Anda di halaman 1dari 52

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. KETERAMPILAN
DASAR PAUD

PRODI S1 PGSD-FIP

SKOR :

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

( Dr.Ahmad Susanto M.Pd)

NAMA MAHASISWA : BINTANG RAMADHANI HARAHAP

NIM : 1233311018

DOSEN PENGAMPU : Wan Nova Listia, S.pd, M.pd

MATA KULIAH : Keterampilan Dasar Paud

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2023
EXCECUTIVE SUMMARY

Keterampilan dasar dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah serangkaian
kemampuan yang sangat penting dalam pengembangan awal anak. Ini mencakup
sejumlah komponen

*Keterampilan Sosial dan Emosional*: Anak-anak PAUD perlu belajar bagaimana


berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, dan memahami perasaan mereka
sendiri. Ini menciptakan dasar bagi kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan
berkolaborasi.

*Bahasa dan Komunikasi*: Kemampuan berbicara, mendengarkan, dan


berkomunikasi efektif adalah aspek kritis dari perkembangan anak. Ini membentuk
dasar bagi perkembangan literasi.
*Keterampilan Kognitif*: Anak-anak memerlukan kemampuan berpikir kritis,
mengamati, mengingat, dan memecahkan masalah. Ini memungkinkan mereka untuk
memahami dunia di sekitar mereka.
. *Keterampilan Motorik Halus dan Kasar*: Keterampilan motorik halus (seperti
menulis) dan kasar (seperti berlari) penting dalam perkembangan fisik dan
keterampilan praktis sehari-hari.
*Keterampilan Kemandirian*: Mempersiapkan anak-anak PAUD untuk menjadi
mandiri adalah tujuan utama. Mereka perlu memahami bagaimana merawat diri
mereka sendiri dan melakukan tugas-tugas sehari-hari.
*Kreativitas dan Imajinasi*: Mendorong kreativitas dan imajinasi membantu anak-
anak mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan berinovasi.

Dengan mengembangkan keterampilan dasar ini, anak-anak PAUD dapat membangun


dasar yang kuat untuk perkembangan masa depan mereka. Ini tidak hanya
memengaruhi perkembangan akademis, tetapi juga membantu mereka menjadi
individu yang lebih mandiri, sosial, dan berkembang.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan crictical book yang berjudul
“pendidikan anak usia dini” ini tepat pada waktunya crictical book ini disusun dengan
tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
ikut berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang tentunya
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga crictical book ini dapat menambah wawasan dan menginspirasi para
pembaca, Penulis juga mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca
semuanya demi perkembangan dan kemajuan penulis dalam menyusun karya – karya
selanjutnya.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Oktober 2023

Bintang Ramadani Harahap


DAFTAR ISI
EXCEECUTIVE SUMMARY....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR................................................................................................ 1
B. Tujuan................................................................................................................................................ 1
C. Manfaat............................................................................................................................................. 1
D. Identitas Buku................................................................................................................................1
BAB II ISI BUKU........................................................................................................................ 2
A. Bab I.................................................................................................................................................... 2
B. Bab II.................................................................................................................................................. 3
C. Bab III................................................................................................................................................ 4
D. Bab IV.................................................................................................................................................
E. Bab V..................................................................................................................................................
F. Bab VI.................................................................................................................................................
G. Bab VII ..............................................................................................................................................
H. Bab VII...............................................................................................................................................
I. BabIX..................................................................................................................................................
J. BabX....................................................................................................................................................
K. BabXI..................................................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................. 6
A. Pembahasan...................................................................................................................................6
B. Kelebihan Buku............................................................................................................................. 7
C. Kelemahan Buku........................................................................................................................... 7
BAB IV implikasi..................................................................................................................... 8
A. Implikasi terhadap teori............................................................................................................8
B. Implikasi terhadap program pembangunan di indonesia..........................................
C. Pembahasan dan analisis
BAB V Kesimpulan dan saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Dalam memenuhui Tugas CBR penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku
yang lain, memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis agar dapat
bertambahnya ilmu pengetahuan.
Memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih
satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis
bahasa dan pembahasan, spasi yang tidak beraturan.Oleh karena itu, penulis membuat CBR
Kepemimpinan untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus
pada pokok materi kepemimpinan.
B. Tujuan
a) Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku khususnya materi
kepemimpinan
b) Mengulas isi sebuah buku
c) Melatih diri bersifat kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada isi buku.
C. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan.
2. Untuk menambah pengetahuan guna memudahkan dikemudian hari dalam
pembuatan tesis serta penelitian lainnya.
D. Indentitas Buku

