Terlampir)
b. Metode yang digunakan : ceramah, tanya jawab
c. Media yang digunakan : Laptop, LCD, pengeras suara dan leaflet.
d. Langkah Kegiatan dan estimasi waktu :
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
Menit pembuka. salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud perkenalan.
dan tujuan.
2. Penyampaian 1. Mengadakan 1. mendengarkan
materi inti: 80 persamaan persepsi. dan
Menit 2. Menjelaskan tujuan memperhatikan.
penyuluhan. 2. Mendengarkan
3. Memberikan materi dan
penyuluhan. memperhatikan.
4. Memberikan 3. Mendengarkan
kesempatan untuk dan
bertanya mengenai hal memperhatikan.
yang belum jelas. 4. Mengajukan
pertanyaan.
3. Penutup 5 1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan.
Menit penyuluhan. 2. Menjawab
2. Mengevaluasi peserta. salam penutup.
3. Salam penutup.

Waktu : 80 menit
6. Pemantauan dan Evaluasi :
Penilaian pemahaman dan pengertian peserta dengan pertanyaan-
pertanyaan.

7. Referensi
Moehyi, Sjahmien. 2014. Bayi Sehat dan Cerdas Melalui Gizi untuk Bayi
dan Balita. Jakarta: Pustaka Mina
MATERI POLA ASUH BALITA

A. Pengertian Pola Asuh Balita


Anak di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya dasar
kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, keteranpilan
berbahasa dan berbicara, bertingkah lau sosial dan lain sebagainya. Anak
balita merupakan kelompok tersendiri yang dalam perkembangan dan
pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih khusus. Apabila
perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita ini mengalami gangguan,
hal ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap pembentukan anak
yang berkualitas.
Secara etimologis, pola asuh adalah kata majemuk yang berasaldari
pola dan asuh. Pola berarti “model, gambar atau potongan untuk contoh” dan
diartikan sebagai “sistem, atau cara kerja”, sedangkan asuh diartikan
“menjaga, merawat dan mendidik anak”. Jadi yang dimaksud dengan pola
asuh adalah cara yang ditempuh orang tua atau pendidik dalam menjaga,
merawat, mendidik dan mengarahkan agar menjadi pribadi yang baik.
Mengasuh itu membimbing menuju ke pertumbuhan ke arah kedewasaan
dengan memberikan pendidikan, makanan dan sebagainya terhadap mereka
yang di asuh. Pada waktu anak belum dapat di lepas sendiri maka semua
kebutuhan sehari-hari seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan lain-lain
masih tergantung orang lain dan khususnya ibu.
B. Mengatur Makanan Anak Usia di bawah Lima tahun
Makanan memberikan sejumlah zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh
kembang pada setiap tingkat perkembangan dan usia, yaitu masa bayi, masa
usia balita, masa usia prasekolah.Pemilihan makanan yang tepat dan benar,
bukan saja akan menjamin kecukupan gizi bagi tumbuh kembang fisik, tetapi
juga perkembangan sosial psikologis dan emosional. Untuk itu ada beberapa
hal yang harus diperhatikan. Pertama, anak memerlukan keteladanan terutama
dari lingkungan keluarga, guna menciptakan kebiasaan makan dan pola
makanan yang sehat. Kedua, para orangtua hendaknya mendorong anak
menyenangi aneka ragam makanan. Penanaman kebiasaan makan yang baik
dan sehat sejak usia dini dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan
kesehatan yang bersumber pada kesalahan akan makan, seperti kegemukan
(obesitas), penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan penyakit lainya.
C. Kebutuhan Gizi Usia 1-5 Tahun
Bertambahnya umur, berat, dan tinggi badan anak juga bertambah pula
aktivitas fisik anak. Anak yang pada usia sebelumnya hanya terbaring saja,
memasuki usia tahun kedua, aktivitas fisik anak semakin jelas. Mulai dari
membalikkan badan, belajar tengkurep, duduk, kemudian mulai belajar
merangkak yang akhirnya menjelang akhir tahun kedua anak mulai belajar
berjalan. Kesemuanya itu menyebabkan kebutuhan zat gizi anak semakin
bertambah, terutama kebutuhan energi. Meskipun laju tumbuh kembang tidak
secepat bayi, namun anak telah memerlukan sejumlah zat gizi terutama
protein dan jumlah mineral seperti kalsium, zat besi, dan berbagai vitamin
seperi nasi, kentang, umbi, lauk pauk (tahu, tempe, daging, ayam, telur),
sayuran (wortel, bayam, kangkung, dsb), dan buah (pepaya, mangga, jeruk,
pisang, dsb).
D. Sepuluh Tips Menuju Kebiasaan Makan yang Sehat dan Benar
Menanamkan kebiasaan makan yang sehat pada anak usia balita bukan
merupakan hal yang mudah, lebih-lebih jika anak sudah mulai beradaptasi
dengan lingkungannya terutama teman bermain. Terdapat 10 tips untuk
menanamkan kebiasaan makan yang baik dan benar
1. Biasakan memberi makan anak pada saat suasana tenang dan santai, nafsu
makan anak akan lebih baik jika suasana yang tenang dan santai
2. Mengajak anak makan bersama anggota keluarga lain di meja makan
memungkinkan anak akan meniru memakan apa makanan yang dimakan
oleh ibu, ayah, dan anggota keluarga lain. Akan tetapi, tentu saja
kebiasaan makan yang baik, pola makan yang benar, harus sudah dulu
tercipta dalam keluarga.
3. Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman bagi anak.
4. Setiap anak selalu mempunyai makanan kesukaan. Oleh karena itu,
jangan dilarang namun anak juga di dorong untuk makan makanan yang
lain selain kesukaannya.
5. Hindari adanya pantangan makanan untuk anak kecuali kalau memang
ada penyakit tertentu yang mengharuskan anak pantang untuk makan
makanan tersebut.
6. Berikan seni pada warna dan bentuk makanan untuk anak karena ini dapat
membangkitkan anak untuk menyenangi makanan.
7. Berikanlah makanan sesuai yang anak inginkan jika memang tidak
berbahaya untuk anak.
8. Bimbinglah anak mengambil sendiri makanan sesuai keinginannya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1. Materi : Teknik Pengukuran Balita


