Anda di halaman 1dari 40

PERILAKU MENIRU PADA ANAK YANG SERING MENONTON FILM

ULTRAMEN
(Studi Kasus Kelompok B Paud Harapan Bangsa Desa Lokasi Baru)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh:

Anggita Nurul Aini


NIM. 2011250023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis bisa mengerjakan sekaligus menyelesaikan skripsi ini
tepat waktu, atas kehendaknya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul :
"Perilaku Meniru Pada Anak yang Sering Menonton Film Ultramen (Studi Kasus
Kelompok B Paud Harapan Bangsa Desa Lokasi Baru)". Sholawat dan salam tak
lupa kita haturkan kepada junjungan penulis Nabi Besar Muhammad SAW, juga
bagi keluarga, para sahabat beliau dan seluruh umatnya yang berpegang teguh
pada ajaran Islam sampai akhir zaman nanti.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan
skripsi ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak terutama dosen pembimbing. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang
terhormat.
1. Bapak Dr. Mus Mulyadi., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Tadris.
2. Ibu Dr. Azizah Aryati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah sekaligus
Pembimbing I yang telah memberikan banyak petunjuk, saran, dan motivasi
kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini
3. Ibu Dra. Aam Amaliyah. M.Pd. selaku Koordinator Prodi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini (PIAUD), Jurusan Tarbiyah.
4. Bapa Budrianto, M.Sn Selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak
petunjuk, saran, dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
5. Dr. Syahril, S.Sos.I., M.Ag selaku Kepala Perpustakaan UINFAS Bengkulu
yang telah mengizinkan penulis untuk meminjam buku dan menghabiskan
waktu seharian di perpustakaan.
6. PAUD Harapan Bangsa Desa Lokasi Baru yang telah berbaik hati mengizinkan
penulis untuk melakukan observasi selama penelitian,
7. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukamo (UINFAS)
Bengkulu yang sudah banyak sekali memberikan ilmu pengetahuan sekaligus
pengalaman bagi penulis sebagai bekal pengabdian terutama kepada dunia
pendidikan, agama,nusa dan bangsa.
Oleh sebab itu, penulis hanya mampu berdo'a dan berharap semoga bapak
/ibu Dosen diberikan rahmat dan karunia dari Allah SWT. Dengan segala
kerendahan hati dan rasa sadar skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi
izinkan penulis berharap semoga skripsi ini nanti berguna bagi para pembaca
untuk mengembangakan ilmu pengetahuan maupun untuk kepentingan lainnya.

Bengkulu, Februari 2024


Peneliti

Anggita Nurul Aini


Nim.2011250023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori............................................................................................ 11
1. Perilaku Anak..................................................................................... 11
a. Pengertian Perilaku........................................................................ 11
b. Jenis-Jenis Perilaku........................................................................ 14
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku................................. 14
d. Pola Perilaku Anak Menurut Hurlock........................................... 18
2. Film..................................................................................................... 20
a. Jenis-Jenis Film................................................................................ 20
b. Dampak Positif dan Negatif Menonton Film Kartun....................... 22
c. Dampak Tayangan Kekerasan dalam Televisi terhadap
Perkembangan Anak........................................................................ 25
d. Kekerasan Media.............................................................................. 25
B. Kajian Penelitian yang Relevan.............................................................. 26
C. Kerangka Berpikir................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 31
C. Sumber Data............................................................................................ 31
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 32
E. Teknik Analisis Data............................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini zaman yang semakin maju dan
berkembang dengan di tandai meningkatnya bidang kehidupan pada manusia.
Salah satunya pada bidang komunikasi yang saat ini tidak hanya melalui
Bahasa atau surat kabar, karna pada era zaman moderen ini sudah banyak
sekali media lain yang bisa di pergunakan untuk berinteraksi dengan jarak jauh
maupun dekat. Media massa memiliki fungsi yang sama dengan Bahasa, yaitu
sebagai perantara komunikasi. Komunikasi massa di defenisikan sebagai
proses komunikasi yang berlangsung dari sumber yang menyebar kepada
masyarakat yang sifatnya menyeluruh melalui alat seperti radio, tv, surat kabar,
dan film.
Banyak sekali ragam media di zaman modern saat ini salah satunya pada
media massa televisi, media yang ada saat ini belum ada yang dapat
menandingi kemampuan televisi dalam mempengaruhi perilaku anak.
Sehingga dampak yang di timbulkan pada diri anak yaitu meniru, hal itu yang
menyebabkan anak sering melakukan hal kekerasan di sekeliling mereka
terutaman pada teman.1
Harlock mengungkapkan bahwa anak-anak lebih suka menonton televisi
daripada membaca buku dan mengerjakan pekerjaan sekolah. Artinya televisi
memang merupakan media yang menarik bagi anak dan menjadi hiburan
favorit anak di massa kini, sehingga hampir tidak ada anak yang tidak suka
menonton televisi.2
Penelitian tentang paparan media elektronik sudah banyak dilakukan,
baik di luar maupun di dalam negeri, terutama yang berasal dari media televisi.
Seperti Noriko (2002) yang meneliti dampak paparan televisi terhadap anak-

1
Atikah, L. Kekerasan Dalam Tayangan Televisi (Analisis Isi Muatan Kekerasan dalam
Tayangan Televisi di Indonesia)”, Flow, 2(18).
2
Noviana, I. (2019). Pola Menonton Televisi Pada Anak (Stndi Kasns di SDN Johar Barn 1
Jakarta Pnsat dan SD Islam Al Azhar, Kebayoran Barn, Jakarta Selatan). Sosio Konsepsia: Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 12(3), 70-79.

1
anak Tokyo; Christakis dan Lumeng (2006) yang meneliti dampak tayangan
televisi terhadap perilaku anak di Amerika Serikat dengan menggunakan
subskala hiperaktif Indeks Masalah Perilaku; atau Paavonen (2006) yang
meneliti aktivitas menonton televisi anak-anak di Finlandia yang berakibat
pada gangguan tidur; hingga Nazari, dkk (2012) yang meneliti siswa sekolah
dasar di Iran yang melibatkan penggunaan perangkat televisi, video games,
komputer, dan internet oleh anak.3
Aktivitas menonton televisi yang berakibat pada kondisi paparan televisi
ternyata benar-benar memiliki dampak (positif/ negatif). Seorang ibu dari anak
4 yang menderita PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified), mengakui bahwa anaknya yang berusia dua tahun
mengalami kondisi kehilangan kemampuan bicara akibat sering menonton
televisi tanpa bimbingan. Dampak tayangan televisi juga disimpulkan bernilai
negatif oleh tim peneliti Indiana University (Nicole Martins dan Kristen
Harrison, 2012) yang menyatakan bahwa menonton televisi dapat menurunkan
dan mengubah harga diri anak. Meskipun begitu, Alice Sullivan (2013) justru
menyatakan pendapat berkebalikan, di mana tontonan televisi justru dapat
memberi dampak positif bagi anak-anak. 4
Menurut Sri Agustin (2019) dengan adanya bermacam-macam film
kartun di Indonesia anak-anak mulai mengenal suatu hal yang baru, dimana
dengan apa yang dilihat anak-anak itu mengandung perilaku dan bahasa
mereka dalam kesehariannya dan juga pada teman sebayanya. Tidak semua
anak-anak menyukai film kartun dan terpengaruh oleh aksi film kartun akan
tetapi sebagian besar anakanak akan meniru perilaku dalam film kartun
tersebut. Dapat dikatakan setiap orang tua wajib dan bertanggung jawab penuh
dalam mengawasi kegiatan anak-anaknya.5
3
Erin, A. (2014). Revue Canadienne Des Jeunes Chercheures Et Cherceures En Education.
Canadian Journal for New Scholars in Education. Volume 5, Issue 2 Summer, University of New
Brunswick.
4
Awalya. (2012). Benefits of Early Childhood Education for Personal Development And
Children Social. Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies, [S.l.], v. 1, n. 2, nov.
2012. ISSN 2476- 9584. Tersedia di : . Diakses tanggal : 10 mar. 2017. doi:
http://dx.doi.org/10.15294/ijeces.v1i2.9206.
5
Sri Agusrina. 2019. Pengaruh menonton film kartun terhadap perkembangan sosial
emosional anak di TK Al Hidayah Desa Kalianyar Kec. Bangil Kab.Pasuruan. Jurnal, Vol, 4, No.
Anak-anak memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengamati apa
yang akan terjadi disekitar mereka. Anak-anak kecil pada umumnya mampu
menirukan apa yang mereka tangkap dari lingkungan sekitar mereka atau hasil
dari observasi mereka, mereka adalah peniru yang luar biasa. menurut Hanny
Rizkia Shafina pada penelitiannya (2022) peneliti menunjukan bahwa film
kartun yang sering ditonton oleh anak-anak di BTN Pagutan Indah Mataram ini
seperti Boboboy, Shiva, Adit dan Sopo Jarwo serta Upin dan Ipin. Menonton
film akan sangat berpengaruh pada perilaku anak.6
Dampak film kartun terhadap perilaku anak-anak di BTN Griya Pagutan
Indah Mataram yaitu perubahan tingkah laku kearah yang negatif seperti malas
belajar dan lebih memilih untuk menonton selama di rumah. Kemudian
berperilaku agresif seperti berkelahi dengan temantemannya, sering melakukan
adegan jumping sepeda, balap sepeda, berlari-lari dan meloncatloncat baik di
rumah maupun disekolah. Serta sering emosi yang tidak jelas, dan saling
mengejek. Adapun dampak positif bagi anak seperti meningkatkan kreatifitas
anak, dan memudahkam anak dalam berbahasa berupa bahasa Indonesia dan
Malaysia. 7
Berdasarkan uraian singkat tersebut, dapat disimpulkan bahwa paparan
televisi dapat memberi dampak terhadap anak yang menjadi obyek
terpaparnya; seperti perilaku (termasuk perilaku agresi), perkembangan sosial
(rasa peduli dan harga diri), perkembangan fisik, masalah konsentrasi/
perhatian terhadap sesuatu, kemampuan bicara, gangguan tidur, dan gangguan
perkembangan lain. Dampak tersebut muncul berdasarkan seberapa besar
intensitas paparan media (televisi) yang terjadi terhadap anak sebagai penerima
paparannya. Peneliti kembali tegaskan bahwa anak-anak zaman modern sudah
terbiasa menggunakan media televisi sehingga penelitian tentang perilaku