Judul : Pendidikan Anak Usia Dini

Pengarang : Ahmad Susanto

Penerbit :PT Aksara

Kota Penerbit :Jakarta

Tahun Penerbit :2017-2023

ISBN : 978.602-444-036-7
BabII

ISI BUKU

Bab I BUKU

HAKIKAT ANAK USIA DINI

A. PENGERTIAN ANAK USIA DINI

Definisi anak usia dini menurut National Association for the Education Young Children
(NAEYC) menyatakan bahwa anak usia dini atau "early childhood" merupakan anak yang
berada pada usia nol sampai dengan delapan tahun. Pada masa tersebut merupakan
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek dalam rentang kehidupan
manusia. Proses pembelajaran terhadap anak harus memerhatikan karakteristik yang
dimiliki dalam tahap perkembangan anak.

Menurut Bacharuddin Musthafa (2002:35), anak usia dini merupakan anak yang berada
pada rentang usia antara satu hingga lima tahun. Pengertian ini didasarkan pada batasan
pada psikologi perkembangan yang meliputi bayi (infancy atau babyhood) berusia 0-1
tahun, usla dini (early childhood) berusia 1-5 tahun, masa kanak-kanak akhir (late
childhood), berusia 6-12 tahun.

Berbeda halnya dengan Subdirektorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang membatasi
pengertian istilah usia dini pada anak usia 0-6 tahun, yakni hingga anak menyelesaikan
masa taman kanak-kanak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa anak-anak yang masih
dalam pengasuhan orang tua, anak-anak yang berada dalam Taman Penitipan Anak (TPA),
kelompok bermain (play group), dan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan cakupan
definisi ter- sebut.

Lebih lanjut, Bredekamp (1992:6), membagi kelompok anak usia dini menjadi tiga bagian,
yaitu kelompok usia bayi hingga dua tahun, kelompok usia tiga hingga lima tahun, dan
kelompok enam hingga usia delapan tahun. Pembagian kelompok tersebut dapat
memengaruhi kebijakan penerapan kurikulum dalam pendidikan dan pengasuhan anak.

B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Pengetahuan tentang prinsip perkembangan anak sangat penting unt diketahui agar
memperoleh gambaran secara umum perilaku anak pada tahap tertentu.

Pengetahuan ini juga bermanfaat untuk memberikan bimbingan dan rangsangan tertentu
agar anak dapat mencapai kemampuan sepenuhnya, serta memungkinkan guru
mempersiapkan kematangan yang diharapkan dari anak-anak pada usia
tertentu.Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat sepuluh fakta prinsip- prinsip
perkembangan selama masa anak-anak. Hal ini tidak menutup kemung- kinan
ditemukannya lagi prinsip-prinsip baru sejalan dengan berlanjutnya penelitian. Sepuluh
prinsip-prinsip yang dimaksud seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1997:
22-47), yang menggambarkan sebagai beri- kut.

1. Perkembangan yang menyangkut perubahan. Tujuan perkembangan adalah aktualisasi


diri atau pencapaian kemampuan seorang anak. Berbagai perubahan ini dipengaruhi oleh:

a. kesadaran anak akan perubahan,

b. dampak perubahan terhadap perilaku anak,

c. sikap sosial terhadap perubahan,

d. sikap sosial sebagal akibat dari perubahan penampilan anak, dan e. sikap budaya yang
merupakan cerminan dari orang memperlakukan anak sebagai akibat perubahan dan
penampilan.

2. Perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya karena


perkembangan awal sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila
perkembangan lingkungan membahayakan terhadap pribadi dan sosial anak maka ia
dapat diubah sebelum menjadi pola kebiasaan. Lingkungan merupakan tempat anak
berinteraksi dan tempat pembentukan awal kehidupannya, serta mempunyai pengaruh
kuat terhadap kemampuan bawaan pada anak. Hal yang berpengaruh besar dalam hal ini
adalah hubungan antarpribadi, keadaan emosi, pola pengasuhan, peran dalam keluarga,
struktur keluarga di masa kanak- kanak, dan rangsangan dari lingkungan.

