Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MAGANG (PL NON -KEPENDIDIKAN)

Tentang:

“ Kondisi Maksimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone, Clay dan Iron Sand
Untuk mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang”

Disusun Oleh:

Nama : Wilda Hayati


NPM : 20110016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SUMBAR
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG (PL NON- KEPENDIDIKAN)
Tentang

Kondisi Maksimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone, Clay dan Iron Sand
Untuk mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang

Disusun Oleh:

Nama : Wilda Hayati


NPM : 20110016

Telah Disetujui:

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Mengetahui:
Ketua Prodi Pendidikan Fisika
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena


atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
magang dengan judul Kondisi Maksimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone,
Clay dan Iron Sand Untuk Mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang,
Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat dengan tidak ada suatu halangan yang
berarti.
Tak luput juga, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya.’
2. Orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan dorongan serta doa.
3. Ibu Megasyani Anaperta, M.Pd selaku dosen pembimbing magang
4. Bapak selaku pembimbing lapangan
5. Staf-staf dan karyawan di laboratorium Unit Quality Control Indarung VI

Laporan ini disusun berdasarkan pada beberapa referensi yang sudah ada
dan digunakan sebagai untuk menambah wawasan mengenai kondisi optimum
dari bahan baku yang digunakan untuk pengolahan semen yang ada di PT Semen
Padang. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan maupun
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Padang, 19 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................
1.2 Permasalahan.................................................................................................
1.3 Manfaat penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................................
2.1.1 Semen..............................................................................................
2.1.2 Jenis-Jenis Semen...........................................................................
2.1.3 Bahan Pembuatan Semen................................................................
2.1.4 Faktor Kualitas Semen....................................................................
2.1.5 Proses Pembuatan Semen...............................................................
2.1.6 Alkali Rawmix................................................................................
2.2 Hasil dan Pembahasan...................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


