MAKALAH BAHASA ARAB - METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (AutoRecovered)
MAKALAH BAHASA ARAB - METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (AutoRecovered)
Disusun Oleh :
2023/2024
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah
tentang “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaikan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
insporasi untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A R Na’im, “Peningkatan Profesionalisme Guru Bahasa Arab Sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Bahasa Arab,” Al-Lisān Al-’arabi-Jurnal Program Studi … 1, no. 1 (2021): 42–
53, https://allisan.stai-imamsyafii.ac.id/index.php/pba/article/view/9.
2
Zulfiah Sam, “Z. Sam,” Metode Pembelajaran Bahasa Arab Vol. 2, no. No 1 (2016): Hlm.
5.
1
meliputi keterampilan istima’ (mendengar), qira’ah (membaca), kalam (berbicara),
dan kitabah (menulis).
Sedangkan tujuan-tujuan belajar yang merupakan hasil pengiring, yang
tercapainnya karena siswa “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu,
seperti kemampuan berfikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima pendapat
orang lain, dinamakaan nurturant effect.[4] Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
baik yang instructional effect maupun nurturant effect seorang guru yang baik dan
profesional memerlukan sebuah pengetahuan dan kemampuan terkait metodologi
pengajaran bahasa Arab. Karena tanpa adanya pengetahuan tentang metodologi
pengajaran yang baik, maka tidak akan pula terbentuk suatu sistem lingkungan yang
baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi istilah metodologi berasal dari bahasa Yaunani, yakni dari
kata Metodos yang berarti cara atau jalan, dan Logos artinya ilmu. Sedangkan secara
semantik, metodologi verarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara
atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif
dan efesien. (Ahmad Izzan, 2009:72)
Dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan pengertian dari metodologi
pengajaran Bahasa Arab ialah sistem atau cara yang digunakan oleh pengajar ketika
mengajar agar Pelajaran atau materi yang disampaikan mudah diterima dan
dipahami oleh peserta didik.3
3
Takdir and Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, “Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab (Analisis Pendekatan Quantum ),” NASKHI Jurnal Kajian Pendidikan Dan Bahasa Arab
1, no. 1 (2019): 1–7.
3
2.2 Sejarah Perkembangan Pembelajaran Bahasa Arab
Berbicara tentang Bahasa Arab dalam konteks Sejarah tidak bisa lepas dari
perjalanan penyebaran Islam. Sejarah mencatat bahwa Bahasa Arab mulai
menyebar keluar jazirah Arabiasejak aband ke-1H atau abad ke-7M, karena bahasa
arab selalu terbawa kemanapun islam disyiarkan. Penyebaran itu meliputi wilayah
Byzantium di Utara, wilayah Persia di Timur, dan wilayah Afrika sampai Andalusia
di Barat. Bahasa Arab pada masa khalifah Islamiyah itu menjadi bahasa resmi untuk
keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Kebanggaan kepada
Bahasa Arab menyebabkan bahasa Yunani, Persia, Koptik dan Syiria yang
merupakan bahasa ibu bagi penduduk di berbagai wilayah itu berada pada posisi
inferior. Mereka berbicara, menulis surat-surat pribadi, bahkan mengarang syair-
syair dengan Bahasa Arab. Tidak diperoleh referensi yang memadai bagaimana
Bahasa Arab dipelajari oleh orang-orang non-Arab itu. Yang pasti adalah melalui
interaksi langsung dengan penutur asli Bahasa Arab yang datang ke negri mereka,
dan kepergian mereka ke pusat-pusat Islam di Jazirah Arabia. (Ahmad Faud
Effendy, 2004:19-20).4
Melalui analisis Sejarah dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang intens
antara bangsa Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani Kuno
melalui penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, kemudian dari
bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan
keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antar
kedua bahasa tersebut. Hal ini berdasarkan fakta-fakta sebagai berikut :
4
Abd Muhith, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Penerapan Quantum Learning),”
2013, 139.