2. Sub Pokok Bahasan :
a. Teknik menimbang balita dengan dacin
b. Teknik menimbang balita dengan baby scale
c. Teknik menimbang balita dengan timbangan digital dan timbangan
injak
d. Kelemahan dan kelebihan masing – masing alat
3. Sasaran : Ibu – ibu kader Posyandu Banyon, Pendowoharjo,
Sewon, Bantul
4. Hari, tanggal : Minggu, 15 mei 2014
5. Waktu : 90 menit
6. Tempat : Tempat serbaguna di Dusun Banyon,
Pendowoharjo, Sewon, Bantul
7. Narasumber : Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
8. Tujuan Pembelajaran :
a. Tujuan Umum :
Peserta/sasaran mampu memahami, mengerti, melakukan dan
melaksanakan tentang teknik pengukuran balita serta teknik
penimbangan balita yang baik dan benar.
b. Tujuan Khusus :
1) Peserta/sasaran mampu memahami, mengerti dan dapat
menyebutkan serta mempraktekan secara urut cara – cara
atau teknik menimbang balita dengan dacin
2) Peserta/sasaran mampu memahami, mengerti dan dapat
menyebutkan serta mempraktekkan secara urut cara – cara
atau teknik menimbang balita dengan baby scale (timbangan
bayi)
3) Peserta/sasaran mampu memahami, mengerti dan dapat
menyebutkan serta mempraktekkan secara urut cara – cara
atau teknik menimbang balita dengan timbangan digital dan
timbangan injak
4) Peserta/sasaran mampu memahami, mengerti dan dapat
menyebutkan serta mempraktekkan secara urut cara – cara
atau teknik mengukur tinggi badan balita dengan microtoise
5) Peserta/sasaran mampu memahami, mengerti dan dapat
menyebutkan serta mempraktekkan secara urut cara – cara
menggunkan pita LILA

