Tentang:
“ Kondisi Maksimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone, Clay dan Iron Sand
Untuk mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang”
Disusun Oleh:
Kondisi Maksimum Raw Material Lime Stone, Silika Stone, Clay dan Iron Sand
Untuk mendapatkan Alkali Rawmix di PT Semen Padang
Disusun Oleh:
Telah Disetujui:
Mengetahui:
Ketua Prodi Pendidikan Fisika
KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun berdasarkan pada beberapa referensi yang sudah ada
dan digunakan sebagai untuk menambah wawasan mengenai kondisi optimum
dari bahan baku yang digunakan untuk pengolahan semen yang ada di PT Semen
Padang. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan maupun
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................
1.2 Permasalahan.................................................................................................
1.3 Manfaat penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................................
2.1.1 Semen..............................................................................................
2.1.2 Jenis-Jenis Semen...........................................................................
2.1.3 Bahan Pembuatan Semen................................................................
2.1.4 Faktor Kualitas Semen....................................................................
2.1.5 Proses Pembuatan Semen...............................................................
2.1.6 Alkali Rawmix................................................................................
2.2 Hasil dan Pembahasan...................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1 semen
2.1.2 Jenis-Jenis Semen
Pada PT Semen Padang terdapat beberapa produk semen yang
dihasilkan berdasarkan pada kebutuhan konsumen dan ada beberapa yang
sesuai dengan permintaan konsumen khusus seperti semen yan
dibutuhkan untuk pembuatan minyak. Beberapa semen yang diproduksi
yaitu:
a. Sement Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus diantaranya tidak memerlukan
ketahanan sulfat, tidak memerlukan persyaratan panas hydrasi dan tidak
memerlukan kekuatan awal yang tinggi. Kegunaannya untuk
pembangunan gedung, jembatan, jalan raya, rumah pemukiman dan
landasan pacu pesawat terbang.
b. Portland Cement Type II (Moderate Sulphate Resistance)
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang
memerlukan persyaratan tahan terhadap sulfat sedang yaitu terhadap air
tanah yang mengandung sulfat antara 0,08 - 0,17 % atau yang dinyatakan
mengandung SO3 + 125 ppm. Kegunaannnya untuk pembangunan
dermaga, bendungan, bangunan di tanah berawa, bergambut, tepi pantai
dan soil cement.
c. Portland Cement Type V (High Sulphate Resistance)
Semen ini cocok dipakai untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan persyaratan tahan terhadap sulfat tinggi, air tanah yang
mengandung sulfat 0,17 -1,67 % (mengandung SO3125 - 250 ppm).
Kegunaannya untuk bangunan instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air, jembatan, terowongan dan dermaga.
d. Oil well cement, class G-HSR (High Sufate Resistance)
Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan
sumur minyak bumi dan gas alam (lepas pantai). Oil well cement yang
diproduksi adalah Class G-HSR disebut juga sebagai "basic low" karena
dengan menambahkan Aditif dapat digunakan untuk berbagai tingkat
kedalaman dan temperatur. Oil Well Cement adalah semen portland yang
dicampur dengan bahan retarder khusus seperti lignin, asam borat, casein,
organic hidroxid acid. Fungsi retarder disini adalah untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan
kedalam sumur minyak atau gas.
e. Portland Composite Cement (PCC)
Semen PCC cocok untuk bahan pengikat dan direkomendasikan
untuk penggunaan keperluan konstruksi umum dan bahan bangunan.
Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum untuk semua mutu beton,
struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton,
bahan bangunan, beton pratekan & pracetak, pasangan bata, plesteran &
acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng,
polongan, ubin dll. Keunggulannya antara lain lebih mudah dikerjakan,
suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap
sulphat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
f. Super “Portland Pozzolan Cement” (PPC)
Jenis semen ini untuk konstruksi umum, tahan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Digunakan untuk perumahan, plesteran & acian,
bendungan, dam &irigasi, bangunan tepi pantai & daerah rawa/gambut
dan juga bahan bangunan seperti genteng, hollow brick, polongan, ubin,
paving block, batako dll.
2.1.3 Bahan Pembuatan Semen
a. Bahan Baku Utama
Komponen utama bahan baku dalam pembuatan semen adalah
batu kapur (lime stone), batu silika (silica stone), pasir besi (Iron Sand)
dan tanah liat (Clay) (PT Semen Padang Ind VI, 2023). Komponen
pencampuran bahan baku semen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur merupakan sumber utama oksida, batu kapur
digunakan sebagai sumber kalsium oksida (CaO) dan kalsium karbonat
(CaCO3). Untuk memenuhi kebutuhan batu kapur, PT Semen Padang
melakukan proses penambangan batu kapur di area kawasan pabrik yaitu
di Bukit Karang Putih, dengan penggunaan batu kapur sekitar ± 82%
dalam proses pembuatan semen.
Gambar 2 batu kapur
c. Bahan Korektif
Bahan korektif merupakan bahan mentah yang dipakai
apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran
bahan-bahan mentah utama, misalnya kekurangan:
a. CaO : bisa ditambahkan lime stone, marble (90% CaCO3)
b. Al2O3 : bisa ditambahkan bauxite, laterite, koaline, dan lain-lain
c. SiO2 : bisa ditambahkan quart dan sand
d. Fe2O3 : bisa ditambahkan pasir besi dan pyrite.
2.1.4 Faktor Kualitas Semen
Adapun sifat fisika dari semen yakni:
1. Setting time (waktu pengikatan)
Setting dan hardening adalah pengikatan dan pengerasan
semen setelah terjadi reaksi hidrasi. Semen apabila dicampur
dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat
dibentuk sampai beberapa waktu karakteristik dari pasta tidak
berubah dan periode ini sering disebut dorman period. Pada
tahapan berikutnya, pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada
yang lemah, namun suhu tidak dapat dibentuk (unworkable).
2. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan
CO2 dan dalam jumlah yang cukup banyak sehingga terjadi
penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan
menurun karena bertambahnya Loss On Ignition (LOI) dan
menurunnya spesific gravity sehingga kekuatan semen menurun,
waktu. Pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya
false set. Loss On Ignition (hilang pijar) dipersyaratkan untuk
mencegah adanya mineral-mineral yang terurai pada saat
pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu
setelah beberapa tahun kemudian (Laboratorium Proses Indarung
VI,2023)
3.Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen
mengalami proses hidrasi. Jumlah panas hidrasi yang terjadi
tergantung pada tipe semen, kehalusan semen, dan perbandingan
antara air dengan semen. Kekerasan awal semen yang tinggi dan
panas hidrasi yang besar kemungkinan terajadi retak-retak pada
beton. Hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar
dihilangkan sehingga terjadi pemuaian pada proses pendinginan
(Laboratorium Proses Indarung VI,2023)
4. Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen
yaitu:
a) Drying shringkage (penyusutan karean pengeringan)
b) Hidration shringkage (penyusutan karena hidrasi)
c) Carbonation shringkage (penyusutan karena karbonasi)
Penyusutan yang paling berpengaruh pada permukaan
beton adalah drying shringkage, penyusutan ini terjadi karena
penguapan selama proses setting dan hardening. Bila besaran
kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari.
Penyusutan ini dipengaruhi juga oleh kadar C3A yang terlalu tinggi
(Laboratorium Proses Indarung VI,2023)
5. Kuat Tekan
Kuat tekan adalah kemampuan material menahan suatu
beban. Kuat tekan dipengaruhi oleh kandungan senyawa C3S, C2S,
C3A, C4AF dalam semen, kadar SO2, dan tingkat kehalusan
semen. C3S berpengaruh terhadap kekuatan awal. C2S berpengaruh
terhadap kuat tekan dalam jangka panjang, C3A berpengaruh
terhadap kuat tekan hingga umur 28 hari, dan C4AF tidak
berpengaruh pada kuat tekan namun memberikan pengaruh
terhadap pembentukan liquid phase di dalam proses pembakaran di
kiln (Unit Quality Control Indarung VI,2023).
6. Hidrasi Semen
Hidrasi semen terjadi akibat adanya kontak antara mineral
semen dengan air. Faktor yang mempengaruhi hidrasi semen antara
lain:
a. Jumlah air yang ditambahkan
b. Temperatur
c. Kehalusan semen
d. Bahan aditif
e. Kandungan senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF \
7. Daya Tahan terhadap Asam dan Sulfat
Syarat ini hanya untuk semen dengan jenis HSRC
(high sulfate resistance cement). Daya tahan beton umumnya
rendah terhadap asam, sehingga mudah terdekomposisi oleh asam
kuat. Asam dapat merubah senyawa semen yang tidak larut dalam
air menjadi senyawa yang larut dalam air. pH yang dapat merusak
yaitu dibawah 6, namun keasaman air akibat pelarutan CO 2, pH di
atas 6,5 juga dapat merusak, karena CO 2 bereaksi dengan Ca(OH)2
dalam semen membentuk CaCO3 yang bereaksi kembali dengan
CO2 membentuk Ca(HCO)3 yang larut dalam air (Laboratorium
Proses Indarung VI,2019)Reaksi yang terjadi yaitu :
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 Ca(HCO)3
Ca(HCO)3 yang terbentuk inilah yang akan mengurangi kekuatan
semen.
8. False Set
False set yaitu gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari
adonan semen, mortar, beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak.
Gejala tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila
dilakukan pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. (Unit Quality
Control Indarung VI, 2023)
9. Soundness
Selama proses hidrasi, akan terjadi ekspansi abnormal yang
menyebabkan keretakan beton. Ekspansi terjadi apabila kadar free lime,
MgO, Na2O, dan K2O terlalu tinggi atau gypsum yang terlalu banyak (Unit
Quality Control Indarung VI, 2023).
10. Konsistensi
Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat
pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat
beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara
semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan
kecepatan hidrasi. Konsistensi mortar bergantung pada konsistensi semen
dan agregat pencampurnya (Laboratorium Proses Indarung VI,2023)
11. Kehalusan
Kehalusan butir semen akan mempengaruhi proses hidrasi. Waktu
pengikatan (setting time) menjadi semakin lama apabila butir semen lebih
kasar. Kehalusan penggilingan semen disebut penampang spesifik, yaitu
luas butir permukaan semen. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat
mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi
menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. (Unit Quality Control Indarung VI,
2023)
12. Perubahan Volume (kekalan)
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya
dan kemampuan untuk mempertahankan volume setalah pengikatan terjadi.
Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur
bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat
dalam campuran tersebut. Kapur bebas itu mengikat air dan kemudian
menimbulkan gaya-gaya ekspansi.
2. Grinding Mill
Grinding Mill adalah sebuah alat yang memecahkan bahan padat menjadi
potongan kecil dengan cara digiling, diremuk atau dipotong. Grinding mill
berfungsi untuk menggiling atau menghaluskan material bahan baku semen dan
sebagai pengering material dengan menggunakan gas panas yang diperoleh dari
kiln.
3. Press
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Munasir, dkk. (2012). Uji Xrd Dan Xrf Pada Bahan Meneral (Batuan Dan Pasir)
Sebagai Sumber Material Cerdas (Caco3 Dan Sio2).Penelitian Fisika Dan
Aplikasinya (Jpfa). 2(1): 20-29