PT Semen Padang adalah produsen semen dengan skala besar dan pertama
di Indonesia. Perusahaan ini terletak di lndarung, Lubuk Kilangan. Padang,
Sumatera Barat. Proses pabrikasi menggunakan bahan baku material bersumber
dari hasil tambang bahan galian yg merupakan SDA Sumatera Barat. Perusahaan
Semen Padang adalah pabrik semen pertama di Asia Tenggara di Sumatera Barat
Sebelah Timur Jalan Raya Padang Solok, 15 km dari pusat kota Padang,
ketinggian ± 200 m dpl, luas ± 630 ha.
PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910
dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV
NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada
tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia dari Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami
proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas
pabrik Indarung I menjadi 330.000 ton/ tahun. Selanjutnya pabrik melakukan
transformasi pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi
proses kering dengan dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV.
Pelaksanaan magang dilakukan pada tanggal 17 April 2023 sampai 16 Juni
2023 dibagian Unit Quality Control Indarung VI PT Semen Padang. Dari
pelaksanaan magang didapatkan bahwa Bahan baku yang digunakan dalam proses
pembuatan semen adalah, Limestone (batu kapur) sebagai bahan utama ±80%,
Silica ± 9 %, Clay ± 9 %, dan Iron sand ± 1 %, sedangkan material tambahan lain
ditambahkan di Finish Mill seperti, Pozzolan, Gypsum dan Fly ash. Dengan
komposisi tertentu bahan baku Limestone, Silica, Clay dan Iron Sand digiling
dalam Raw Mill sehingga dihasilkan raw mix yang selanjutnya dihomogenisasi di
dalam Silo. Raw Mix diumpankan ke dalam kiln system untuk mengalami proses
kalsinasi, sintering, klinkerisasi pada suhu ± 1.450 0C, dan pendinginan
(quenching) dalam Cooler hingga mencapai suhu ± 100 0C.
Pernyataan tersebut di dukung oleh pembimbing lapangan mengatakan
bahwa klinker yang terbentuk, selanjutnya digiling dalam Cement Mill bersama
material aditif lainnya (gypsum, limestone, dan pozzolan) sehingga menghasilkan
semen Bahan baku Limestone serta Silica didapat dari area tambang PT Semen
Padang sedangkan material tambahan seperti Clay, Iron Sand, Pozzolan dan
Gypsum didapatkan dari pihak luar. Limestone dari Bukit Karang Putih,
sedangkan Silica didapatkan dari Bukit Ngalau. Akibat terbatasnya ijin
penambangan baru di Bukit Ngalau, pada tahun 2014 penambangan Silica di
pindahkan ke area 412 Karang Putih. Terdapat perbedaan komposisi material
kandungan Silica yang ditambang di Karang Putih dengan yang ditambang di area
Bukit Ngalau. Komposisi Standard Silica Stone kandungan SiO2 Minimal 65 %
dan Al2O3 dibawah 10 % sedangkan material Silica dari bukit Karang putih
mengandung Al203 diatas 10 % (High Content Alumina) dan kandungan SiO2
bawah 65 %, hal ini berdampak pada peningkatan konsumsi Silica di pabrik.(Unit
Quality Control Indarung VI, 2023).
Untuk melihat kondisi optimum maka diperlukan pengujian terhadap
bahan baku material yakni lime stone, silika stone, clay dan iron sand. Data yang
didapatkan yakni dari bulan januari- april, kemudian data tersebut dijadikan grafik
lalu melihat kondisi optimumnya.
1.2 Permasalahan
Bagaimana Kondisi Optimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone,
Clay dan Iron Sand Untuk mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(a) Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui kondisi Optimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone, Clay
dan Iron Sand Untuk mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang
(b) Bagi Perguruan Tinggi
1. Dapat memperluas pengenalan Universitas PGRI Sumatera Barat khususnya
jurusan fisika kepada lingkungan masyarakat dan perusahaan.
2. Mempererat kerjasama antara universitas dengan instansi pemerintahan
maupun swasta.
(c) Bagi Perusahaan
1. Laporan magang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kerja, usulan,
ataupun masukan, sehingga dapat digunakan bila dibutuhkan dalam
pemecahan masalah-masalah di perusahaan.
2. Dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa yang
sedang magang
3. Sebagai kontribusi perusahaan dalam memajukan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Semen
Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya
motong menjadi bagian kecil tidak beraturan. Sedangkan dalam
pengertiannya semen adalah zat yang digunakan untuk merkatkan
batu,batako maupun bahan bangunan lainnya. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung yang terbuat dari
kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat beton,
merekatkan batu bata atau membuat tembok. Semen adalah perekat
hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri
dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu gypsum
dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru bersifat perekat pada batuan. Semen dalam
pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhsive dan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang
dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir.
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekatbatu, bata, batako
maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal
dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-
bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer pada zamannya,
nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500
M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Gambar 1 semen
2.1.2 Jenis-Jenis Semen
Pada PT Semen Padang terdapat beberapa produk semen yang
dihasilkan berdasarkan pada kebutuhan konsumen dan ada beberapa yang
sesuai dengan permintaan konsumen khusus seperti semen yan
dibutuhkan untuk pembuatan minyak. Beberapa semen yang diproduksi
yaitu:
a. Sement Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus diantaranya tidak memerlukan
ketahanan sulfat, tidak memerlukan persyaratan panas hydrasi dan tidak
memerlukan kekuatan awal yang tinggi. Kegunaannya untuk
pembangunan gedung, jembatan, jalan raya, rumah pemukiman dan
landasan pacu pesawat terbang.
b. Portland Cement Type II (Moderate Sulphate Resistance)
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang
memerlukan persyaratan tahan terhadap sulfat sedang yaitu terhadap air
tanah yang mengandung sulfat antara 0,08 - 0,17 % atau yang dinyatakan
mengandung SO3 + 125 ppm. Kegunaannnya untuk pembangunan
dermaga, bendungan, bangunan di tanah berawa, bergambut, tepi pantai
dan soil cement.
c. Portland Cement Type V (High Sulphate Resistance)
Semen ini cocok dipakai untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan persyaratan tahan terhadap sulfat tinggi, air tanah yang
mengandung sulfat 0,17 -1,67 % (mengandung SO3125 - 250 ppm).
Kegunaannya untuk bangunan instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air, jembatan, terowongan dan dermaga.
d. Oil well cement, class G-HSR (High Sufate Resistance)
Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan
sumur minyak bumi dan gas alam (lepas pantai). Oil well cement yang
diproduksi adalah Class G-HSR disebut juga sebagai "basic low" karena
dengan menambahkan Aditif dapat digunakan untuk berbagai tingkat
kedalaman dan temperatur. Oil Well Cement adalah semen portland yang
dicampur dengan bahan retarder khusus seperti lignin, asam borat, casein,
organic hidroxid acid. Fungsi retarder disini adalah untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan
kedalam sumur minyak atau gas.
e. Portland Composite Cement (PCC)
Semen PCC cocok untuk bahan pengikat dan direkomendasikan
untuk penggunaan keperluan konstruksi umum dan bahan bangunan.
Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum untuk semua mutu beton,
struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton,
bahan bangunan, beton pratekan & pracetak, pasangan bata, plesteran &
acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng,
polongan, ubin dll. Keunggulannya antara lain lebih mudah dikerjakan,
suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap
sulphat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
f. Super “Portland Pozzolan Cement” (PPC)
Jenis semen ini untuk konstruksi umum, tahan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Digunakan untuk perumahan, plesteran & acian,
bendungan, dam &irigasi, bangunan tepi pantai & daerah rawa/gambut
dan juga bahan bangunan seperti genteng, hollow brick, polongan, ubin,
paving block, batako dll.
2.1.3 Bahan Pembuatan Semen
a. Bahan Baku Utama
Komponen utama bahan baku dalam pembuatan semen adalah
batu kapur (lime stone), batu silika (silica stone), pasir besi (Iron Sand)
dan tanah liat (Clay) (PT Semen Padang Ind VI, 2023). Komponen
pencampuran bahan baku semen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur merupakan sumber utama oksida, batu kapur
digunakan sebagai sumber kalsium oksida (CaO) dan kalsium karbonat
(CaCO3). Untuk memenuhi kebutuhan batu kapur, PT Semen Padang
melakukan proses penambangan batu kapur di area kawasan pabrik yaitu
di Bukit Karang Putih, dengan penggunaan batu kapur sekitar ± 82%
dalam proses pembuatan semen.
Gambar 2 batu kapur