4
C. Adanya hubungan yang intens antara Arab dan Eropa dalam
pewarisan ilmu pengetahuan Yunani Kuno, melalui penerjrmahan
dari Yunani ke Arab kemudian dari Arab ke latin.
5
Iain Mataram et al., “Dony Handriawan | Mempertegas Kembali Arah Pembelajaran
Bahasa Arab,” Al-Mahāra 1, no. 1 (2015): 43–64.
5
2.3 Perkembangan Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Pada fase pertama ini bidang pengajaran bahasa diperkenalkan dengan unsur baru
yang lain, yaitu ilmu fonetik deskriptif. Biarpun masalah ini sudah dipelajari sejak
pertengahan abad ke-19 oleh Brucke, Ellis, Bell, Sweet, Sievers, Klinghardt, Passy
dan lain-lain. Namun Vietor lah yang menjalankannya kedalam metode mengajar
bahasa. Dengan menggunakan bahasa lisan sebagai titik tolak, Vietor dan para
pengikutnya mengembangkan suatu metode yang intisarinya sebagai berikut :
6
Kamil Oensyar, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Telaah Problematika
Pembelajaran Bahasa Arab, 2015.
6
kebudayaannya. Negara asing yang di maksud disini ialah
negara yang bahasanya di pelajari di murid.
E. Pengetahuan tatabahasa diperoleh secara imduktif dengan
mempelajari teks. (Muljanto Sumardi, 1974:21)
Fase kedua, antara tahun 1920-1940. Pada fase ini di Amerika dan Canada dibentuk
forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasilkan aplikasi metode-metode
yang bersifat kompromi (al-thariqah al-ittifakiyya / compromise methid) dan
metode membaca (al-thariqah al-qira`ah / reading method).
Pada fase ketiga ini ada periode yang dapat diamati, yaitu :
Fase keempat, antara tahun 1970-1980. Fase ini dipandang sebagai titi balik
dan merupakan periode yang paling inovatif dalam studi memperoleh bahasa kedua
dan asing. Hasil nya adalah pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang dikenal
dengan pendekatan komunikatif (al-madkhal al-ittishali / communicative approach)
dalam belajar bahasa.
7
Secara umum itulah gambaran perkembangan pasang-surut pembelajaran
bahasa. Yang terpenting sekarang adalah pemahaman tentang hasil-hasil yang
dicapai selama ini dalam studi pembelajaran bahasa, terutama yang terjadi sepuluh
atau lima belas tahun terakhir ini. Yang jelas porsi terbesar dalam studi ini dan telah
mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan adalah studi pemerolehan bahasa seperti
yang telah dihasilkan pada dasawarsa tujuh puluhan.7
7
Firdaus, “Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran,” Ash-Shahabah 5, no. 1 (2019): 11–19.
8
terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai
syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak
memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan
tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan “rasa
percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka”. Metode pengajaran bahasa
Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa
sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk
menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam
pengajarannya adalah metode langsung (thariqah al–mubasyarah). Munculnya
metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh
karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar
bahasa.
Menurut Najieb Taufiq tujuan dan fungsi dari pengajaran bahasa Arab ialah
mangajar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dengan
sesamanya dan lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan
pengajaran bahasa adalah untuk menguasasi ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa
Arab, seperti muthala’ah, muhadatsah, insya’, nahwu dan sharaf, sehingga
memperoleh kemahiran berbahasa yang meliputi empat aspek kemahiran, yaitu: (1)
kemahiran menyimak, kemahiran membaca, kemahiran menulis, dan kemahiran
8
Sigit Purnama, “Metode Penelitian Dan Pengembangan (Pengenalan Untuk
Mengembangkan Produk Pembelajaran Bahasa Arab),” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 4, no. 1
(2013): 19–32, https://doi.org/10.21927/literasi.2013.4(1).19-32.
