Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT
MANUSIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan


Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. H. Herlina, M.Pd.

Disusun Oleh :

Tantri Nokomori 1102623024

Velika Azalia 1102623032

Adiva Salsabila .D.P 1102623048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan puji syukur atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Hakikat Manusia” sehingga tepat pada waktunya, makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah wawasan pendidikan di Universitas Negeri Jakarta. dalam makalah ini
kami akan memaparkan definisi dari hakikat manusia dan aspek-aspek yang dimiliki setiap
manusia.

terima kasih kepada ibu Dr. H. Herlina, M.Pd. atas bimbingan dan arahannya selama proses
pembuatan makalah ini. semoga dengan makalah ini dapat memberikan kontribusi yang
berarti bagi pembaca tentang makna dari hakikat manusia

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat memiliki banyak kekurangan, mohon maaf
atas segala kesalahan dalam penyusunan dalam makalah ini. kritik dan saran yang
membangun akan sangat berguna bagi kami untuk melakukan perbaikan di masa yang akan
datang

Jakarta, 20 Februari 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN 5
BAB II 5
LANDASAN TEORI 5
2.1 Behaviorisme dan Humanisme 5
BAB III 7
PEMBAHASAN 7
3.1 DEFINISI HAKIKAT MANUSIA 7
3.2. ASPEK-ASPEK HAKIKAT MANUSIA 7
1. Manusia sebagai Makhluk Tuhan 7
2. Manusia sebagai Kesatuan Badan Roh 8
3. Manusia sebagai Makhluk Individu 8
4. Manusia sebagai Makhluk Sosial 9
5. Manusia sebagai Makhluk Berbudaya 9
6. Manusia sebagai Makhluk Susila 9
7. Manusia sebagai makhluk Beragama 10
BAB IV 11
KESIMPULAN 11
BAB V 12
DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I

PENDAHULUA

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak lama, manusia telah dihantui oleh pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang


mendalam di bawah langit malam yang bertaburan bintang, di tengah hamparan luas
gurun pasir, atau di kedalaman hutan yang sunyi. Apa identitas kita? Apakah kita
tahu dari mana kita berasal? Dan ke mana kita pergi? Pertanyaan-pertanyaan ini
tampaknya sederhana tetapi memiliki makna yang besar. Mereka mengarahkan kita
untuk menyelidiki hakikat manusia, mencari tahu esensi terdalam yang membuat
kita menjadi "manusia".

Untuk mendapatkan pemahaman tentang hakikat manusia bukanlah sekadar upaya


intelektual yang didorong oleh rasa ingin tahu. Ini adalah penjelajahan yang
berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan kita. Pemahaman kita tentang sifat
manusia mempengaruhi cara kita melihat diri kita sendiri, cara kita membangun
hubungan, dan cara kita menjalani kehidupan yang penuh makna dan tujuan.

Perjalanan untuk memahami hakikat manusia bukanlah jalan yang mulus.


Sebaliknya, ini adalah perjalanan melalui medan berliku yang mengharuskan kita
untuk melewati berbagai perspektif ilmiah, filosofis, dan teologis. Para pemikiran
dari berbagai era dan aliran telah berusaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan tentang hakikat manusia. Masing-masing dari mereka telah menawarkan
perspektif unik untuk melihat keberadaan kita yang kompleks.

Pertanyaan tentang sifat dasar manusia diajukan oleh filsuf Yunani kuno seperti
Plato dan Aristoteles, yang menekankan bahwa rasionalitas dan kemampuan
berpikir kritis membedakan manusia dari makhluk lain. Filsuf modern seperti Jean-
Paul Sartre dan Simone de Beauvoir melihat hakikat manusia dari perspektif
eksistensialisme, menekankan kebebasan individu dalam menentukan keberadaan

3
dan makna hidup mereka.