2. Batu Silika (Silica Stone)


Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silika
dioksida) yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis
kristal. Batu silika merupakan sumber utama silika oksida (SiO2),
penambangan dilakukan di Bukit Ngalau. Penggunaan batu silika sekitar
10% dari total kebutuhan dasar semenyang diperlukan dalam pembuatan
semen dengan kadar SiO2 minimal 60%, Al2O3 maksimal 15%, H2O
maksimal 12%, MgO maksimal 1%, dan mengandung CaO serta Fe2O3
dalam jumlah sedikit.
Pasir silika berguna untuk meningkatkan kekuatan pada semen
karena pembentukan dikalsium silikat (C2S) dan trikalsium silikat (C3S).
Jika silika berlebih akan meningkatkan kekuatan semen namun pada saat
bersamaan akan memperlama setting time-nya. Pada umumnya batu silika
terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2
semakin putih warna batu silikanya, semakin berkurang kadar SiO2
semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Batu silika yang baik untuk
pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90% .
3. Tanah Liat (Clay)
Clay adalah jenis batuan lempung dominan tersusun dari mineral
kaolinit, sebagai sumber alumina (Al2O3) dengan sifat fisik khas, derajat
plastisitas tinggi, banyak dipakai untuk industri keramik, kemurnian
hingga 40%.Tanah liat digunakan untuk memasok alumina dan silika
pada saat dipanaskan di kiln, dan menyeimbangkan kandungan CaCO3
yang terlalu tinggi pada limestone. Kandungan alumina dalam Clay
berfungsi untuk meningkatkan kualitas semen dan menurunkan
temperatur klinker, kelebihan alumina berakibat menurunnya kekuatan
semen.
4. Coper Slag or iron sand
Coper Slag merupakan produk samping atau limbah yang
dihasilkan dari proses industri tembaga dan sebagian besar mengandung
oksida besi dan silikat (Karimah,2016).
b. Bahan Baku Tambahan (Aditif)
Bahan baku yang ditambahkan ke dalam raw mixuntuk mendapatkan
sifat- sifat tertentu yang diinginkan pada semen. Bahan tambahan antara
lain:
1. Gypsum
Bahan aditif yang digunakan dalam proses pembuatan
semen adalah gypsum dengan rumus CaSO4 NH2O. Gypsum terdiri
2 macam yaitu gypsum alam dan gypsum sintetis. Gypsum
berfungsi sebagai retarder atau memperlambat terjadinya proses
pengerasan pada semen.
2. Pozzolan
Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau
senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat
seperti semen. Namun dalam bentuknya yang halus dan dengan
adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa seperti
semen (PT Semen Padang Ind VI, 2023).
3. Fly Ash
Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada
boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus
amorf dan bersifat pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi
dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk
senyawa yang bersifat mengikat (PT Semen Padang Ind VI, 2023).