9
berbicara. Menyimak merupakan proses perubahan wujud bunyi (bahasa) menjadi
wujud makna. Kemahiran menyimak sebagai Kemahiran berbahasa yang sifatnya
reseptif, menerima informasi dari orang lain (pembicara). Kemahiran membaca
merupakan Kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari
orang lain (penulis) di dalam bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan
wujud tulisan menjadi wujud makna. Sejarah dan perkembangan metode
pengajaran bahasa arab
Tujuan telaah bahasa asing adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat
membaca susastranya atau agar dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan
perkembangan intelektual yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemahan tata
bahasa adalah suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut
pertama-tama melalui kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti oleh
penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks
ke dalam dan dari bahasa sasaran. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dipandang
sebagai yang terdiri dari upaya yang melebihi serta memanipulasi morfologi dan
sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama diperlakukan sebagai sistem acuan
dalam pemerolehan bahasa kedua (Stern, 1987). Departemen Agama (1975:117)
menjelaskan bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah:
10
D. untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain
(supplementary).
E. untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional.
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip
prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip
bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi :
A. Prinsip Prioritas
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik
adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami
pada manusia2, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan
bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan.
Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus
9
R. Umi Baroroh and Fauziyah Nur Rahmawati, “Metode-Metode Dalam Pembelajaran
Keterampilan Bahasa Arab Reseptif,” Urwatul Wutsqo: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman
9, no. 2 (2020): 179–96, https://doi.org/10.54437/urwatulwutsqo.v9i2.181.
11
lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek
lainnya seperti membaca dan menulis.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih
kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan
mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika
kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal). Contoh:
Dan seterusnya.
B. Prinsip korektisitas ( )
12
1. Korektisitas dalam pengajaran fonetik Pengajaran aspek
keterampilan ini melalui latihan pendengaran dan ucapan.
Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu,
maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan
menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-
menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik.
2. Korektisitas dalam pengajaran sintaksis Perlu diketahui
bahwa struktur kalimat dalam bahasa satu dengan yang
lainnya pada umumnya terdapat banyak perbedaan.
Korektisitas ditekankan pada pengaruh struktur bahasa ibu
terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia
kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek),
tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata
kerja ( ).
3. Korektisitas dalam pengajaran semiotik Dalam bahasa
Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai
satu makna ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat.
Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata
mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal
dengan istilah mustarak (satu kata banyak arti) dan
mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh karena itu,
guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar
terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu
memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan
makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.
C. Prinsip Berjenjang ( )
13
bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam
maupun materinya.
14
Langkah-langkah aplikasi ( ) Ada delapan langkah yang
diperlukan agar teknik diatas berhasil dan dapat terlaksana, yaitu:
1. Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah
gramatika, karena contoh yang baik akan menjelaskan gramatika
secara mendalam daripada gramatika saja.
2. Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus
terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks
untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
3. Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan
kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.
4. Mulailah contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja
yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota
tubuh.
5. Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata- kata
yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan pasangannya.
Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
6. Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih
huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan langsung
ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh
Jumlah ismiyyah: ,
10
Kata Pengantar, “ANALISIS METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DALAM
METODE QIRO ’ AH PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab Disusun Oleh : Teuku Muhammad Fauzan Robbani,” 2023.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa Arab memiliki peran penting bagi umat Islam, terutama untuk
memahami Al-Qur'an dan Hadits. Penguasaan bahasa Arab menjadi kunci untuk
mempelajari Islam secara mendalam.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mataram, Iain, Mahasiswa S3, Program Pascasarjana, Uin Sunan, and Kalijaga
Yogyakarta. “Dony Handriawan | Mempertegas Kembali Arah Pembelajaran
Bahasa Arab.” Al-Mahāra 1, no. 1 (2015): 43–64.
17
Sam, Zulfiah. “Z. Sam.” Metode Pembelajaran Bahasa Arab Vol. 2, no. No 1
(2016): Hlm. 5.
18