1,
6
Fahruddin & Zulfakar. 2018. Culturally Responsive Teaching Practice in Early Childhood
International Jurnal of Recent Scientifict Research. Vol.9, Issue 9(E), PP 28941-2895
7
Fahruddin & Zulfakar. 2018. Culturally Responsive Teaching Practice in Early Childhood
International Jurnal of Recent Scientifict Research. Vol.9, Issue 9(E), PP 28941-2895.
meniru oleh anak menjadi penting untuk dilakukan, termasuk bagi anak-anak
usia dini yang berusia 0 s.d 6 tahun.8
Perkembangan televisi juga membuktikan bahwa dengan sifat audio visual
yang dimilikinya menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah
mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku dan pola berpikirnya,
maka pantaslah kalau dalam waktu relative singkat televisi telah menempati
jajaran teratas dari jajaran media massa.9
Beberapa orang juga menganggap YouTube lebih flaksibel dari pada
televise. YouTube bisa di akses dari handphon atau gadged lain di mana saja
dan kapan saja. Namun di YouTube meskipun sudah ada age-
restriction( batasan usia yang menjadi target pasar sebuh film), keamanan
konten-konten dan film di YouTube belum tentu aman untuk anak-anak.
Bahkan konten dan film yang ada di dalam YouTube bisa jadi boomerang untuk
kalangan anak-anak jika tidak di awasi dan di control oleh orang tua. 10
Mereka bisan membuka tayangn film apa saja yang ada di YouTube,
bahkan tanpa sengaja anak akan menonton tayangan film sensitif yang ada di
dalam YouTube tersebut meskipuntayangn film tersebut bukan di tujukan
kepada mereka, akibatnya anak akan menirukan apa yang sering mereka lihat
pada tayangn film tersebut. YouTube ataupun televisi keduanya merupakan
media informasi YouTube dan televise, keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, bedanya televisi hanya bisa satu arah,
sedangkan YouTube memberikan ruang bagi penggunanya untuk berkomentar,
kritik, dan saran melalui kolom komentar.11
Anak termasuk individu unik yang mempunyai eksistensi dan memiliki
jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Masa kehidupan
anak sebagian besar berada dalam lingkungan keluarga. Karena itu,
8
Aghnita. 2017. Perkembangan fisik-motorik anak 4-5 tahun pada perkemndikbud No.137
tahun 2014. Jurnal Vol, 3, No 2.
9
Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
10
Jevy Nor Khavi Hidayat. 2019. Hubungan Intensi Menonton Tayangan Animasi Bo
Boboy (MNCTV) Dengan Sikap Ta’awun. Jurnal Vol, 1, No 2.
11
Rizki, I. (2020). Upaya Orang Tua Dalam Mengatasi Problematika Penggunaan Gadget
Pada Anak Usia Dini (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).).
keluargalah yang paling menentukan terhadap masa depan anak, begitupula
corak anak dilihat dari perkembangan sosial, psikis, fisik, dan relegiusitas juga
ditentukan oleh keluarga. Beberapa tahun terakhir ini banyak kita temui
kejadian atau kasus di kalangan anak-anak yang sangat memerlukan perhatian
dari orang tua, pendidikan dan masyarakat luas, sebagai contoh maraknya
tindak kriminal yang dilakukan anak . Banyak anak-anak yang terdorong untuk
melakukan perilaku yang menyimpang dan melanggar norma yang disebabkan
oleh pengaruh lingkungan serta pengaruh dari media masa terutama televisi. 12
Hampir pada setiap aspek kegiatan manusia, baik yang dilakukan secara
pribadi maupun bersama-sama selalu mempunyai hubungan dengan aktivitas
komunikasi massa. Selain itu individu atau masyarakat yang tinggi terhadap
program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi, YouTube, film dan internet menjadikan setiap saat individu atau
masyarakat tidak terlepas dari terpaan atau menerpakan diri terhadap media
massa. 13.
Menurut Atie Rachmiate, pengamatan media penyiaran, anak-anak
tersebut paling sering menonton tayamgan atau acara yang mengandung
kekerasan seperti yang ada di sejumlah film kartun. Dengan tayangan kekeasan
di televisi memiliki andil besar dalam menyebarkan model kekerasan terhadap
anak-anak. 14
Contoh tayangan film kartun yang mengandung unsur kriminal setiap
saat ditemui, misalkan pada film Power ranger yaitu salah satu film luar negeri
yang ditayangkan di stasiun MNC TV. Film ini banyak menggunakan
kekerasan untuk menyelesaikan konflik atau sebagai jalan keluar dari suatu
masalah. Dan seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindakan
kekerasan, berupa tepukan tangan atau sekedar pemberian selamat. Hal ini
sudah tentu membuat anak-anak yang menonton semakin meyakini bahwa
tindakan kekerasan itu adalah hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan
12
Atikah, L. Kekerasan Dalam Tayangan Televisi (Analisis Isi Muatan Kekerasan dalam
Tayangan Televisi di Indonesia). FLOW, 2(18).
13
Lubis, M. S. I. (2018). Pengaruh Tayangan Media Elektronik Terhadap Perilaku
Menyimpangan Seorang Anak. Network Media, 1(2).
14
David, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 31
suatu nilai bagi dirinya. Dan film ini dapat ditiru oleh anak-anak, baik itu
muncul karena rasa iseng dan rasa dendam yang terjadi dalam adegan film
tersebut. Adapun film kartun yang lainnya yaitu seperti Boboiboy The Movies,
took pahlawan seperti Boboiboy dan lawannya Gaganas banyak menggunakan
kekerasan untuk menyelesaikan konflik atau sebagai jalan keluar dari suatu
masalah.15
Sering kali mereka mendapat pujian setelah melakukan tindakannya,
seperti adegan perkelahian yang terjadi di jalan raya ketika lalu lintas
mengemudi dengan berdiri diatas mobil yang saling kejar-kejaran dan sering
menunjukan sifat balas dendam diantara Boboiboy dan Gaganas, Naruto dan
Ben-10. Pavlov (Santrock, 2010:52) menyatakan bahwa perilaku didasari dari
pola kebiasaan, hal ini ia buktikan dari risetnya di awal tahun 1900an, dari
hasil riset tersebut membuktikan bahwa pola kebiasaan memberi pengaruh
besar terhadap perilaku. Kebiasaankebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang
berupa tindakan merupakan bentuk dari perilaku.16
Pada dasarnya anak sangat suka sekali menonton film yang menampilkan
banyk gerakan yang cepat dengan di sertai suara yang lantang. Semakin cepat
gerakan maka semakin tinggi tingakat responden anak untuk menonton film
kartun. Namun persoalannya, tidak semua acara televisi cocok untuk anak-anak
apalgai anak usia dini, dimana merka membutuhkan tayangn yang mendidik.
Mengingat betapa besar dampak tayangan televisi pada generasi penerus,
dimana sering kali terjadi kekerasan yang di lakukan anak-anak pada teman
sebayanya. Seperti yang kita ketahui bahwa anak usia dini mempunyai pribadi
yang unik, mereka suka menirukan gerakan, kata-kata atau ucapan yang sering
kali mereka lihat dari lingkungn sekelilinnya.
Seperti yang di kemukakan menurut harlock (2007: 262-265) adapun
pola perilaku sosial anak usia 5-6 tahun yaitu kerja sama, persaingan, simpati,
empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri,
meniru, perilaku kelekatan. Pada masa golden age ini, anak-anak usia dini
15
Jevy Nor Khavi Hidayat. 2019. Hubungan Intensi Menonton Tayangan Animasi Bo
Boboy (MNCTV) Dengan Sikap Ta’awun. Jurnal Vol, 1, No 2
16
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 182
dapat meniru dengan mudah dan dapat menyerap informasi dengan cepat dari
apa yang mereka lihat. Anak-anak zaman sekarang dengan hanya melihat
orang tua dan sekelilingnya melakukan kegitan apapun mereka bisa cepat
menirunya. 17
Jika diperhatikan film kartun yang tayang sangat di dominasi oleh produk
dari luar negri, yakni Jepang. Dari sekian banya film-film kartun Jepang yang
di gemarioleh anak-anak salah satunya adalah Ultraman Zero. Pada film
ultraman sendiri yaitu menceritakan bagaimana ultraman, seorang makhluk
luar angkasa raksasa yang memiliki wujud manusia yaitu seorang pahlawan
bernama ultraman zero yang berusaha melindungi bumi dari makhluk liar
angkasa lainnya. Sebagai seorang pahlawan super, musuh ultramen adalah
monster Bumi (kaijau) makhluk luar angkasa, ultraman di dukumg oleh sebuah
tim pelindung bumi yang di bentuk oleh sekelompok manusia yang memiliki
senjata dan pesawat super canggih, senjata itulan yang di gunakan ultraman
dan kawan-kawan nya untuk berperang, bekelahi melawan para musuh,
sehingga melibatkan banyak pergerakan dari para super hero, di part ini lah
yang membuat anak-anak menyaksikan tayangan tersebut semakin bergairah
dan pada akhirnya meniru, berupa gerakan maupun senjata yang yang di miliki
oleh ultraman. Mereka menganggap bahwa dirinya seolah olah sebagai
pahlawah super hero yang ada di film ultraman tersebut. Ultraman juga
memiliki jurus pamungkas yang dapat mengeluarkan energy yang sangat kuat
dengan menyilangkan kedua tangannya secara tegak lurus di tembakan dari
lengan kanan yang vertical. Anak juga sering kali menirukan gerakan ini
kepada temen-nya, Gerakan ini selalu menjadi jurus pamungkas atau ciri khas
dari setiap ultraman untuk memulai peperangn.
Terlebih masa anak-anak terutama di bawah 10 tahun, masih belum
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, di tahap usia itu anak-anak
sering denga sengaja meniru adegan yang mereka lihat di dalam film-film
kartun. Pada kenyataannya, perilaku meniru anak usia dini yang sering
17
Ariyanto, F. L. T. (2016). Perilaku Sosial Anak Usia Dini di Lingkungan Lokalisasi
Guyangan (Studi Kasus pada Anak Usia 5-6 Tahun). Jurnal PG-PAUD Trunojoyo: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 3(1), 28-38.
menonton film ultraman benar terjadi pada kehidupan sehari-hari mereka.
Begitu juga dengan anak usia dini pada kelompok B PAUD Harapan Bangsa
Desa Lokasi Baru. Perilaku dengan perkataan yang mereka ucapakn sama
persis dengan aksi para super hero yang ada pada tayangan di dalam film
ultramen. Kadang kala mereka membuat keributan di dalam kelas maupun
diluar kelas, seperti tidak mau belajar didalam kelas, mereka malah asik
menunjukan atraksi-atraksi seperti melompat-melompat dari atas meja yang
akhirnya berujung fatal karna terjatuh, suka memukul teman sebayanya dengan
menggunakan mainan di kelas seperti lego yang di rangkai menyerupai pedang
atau tembakan untuk aksi menembak, pukul-pukulan, berlari, hingga saling
membalas tendangan masing-masing, hal itu sangat mengganggu kenyamanan
dan ketentraman di kelas.
Perilaku yang demikian akan sangat berdampak kepada perkembangan
kepribadian seseorang anak sehingga anak-anak akan lebih agresif dengan
menyaksikan adegan-adegan dalam film kartun. Jadi anak-anak akan
berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Maka dari itu orang tua
harus lebih memperhatikan lagi anakanak nya dan orang tua merupakan
pendidik dalam suatu keluarga.
Dijelaskan dalam surat Luqman ayat 13, Allah SWT telah berfirman: ٌ