c. Bahan Korektif
Bahan korektif merupakan bahan mentah yang dipakai
apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran
bahan-bahan mentah utama, misalnya kekurangan:
a. CaO : bisa ditambahkan lime stone, marble (90% CaCO3)
b. Al2O3 : bisa ditambahkan bauxite, laterite, koaline, dan lain-lain
c. SiO2 : bisa ditambahkan quart dan sand
d. Fe2O3 : bisa ditambahkan pasir besi dan pyrite.
2.1.4 Faktor Kualitas Semen
Adapun sifat fisika dari semen yakni:
1. Setting time (waktu pengikatan)
Setting dan hardening adalah pengikatan dan pengerasan
semen setelah terjadi reaksi hidrasi. Semen apabila dicampur
dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat
dibentuk sampai beberapa waktu karakteristik dari pasta tidak
berubah dan periode ini sering disebut dorman period. Pada
tahapan berikutnya, pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada
yang lemah, namun suhu tidak dapat dibentuk (unworkable).
2. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan
CO2 dan dalam jumlah yang cukup banyak sehingga terjadi
penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan
menurun karena bertambahnya Loss On Ignition (LOI) dan
menurunnya spesific gravity sehingga kekuatan semen menurun,
waktu. Pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya
false set. Loss On Ignition (hilang pijar) dipersyaratkan untuk
mencegah adanya mineral-mineral yang terurai pada saat
pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu
setelah beberapa tahun kemudian (Laboratorium Proses Indarung
VI,2023)
3.Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen
mengalami proses hidrasi. Jumlah panas hidrasi yang terjadi
tergantung pada tipe semen, kehalusan semen, dan perbandingan
antara air dengan semen. Kekerasan awal semen yang tinggi dan
panas hidrasi yang besar kemungkinan terajadi retak-retak pada
beton. Hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar
dihilangkan sehingga terjadi pemuaian pada proses pendinginan
(Laboratorium Proses Indarung VI,2023)
4. Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen
yaitu:
a) Drying shringkage (penyusutan karean pengeringan)
b) Hidration shringkage (penyusutan karena hidrasi)
c) Carbonation shringkage (penyusutan karena karbonasi)
Penyusutan yang paling berpengaruh pada permukaan
beton adalah drying shringkage, penyusutan ini terjadi karena
penguapan selama proses setting dan hardening. Bila besaran
kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari.
Penyusutan ini dipengaruhi juga oleh kadar C3A yang terlalu tinggi
(Laboratorium Proses Indarung VI,2023)
5. Kuat Tekan
Kuat tekan adalah kemampuan material menahan suatu
beban. Kuat tekan dipengaruhi oleh kandungan senyawa C3S, C2S,
C3A, C4AF dalam semen, kadar SO2, dan tingkat kehalusan
semen. C3S berpengaruh terhadap kekuatan awal. C2S berpengaruh
terhadap kuat tekan dalam jangka panjang, C3A berpengaruh
terhadap kuat tekan hingga umur 28 hari, dan C4AF tidak
berpengaruh pada kuat tekan namun memberikan pengaruh
terhadap pembentukan liquid phase di dalam proses pembakaran di
kiln (Unit Quality Control Indarung VI,2023).
6. Hidrasi Semen
Hidrasi semen terjadi akibat adanya kontak antara mineral
semen dengan air. Faktor yang mempengaruhi hidrasi semen antara
lain:
a. Jumlah air yang ditambahkan
b. Temperatur
c. Kehalusan semen
d. Bahan aditif
e. Kandungan senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF \
7. Daya Tahan terhadap Asam dan Sulfat
Syarat ini hanya untuk semen dengan jenis HSRC
(high sulfate resistance cement). Daya tahan beton umumnya
rendah terhadap asam, sehingga mudah terdekomposisi oleh asam
kuat. Asam dapat merubah senyawa semen yang tidak larut dalam
air menjadi senyawa yang larut dalam air. pH yang dapat merusak
yaitu dibawah 6, namun keasaman air akibat pelarutan CO 2, pH di
atas 6,5 juga dapat merusak, karena CO 2 bereaksi dengan Ca(OH)2
dalam semen membentuk CaCO3 yang bereaksi kembali dengan
CO2 membentuk Ca(HCO)3 yang larut dalam air (Laboratorium
Proses Indarung VI,2019)Reaksi yang terjadi yaitu :
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 Ca(HCO)3
Ca(HCO)3 yang terbentuk inilah yang akan mengurangi kekuatan
semen.
8. False Set
False set yaitu gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari
adonan semen, mortar, beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak.
Gejala tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila
dilakukan pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. (Unit Quality
Control Indarung VI, 2023)
9. Soundness
Selama proses hidrasi, akan terjadi ekspansi abnormal yang
menyebabkan keretakan beton. Ekspansi terjadi apabila kadar free lime,
MgO, Na2O, dan K2O terlalu tinggi atau gypsum yang terlalu banyak (Unit
Quality Control Indarung VI, 2023).
10. Konsistensi
Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat
pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat
beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara
semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan
kecepatan hidrasi. Konsistensi mortar bergantung pada konsistensi semen
dan agregat pencampurnya (Laboratorium Proses Indarung VI,2023)
11. Kehalusan
Kehalusan butir semen akan mempengaruhi proses hidrasi. Waktu
pengikatan (setting time) menjadi semakin lama apabila butir semen lebih
kasar. Kehalusan penggilingan semen disebut penampang spesifik, yaitu
luas butir permukaan semen. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat
mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi
menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. (Unit Quality Control Indarung VI,
2023)
12. Perubahan Volume (kekalan)
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya
dan kemampuan untuk mempertahankan volume setalah pengikatan terjadi.
Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur
bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat
dalam campuran tersebut. Kapur bebas itu mengikat air dan kemudian
menimbulkan gaya-gaya ekspansi.