3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Ciri perkembangan


baik fisik maupun mental sebagian berasal dari proses kematangan intrinsik dan
tergantung pada Interaksi antara faktor- faktor bawaan dengan faktor sosial dan budaya
lingkungan yang mem pengaruhinya.

4. Pola perkembangan dapat prediksi karena memiliki pola tertentu. Studi genetik bayi
sejak lahir hingga umur lima tahun telah menunjukkan bahwa semua anak kecil mengikuti
pola perilaku umum yang relatif beraturan. Bidang spesifik perkembangan juga mengikuti
pola yang dapat diprediksi. Ini mencakup berbagai aspek, yaitu perkembangan motorik,
perilaku, emosional, bicara, perilaku sosial, perkembangan konsep, cita- cita, minat, dan
identifikasi terhadap orang lain. Pola perkembangan tersebut dipengaruhi juga oleh
kondisi lingkungan di masa pralahir dan pascalahir.
5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik penting yang dapat dipre- diksi.
Karakteristik yang perlu diperhatikan di antaranya sebagai berikut.

a. adanya persamaan pola perkembangan bagi semua anak,

b. perkembangan berlangsung dari tanggapan umum ke tanggapan spesifik terhadap


berbagai rangsangan yang diterima, c. perkembangan terjadi secara berkesinambungan,

d. berbagai bidang perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berbeda, dan

e. terdapat berbagai keterkaitan dalam perkembangan.

6. Perbedaan individu dalam setiap perkembangan aspek-aspek tertentu karena adanya


pengaruh bawaan terhadap kondisi lingkungan. Dengan kata lain, terdapat bukti bahwa
faktor lingkungan lebih berpengaruh dalam menimbulkan perbedaan daripada faktor
keturunan. Ini berlaku baik pada perkembangan fisik maupun perkembangan psikologis.
Guru harus memahami perbedaan perkembangan pada anak usia dint karena setiap anak
tidak berperilaku sama dan cara memperlakukan antara anak satu dan lainnya pun
berbeda.

7. Periodisasidalam pola perkembangan yang disebut dengan periode pralahir, masa


neonates, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, dan masa puber.
Semua periode ini, terdapat keseimbangan dan ketidakseimbangan. Selain itu, ada
perilaku yang normal dan ada perilaku yang bermasalah.

C. KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan se- bagal the golden age (usia
emas), yaitu usia yang sangat berharga dibanding- kan usia-usia selanjutnya. Usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara rinci dapat dijelaskan karakteristik
anak usia dini sebagai berikut.

1. Usia 0-1 tahun, pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar
biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan
keterampilan dasar dipelajari anak pada usia ini.
2. 2. Usia 2-3 tahun, pada usia ini anak memiliki beberapa kesamaan karak teristik
dengan masa sebelumnya. Artinya, secara fisik anak masih
mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui
oleh anak usia 2-3 tahun sebagai berikut.

a. Anak sangat aktif megeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. la memiliki


kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang
dilakukan oleh anak terhadap benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar
yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik
tertinggi dibanding sepanjang usianya jika tidak ada hambatan dari lingkungan.

b. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali de ngan berceloteh,


kemudian satu dua kata d…

3. Usia 4-6 tahun, pada usia ini seorang anak memiliki karakteristik antara lain sebagai
berikut.

a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan

berbagai keglatan. Hal itu bermanfaat utuk pengembangan otot- otot kecil maupun
besar. b. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami
pembicaraan orang lain' dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas
tertentu.

c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin
tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal Itu terlihat dari seringnya
anak menanyakan segala sesuatu yang dilih

d. Bentuk permainan anak masih bersifat Individu, bukan permainansosial. Walaupun


aktivitas bermain dilakukan secara bersama

. 4. . Usia 7-8 tahun, karakteristik perkembangan seorang anak usia 7-8 tahun antara
lain sebagai berikut.

a. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi
kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya, anak
sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, serta deduktif dan induktif.

b. Perkembangan sosial, anak mulal ingin melepaskan diri dari otoritas orang tuanya. Hal
itu ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul
dengan teman sebaya.

c. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak
orang dengan saling berinteraksi.

d. Perkembangan emosi anak sudah mulalterbentuk dan tampak sebagal bagian dari
kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun
pengalaman anak telah menampakkan hasil.