‫َع ِظ ْيٌم َلُظْلٌم الِّش ْر َك ِاَّن ِباِهّٰلل ُتْش ِر ْك اَل ٰي ُبَنَّي َيِع ُظٗه َو ُهَو اِل ْبِنٖه ُلْقٰم ُن َقاَل‬
‫َو ِاْذ‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar (Q.S. Luqman: 13).

Ayat diatas memberikan informasi tentang pentingnya memberikan


pendidikan terhadap seorang anak baik pendidikan akidah, syariat dan akhlak.
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting terhadap masa depan anak.
Penelitian tentang perilaku anak terhadap pengaruh TV pada khalayak
telah banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Dian Muslimatun Azizah pada pertengahan tahun 2013 untuk mempelajari dan
mengetahui penyebab perilaku agresif pada anak terhadap pengaruh menonton
tv.18
Mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku
anak terhadap menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan yaitu
peneliti mencoba mengetahui apa televisi dapat mempengaruhi dampak yang
begitu besar terhadap perilaku anak yang sering menonton film yang
mengandung unsur kekerasan apakah berpengaruh terhadap perilakunya.
Maka berdasarkan pemaparan latar belakang di atas perlu di ketahui
anak-anak harus tetap selalu dalam pengawasan orang tuanya ketika
menyaksikan tontonan di televisi agar mereka bisa menyaksikan program
televisi yang baik untuk mereka tonton. Pentingnya peran orang tua harus
cerdas memilih film kartun, karna anak akan melakukan semuanya dalam
melihat dan meniru adegan-adegan yang ada di film. Anak-anak belum bisa
membedakan antara adegan yang bersifat khayalan dengan adegan yang
bersifat fakta. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka lihat di televisi
semuanya adalah benar-benar terjadi contohnya seperti film ultramen. Setelah
itu penulis akan meneliti perilaku anak terhadap film kartun ultraman. Maka
dari itu penulis tertarik mengangkat permasalahan untuk dijadikan bahan
penelitian dengan judul “Perilaku Meniru Pada Anak yang Sering
Menonton Film Ultramen (Studi Kasus Kelompok B Paud Harapan
Bangsa Desa Lokasi Baru)”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perilaku pada meniru anak yang sering menonton film ultramen
(Studi Kasus Kelompok B Paud Harapan Bangsa Desa Lokasi Baru)?