4
Di ranah teologi, agama-agama besar di dunia menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan memiliki potensi dan tujuan spiritual.
Dalam agama Islam, orang dianggap sebagai hamba dan khalifah Allah di Bumi.
Mereka diberi akal dan ruh untuk melakukan peran ini. Menurut kepercayaan
Kristen, manusia memiliki kapasitas untuk memiliki hubungan dengan Tuhan karena
mereka diciptakan menurut gambar-Nya. Selain itu, agama lain, seperti Hindu dan
Buddha, memberikan pemahaman tentang hakikat manusia. Konsep-konsep seperti
reinkarnasi, karma, dan pencerahan spiritual termasuk dalam kategori ini.

Meskipun demikian, penelitian kontemporer memperluas pemahaman kita tentang


manusia dari sudut pandang biologis dan neurologis. Studi evolusi menyelidiki jejak
genetik dan adaptasi selama jutaan tahun untuk menjelaskan asal-usul manusia dari
spesies lain. Neurosains berusaha untuk memahami bagaimana proses kerja otak dan
kesadaran manusia. berusaha untuk memahami bagaimana proses berpikir, emosi,
dan perilaku manusia dibentuk oleh struktur dan fungsi otak.

Pemahaman tentang hakikat manusia diberikan oleh kombinasi perspektif filosofis,


teologis, dan ilmiah ini, yang memberikan gambaran yang kaya dan kompleks
tentang apa itu sebenarnya. Namun, penting untuk diingat bahwa pemahaman
tentang hakikat manusia adalah proses yang berkembang seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan pengalaman manusia.
Dalam makalah ini, kita akan berlayar dalam kapal eksplorasi yang bertujuan untuk
memecahkan misteri hakikat manusia. Kami akan mempelajari berbagai aspek.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari hakikat manusia?

2. Apa saja aspek dari hakikat manusia?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu definisi hakikat manusia

2. Untuk mengetahui apa saja aspek dari hakikat manusia

5
BAB II

LANDASAN

TEORI

2.1 Behaviorisme dan Humanisme


Dalam berbagai disiplin ilmu ada dua konsep filosofi yang mendasar untuk
memahami hakikat manusia. Konsep tersebut disebut dengan behaviorisme dan
humanisme. Pandangan Behaviorisme memiliki pemahaman bahwa manusia
hanyalah pribadi yang kosong yang tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini.
Sehingga untuk mendapatkan pengetahuan atau kemampuan apapun manusia
memerlukan tuntunan dari orang dewasa yang sudah memiliki asam garam kehidupan
(Laiya, 2012).
John Locke adalah tokoh dari kaum Behaviorisme. Locke menjelaskan bahwa
manusia itu. Adalah tabula rasa,yang berdasarkan terjemahan aslinya. Adalah papan
yang dapat ditulis lalu dihapus (Laiya, 2019). Tergantung apa yang ditulis dalam diri
manusia itulah pengetahuan yang diberikan kepadanya. Jadi Orang dewasa dapat
membentuk sebuah pribadi seperti apa. Yang diinginkannya.
Behaviorisme sejalan dengan teori condition, teori ini memandang bahwa setiap
kebiasaan dapat dibentuk atau dikondisikan. Kondisi terbentuk dari pembentuk yang
dilakukan berulang-ulang. Teori condition ini pada awalnya diterapkan kepada
binatang yaitu anjing. Anjing dikondisikan memahami kapan ia mendapatkan
makanan. Dengan memunculkan sebuah tanda sebelum makanan diberikan. Tanda
tersebut dapat berbentuk macam- macam seperti bunyi lonceng atau lampu yang
bersinar. Setelah dilakukan berulang-ulang. Anjing Menjadi paham kapan waktunya
ia dapat mendapat makanan, bahkan sebelum diberikan makanannya hanya melihat
tanda, air liur sang anjing sudah keluar (Laiya, 2020).
Teori condition berkembang dan diterapkan oleh mereka yang melatih binatang-
binatang untuk melakukan performance di tempat-tempat hiburan. Sayangnya kondisi
yang diterapkan didasari penyiksaan untuk binatang. Seperti yang kita ketahui di
media yang beredar lumba- lumba yang mengalami penyiksaan, juga monyet dan
binatang lainnya.
Pada dasarnya apakah hakekat manusia itu. Manusia Sesungguhnya adalah makhluk
yang luar biasa yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya, karena manusia
memiliki kemampuan atau potensi untuk berkesadaran. Jadi manusia ituadalah
makhluk yang berkesadaran. Pada dasarnya manusia memiliki tiga hal dalam dirinya
6
yaitu 1) tubuh, 2) pikiran, perasaan dan. Emosi yang dapat kita sebut sebagai
manas