9. Kegiatan Pembelajaran
a. Materi Pembelajaran (Terlampir)
b. Metode : Diskusi/ceramah dan tanya jawab,
praktek
c. Langkah Kegiatan : Perkenalan, Persiapan, Penjelasan
Tujuan Pembelajaran, Materi dan penutup
d. Media dan Alat Bantu Pembelajaran :
1) Pengeras Suara
2) LCD
3) Laptop
4) Poster/leaflet
5) Dacin
6) Microtoise
7) Timbangan injak dan timbangan digital
8) Pita LILA
9) Baby Scale
10. Referensi
a. Aritonang, Irianton. 2012. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat
Optimal. Yogyakarta: Leutikabooks.
b. Aritonang, Irianton. 2013. Memantau dan Menilai Status Gizi Anak,
Aplikasi Standar WHO-Antro 2005. Yogyakarta: Leutikabooks.
c. Suparyasa, Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
d. http://keperawatanpediatrik.blogspot.com
e. http://www.gizikia.depkes.go.id
f. www.slideshare.net
MATERI TEKNIK PENGUKURAN BALITA

Pengukuran Balita adalah pengukuran yang dilakukan untuk


mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu meliputi dacin, baby scale (timbangan bayi), microtoise, timbangan injak
dan timbangan digital, pita LILA.

A. Teknik Menimbang Balita dengan Dacin


Kegunaannya adalah dacin untuk menimbang anak balita umur 1-5 tahun
Cara Penggunaan Dacin :
9 langkah SOP di Posyandu (Depkes,2006) :
1. Periksalah apakah dacin sudah tergantung di tempat yang kuat
2. Gantungkan dacin sampai dacin sejajar dengan mata penimbang
3. Sebelum menimbang, letakkan bandul geser pada angka nol
4. Pasang sarung/celana timbang pada dacin
5. Seimbangkan dacin dengan menggunakan kantung penyeimbang di
batang dacin
6. Anak ditimbang, geser bandul sampai jarum timbang tegak lurus
7. Baca berat badan balita dengan melihat abgka di ujung bandul geser
8. Catat hasil penimbangan
9. Geser bandul ke angka 0 dan letakkan dacin pada tali pengaman, dan
anak anak diturunkan
Kelebihan :
 Dacin termasuk alat ukur berat badan yang popular karena sudah di kenal
di masyarakat.
 Dacin mudah didapat, tidak termasuk barang langka.
 Dacin adalah produk original buatan Indonesia.
 Ketelitiannya baik sehingga hasil penimbangan tepat.
Kekurangan :
 Bila petugas lalai bisa menyebabkan anak bisa jatuh
 Anak rewel (menangis, bajunya tidak bau dilepas, takut, dll)
 Membutuhkan waktu lama untuk mencapai keseimbangan.
 Dibutuhkan tenaga ahli banyak.