18
Dian Muslimatun Azizah, Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Layanan Klasikal
Menggunakan Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Penggirikan 03 Kabupaten
Tegal. Skripsi (Semarang : Universitas Negeri Semarang) 2013
2. Apa dampak positif dan negatif dari perilaku meniru pada anak akibat dari
menonton film ultramen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perilaku meniru anak yang sering menonton film
ultramen (studi kasus Kelompok B Paud Harapan Bangsa Desa Lokasi
Baru).
2. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari perilaku meniru anak
akibat dari menonton film kartun kesukaan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi ilmuwan atau peneliti, bisa digunakan untuk mengembangkan
teoriteori psikologi pada umumnya dan psikologi perkembangan anak
pada khususnya yaitu memberikan kerangka pikiran pada penelitian.
b. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan
khusus, yaitu mengenai perilaku agresif pada anak
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi orang tua, sebagai panduan untuk memberikan pengarahan terhadap
anak mereka saat menonton televise sehingga anak dapat memahami dan
mengerti acara yang tengah ditonton
b. Bagi guru, sebagai masukan untuk menilai perkembangan anak
c. Bagi penentu kebijakan penyiaran, sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan tayangan untuk anak.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Perilaku Anak
a. Pengertian Perilaku Anak
Masa anak – anak berakhir di usia 6 – 12 than biasanya pada masa
ini anak – anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman
sebayanya. Pada masa usia ini anak – anak dapat disebut sebagai usia
berkelompok yang dimana semua perhatian utama anak tertuju pada
keinginan yang di terima oleh teman – teman sebayanya sebagai anggota
kelompok, terutama kelompok yang di anggap keren.19
Perilaku anak usia dini pada masa ini sedang dalam pembentukan,
selain karena faktor genetik, lingkungan sangat berpengaruh dalam
pembentukan kepribadiannya. Anak usia dini bersifat imitatif atau
peniru, apa yang ia lihat, rasakan dan lihat dari lingkungannya akan
diikutinya karena anak belum mengetahui batasan benar dan salah, baik
dan buruk, serta pantas dan tidak pantas. Anak masih belajar coba-ralat
berperilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya. Pada anak, perilaku
dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya,
suatu perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun
perilaku orang dewasa yang sengaja ditujukan kepada anak untuk diikuti.
Dalam pendidikan anak usia dini, hal ini dapat dilakukan20
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori Skinner ini disebut teori”S-O-R” atau stimulus -
organisme - respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: 21
1) Perilaku tertutup
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap
19
11
Bahri, K. (2017). Dampak Film Kartun Terhadap Tingkah Laku Anak. Online),
https://repository. ar-raniry. ac. id, (Skripsi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh), 49
20
Marka, S., Mayza, A., & Pujiastuti, H. (2016), Pendidikan Anak Dini Usia Ditinjau Dari
Segi Neurologi. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Konseptualisasi Sistem & Program
PAUD‟, Edisi Khusus 2016. Jakarta: Dit. PADU Depdiknas.
21
Rufeidah, A., Saad, S., & Kadir, K. (2018). Evaluasi Program Televisi Pendidikan
“Kartun Anak”. Jurnal Sekretari.Vol.5, No.2, P. 1-12
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati seara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk Respon terhadap stimulus tersebut sudahjelas dalam
bentuk timndakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain.tindakan nyata atau terbuka.22
Pada masa anak anak seseorang memiliki nuansa yang spesifik dan
kondisi yang siap untuk merespon input input baru. Salah satu ciri utama
masa anak anak yang berlangsung antara 5 sampai 6 tahun adalah
memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika dan
komunikasi yang luas. Pada masa ini anak mulai bergaul dengan teman
teman sebayanya dan mulai meniru apa yang ia lihat dan yang
menurutnya seharusnya mperhatikan hal hal yang terkait dengan
anaknya. Meniru adalah salah satu karakter yang dimiliki anak usia dini
termasuk anak usia 5-6 tahun. 23
Menirukan segala tingkah laku yang baru dilihat secara berulang-
ulang dan dirasa hal tersebut menarik perhatian anak secara tidak
langsung akan terekam sendirinya dalam pikiran anak Sehingga ketika
mengalami permasalahan atau terlibat dengan kejadian yang sama, maka
anak akan menirukan perbuatan yang dilihat sebelumnya. Memberikan
hadiah ketika anak berperilaku baik menambah rasa percaya diri anak
untuk mengulangi hal tersebut dan menjadikan motivasi tersendiri pada
diri anak. Sama halnya dengan memberikan hukuman mengisyaratkan
pada anak bahwa perilaku yang dilakukan itu buruk. 24

22
Rufeidah, A., Saad, S., & Kadir, K. (2018). Evaluasi Program Televisi Pendidikan
“Kartun Anak”. Jurnal Sekretari.Vol.5, No.2, P. 1-12
23
Yulianti, D, P. (2015). Literasi Media Televisi Bagi Orang Tua: Upaya Melindungi Anak
dari Dampak Negative Televis
24
Dindin JamaSinta Ronauli, Pengaruh Film Kartun Terhadap Perilaku Anak anak di
Sekolah Luas Kecamatan Kertulis Kabupaten Lampung Barat, Skripsi (Bandung: Lampung:
Universitas Lampung, 2018), h.7
Neil Miller dan John Dollard mengatakan bahwa peniruan
(imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang
lain. Proses belajar tersebut dinamakan “social learning“ (pembelajaran
social). Perilaku peniruan seseorang terjadi karena merasa telah
memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh
hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar
tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian,
contoh tingkah laku (modeling). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi
anak-anak untuk menirukan tingkah laku membaca.25
Teori social learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura,
menekankan pentingnya mengamati, mencontoh, dan meniru perilaku,
sikap, dan reaksi emosional orang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor, seperti perhatian, motivasi, sikap, dan emosi. Sedangkan
menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor
dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Pandangan ini menjelaskan bahwa
apabila seorang anak melihat orang dewasa memukul, mengetuk dengan
palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam sebuah video.
Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di sebuah ruangan
permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung mereka akan meniru aksi-aksi
yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video. 26

b. Jenis-Jenis Perilaku Anak


1) Perilaku alami (Innate Behavior)
Perilaku alami merupakan perilaku yang dibawa sejak
organisme dilahirkan yaitu berupa refleks-refleks dan insting-insting.
Perilaku yang refleks merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi
spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang

25
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h.124.
26
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran…”, h. 125
bersangkutan. Reaksi atau perilaku ini terjadi secara dengan
sendirinya, secara otomatis, tidak diperintah oleh pusat susunan syaraf
atau otak.
2) Perilaku Operan (Operant Behavior)
Perilaku opera merupakan perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar. Pada perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat
kesadaran atau otak. Perilaku yang operan atau perilaku yang
psikologis merupakan perilaku yang dibentuk, dipelajari, dan dapat
dikendalikan, karena itu dapat berubah melalui proses belajar.27
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak
1) Faktor kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan suatu atau setiap tindakan dan
perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Perbuatan yang telah
menjadi kebiasaan tidak cukup hanya di ulang-ulang saja, tetapi harus
disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya. Sesuatu
perbuatan baik atau buruk akan menjadi adat kebiasaan karna dua
faktor yaitu kesukaan hati kepada sesuatu pekerjaan dan menerima
kesukaan itu dengan melahirkan sesuatu perbuatan dan dengan di
ulang-ulang secukupnya. Adapun berulangnya sesuatu perbuatan saja
yakni seperti menggerakan anggota tubuh dengan perbuatan, tidak ada
gunanya dalam pembentukan adat kebiasaan. Seperti seseorang yang
sedang sakit yang berulangulang menelan obat yang sangat pahit yang
tidak disukainya, mengharap lekas sembuh supaya tidak menelannya
lagi, baginya menelan obat itu tidak menjadi adat kebiasaan.28
2) Faktor Bawaan
Secara individu kepribadian seseorang Muslim mencerminkan
ciri khas yang berbeda-beda. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan
potensi bawaan. Dengan demikian secara potensi pembawaan akan
27
Wowo Sunaryo, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.42
28
Artha, D. J. (2016). Pengaruh Pemilihan Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan
Sosialisasi Anak. Jurnal Edutech. vol.2, No.1. ISSN: 2442-6024 & e-ISSN: 2442-7063
dijumpai adanya perbedaan kepribadian antara seseorang muslim
dengan muslim lainnya. Namun perbedaan itu terbatas pada seluruh
potensi yang mereka miliki, berdasarkan faktor pembawaan masing-
masing meliputi aspek jasmani dan rohani. Pada aspek jasmani seperti
perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan ciri-ciri fisik lainnya.
3) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan suatu yang melingkupi tubuh yang
hidup. Lingkungan manusia ialah apa yang melingkunginya dari
negeri, lautan, udara dan bangsa. Lingkungan ada dua macam yaitu:
a) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan tempat anak untuk menimba ilmu
pertama kali. Disana anak akan belajar terutama tentang akhlak dan
etika. Ketika anak dibesarkan pada sebuah keluarga yang harmonis,
yang selalu mengajarkan anak pada kebaikan, maka hal itu pula
yang akan anak tanamkan dan terapkan di kehidupan sehari-hari,
Pun sebaliknya, ketika anak tumbuh dan berkembang di lingkungan
keluarga yang sering memarahinya, membentaknya,
memperlakukannya dengan kasar, maka anak akan tumbuh dan
berkembang dengan hal yang demikian. Anak akan cenderung
menjadi pribadi yang mudah emosional, mudah berlaku kasar, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk menciptakan anak yang
memiliki pribadi yang baik, orang tua harus mampu memberikan
tauladan yang baik pula untuk anaknya.
b) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat bagi anak adalah teman sebaya. Teman
sebaya yang menjadi teman keseharian dalam bermain, belajar,
berpetualang, dan hal-hal semacamnya haruslah diketahui oleh
orang tua si anak bagaimana latar belakangnya, perilakunya, dan
hal lain yang dapat ditularkan kepada sang anak.
c) Lingkungan pergaulan
Lingkungan pergaulan meliputi manusia, seperti rumah,
sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan,
pikiran-pikiran, adat istiadat, pendapat umum, bahasa, keseniaan,
kesusastraan, pengetahuan dan akhlak. Manusia pada umumnya
lebih banyak terpengaruh pada lingkungan alam, apabila ia telah
mendapat sedikit kemajuan lingkungan, pergaulanlah yang
menguasainya sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau
menyesuaikan dirinya di lingkungan tersebut. 29
d) Faktor pendidikan
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
perubahan perilakudan akhlak seseorang. Berbagai ilmu
diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan
suatu perubahan pada dirinya. Begitu juga apabila siswa diberi
pelajaran “akhlak”, maka memberi tahu bagaimana seharusnya
manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya, dan
penciptaan Tuhan. Dengan demikian, strategis sekali
dikalanganpendidikan dijadikan pusat perilaku yang kurang baik
untuk diarahkan menuju keperilaku yang baik. Maka dibutuhkan
beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan perubahan
sikap dan perilaku manusia. Perilaku adalah reaksi atau respon
manusia atau makhluk hidup aterhadap lingkungannya. Perilaku
adalah perbuatan atau reaksi terhadap rangsangan dari luar.30
Perilaku merupakan reaksin atau respon individu terhadap
stimulus atau suatu tindakan yang dapat dilihat, diamati dan
memiliki frekuensi mendalam, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku yang terdapat pada manusia adalah hasil
daru segala macam pengaaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
29
Nurfadilah, N., Astini, B. N., Fahruddin, F., Nurhasanah, N. (2020). Pemanfaatan Fim
Animasi dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun. Indonesian Journal
of Elementary and Childhood Education, 1(4), 146-154.
30
Rufeidah, A., Saad, S., & Kadir, K. (2018). Evaluasi Program Televisi Pendidikan
“Kartun Anak”. Jurnal Sekretari.Vol.5, No.2, P. 1-12
dan tindakan. Perilaku yang ada dalam diri manusia dihasilkan dari
segala macam pengalaman dan interaksi pada setiap individu
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan.
Perilaku dapat berupa sikap dan tindakan, dengan kata lain dapat
diartikan suatu respon atau reaksi dari seseorang individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dalam diri sendiri, respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berpikir, berpendpat dan
bersikap) maupun aktif yaitu melakukan tindakan.31
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pengertian perilaku,
dapat dipahami bahwa perilaku merupakan tindakan atau tingkah laku
manusia yang bersifat kongkrit atau nyata baik secara disengaja maupun
tidak disengaja. Tingkah laku merupakan hal yang ditiru mulai dari gaya
karakter maupun Bahasa, dan hal – hal yang mendahului situasi tersebut.
Para ahli psikologi mengenukakan bahwa tingkah laku dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu tingkah laku intelektualitas dan tingkah laku
mekanistis atau refleksi. 1) Tingkah Laku Intelektualitas, adalah tingkah
laku seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual.
Tingkah laku ini memiliki ciri – ciri yang pertama adalah anak selalu
berperilaku acuh tak acuh kepada orang lain atau orang tuanya, maksud
dari tingkah laku ini adalah anak memiliki maksud tertentu untuk
memperoleh perhatian lebih dari kedua orangtuanya atau dati orang –
orang sekelilingnya. 2) Tingkah Laku Mekanisme datau refleksi, adalah
tingkah laku yang didapat dari respon – respon manusia secara
mekanisme atau tetap. Contohnya adalah seperti kedipan mata karenan
terkena cahaya, dan gerakan rambang pada anak-anak, seperti
menggerakkan anggota tubuh secara tereus menerus tanpa beraturan.32
d. Pola Perilaku Anak Menurut Hurlock

31
Debora Ester Debora, (2021)“Analisis Tayangan Film Kartun Terhadap Perilaku Meniru
Pada Anak Usia 4 - % Tahun Di DesaBlok 15 Kec. Gunung Meriah Kab. Aceh Singkil”, Skripsi
universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh
32
Carmia Diahloka, Pengaruh Sinetron Televisi dan Film Tergadap Perkembangan Moral
Remaja, Jurnal Reformasi, Vol. 2, No. 1, Januari- Juni, 2012,
http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/viewFile/15/12, di akses pada 19 januari 2020
Pada masa awal anak usia dini biasanya menyerap tingkah laku
sosial melalui hubungan dan pergaulan sosial baik dengan orang tua,
anggota keluarga, lingkungan masyarakat, dan teman sebaya. Menurut
Hurlock perilaku ini terbagi menjadi dua yaitu, pola perilaku sosial dan
pola perilaku non sosial, pola prilaku sosial sebagai berikut: 33
1) Kerjasama
Anak kecil belajar bermain atau bekerja sama dengan
kelompoknya dari usia mereka 4 tahun. Semakin banyak kesempatan
anak dalam mengeksplor maka semakin banyak pengalam yang anak
dapat.
2) Persaingan
Persaingan merupakan kompetisi bagi anak – anak yang
memiliki dorongan agar anak berusaha sebaik – baiknya, hal ini dapat
menambah sosialisasi dan kerjasama dalam kelompok bermain. Jika
persaingan ini diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan
akan menimbulkan sosialisasi yang buruk.34

3) Kemurahan Hati
Kemurahan hati terlihat pada kesediaan anak untuk berbagi
sesuatu yang dia miliki dengan anak lainnya, berkrangnya sikap
egoisme dalam diri anak semakin berkurang setelah anak belajar
bahwa berbagi dapat menghasilkan penerimaan sosial.
4) Simpati
Pada usia dini anak belum mampu berperilaku simpati pada
seseorang sampai anak merasakan atau mengalami situasi yang sama
seperti kesedihan. Mereka akan mengekspresikan simpati dengan
berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.

33
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h.37
34
Artha, D. J. (2016). Pengaruh Pemilihan Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan
Sosialisasi Anak. Jurnal Edutech. vol.2, No.1. ISSN: 2442-6024 & e-ISSN: 2442-7063.
5) Empati
Empati adalah kemampuan anak dalam memposisikan situasi
yang dirasakan orang lain atau menghayati pengalaman orang
tersebut. Hal ini dapat berkembang jika anak sudah dapat memahami
ekspresi wajah atau megerti pada pembicaraan orang lain.
6) Ketergantungn
Ketergantungan terhadap orang lain dapat berbentuk bantuan,
seperti perhatian, dan kasih sayang untuk mendorong anak untuk
berperilaku dalam cara yang diterima secara masyarakat. Anak
berjiwa bebas kekurangan motivasi
7) Sikap ramah
Biasanya anak usia dini memperlihatkan sikap ramah kepada
teman sebaya atau orang lain, dengan cara mengekspresikan kasih
sayang kepada mereka.
8) Sikap tidak mementingkan diri sendiri
Anak memiliki kesempatan dalam mendapatkan pengasuhan
yang baik berupa dorongan untuk berbagi pada sesama, biasanya anak
yang memiliki sifat seperti ini menjadi pusat perhatian keluarga dan
lingkungan. Belajar untuk memiliki rasa berbagi ini sangat baik
diterapkan sedini mungkin karena bukan hanya untuk menjadi pusat
perhatian tetapi agar anak memiliki tenggang rasa pada orang lain.
9) Meniru
Meniru adalah perilaku yang sering dilakukan oleh anak – anak
maupun orang dewasa dalam mempraktekan dari apa yang dilihat.
Sikap meniru ini bisa diterima dan ditolak masyarakat dari bagaimana
perilaku meniru itu dilakukan.
10) Perilaku kelekatan
Kelekatan yang diletakan pada masa bayi dapat berkembang jika
sang bayi mendapatkan kehangatan, kenyamanan dan kasih sayang
yang penuh dari kedua orangtuanya, pada masa anak bertumbuh
menjadi balita maka pola perilaku ini akan berkembang dan sang anak
akan bekajar membangun pertemanan dengan teman sebayanya.35
2. Film
a. Jenis-Jenis Film
Animasi yang dulunya mempunyai perinsip yang sederhana,
sekarang telah berkembangn menjadi beberapa jenis yaitu, Animasi 2D,
3D, Animasi Clay dan Anime.
1) Animasi 2D ( Dua Dimensi)
Animasi berbasis dua dimensi sangat lekat dengan tontonan
keseharian yang biasanya sering disebut kartun. Kartun sendiri berasal
dari kata ‘cartoon’, memiliki arti gambar atau karya yang lucu. Dari
pengertian animasi sebelumnya, teknik menciptakan karya
menggunakan frame by frame sangat berkaitan dengan animasi dua
dimensi.
Animasi paling akrap dengan keseharian kita, bisa disebut
dengan film kartun. contohnya: gambar yang lucu missal Tom And
Jery, Spongebob, Dora The Explore, Ben 10.
2) Animasi 3D ( Tiga Dimensi )
Perkembangan ilmu teknologi dan dunia computer membuat
teknik pembuatan animasi 3D semakin berkembang dengan pesat.
Aniasi 3D adalah perkembangan dari animasi 2D. dengan animasi 3D
karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata mendekati
wujud aslinya. Contohnya: Madagasker, Finding Nemo, Upin dan
Ipin.
3) Animasi Tanah Liat ( Clay Animation )
Meski namanya clay (tanah liat), namun yang dipakai bukanlah
tanah liat biasa. Animasi ini menggunakan plastisin dan bahan lentur
seperti permen. Contohnya: chiken run (Ayam Berlari), Shaun the
sheep (Shaun si domba).