Berbagai pendapat mengenal pengertian anak usia dini dapat dijadikan acuan untuk
memberi batasan yang jelas mengenal hakikat anak usia dini.
D. POLA PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Perkembangan setiap anak memiliki pola yang sama, walaupun kecepatannya berbeda.
Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri.
Sebagian anak berkembang dengan tertib, tahap demi tahap, langkah demi langkah.
Namun, sebagian yang lain mengalami kecepatan melonjak. Di samping itu, ada juga yang
mengalami penyimpangan atau keterlambatan. Beberapa pola perkembangan tersebut
antara lain sebagai berikut.

1. Perkembangan fisik. Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembang- an yang


disebut "cephalocaudal" dan "proximodistal". Hukum cephalo- caudal menyatakan bahwa
perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh sampai ke kaki.
Sementara itu, hukum proxim- odistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari
pusat sumbu ke ujungnya, atau dari sebagian yang dekat sumbu pusat tubuh ke baglan
yang lebih jauh.

2. Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke tanggapan khusus. Bayi


pada awal perkembangan memberikan reaksi dengan meng- gerakkan seluruh tubuh.
Semakin lama la akan mampu memberikan reaksi dalam bentuk gerakan khusus. Demikan
seterusnya dalam hal-hal lain.

E. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini (PAUD) berdasarkan Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014
Pasal 1 tentang Kurikulum 2013: Pendidikan Anak Usia Dini merupakan jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar sebagai suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Dilakukan melalui pembe
rian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkem bangan jasmani
serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan sesuai d engan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak
usia dini seperti yang tercantum dalam Permendikbud

Bab 2 buku

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang diberikan bagi anal usia dini (0-
6 tahun) yang dilakukan melalui pemberian berbagai rangsangan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani agar memiliki kesiapan
untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya Melalui PAUD, diharapkan anak dapat
mengembangkan seluruh poten yang dimilikinya yang meliputi pengembangan moral dan
nilai-nilai agama fisik, sosial, emosional, bahasa, seni, menguasai sejumlah pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan perkembangan, serta memiliki motivasi dan sikap belajar
untuk berkreasi. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 28 ayat (1), menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun
2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Pasal 7, yaitu satuan
pendidikan anak usia dini melaksanakan kurikulum 2013 sesual dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
146 Tahun 2014 Pasal 5 berkaitan dengan struktur kurikulum PAUD yang memuat
program-program pengembangan yang mencakup nilai agama dan moral, fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Sementara itu, kurikulum yang digunakan
untuk anak berkelainan atau berkebutuhan khusus berdasarkan Permendikbud Nomor
146 Tahun 2014 Pasal 10 bahwa kurikulum untuk anak yang berkelainan atau
berkebutuhan khusus merupakan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Din

yang dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak. Berdasarkan
aturan yang dijelaskan tersebut bahwa kurikulum PAUD mengacu pada peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengenali kurikulum yang
digunakan PAUD, yakni kurikulum KTSP PAUD2013 merupakan kurikulum yang digunakan
untuk dikembangkan, disusun, dan dikelolah oleh sesuai dengan kebutuhan serta kaltur
sesuai lembaga.

B. PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Kegiatan pengembangan merupakan serangkaian aktivitas yang disediakan un- tuk


memfasilitasi perkembangan dan belajar anak di Taman Kanak-Kanak (TK),

yang secara umum kegiatan yang dapat dilakukan di antaranya menyediakan lingkungan
kondusif bagi perkembangan dan belajar anak, mengarahkan peri- laku anak dengan
kegiatan mendidik, mengajar, serta membantu memecahkan berbagai permasalahan
yang dihadapi anak dengan bimbingan yang tepat (All Nugraha, 2005: 5-6).
Program Pendidikan Anak Usia Dini memberikan program layanan pen- didikan sekaligus
pengembangan kepada anak usia dini secara holistik dan terintegrasi. Holistik artinya
bukan hanya simulasi/rangsangan terhadap aspek pendidikan yang diberikan kepada anak
usia dini, melainkan juga terhadap aspek gizi dan aspek kesehatan, agar anak dapat
tumbuh dan berkembang se- cara optimal. Terintegrasi artinya layanan pendidikan
dilaksanakan secara ter- padu dengan berbagai layanan anak usia dini yang ada di
masyarakat, seperti posyandu, bina keluarga, balita, dan berbagai layanan anak usia dini
lainnya.