7
dan 3) jiwa. Atau roh atau jati diri. Untuk Memiliki kesadaran. Manusia Harus
menyadari bahwa ia memiliki tiga hal tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua konsep filosofi mendasar untuk memahami
hakikat manusia, yaitu behaviorisme dan humanisme. Behaviorisme menganggap
manusia sebagai “tabula rasa” yang dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman
eksternal, sementara humanisme melihat manusia sebagai makhluk yang memiliki
potensi inheren yang perludikembangkan. Pandangan-pandangan tersebut
mencerminkan berbagai perspektif tentang hakikat manusia, mulai dari yang
menganggap manusia sebagai mesin mekanis hingga yang melihatnya sebagai
makhluk yang luar biasa dengan potensi yang besar.

8
BAB III

PEMBAHASA

3.1 DEFINISI HAKIKAT MANUSIA

Menurut Dr. Muhammad S. Sumantri, M.Pd. dalam (Modul 1 Hakikat Manusia dan
Pendidikan) Menjadi makhluk bertanya, manusia memiliki keinginan untuk mengetahui
segala sesuatu. Manusia bertanya-tanya tentang banyak hal di luar dirinya karena hasrat
untuk tahu. Selama bertahun-tahun, manusia telah berusaha untuk mengetahui dirinya
sendiri. Ada banyak cara untuk mempelajari hakikat manusia, seperti common sense,
ilmiah, filosofis, dan religi. Ada juga banyak sudut pandang, seperti biologi, sosiologi,
antropologi, psikologi, dan politik. Pengetahuan tentang manusia bervariasi sesuai
dengan pendekatan dan sudut pandang yang digunakan untuk mempelajarinya, seperti
yang disebutkan sebelumnya. Manusia menunjukkan keragaman dalam banyak hal
dalam kehidupan nyata, termasuk penampilan fisik, strata sosial, dan kebiasaan.

Pengertian hakikat manusia terdiri dari kumpulan konsep dan ide mendasar tentang
manusia, serta tujuan eksistensi manusia di dunia ini. Aspek-aspek hakikat manusia
termasuk tentang asal-usulnya (misalnya, manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur
metafisikanya (misalnya, manusia sebagai kesatuan badan-ruh), dan karakteristik dan
makna eksistensi manusia di dunia (misalnya, manusia sebagai individu, sosial, budaya,
susila, dan beragama).

3.2. ASPEK-ASPEK HAKIKAT MANUSIA

1. Manusia sebagai Makhluk Tuhan

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia telah
diciptakan oleh tuhan dalam bentuk yang sebaik baiknya. Pada dasarnya setiap
manusia di muka bumi ini memiliki sifat percaya kepada tuhan, bahkan sejak zaman

9
nenek moyang dahulu. Dengan keyakinan yang ada ini, akan membuat manusia lebih

10
memiliki tujuan dan menjadi individu yang bernilai positif bagi saksama, dan lebih
berhati-hati dalam bertindak. Manusia akan memiliki moral dan etika yang dapat
diteladani karena adanya rasa takut akan adanya ganjaran.