35
Yulianti, D, P. (2015). Literasi Media Televisi Bagi Orang Tua: Upaya Melindungi Anak
dari Dampak Negative Televisi.
4) Anime ( Animasi Jepang )
Anime itu sebutan tersendiri untuk animasi jepang ini. Animasi
jepang tidak kalah popular dengan animasi buatan eropa. Salah satu
film yang terkenal adalah final fantasy devent children dan jepang
sudah banyak memproduksi anime. Berbeda dengan animasi Barat,
Anime jepang tidak semua diperuntukan anak anak melainkan ada
yang khusus untuk dewasa. Contohnya: anime yang masih popular
dan digemari saat ini adalah Naruto Shippuden, One Piece, Dragon
Ball, Black Clover. 36
5) Stop Motion Animation
Animasi ini dikenali sebagai claymation karena menggunakan
clay (tanah liat) sebagai objek yang digerakkan. Teknik ini pertama
kali diperkenalkan oleh Stuart Blakton pada tahun 1906.Animasi ini
menggunakan plasticin, yaitu bahan lentur seperti permen
karet.Tokoh-tokoh dalam animasi Clay dibuat menggunakan rangka
khusus untuk kerangka tubuhnya.Setelah itu, di foto gerakan per
gerakan.Foto-foto tersebut digabungkan menjadi gambar yang bisa
bergerak seperti yang kita tonton difilm.

6) Animasi GIF
Animasi GIF merupakan teknik animasi sederhana yang
menggunakan prinsip animasi dasar yang berupa gambar-gambar yang
saling dihubungkan.
b. Dampak Negatif dan Positif Menonton Film
Dampak adalah akibat yang kuat dalam mempengaruhi sesuatu,
dampak dapat mempengaruhi akibat baik secara positif maupun negative.
Jadi dampak bisa dikatakan sebagai pengaruh atau efek yang diterima

36
Hermawan, H., & Hamzah, Erland, R. 2017. Objektivitasi Perempuan Dalam Iklan
Televisi; Analisis Lintas Budaya Terhadap Iklan Parfum Axe Yang Tayang Di Televisi
Indonesiadan Amerika Serikat. Jurnal Kajian Media, 1(2), 166-167.
secara positif atau negative oleh individu terhadap apa yang dianggap
penting atau tidak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. 37
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaruh berarti daya
yang ada atau timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membentuk
watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh merupakan
sesuatu yang muncul dan dapat membentuk perilaku seseorang, jika
pengaruh tersebut positif terhadap anak maka akan dapat membentuk
perilaku sang anak menjadi lebih baik kedepannya. Pengaruh bisa terjadi
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Menurut
peneliti yang telah meneliti dampak dari film kartun terhadap perilaku
meniru pada perkembangan anak adalah sebagai berikut: 38
1) Menurut penelitian Yefie Virgiana pada skripsi “Perilaku Meniru
Anak Usia Dini Sebagai Akibat Dri Aktivitas Menonton Filim Kartun
Kesukaan” Peneliti ini meneliti dampak paparan televisi bagi
anakanak usia dini di Perum Griya yang dimana televisi berdampak
baik positif maupun negatif. Jika terjadi pada anak usia dini, yang
akan terjadi adalah berdampak tertentu terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya yang tergantung pada besar intensitasnya, dan juga
berpengaruh terhadap fisik anak, perilaku, perkembangan sosial,
masalah konsentrasi, bahasa, dan berbagai pengaruh lainya.39
2) Menurut penelitian Ira Angreani pada jurnal “ Pengaruh Tayangan
Film Kartun Upin&Ipin Terhadap Perkembangan Bahasa Anak” Filim
animasi Upin&Ipin memberikan pesan moral agama dan nilainilai
adukasi yang baik bagi anak-anak, film animasi Upin&Ipin juga
memberikan pengaruh terhadap anak-anak bukan saja soal

37
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, Cet. 1, (Jakarta: Bumi
Aksara,2014)
38
Carmia Diahloka, Pengaruh Sinetron Televisi dan Film Tergadap Perkembangan Moral
Remaja, Jurnal Reformasi, Vol. 2, No. 1, Januari- Juni, 2012,
http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/viewFile/15/12, di akses pada 19 januari 2020.
39
Virgiana Yefie, “Perilaku Meniru Anak Usia Dini Sebagai Akibat Dari Aktivitas
Menonton Film Kartun Kesukaan (Studi Kasus Terhadap Anak Usia 4-6 Tahun Di Perum Griya
Sekargading Kelurahan Kalisegoro). Lib. Unnes. Ac. Id, Fakultas I (Pg-Paud), Universitas Negeri
Semarang”. Semarang. Skripsi 2017: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Semarang.
pengetahuan saja, melainkan sudah merambah ke ranah Bahasa.
Anak-anak begitu hapal dengan adegan film kartun ini diluar kepala.40
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tentang dampak film
kartun terhadap perilaku meniru anak maka dapat ditarik
kesimpulan.Dari ketertarikan tersebut kini anak-anak yang usia 4 – 6
tahun menjadi banyak yang menirukan keunikan yang dilakukan oleh
setiap tokoh-tokoh pemain filim animasi kartun yang mereka gemari.
Hampir setiap hari anak-anak menonton filim animasi kartun kesukaan
mereka. Sehingga anak-anak usia 4 – 6 tahun ini hafal yang dilakukan
oleh karakter filim animasi kartun mereka. Bahkan dalam kehidupan
sehari-hari anak usia 4 – 6 tahun ini berdampak pengaruhnya menirukan
gaya bahasa dari karakter tokoh animasi kartun.41
Dari dampak pengaruh yang mengakibatkan anak-anak tersebut
menirukan gaya maupun bahasa karena tayangan filim animasi kartun
setiap episode diputar berulang-ulang sehingga anak-anak menjadi hafal
diluar kepala. Pada filim animasai kartun ini menjadi hampir semua anak
sering tidak melewatkan filim animasi. Maka dampak pengaruhnya anak-
anak usia 4 – 6 tahun lebih sering 39 menirukan gaya bahasa, dan juga
gerakan tokoh kartun kesukaan mereka dalam kehidupan sehari-hari
dilingkungan sekitarnya. 42
Ada banyak peneliti yang membuktikan bahwa kecanduan kartun
mempengaruhi kekuatan imajinasi anak-anak. Mereka akan sulit
membedakan dunia nyata dan dunia kartun semata. Berikut beberapa
dampak buruk dari menonton kartun berlebihan pada anak.
1) Kurangnya Pengembangan Bahasa