Dengan kata lain, program layanan Pendidikan Anak Usia Dini secara ho- listik dan
terintegrasi, yaitu meningkatkan pemerataan kesempatan layanan (akses) pendidikan
anak usia dini, dengan memperkuat kemampuan kelem- bagaan pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten, serta meningkatkan kesa- daran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan,
pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan mencipta- kan suasana dan lingkungan
yang kondisif. Artinya, anak dapat mengeksplo- rasi pengalaman yang diberikan
kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari
lingkungan. Anak dapat mengeks- plorasi pengalaman melalul cara mengamati, meniru,
dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang, dengan melibatkan seluruh
potensi, dan kecerdasan anak. Anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagal
tahap perkembangan kepribadian. Untuk itu, pendidik dan orang tua dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi dirinya, tetapi hendaknya mereka tetap
memerhatikan karakter anak yang disesuaikan de- ngan tahap perkembangan
kepribadian anak.

Pendidikan anak usia dini memegang peranan sangat penting dan menentukan bagi
sejarah perkembangan anak selanjutnya, karena pendidikan

C. TUJUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Tujuan dari pendidikan anak usia dini itu sendiri adalah mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman orang tua dan guru, serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan
dan perkembangan pada anak usia dini. Dengan mengembangkan berbagai potensi anak
sejak lahir (dini), sebagai persiapan untuk hidup dan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Artinya, membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki ke-
siapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar, serta mengarungi kehidupan
selanjutnya. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari pendidik an anak usia dini ini
ialah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengap- likasikan hasil
identifikasi tersebut dalam perkembangan fisiologis yang bersangkutan.

2. Memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang dilakukan
untuk pengembangannya.

3. Memahami kecerdasan Jamak dan kaltannya dengan perkembangan anakusia dini.

4. Memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. 5. Memahami pendekatan
pembelajaran dan aplikasinya bagi pengem- bangan anak usia kanak-kanak.

6. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

7. Mengintervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga menum- buhkan


potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency), yaitu dimensi perkembangan anak,
yang meliputi bahasa, intelektual, emosi, sosial, mo- torik, konsep diri, minat, dan bakat.

8. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam


pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.

Bab 3 buku

PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

A. PENGERTIAN PERILAKU SOSIAL

Perilaku adalah perbuatan atau tindakan seorang individu yang merupakan cerminan dari
sikapnya. Perilaku yang menyangkut tindakan fisik, yaitu perilaku yang tampak (over
behavior) atau berupa perbuatan yang dilakukan secara nyata sebagai respons atas
interalist seorang individu dengan lingkungannya yang dapat diamati. Sementara itu,
perilaku yang menyangkut aktivitas mental, yaitu perilaku pada tingkat pemikiran (covert
behavior), yang tersembunyi di dalam diri seseorang individu.

Perilaku sosial merupakan perilaku yang dilakukan secara sukarela yang dapat
menguntungkan/menyenangkan orang lain tanpa antisipasi reward eksternal, Perilaku
sosial ini dilakukan dengan tujuan yang baik. Perilaku sosial termasuk di dalamnya
menolong (helping), membantu (alding), berbag (sharing), dan menyumbang/menderma
(donating). Perilaku sosial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif penolong.
Syamsu Yusuf (2007), menyatakan bahwa perkembangan sosial merupa kan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma norma kelompok, moral, dan tradisi
yang melebur menjadi satu kesatuan yang saling berkomunikasi dan kerja sama. Dengan
demikian, perilaku kehidupan sosial manusia tidak terlepas dari nilai dan norma yang
mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Adam (1983), menyatakan terdapat
tiga komponen yang memungkinkan seseorang membangun dan menjalani hubungan
yang positif dengan teman sebaya, yaitu pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat
untuk situasi sosial tertentu (pengetahuan sosiall.