2.1.5 Proses Pembuatan Semen

Secara umum proses pembuatan semen di PT Semen Padang terbagi atas 5


tahapan, yaitu:
1. Tahap penyediaan dan persiapan bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk kegiatan produksi semen adalah
batu kapur sekitar 75 - 90 % dan tanah liat sekitar 7 - 20 %, sedangkan bahan
baku koreksi berupa pasir besi sekitar 1 - 3 % dan pasir silika 1 - 6 %.
2. Tahap penggilingan dan pengeringan bahan baku (pembentukan raw mix)
Tahap penggilingan bahan baku bertujuan untuk memperkecil atau
memperhalus ukuran bahan baku sehingga luas permukaannya akan semakin
besar. Tujuan lain adalah untuk mendapatkan campuran bahan baku yang
homogen dan untuk mepermudah terjadinya reaksi kimia pada saat klinkerisasi.
Bahan baku yang akan digiling terdiri dari batu kapur, batu silika, tanah liat, dan
pasir besi. Selain penggilingan, material juga mengalami pengeringan dengan
media pengeringanya berupa gas panas yang dapat berasal dari hot gas generator
ataupun dari kiln exchaust gas.
3. Tahap Pembakaran raw mix (pembentukan klinker)
Tahap pembentukan klinker terjadi pada unit kiln yang bertujuan untuk
mengubah raw mix menjadi klinker. Pada unit kiln dibagi menjadi tiga tahap
proses yaitu proses pemanasan awal (preheater), proses pembakaran dan proses
pendinginan (cooler). Tepung baku (raw meal) yang telah dihomogenisasi di
dalam CF Silo dikeluarkan dan dengan menggunakan serangkaian peralatan
transport, tepung baku diumpankan ke kiln. Tepung baku yang diumpankan ke
Kiln disebut umpan baku atau umpan kiln (kiln feed). Proses pembakaran yang
terjadi meliputi pemanasan awal umpan baku di preheater (pengeringan, dehidrasi
dan dekomposisi), pembakaran di kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di Grate
cooler (quenching).
4. Tahap penggilingan klinker (pembuatan semen)
Penggilingan dilakukan pada roller press sehingga memiliki ukuran
tertentu yang selanjutnya digiling dengan menggunakan alat penggiling berupa
tube mill yang berisi bola-bola besi sebagai media penghancurnya. Material yang
telah halus dihisap dan dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan
beberapa perangkat pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen
silo yang kedap udara.
5. Tahap pengantongan semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan
belt conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa rotary
packer, semen dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen, kemudian
dibawa ke truk untuk dipasarkan. Setelah selesai proses pembuatan semen maka
langkah selanjutnya yaitu memproduksi semen yang langkah utama proses
produksi semen tersebut yaitu:

1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi


semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang
mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.,
dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah
liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat
dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat
penghancur.
2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran
primer bagi material yang digali.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line
untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor
mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung,
dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang
diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah
tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar
panas yang terdiri dari serangkaian siklon ketika terjadi perpindahan panas
antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang
berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut
dalam kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti
semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi
bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker,
kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara pendingin akan
menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung
klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur
perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini,
ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir.
Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup
dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki.
Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