40
Anggraeni, Ira, Tesa Apriani, and Aditya Permana. "Pengaruh tayangan upin dan ipin
terhadap gaya berbahasa siswa sekolah dasar”, Jurnal Semantik Vol.7 No.2 (2018), h.99-106.
41
Carmia Diahloka, Pengaruh Sinetron Televisi dan Film Terhadap Perkembangan anak,
Jurnal Reformasi, Vol. 2, No. 1, Januari- Juni, 2012,
http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/viewFile/15/12, di akses pada 19 januari 2020.
42
Desti Sri, Dampak Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak, Jurnal Komunikasi, Vol.
2, No. 1, Maret, 2012, http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEUJournal-4614 Sri%20Desti.pdf, di
akses pada 20 januari 2020
Sebagian besar kartun tidak menggunakan kosakata yang tepat.
Ini akan membuat anak-anak mengikuti cara berbicara dan juga akan
membuat suara seperti karakter kartun favorit mereka. Ini salah satu
cara bagaimana kartun mampengaruhi anak-anak.
2) Masalah penglihatan
Paparan cahaya terang dari komputer atau tablet terus menerus
tidak baik untuk mata anak. Menghabiskan terlalu banyak waktu
didepan layar ini akan mempengaruhi penglihatan pasda sianak.
3) Masalah perilaku
Menghabiskan terlalu banyak waktu di depan kartun merupakan
salah satu akar penyebab untuk isolasi dan ketidak pedulian pada
anak-anak. Mereka tidak akan dipertimbangkan tentang apa yang
terjadi disekitar mereka. Hal ini akan mempengaruhi perilaku sosial
mereka.
4) Kekerasan
Anak-anak yang suka menonton filim kartun yang didasarkan
pada kekerasan seperti filim kartun ultramen yang banyak
mengandung adegan pertengkaran yang mengakibatkan anak meniru
bagaimana tokoh filim animasi kartun tersebut bertengar. Dan pada
saat berada dilingkungan sosial anak tersebut akan memperagakan
yang ia lihat di televisi kepada teman nya.
c. Dampak Tayangan Film dalam Televisi terhadap Perkembangan
Anak
Pakar psikologi menjelaskan bahwa kekerasan dalam televisi
memiliki dampak negatif terhadap perkembangan kepribadian anak,
yaitu:
1) Dampak aggressor dimana sifat jahat dari anak semakin meningkat
2) Dampak korban dimana anak menjadi penakut dan semakin sulit
mempercayai orang lain.
3) Dampak pemerhati, disini anak menjadi makin kurang peduli terhadap
kesulitan orang lain.
4) Dampak nafsu dengan meningkatnya keinginan anak untuk melihat
atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.
d. Kekerasan Media
Dilihat secara umum bahwa kekerasan yang berasal dari media
dapat memicu seseorang berperilaku agresif. Pada tahun 1983, kepala
penjara California menegaskan kebijakan untuk tidak menampilkan
“setiap film yang memuja kekerasan” setelah diamati bahwa film The
Texas chainsaw Massacre telah diperlihatkan di China. Seperti yang kita
ketahui bahwa sikap agresif adalah perilaku yang kompleks. Ada banyak
pendapat dari para ahli tentang bagaimana dan kenapa kekerasan pada
media bisa mempengaruhi perilaku individu. Pemikiran yang ada
mengatakan bahwa belajar sikap agresi dari media.43
Kejadian yang dialami pada saat dewasa dapat memunculkan
ingatan pada masa lampau yang menimbulkan perilaku agresif,
contohnya salah satu gambaran umum yang terjadi di media televisi
adalah karakter jahat yang mengusik karakter baik, yang pada akhirnya
tokoh baik membalaskan perbuatan karakter jahat tersebut. Anak
kemudian mengingat gambaran ini dan pada kehidupan dewasa ini anak
akan membalas perbuatan seseorang yang telah mengusik dimasa lalu
seperti mengejek atau membully. Individu yang memiliki sikap agresif
mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh kekerasan yang terjadi di media.
Banyaknya kekerasan dimedia menunjukkan dukungan pada kekerasan
daripada menentangnya, seperti contoh di film kartun. Banyak sekali film
kartun yang di dalamnya mengandung kekerasan. Hal ini menyebabkan
anak sering kali merirukan berbagai gerakan yang ada di dalam film
kartun. Sehingga dalam diri anak sulit untuk menahan untuk tidak
bertindak agresif.
Kesimpulannya setiap tayangan televisi sangat diperlukan adanya
bimbingan dalam konsep pandangan islam yang bertujuan untuk menjaga

43
David, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 31
anak dari berbagai perilaku yang bisa merusak akibat dari tayangan
televisi.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dan Penelitian
Sekarang
No Peneliti/ tahun/ Persamaan peneletian Perbedaan penelitian
judul
1 Umi Sumiati, Penelitian ini sama- Tujuan Penelitian:
“Pengaruh sama meneliti perilaku Penelitian Umi Sumiati
Intensitas anak usia dini bertujuan untuk
Menonton Film menonton film mengetahui pengaruh
Kartun Action kesukaan intensitas menonton
Terhadap Perilaku film kartun action
Anak Usia 5-6 terhadap perilaku anak
Tahun”. usia 5-6 tahun,
sedangkan penelitian
peneliti bertujuan untuk
untuk mengetahui
bagaimana perilaku
anak yang sering
menonton film kartun
yang mengandung
unsur kekerasan siswa
B. PAUD Harapan
Bangsa desa lokasi
baru. Tempat penelitian
berbeda, tujuan
penelitian berbeda,
metode penelitian dan
focus penelitian
berbeda.
Jenis Penelitian:
Penelitian Umi Sumiati
menggunakan penelitian
kuantitatif dengan
pendekatan korelasional
menggunakan teknik
analisis bivariat,
sedangkan peneliti
menggunakan metode
penelitian lapangan
(Field research)
Tempat Penelitian:
Penelitian Umi Sumiati
berlokasi di Taman
Kanak-kanak As-Saffar
Kab.Takalar, sedangkan
penelitian peneliti
berlokasi di PAUD
Pajar Harapan Bunga
Mas.
2 Asifa Fauzia, Penelitian ini sama- Tujuan Penelitian:
“Perilaku Meniru sama meneliti perilaku Penelitian Asifa Fauzia
Anak Usia Dini meniru anak usia dini bertujuan untuk
Akibat Dari akibat dari menonton mendeskripsikan
Menonton Filem filrm kartun bagaimana perilaku
Kesukaan (Studi meniru anak usia 4-6
Kasus Pada Ank tahun terhadap program
Usia Dini 4-6 film kartun
Tahun Di Pradana kesukaannya di Pradana
Raya Pabuaran Raya Pabuaran Bojong
Bojong Gede, Gede, sedangkan
penelitian peneliti
bertujuan untuk untuk
mengetahui bagaimana
perilaku anak yang
sering menonton film
kartun yang
mengandung unsur
kekerasan siswa B.
PAUD Harapan Bangsa
desa lokasi baru.
Jenis Penelitian:
Penelitian Asifa Fauzia
menggunakan
pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian
studi kasus, sedangkan
peneliti menggunakan
metode penelitian
lapangan (Field
research)
Tempat Penelitian:
Penelitian Asifa Fauzia
berlokasi di Desa
Pradana Raya Pabuaran
Bojong Gede,
sedangkan penelitian
peneliti berlokasi di
PAUD Pajar Harapan
Bunga Mas.
3 Octavian Muning Penelitian ini sama- Tujuan Penelitian:
Sayekti, “Film sama meneliti perilaku Penelitian Octavian
Animasi ‘’Nusa meniru anak menonton Muning Sayekti
dan Rara Episode film bertujuan untuk
Baik Itu Mudah’’ mengidentifikasi nilai
Sebagai Sarana karakter yang terdapat
Penanaman pada film animasi
Karakter Pada Nussa dan Rara episode
Anak Usia Dini”. Baik itu Mudah dan
cara penanaman
karakter pada anak
melalui film Nussa dan
Rara episode Baik itu
Mudah, sedangkan
penelitian peneliti
bertujuan untuk untuk
mengetahui bagaimana
perilaku anak yang
sering menonton film
kartun yang
mengandung unsur
kekerasan siswa B.
PAUD Harapan Bangsa
desa lokasi baru.
Jenis Penelitian:
Penelitian Octavian
Muning Sayekti
menggunakan metode
analisis isi (content
analysis), sedangkan
peneliti menggunakan
metode penelitian
lapangan (Field
research)
4 Aulia Nur Aisyah, Penelitian ini sama- Tujuan Penelitian:
“Analisis Dampak sama meneliti tentang Penelitian Aulia Nur
Tayangan Film perilaku anak usia dini Aisyah bertujuan untuk
terhadap Perilaku menganalisis dampak
Agresivitas Anak tayangan film animasi
Usia 4-6 Tahun di terhadap perilaku
RA Al-Muhajirin” agresivitas anak usia 4-
6 tahun di RA Al-
Muhajirin, sedangkan
penelitian peneliti
bertujuan untuk untuk
mengetahui bagaimana
perilaku anak yang
sering menonton film
kartun yang
mengandung unsur
kekerasan siswa B.
PAUD Harapan Bangsa
desa lokasi baru.
Jenis Penelitian:
Penelitian Aulia Nur
Aisyah menggunakan
pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian
studi kasus, sedangkan
peneliti menggunakan
metode penelitian
lapangan (Field
research)
Tempat Penelitian:
Penelitian Aulia Nur
Aisyah berlokasi di RA
Al-Muhajirin,
sedangkan penelitian
peneliti berlokasi di
PAUD Pajar Harapan
Bunga Mas.
5 Afifah Nur F, dkk, Penelitian ini sama- Tujuan Penelitian:
“Dampak sama meneliti tentang Penelitian Afifah Nur F,
menonton serial perilaku anak usia dini dkk bertujuan untuk
kartun kesukaan mendeskripsikan
terhadap perilaku dampak menonton
anak” serial kartun kesukaan
terhadap perilaku anak.,
sedangkan penelitian
peneliti bertujuan untuk
untuk mengetahui
bagaimana perilaku
anak yang sering
menonton film kartun
yang mengandung
unsur kekerasan siswa
B. PAUD Harapan
Bangsa desa lokasi
baru.
Jenis Penelitian:
Penelitian Afifah Nur F,
dkk menggunakan
metode penelitian studi
kepustakaan, sedangkan
peneliti menggunakan
metode penelitian
lapangan (Field
research)

