Anda di halaman 1dari 15

KEDUDUKAN, HUBUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN

PENDIDIKAN NASIONAL
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Imas Kurniasih, M.Ag

Disusun oleh:

Muhammad Thuvail 220414054


Nisrina Fitri Azzahra 220414062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
TAHUN 2023 M/ 1444 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Islam................................................................3
B. Pengetian Pendidikan Nasional............................................................3
C. Kedudukan Pendidikan Islam Dan Nasional........................................4
D. Landasan Pendidikan Agama Islam…………………………………..5
E. Hubungan Pendidikan Islam Dan Nasional..........................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pondasi dalam hidup dan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan
potensi yang ada di dalam diri manusia dalam mencapai tujuan hidup.
Senada dengan itu Muhibbin Syah (2011:40) mengemukakan pendidikan
ialah sebagai proses untuk menumbuh kembangkan seluruh kemampuan
(potensi) dan perilaku manusia melalui pengajaran.
Pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan sekaligus menjadi cermin
kepribadian masyarakat dari suatu bangsa. Dengan pendidikan dapat membuat
manusia menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan diperoleh
untuk menghadapi tantangan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Abuddin Nata (2011) menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan
bertujuan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal
ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada secara bertahap.
Dalam mewujudkan manusia yang unggul semacam itu tidak terlepas
dari bagaimana pencetakan manusia semacam itu tercapai. Hal ini tidak
terlepas dari pada pendidikan agama sebagai pondasi cara mereka berpikir,
berperilaku serta bagaimana menyelesaikan suatu persoalan yang tertata
rapi dalam system pendidikan nasional. Sifat teladan merupakan alat
pendidikan yang paling penting dalam pendidikan Islam. Makanya para
pendidik, baik orang tua maupun guru, diwajibkan untuk menempatkan
dirinya sebagai sosok teladan bagi putra-putri dan peserta didik mereka.
Sejalan dengan hal itu, maka pendidik.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan islam?
2. Apa Pengertian Pendidikan nasional?
3. Bagaimana Kedudukan Pendidikan islam dan Pendidikan nasional?
4. Apa Landasan Pendidikan Agama Islam?
5. Bagaimana Kedudukan Pendidikan islam dan Pendidikan nasional?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian pendidikan islam.
2. Mengetahui Pengertian pendidikan nasional.
3. Mengetahui Kedudukan pendidikan islam dan pendidikan nasional.
4. Mengetahui Landasan pendidikan agama islam.
5. Mengetahui Hubungan pendidikan islam dan pendidikan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan agama Islam bermakna upaya mendidikkan agama Islam atau
ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup
seseorang. Dari aktivitas mendidikkan agama Islam itu bertujuan untuk
membantu seseorang atau sekelompok anak didik dalam menanamkan dan
/atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan
sebagai pandangan hidupnya.
Sementara itu Harun Nasution yang dikutip oleh Syahidin mengartikan
tujuan Pendidikan Agama Islam (secara khusus di sekolah umum) adalah
untuk membentuk manusia takwa, yaitu manusia yang patuh kepada Allah
dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan kepribadian
muslim, yakni pembinaan akhlakul karimah, meski mata pelajaran agama
tidak diganti mata pelajaran akhlak dan etika (Syahidin, 2005: 20).
Dalam term yang serupa (menurut penulis) dengan pendidikan agama
Islam adalah Pendidikan Islam. Al-Syaibani mengartikannya sebagai “usaha
pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada
kehidupan pribadinya atau pada kehidupan masyarakat dan pada kehidupan
alam sekitar …..pada proses kependidikan…”(Syaibany,1979: 399).
Sedangkan Al- Nahlawi memberikan pengertian pendidikan Islam adalah
“sebagai pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam
secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu
maupun masyarakat (kolektif)”(Abdurrahman, 1979: 20).
Hal yang senada juga disampaikan Muhammad Fadhil al-Jamaly;
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong
serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-
nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut,
diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik
yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya
(Rasyidin,1995: 31-32).

B. Pengertian Pendidikan Nasional


Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar
pada nilai-nilai agama kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman (UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 2). Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan demikian maka tujuan
pendidikan yang hendak dicapai disesuaikan dengan kepentingan bangsa
Indonesia yang sekarang ini tujuan pendidikan tersebut dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas).