2. Manusia sebagai Kesatuan Badan Roh

Manusia tidak bisa hidup jika tidak memiliki jiwa, jiwa dan badan adalah satu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan begitu saja. pada aspek ini menggambarkan
bahwa manusia tidak hanya terdiri dari tubuh fisik saja, tetapi juga terdapat dimensi
spiritual atau rohaniah dalam pandangan filosofis menyebutkan perspektif mengenai
konsep manusia sebagai kesatuan badan dan roh

1. materialisme : menganggap bahwa manusia merupakan bagian dari alam itu


sendiri. esensi dari manusia adalah badannya bukan jiwa atau rohnya segala
hal yang ada dalam kejiwaan manusia hanya resonansi saja dari berfungsinya
badan atau anggota tubuh pandangan antara jiwa dan tubuh disebut
Epiphenomenalisme (J.D Butler, 1968)
2. Idealisme berbanding terbalik dengan materialisme idealisme menganggap
bahwa manusia adalah jiwanya atau spiritnya, menurut plato jiwa merupakan
aspek tertinggi dibandingkan dengan badan, menurutnya jiwa sebagai
pemimpin badan yang akan mempengaruhi kinerja tubuh pandangan ini
disebut spiritualisme (Sumantri 2023 : 1.8)
3. Dualisme dalam pandangan ini jiwa dan badan memiliki peran yang sama
pentingnya, contohnya jika jiwa sedang sedih akan berpengaruh pada badan
yang terlihat layu dan suram. pandangan ini dikenal sebagai paralerisme tokoh
yang mendukung pandangan ini Plato dan Descartes.
3. Manusia sebagai Makhluk Individu

Menurut KBBI kata individu berarti seseorang, kata individu berasal dari bahasa latin
yaitu kata individium yang artinya tidak terbagi (Rulam : 2014) . Dari pengertian
yang telah tertulis maka individu merupakan perseorangan yang tidak dapat dibagi.
Tentunya karena tidak dapat dibagi inilah yang mengakibatkan setiap individu
manusia yang lahir di muka bumi ini akan memiliki kelebihan dan kekurangan yang
ada dalam dirinya. Masing-masing manusia memiliki keunikan dan potensinya
tersendiri. Manusia memiliki kebebasan dalam mengembangkan potensi tersebut.

11
Setiap manusia dibebaskan memilih jalan hidupnya masing-masing. maka dari itu
permasalahan yang timbul juga akan berbeda-beda. Setiap individu telah dibekali
kemampuan untuk memecahkan dan mengendalikan masalah yang terjadi dalam
hidupnya.

Perbedaan manusia ini tidaklah hanya di segi perkembangan saja melainkan dari segi
fisik manusia telah memiliki kontur wajah yang berbeda meskipun anak tersebut
adalah kembar identik Mustaqim dan Wahib, (2014 : 20). Seperti yang sudah
disebutkan di atas maka manusia sebagai individu merupakan makhluk yang pastinya
berbeda-beda. Setiap individu memiliki aspek-aspek individual yang sifatnya berasal
dari luar, berikut adalah aspek-aspek tersebut

● Kematangan intelektual
● Kemampuan berbahasa
● Latar belakang pengalaman
● Cara atau gaya dalam mempelajari sesuatu
● Bakat dan minat
● Kepribadian
4. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Sejak awal kemunculan seorang individu di muka bumi, manusia sudah


membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dari mulai bayi manusia telah hidup
dengan adanya bantuan orang lain maka seseorang dapat terlahir ke dunia. Contoh
Sejak manusia dilahirkan akan ada penanganan persalinan oleh bidan, sang bayi yang
telah lahir nantinya akan membutuhkan sosok ibu yang akan merawat dan memenuhi
kebutuhan yang diperlukan sang bayi, agar pertumbuhannya dapat berkembang secara
maksimal. Jika saja si bayi tersebut tidak ada yang merawat dan menolongnya maka
ada kemungkinan si anak akan meninggal dunia.

Menurut Aristoteles (384-322 SM) (Rulam Hadi, 2014 : 21) manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan manusia lainnya.
(Zoon politicon) atau bisa disebut hidup bermasyarakat. Tirtarahadja dan sulo (2005 :
19)

12
5. Manusia sebagai Makhluk Berbudaya

Manusia sebagai makhluk berbudaya mengarah pada kemampuan manusia untuk


menciptakan, mewariskan, dan mempengaruhi budaya. Manusia memiliki akal dan
budi, yang memungkinkan mereka untuk menciptakan kebudayaan.