C. Kerangka Berpikir

Perilaku meniru Anak

Film Kartun Ultramen

Dampak Positif Dampak Negatif:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Gambar diatas menunjukan tentang bagaimana perilaku anak yang sering


menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan dapat mempengaruhi
perilaku pada anak. Dengan anak menonton film ultraman yang kemudian
menerima pesan atau informasi tersebut melalui mata dan telinga. Hal inilah
yang akhirnya membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku anak
yang sering menonton film ultraman.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (Field
research) yaitu menggambarkan dan menjelaskan fakta-fakta sebagaimana
adanya, tidak menambah-nambah dan tidak pula mengurangi. 44 Pendekatan

44
Wiratna Sujawerni, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Paper Plane, 2014), h.11
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan proses eksplorasi dan memahami makna
perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah
kemanusiaan, dan penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang
dapat dicapai (diperoleh) dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan
pustaka.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini adalah di PAUD Harapan Bangsa Desa
Lokasi Baru.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilaksanakan setelah surat izin penelitian
dikeluarkan oleh kampus.
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: sumber data primer
dan sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber primer merupakan data pokok dalam sebuah penelitian. sumber
data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada
pengumpulan data. Data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama di lapangan dan diperoleh langsung dari responden dengan
wawancara dan observasi. Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi dan wawancara kepada guru kelompok B. PAUD Harapan
Bangsa desa lokasi baru yang berjumlah 1 orang.
31
2. Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian ini adalah berupa buku, browsing di
internet, jurnal, dan berkaitan dengan masalah perilaku anak usia dini yang
sering menonton film ultraman pada kelompok B. PAUD Harapan Bangsa
desa lokasi baru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian. dikarenakan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka
teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi diartikan sebagai pengamatan, pemilihan, pengkodean,
dan pencatatan secara sistematik yang berkenaan terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian atau cara mengumpulkan data dengan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. 45
Yang dilakukan dengan cara memperhatikan, mengamati, dan bertanya
langsung kepada siswa untuk lebih mengetahui permasalahan yang lebih
jelas. Pada penelitian ini penulis melakukan pengamatan melalui beberapa
aspek perilaku anak yaitu: aspek memukul, menyerang, merusak dan lain-
lain, dan perilaku agresif yang bersifat verbal misalnya berupa kata-kata
kasar atau yang bernada negatif. Peneliti juga langsung dengan mendatangi
sekolah sera para guru yang ada di PAUD Harapan Bangsa desa lokasi baru
untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan langsung pada
lokasi penelitian, kemudian membuat pencatatan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan memberikan petunjuk-petunjuk untuk
mendukung data yang diolah lebih lanjut.
2. Wawancara
Wawancara adalah Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka kepada
responden secara langsung.46
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
sumber tertulis. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya

45
Sudaryono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2016), h.87
46
Sudaryono. Metode Penelitian Pendidikan….”, h.82
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografis,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain.47 Dokumen adalah fakta dan data
tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumentasi
yang dimaksud tidak hanya rekaman audio, audio visual, dan visual,
melainkan juga dokumentasi-dokumentasi yang didapatkan melalui kerja
lapangan Studi Kepustakaan
E. Teknik Analisis Data
1. Data reduction (reduksi data)
Reduksi data yaitu data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi
data berarti merangkum, menfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan
polanya. Dengan begitu data yang telah direduksi akan memerikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.48 Dalam penelitian ini penulis mereduksi
data dengan memusatkan tema untuk menghindari terjadinya kekerasan
kepada anak usia dini di kelompok B. PAUD Harapan Bangsa desa lokasi
baru. Disini penulis hanya menitik beratkan satu permasalahan pada siswa
yang sering menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan.

2. Data display (enyajian data)


Yaitu tahapan penyajian data dimana penyajian data dilakukan
dalam entuk uraian singkat yang dalam bentuk teks dan bersifat Naratif.
Teknik penyajian data dalam berbagai bentuk seperti table, grafik dan
sejenisnya. Penelitian ini, dilakukan setelah penelitian menganalisa data
yang diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada guru kelompok B.
PAUD Harapan Bangsa desa lokasi baru.

47
Sugiyono, Metode Penelitian…”, h. 396
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif …”, h. 246
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2005. Tuntutan Akhlaqul Karimah. Jakarta: Lekdis.

Atikah, L. 2019. Kekerasan Dalam Tayangan Televisi (Analisis Isi Muatan


Kekerasan dalam Tayangan Televisi di Indonesia). FLOW, 2(18).

Atmoko, Andreas Dwi. 2019. “Pengaruh Menonton Tayangan Televisi Terhadap


Perilaku Agresif Pada Anak Prasekolah”, JKP: Jurnal Keperawatan
Profesional 7(1): 49.
Azizah, Dian Muslimatun. 2013. Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Layanan
Klasikal Menggunakan Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas V di SD
Negeri Penggirikan 03 Kabupaten Tegal. Skripsi Semarang : Universitas
Negeri Semarang.

Azwar, Saifuddin. 2103. Sikap Manusia, Teori dan Pengukuranny. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

David. 2017. Psikologi . Jakarta: Erlangga.

Debora, Debora Ester. 2021. “Analisis Tayangan Film Kartun Terhadap Perilaku
Meniru Pada Anak Usia 4 - % Tahun Di DesaBlok 15 Kec. Gunung Meriah
Kab. Aceh Singkil”, Skripsi universitas Bina Bangsa Getsempena Banda
Aceh

Diahloka, Carmia. 2012. Pengaruh Sinetron Televisi dan Film Tergadap


Perkembangan Moral Remaja, Jurnal Reformasi 2(1).
http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/viewFile/15/12, di akses
pada 19 januari 2020

Hidayah, Rifa. 2019. Psikologi Pengasuh Anak. Yogyakarta: UIN-Malang Press.

Hurlock, Elizabeth B. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Lefudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Lubis, M. S. I. 2018. Pengaruh Tayangan Media Elektronik Terhadap Perilaku


Menyimpangan Seorang Anak. Network Media, 1(2).

Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Noviana, I. (2019). Pola Menonton Televisi Pada Anak (Stndi Kasns di SDN
Johar Barn 1 Jakarta Pnsat dan SD Islam Al Azhar, Kebayoran Barn,
Jakarta Selatan). Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, 12(3): 70-79.

Rizki, I. 2020. Upaya Orang Tua Dalam Mengatasi Problematika Penggunaan


Gadget Pada Anak Usia Dini (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).

Ronauli, Dindin JamaSinta. 2018. Pengaruh Film Kartun Terhadap Perilaku


Anak anak di Sekolah Luas Kecamatan Kertulis Kabupaten Lampung Barat,
Skripsi. Bandung: Lampung: Universitas Lampung.

S, Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Sobur, Alex. 2008. Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.


Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sujawerni, Wiratna. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Paper Plane.

Sunaryo, Wowo. 2104. Biopsikologi Pembelajaran Perilaku. Bandung: Alfabeta.

Susanti, Putu dan Putu Aditya, dkk. 2019. Hubungan Intensitas Perilaku
Menonton Televisi Dengan Resiko Obesitas anak Usia 5-6 Tahun, e-journal
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas pendidikan Ganesha) 4(1): 25.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kharisma Putra.

Suprihatin, Titin. 2015. “Agresivitas Anak (Suatu Studi Kasus)”, Jurnal Proyeksi
6(1): 53.

Wulandari, Reni. 2020. “Pengembangan Sikap dan Perilaku Anak Paud”, Jurnal
Imajinasi 14(2): 119-121.

Anda mungkin juga menyukai