B. POLA PERILAKU SOSIAL

Pada masa awal anak-anak bentuk perilaku sosial belum sedemikian berkem- bang
sehingga belum memungkinkan anak untuk menyesuaikan diri dalam bergaul dengan
teman-temannya. Periode ini merupakan tahap perkembang an yang kritis karena pada
masa inilah dasar perilaku sosial dibentuk. Dalam penelitian longitudinal terhadap jumlah
anak, Waldrop dan Haverson dalam Elizabeth B. Hurlock (1980:119), melaporkan bahwa
anak yang pada usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif secara sosial akan terus bersikap
seperti in sampai dengan usia 7,5 tahun. Mereka menyimpulkan bahwa perilaku sosial
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan anak untuk kepentingan se- lanjutnya.

Berikut ini Sujiono (2005:78), menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa
anak perlu mempelajari berbagai perilaku sosial.

1. Untuk anak belajar bertingkah laku yang dapat diterima lingkungannya. 2. Untuk anak
memainkan peran sosial yang dapat diterima kelompok ber- mainnya, misalnya berperan
sebagai laki-laki dan perempuan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEM- BANGAN SOSIAL ANAK

Dalam perkembangannya perilaku sosial, anak dapat dipengaruhi oleh bebera pa faktor,
antara lain oleh keluarga, kematangan dari status sosial ekonomi, pendidikan, serta
kapasitas mental emosi dan inteligensi.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh ter hadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan ke- pribadian anak lebih banyak ditentukan
oleh keluarga, pola pergaulan, dan etika berinteraksi dengan orang lain banyak
ditentukan oleh keluarga.

2. Kematangan Diri
Untuk bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan diri baik fisik dan psi- kis
sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan mene. rima nasihat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi


Kehidupan sosial banyak dipengaruhi kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat.
Perilaku anak akan banyak memerhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat, dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

5. Kapasitas Mental Emosi dan Inteligensi

Kemampuan berpikir memengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,


memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan in- telektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu, apabila perkembangan
ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial
anak.

D.PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAH LAKU ANAK Dalam


proses

perkembangan sosial, anak dapat memikirkan dirinya dan


Orang lain, pemikiran ini terwujud dalam refleksi diri yang sering mengarah pada
penilaian diri dan ktirik dari hasil interaksinya dengan orang lain.
Pemikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori menyebab kan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tua- nya. Kemampuan abstraksi
anak sering menimbulkan kemampuan memper- masalahkan kenyataan dan peristiwa-
peristiwa dengan keadaan bagaimana semestinya menurut pikirannya. Di samping itu,
pengaruh egosentris sering terlihat, di antaranya berupa cita-cita dan idealis yang baik,
serta kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri. Pengaruh egos egosentris sering
terlihat, di antaranya berupa cita-cita dan idealis yang baik, serta kemampuan berpikir
dengan pendapat sendiri. Pengaruh egosentris ini membawa pengaruh buruk terhadap
seseorang yang terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih
jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyelesaikan persoalan. Sifat egois ini bisa saja berkurang melalui banyak
pengalaman dan penghayatan kenyataan, serta dalam menghadapi pendapat orang lain.
Hubungan sosial dikatakan matang jika mengalami perkembangan sosial yang merupakan
proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Hal ini
dilakukan agar dapat menyatu, saling berko- munikasi, dan bekerja sama. Kemampuan
sosial anak diperoleh dari berbaga kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-
orang dilingkungannya Perkembangan sosial Individu dimulai sejak anak usia 18 bulan.
Faktor ling kungan keluarga merupakan faktor yang paling memengaruhi perkembangan
sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga maka perkembangan sosia anak juga
semakin bagus. Perkembangan sosial juga sangat memengaruh kepribadian anak, anak
yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi da perkembangan sosial yang baik, pada
umumnya memiliki kepribadian yan baik.