Kebudayaan merupakan ungkapan perasaan manusia di dunia. Kebudayaan tidak


bersifat statis melainkan dinamis. Karena pada kenyataannya budaya-budaya yang
ada dapat hilang atau luntur karena tergerus oleh kebudayaan-kebudayaan baru yang
lebih inovatif

6. Manusia sebagai Makhluk Susila

Manusia sebagai makhluk susila maksudnya adalah manusia yang patuh terhadap
nilai dan kebijakan yang berlaku di masyarakat mengikuti tempat dimana ia tinggal.

Dalam kehidupan bermasyarakat yang heterogen pasti terdapat nilai-nilai atau


peraturan yang harus ditaati oleh semua lapisan masyarakat. Norma-norma yang
berkembang di masyarakat tersebut memiliki fungsi sebagai acuan atau pedoman
masyarakat dalam bersikap dan berperilaku baik di lingkungan masyarakat itu berada.
Artinya setiap individu yang baru masuk harus menaati dan menghormati pedoman
tersebut.

Orang yang mengganggu dan melakukan penyimpangan cenderung akan dibenci dan
mengganggu ketenteraman dalam bermasyarakat, dan jika berlangsung secara terus
menerus akan menjadi penyakit sosial

7. Manusia sebagai makhluk Beragama

Aspek Beragama merupakan aspek yang paling utama manusia, agama merupakan
bentuk keyakinan seseorang untuk menyembah hal-hal yang dianggapnya lebih
berkuasa, dan dianggap benar untuk dijadikan pedoman. Melalui ciptaannya Tuhan
telah memberikan tanda-tanda kebesaran-Nya.

13
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian hakikat manusia adalah
sebuah konsepsi yang mencakup beragam konsep dan ide mendasar yang membantu kita
memahami esensi dari manusia sebagai makhluk kompleks. Hal ini melibatkan pemahaman
tentang sifat dasar manusia, keberadaannya di dunia ini, dan tujuan dari eksistensinya.
Adapun aspek-aspek hakikat manusia antara lain yaitu : Manusia sebagai makhluk Tuhan;
Manusia sebagai kesatuan badan roh; Manusia sebagai makhluk individu; Manusia sebagai
makhluk sosial; Manusia sebagai makhluk berbudaya; Manusia sebagai makhluk susila; dan
Manusia sebagai makhluk beragama. Aspek-aspek hakikat manusia mencakup asal-usul,
struktur metafisik, serta karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia. Dengan
memahami keragaman dalam kehidupan nyata, termasuk penampilan fisik, strata sosial, dan
kebiasaan, kita dapat lebih memahami hakikat manusia secara lebih utuh.

14
BAB V

DAFTAR

PUSTAKA

Plato. (2008). Simposium. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Aristoteles. (2017). Metafisika. Jakarta: Pustaka Filsafat.
Dr. Muhammad S. Sumantri, M.Pd. (2016). Modul 1 Hakikat Manusia dan Pendidikan.
Jakarta. Universitas Terbuka.
Dr.Drs. Rulam Ahmadi (2014). Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan
Yogyakarta. AR-RUZZ Media
Laiya, R. E. (2012). Pilihan Bahasa pada Masyarakat Multibahasa di Desa Botohili Sorake,
Nias Selatan: Penelitian Etnografi pada Masyarakat Multibahasa Nias, Indonesia dan
Inggris.
Laiya, R. E. (2019). T-Shirt as the Media of Learning the NiasCulture (Study of Gamagama
Nias T-Shirt). Journal of Physics: Conference Series, 1179(1), 012067.
Laiya, R. E. (2020). Application of Critical Thinking on the Social Media (Case Study
Comments and Statuses on Facebook about Miss Tourism Competition on West Nias).
Series, Journal of Physics: Conference, 1477(4), 042002.

15

Anda mungkin juga menyukai