C. Kedudukan Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional


Indonesia walaupun secara tegas dinyatakan bukan negara agama yakni
negara yang berdasarkan pada suatu ajaran agama tertentu dan bukan pula
negara sekuler yakni negara yang konstitusional tidak terkait dengan agama
tertentu, atau berusaha untuk mempromosikan atau mengganggu agama, tetapi
Indonesia merupakan negara pancasila. Menurut Effendi (dikutip Jannah,
2013) menyebutkan bahwa negara pancasila dapat dikatakan bahwa Indonesia
mengambil jalan tengah (midlle path) antara negara agama dan negara sekuler.
Negara pancasila menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk
beragama dan wajib memelihara budi pekerti luhur berdasarkan nilai-nilai
pancasila (Assegaf, 2007).
Pendidikan agama Islam di Indonesia berdasarkan peraturan perundang
undangan yang diatur secara langsung maupun tidak langsung, dapat dijadikan
pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan formal.
Pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas 2003 diartikan sebagai pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan,
nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman.
Sementara sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara: Semesta, artinya
terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah. Menyeluruh,
artinya mencakup semua jalur, jenjang, jenis pendidikan. Terpadu, artinya
saling memiliki keterkaitan antara pendidikan nasional dan seluruh usaha
pembangunan nasional.
Daulay (2012:12) mengemukakan bahwa untuk meletakkan kedudukan
Islam dalam sistem pendidikan nasional perlu diklasifikasi pada tiga hal,
yaitu:
1. Pendidikan Islam sebagai lembaga.
Lembaga yang dimaksud adalah lembaga pendidikan formal,
lembaga pendidikan nonformal , lembaga pendidikan informal, dan
lembaga pendidikan keagamaan.
a. Lembaga pendidikan formal, terdiri dari: (1) pendidikan usia dini;
pendidikan formal pada pendidikan usia dini ini berbentuk Taman
Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), dan atau bentuk lainnya
yang sederajat. (2) Pendidikan dasar; pendidikan formal pada
pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah.
Ibtidaiyah (MI), dan atau bentuk lainnya yang sederajat. Serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan atau bentuk
lainnya yang sederajat. (3) Pendidikan menengah; pendidikan formal pada
pendidikan menengah berbentuk sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), dan atau bentuk lainnya yang sederajat. (4) Pendidikan
tinggi; pendidikan formal pada pendidikan tinggi dapat berbentuk Akademi,
Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas.
b. Lembaga pendidikan nonformal, terdiri dari: lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
majlis ta’lim, dan satuan pendidikan yang sejenis.
c. Lembaga pendidikan informal, kegiatan pendidikan informal yang
dilakukan berupa pendidikan keluarga dan lingkungan yang membentuk
kegiatan belajar secara mandiri. (Daulay, 2012:32)
d. Lembaga pendidikan keagamaan, (1) pendidikan keagamaan
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari
pemeluk agama yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2)
pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama dan atau menjadi ahli agama. (3) pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
(4) pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman, pabhaja samanera, dan atau bentuk lain yang sejenis. (Arifin,
2003:42)
2. Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa.
b. Peningkatan akhlak mulia.
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik.
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan.
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agamah. Dinamika perkembangan global.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan (Pasal 36 ayat 3)
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a. Pendidikan agama.
b. Pendidikan kewarganegaraan.
c. Bahasa.
d. Matematika.
e. Ilmu Pengetahuan Alam.
f. Ilmu Pengetahuan Sosial.
g. Seni dan Budaya.
h. Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
i. Keterampilan/Kejuruan.
j. Muatan Lokal
Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. Pendidikan agama.
b. Pendidikan kewarganegaraan.
c. Bahasa
3. Nilai-Nilai Islami dalam UU No. 20 Tahun 2003
Inti dari hakikat nilai-nilai Islam itu adalah nilai yang membawa
kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk (sesuai konsep
rahmatan lil ‘alamin), demokratis, egalitarian, dan humanis. 40 Diantara
nilai-nilai tersebut adalah:
a. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.
b. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
c. Memberi perhatian kepada peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, intelektual, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.
d. Menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kewajiban bersama antara orang tua, Masyarakat
dan pemerintah.
f. Memberikan hak kepada peserta didik untuk mengikuti Pendidikan
agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama.
D. Landasan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar yuridis/hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan
yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan
pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut
terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila pertama;
Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 45 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan
2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha
Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya.
3. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS Pasal 30 Nomor 3 pendidikan keagamaan dapat di
selenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Dan
terdapat pada pasal 12 No. 1/a setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama
yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik.
b. Dasar religious
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang berasal dari
ajaran agama Islam yaitu yang bersumber dari Al-quran dan Hadis. Bagi
umat Islam melaksanakan pendidikan agama Islam adalah wajib.
Sebagaimana firman Allah di dalam surat At-Taubah ayat 122 sebagai
berikut:
‫ٱ‬ ‫ٱ‬
۞ ‫َو َم ا اَك َن ْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُر و۟ا ٓاَكَّفًة ۚ َفَلْو اَل َنَفَر ِم ن ِّلُك ِف ْر َقٍة ِّم ُهْنْم َط ٓاِئَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهو۟ا ىِف ِّدل يِن‬
‫َو ِلُينِذ ُر و۟ا َقْو َم ُهْم َذ ا َر َجُع ٓو ۟ا َلِهْي ْم َلَع َّلُهْم ْحَي َذ ُر وَن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At-Taubah/9:
122).
Ayat diatas turun ketika nabi Muhammad SAW tiba kembali di Madinah
dan kemudian beliau mengutus pasukan ke beberapa daerah untuk
berperang, akan tetapi karena banyaknya yang ingin terlibat dalam pasukan,
dan apabila nabi mengizinkannya niscaya tidak ada lagi yang tinggal di
Madinah kecuali beberapa orang, kemudian ayat di atas turun agar sebagian
kaum muslimin tetap tinggal untuk memperdalam pengetahuan. tentang
agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan
untuk orang lain.