B. Teknik Menimbang Balita dengan Baby Scale ( timbangan Bayi)


Kegunaan :
timbangan ini digunakan untuk mengukur berat badan bayi sejak lahir
hingga 1 tahun dengan berat badan maksimal 20 kg.
Menggunakan timbangan bayi. ™
1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 1 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
2. Letakkan timbangan pada meja ( sebaiknya ) yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
4. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
8. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri
Kelemahan :
 Jika bayi yang akan ditimbang tidak bisa diam, petugas kadang kesusahan
dalam membaca jarum penunjuk.
 Tempat untuk bayi kadang juga bisa rusak, misal pecah.
 Dapat memberikan penilaian status gizi yang keliru jika terjadi oedema
Kelebihan :
 Lebih mudah dalam hal menggunakan alat ukur timbangan bayi daripada
dacin karena tidak berat seperti dacin.
 Sensitif untuk melihat status gizi jangka pendek
 Dapat lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat (ibu-ibu)
C. Teknik Menimbang Balita dengan Timbangan Injak dan Timbangan
Digital
Timbangan Injak
Kegunaan :
Bathroom scale digunakan untuk mengukur berat badan (BB) balita dan
orang dewasa.
Cara penggunaan :
1) Letakkan timbangan injak pada lantai yang datar
2) Pakai pakaian yang seminim mungkin
3) Berdiri pada tempat injakan
4) Lihat skala yang ditunjuk oleh jarum penunjuk
Kelebihan :
 Praktis
 Ukuran tidak terlalu besar
 Harga terjangkau
 Dapat dipindah-pindahkan
 Mudah digunakan
Kelemahan :
 Kurang akurat dibandingkan timbangan digital
 Resiko terjadi kesalahan pembacaan skala
Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan timbangan injak :
Hasil timbangan sering kali kurang akurat, menurut teori posisi
orang yang ditimbang harus tegak lurus. Akan tetapi dalam prakteknya hal
tersebut kurang diperhatikan. Selain itu posisi timbangan harus
diperhatikan. Timbangan harus diletakkan pada lantai yang datar atau
tanpa alas, namun dalam praktiknya kurang diperhatikan.
Timbangan Digital
Kegunaan : Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat badan
usia balita sampai dewasa.
Cara penggunaan :
1) Letaktkan timbangan digital pada lantai datar
2) Pakai pakaian yang seminim mungkin
3) Berdiri pada lantai timbangan
4) Lihat skala yang muncul pada layar timbangan
Kelebihan :
 Resiko kesalahan membaca skala kecil
 Hasilnya akurat dan teliti
 Mudah dinolkan
Kelemahan :
 Tergantung baterai
 Lebih berat dibandingkan timbangan injak
 Harga lebih mahal
Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan timbangan digital :
Timbangan digital ini bergantung dari baterai. Jadi daya dari baterai
harus diperhatikan. Selain itu timbangan ini harus diletakkan pada lantai
yang datar. Hal tersebut dapat memperkecil kesalahan penimbangan,
sehingga hasilnya akurat.

D. Teknik Pengukuran Tinggi Badan dengan Microtoise


Langkah-langkah :
1) Subyek yang akan diukur melepaskan sepatu/sandal, topi,
dsb.
2) Subyek berdiri tegak membelakangi dinding dengan posisi
kepala bagian belakang, punggung, pantat, dan tumit
menempel pada dinding dan muka menghadap lurus ke
depan.
3) Kaki rapat dan lurus, apabila sulit sehingga kaki menekuk,
luruskan kaki dengan cara tekukanlah lutut pada tembok
dan luruskan.
4) Turunkan microtoise sampai tepat di atas kepala (bagian
atas ubun-ubun), siku-siku lurus menempel pada dinding.
5) Baca angka pada jendela kaca, catat tinggi badan seakurat
mungkin.
6) Petugas yang melihat angka pada microtoise lebih tinggi
dari pasien/klien.

E. Teknik Pengukuran dengan Pita LILA


Langkah-langkah :
1) Pengukuran dilakukan pada lengan sebelah kiri.
2) Lengan dalam keadaan tergantung bebas, tidak tertutup
pakaian.
3) Tetapkan posisi bahu dan siku.
4) Tentukan pita antara bahu dan siku.
5) Tentukan titik tengah lengan.
6) Lingkarkanlah pita ukur pada tengah lengan, pita jangan
terlalu ketat dan tidak terlalu longgar.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1. Materi : Sistem 5 Meja di Posyandu