2.1.6 Alkali Rowmix


Alkali merupakan suatu garam ionik basa dari suatu unsur kimia alkali
logam atau alkali tanah. Ada yang mendefinisikan suatu alkali sebagai suatu zat
basa yang larut dalam air. Alkali semen adalah alkali yang terdapat pada
permukaan butiran klinker yang secara normal memadat pada permukaan butiran
klinker dan alkali yang terkunci di dalam butiran klinker yang memiliki struktur
kristalin. Manfaat alkali yaitu untuk mengetahui nilai oksida material (padatan).
Logam alkali adalah litium (Li), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium
(Cs), dan fransium (Fr). Sedangkan Logam alkali tanah yakni Berilium (Be),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium
(Ra).Pada pengolahan semen di PT Semen Padang logam alkali yang digunakan
yaitu Na dan K. Sedangkan logam alkali tanah yang digunakan yaitu Mg dan Ca.
Perbedaan Alkali dan Alkali Tanah sebagai berikut : Elektron valensi
logam alkali adalah +1. Sedangkan logam alkali tanah memiliki elektron valensi
+2 ; Sifat reduktor alkali lebih kuat dibanding alkali tanah ; dan Logam alkali
tanah dapat bereaksi dengan gas nitrogen pada suhu tinggi. Rumus total yang
digunakan untuk alkali yaitu:
N20 + 0.68 + K2O
Kandungan alkali yang tinggi pada semen menyebabkan periode induksi
yang lebih pendek, evolusi panas utama yang lebih besar dan perlambatan hidrasi
yang lebih cepat serta memiliki efek negatif pada sifat mekanik bahan berbasis
semen. penambahan alkali dalam semen akan meningkatkan puncak evolusi panas
awal dan kedua dari hidrasi kandungan alkali akan meningkatkan laju disolusi
kalsium silikat dalam klinker, yang mengarah ke konsentrasi silikon yang tinggi
dalam fase cair, mendorong pembentukan inti C–S–H (kalsium silikat hidrat).
Penyebab langsung peningkatan kekuatan tekan oleh alkali adalah percepatan
hidrasi. Alasan pengaruh alkali yang merugikan terhadap kuat tekan semen cukup
rumit, bahkan untuk derajat hidrasi yang sama, terdapat perbedaan kuat tekan
semen dengan kandungan alkali yang berbeda.
Alat yang digunakan dalam proses rawmiil ini menggunakan beberapa
alat:
1. X- Ray
X- Ray adalah…… X-Ray terbagi menjadi 2 bagian yakni X-Ray
Difraction (XRD) dan X-Ray Fluorescence (XRF). Perbedaan antara XRF dan
XRD sederhana: Analisis XRF untuk Kimia sementara XRD menentukan
mineralogi.
a. XRD mengidentifikasi dan mengukur keberadaan dan jumlah mineral dan
spesiesnya dalam sampel, serta mengidentifikasi fase. Di antaranya adalah
analisis simultan pembentukan mineral penyumbatan dan derajat dekarbonasi,
siklus debu klinker. Ada juga analisis fase klinker yang melakukan kontrol
proses berdasarkan nyata komposisi fase, perbedaan otomatis alit, modifikasi
belite, dan C3A. Lalu ada analisis fase semen, yang berfokus pada analisis
langsung gipsum dehidrasi selama penggilingan semen, pengisi dan
penambahan seperti batu kapur, dan bahan lainnya.
b. XRF akan menghasilkan dan menguji dengan memberikan informasi tentang
komposisi kimia sampel tanpa menunjukkan fase apa yang ada dalam sampel.
XRF dilakukan untuk analisis unsur-unsur dari berilium (Be) hingga uranium
(U) dalam rentang konsentrasi 100%. XRF akan melakukan pengujian semen
untuk memastikan tidak ada bahan yang ikut dalam produk semen dan juga
melakukan kontrol kualitas produk semen di akhir proses.

2. Grinding Mill
Grinding Mill adalah sebuah alat yang memecahkan bahan padat menjadi
potongan kecil dengan cara digiling, diremuk atau dipotong. Grinding mill
berfungsi untuk menggiling atau menghaluskan material bahan baku semen dan
sebagai pengering material dengan menggunakan gas panas yang diperoleh dari
kiln.
3. Press

Langkah- langkah preparasi material:


1. Material dipanaskan diatas hot plate
2. Setelah itu sampel di crusher, kemudian sampel ditimbang sebanyak 15 gram
3. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam fessel grinding mill
4. Selanjutnya ditambahkan 4 pill herzog dan masukkan pill ke dalam grinding
mill
5. Kunci pengaman pessel agar tidak lepas, kemudian tutup grinding mill
6. Tekan tombol start, kemudian tunggu 90 detik setelah berhenti hasil gilingan
kemudian di press gunakan alat pressing
7. Setelah berhenti hasil gilingan, kemudian press langsung
8. Lakukan pressing pada hasil grinding menggunakan alat press
9. Setelah selesai keluarkan dari alat press kemudian beri kode “LS”
10. Hasil press diletakkan ke mesin X ray dan di layar desktop pilih program yang
sesuai dengan material yang di analisa
11. Tunggu hingga x ray selesai dan data keluar pada layar desktop

2.2 Hasil dan Pembahan

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Munasir, dkk. (2012). Uji Xrd Dan Xrf Pada Bahan Meneral (Batuan Dan Pasir)
Sebagai Sumber Material Cerdas (Caco3 Dan Sio2).Penelitian Fisika Dan
Aplikasinya (Jpfa). 2(1): 20-29

Anda mungkin juga menyukai