entang agama sehingga


mereka dapat memperoleh
manfaat untuk diri mereka
dan untuk
orang lain.
E. Hubungan Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan umum dan pendidikan Islam adalah dua sisi yang
tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan nasional, keduanya saling
terkait dan masing-masing memiliki kekhususan untuk saling melengkapi. Di
satu sisi tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan diharapkan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Hubungan antara pendidikan Islam dalam pendidikan nasional adalah
berusaha secara beriringan dalam pengembangan dan pembinaan iman,
akhlak, moral, budi pekerti, dan penguasaan ilmu dan pengetahuan bagi
seluruh bangsa Indonesia. Pendidikan Islam secara ideal memang harus
diarahkan kepada transformasi nilai-nilai yang kemudian diharapkan
mampu menjadi jalan keluar untuk memecahkan persoalan bangsa.
Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai
jelas bahwa pendidikan agama islam adalah kurikulum wajib bagi yang harus
diberikan. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti tujuan
pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal, karena ada
sebagian siswa, khususnya yang berada pada satuan pendidikan tertentu tidak
mendapat pendidikan agama islam. Karena itu kehadiran guru pendidikan
agama islam yang prefesional sangat dibutuhkan.
Dan jika kita menengok kepada tujuan pendidikan sebagaimana
tertuang dalam tujuan pendidikan nasional ( pasal 4 UU no. 2 tahun
1989) yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada
masyarakat dan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah
sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran
islam.
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan diatas, baik tujuan
pendidikan nasional maupun tujuan pendidikan islam ada kesamaan yang
ingin di wujudkan yaitu: dimensi transcendental (ukhrowi) dan dimensi
duniawi (material).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan bagian penting dari sistem pendidikan
nasional. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah menjadikan manusia
seimbang dari segi intelektual dan pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai
agama kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka pendidikan Islam sangat
berperan dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut. Pendidikan Islam di
Indonesia dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk
mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan pada kaidah dan nilai-
nilai Islam, pendidikan Islam tidak hanya mempelajari ilmu agama saja
tetapi sudah berkembang mempelajari ilmu-ilmu lain. Kedudukan
pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional menempati posisi
sebagai pendidikan formal, informal, nonformal dan keagamaan.
Kedudukan Pendidikan Agama Islam dalam system Pendidikan
Nasional dalam penjelasan pasal 15 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
menyebutkan bahwasannya pendidikan keagamaan merupakan sebuah
pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama atau menjadi ahli ilmu agama.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam , Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2006.


Mahmudi, M. (2019). Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Islam Tinjauan
Epistemologi, Isi, Dan Materi. TA'DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 2(1), 89-105.
Hamim, Ahmad Husni, Muhidin Muhidin, dan Uus Ruswandi. “Pengertian,
Landasan, Tujuan dan Kedudukan PAI Dalam Sistem Pendidikan
Nasional.” Jurnal Dirosah Islamiyah 4, no. 2 (2022): 220–231
Wajiyah, W., & Hudaidah, H. (2021). Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional. PENSA, 3(1), 97-106.
Marita Sari, Dhian. “Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional.” At
Turots: Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 2 (2019): 144–169.
Depdiknas. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentangPendidikan
Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006.
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam:Dalam Sistem Pendidikan Nasional
diIndonesia , Jakarta:Kencana, 2012.
Anwar Arifin. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Sisdiknas , Jakarta:Ditjen Kelembagaan Agama Islam. Depag,
2003.

Anda mungkin juga menyukai