2. Sub Pokok Bahasan
a. Kegiatan di 5 meja Posyandu
3. Waktu : 30 menit
4. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti peyuluhan, Ibu Kader mampu mengetahui kegiatan
yang dilaksanakan di 5 meja di Posyandu.
b. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan penyuluhan Ibu Kader mampu:
1) Memahami dan menjalankan kegiatan di 5 meja di Posyandu
5. Kegiatan Pembelajaran
a. Materi Pembelajaran (Terlampir)
b. Metode
1) Ceramah, tanya jawab
c. Langkah Kegiatan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


.
1 2,5 menit Pembukaan: · Menjawab salam
· Memberi salam · Mendengarkan dan
· Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
· Menyebutkan
materi/pokok bahasan yang akan
disampaikan

2 15 menit Pelaksanaan, menjelaskan materi Menyimak dan


penyuluhan secara berurutan: memperhatikan penjelasan
· Pengertian Tumbuh materi.
Kembang dan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang
· Jenis-jenis Deteksi Dini
Tumbuh Kembang
· Intervensi dan pencegahan
Tumbuh Kembang
· Jenis layanan Intervensi
Tumbuh Kembang

3 10 menit Evaluasi: · Bertanya kepada


· Tanya jawab tentang pemateri.
materi penyuluhan · Menjawab
· Memberi pujian atau pertanyaan yang diberikan
dukungan kepada peserta. oleh pemateri
· Menyimpulkan
semua dari materi
penyuluhan yang telah
diberikan.
4 2,5 menit Penutup: Menjawab salam
· Mengucapkan terima
kasih.
Mengucapkan salam.

d. Media dan Alat Bantu Pembelajaran :


1) LCD
2) Laptop

6. Pemantauan dan Evaluasi


Penilaian pemahaman dan pengertian Ibu Kader dengan
pertanyaan-pertanyaan
7. Referensi
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-ekoteguhyu-
5267-3-bab2.pdf
http://fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/Posyandu-dan-
Posbindu-2012-Fema.pdf
Nurul dini.2013.5meja posyandu.
Diakses pada 16 Mei 2014 http://kebidananfull.blogspot.com/2013/04/5-
meja-posyandu.html
MATERI
SISTEM 5 MEJA DI POSYANDU

Lima langkah kegiatan Posyandu adalah kegiatan pelayanan mulai dari


pendaftaran hingga pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada hari buka
Posyandu. Langkah pertama hingga keempat dilaksanakan oleh para kader,
sedangkan langkah kelima dilaksanakan oleh kader bersama petugas kesehatan.
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim
Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas,
dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
1. Meja 1 (Pendaftaran)
Adapun kegiatan yang dilakukan di meja 1 adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran Balita
1) Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita
2) Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah
ditimbang. Minta KMSnya, namanya dicatat pada secarik kertas. Kertas
ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya
menuju tempat penimbangan.
3) Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan
atau KMS lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara
lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini
diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke
tempatpenimbangan.
b. Pendaftaran ibu hamil
1) Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.
2) Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke
meja 4 untuk mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh
petugas di meja 5.
3) Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik
kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas di meja
5.
2. Meja 2 (Penimbangan balita)
Berikut adalah beberapa kegiatan yang dilakukan di meja 2 :
a. Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada
secarik kertas yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali ke dalam
KMS.
b. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja
pencatatan.
3. Meja 3 (pencatanan Hasil Penimbangan)
Kegiatan di meja 3 meliputi :
a. Buka KMS balita yang bersangkutan.
b. Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.
c. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.
d. Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut.
e. Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak
sesuai ingatan ibunya.
f. Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang,
perkirakan bulan lahir anak dan catat.
4. Meja 4 (Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu
menyusui).
Sedangkan kegiatan di meja 4 adalah sebagai berikut :
a. Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan
umur dan hasil penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu balita diberi
penyuluhan.
b. Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan
kehamilannya sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas
kesehatan, bidan di desa atau dukun terlatih.
c. Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, kapsul
iodium dan vitamin A.
5. Meja 5 (Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit)
Beberapa kegiatan di meja 5 adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan
KB, imunisasi serta pojok oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan
oleh petugas dari Puskesmas.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

Anda mungkin juga menyukai