E. KEMATANGAN SOSIAL ANAK

Seorang individu/anak mengalami proses perkembangan sehingga memiliki kematangan


sosial dalam memahami dan menjalani kehidupan. Perkembangan kematangan sosial
anak yang perlu diketahul berupa pengertian, aspek, proses, dan faktor kematangan
sosial pada anak.

1. Pengertian Kematangan Sosial Anak

Berbagai definisi tentang kematangan sosial yang sering kali orang menyebut dengan
istilah kematangan atau kedewasaan sosial. Berbagai pendapat dan definisi menjelaskan
tentang kematangan sosial. Chaplin (1985: 433), men- definisikan kematangan sosial
merupakan suatu perkembangan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang
menjadi ciri khas kelompoknya. De- ngan demikian, ciri-ciri kematangan sosial itu
ditentukan oleh kelompok sosial di lingkungan tersebut. Kematangan sosial seseorang
tampak dalam perilaku- nya. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan individu dalam
mengurus di- rinya sendiri dan partisipasinya dalam aktivitas-aktivitas yang mengarah
pada kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa. Dengan kata lain, kema- tangan
sosial adalah keterampilan dan kebiasaan Individu yang menjadi ciri khas kelompoknya.
Hal ini tampak pada perilaku yang menunjukkan kemandi- rian yang tercermin dalam
penerimaan sosialnya.

2. Aspek-Aspek Kematangan Sosial Anak


Ada beberapa aspek yang berperan terhadap kesiapan seorang anak untuk memasuki
bangku sekolah seperti yang dikemukakan oleh Doll (1965: 5) berupa kematangan sosial
yang mencakup beberapa aspek berikut ini.
a. Menolong diri sendiri (self-help), terdiri atas: 1) menolong diri sendiri secara umum
(self-help general), seperti mencucinmuka, mencuci tangan, dan pergi tidur sendiri, 2)
kemampuan ketika makan (self-eating), seperti mengambil makanan sendiri,
menggunakan garpu, dan memotong makanan lunak, dan
3. Proses Terbentuknya Kematangan Sosial
Pada umumnya, perkembangan merupakan hasil proses kematangan atau kedewasaan.
Demikian pula, kematangan sosial sebagal hasil proses belajar anak yang diperolehnya
melalui sosialisasi. Sosialisasi merupakan proses dan penyerapan sikap-sikap, nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan masyarakat sehingga individu terampil dalam menguasai kebiasaan-
kebiasaan kelompoknya dan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosialnya. Dengan
demikian, individu akan menjadi orang yang mampu bermasyarakat dan diterima di
lingkungan sosialnya. Artinya, kematangan sosial seseorang anak maka haruslah melalui
tahapan sosialisasi. Menurut Elizabet B. Hurlock (1998: 250), proses sosialisasi meliputi
beberapa proses diantaranya sebagai berikut.
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, b. Memainkan peran sosial yang
diterima oleh lingkungannya,
c. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat ikut ambil bagian dalam aktivitas
kelompoknya atau dalam lingkungannya dengan teman atau orang dewasa yang lain.

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kematangan Sosial Anak Ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya perbedaan antara
keterampilan dan kematangan sosial seorang anak dengan lainnya, yaitu sebagai berikut.

a. Usta kronologis dan usta mental anal. Semakin bertambahnya usta anak, maka ta akan
semakin terampil. Arti nya, dengan semakin besar keterampilannya maka akan baik pula
kuali- tasnya.

b. Urutan anak.
Ada perbedaan perkembangan motorik anak menurut urutan kelahiran anak, yang
dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1998; 54), bahwa perkembangan anak yang lahir
kemudian, hal ini lebih dikarenakan adanya perbedaan rangsangan yang diberikan oleh
orang tuanya. Demikian juga dengan kondisi kematangan sosial anak hal ini dipengaruhi
oleh urutan anak. Anak pertama akan lebih banyak memerankan model sosial
dibandingkan dengan anak tengah ataupun anak bungsu.

C. Jenis kelamin. Jenis kelamin membedakan pola interaksi sosial antara anak perempuan
dengan anak laki-laki. Perbedaan pola interaksi karena akan memenga- ruhi juga pada
kematangan sosial anak. Dua anak yang usianya sama, tetapi berjenis kelamin yang
berbeda maka kematangan sosialnya pada aspek-aspek tertentu juga berbeda.

d.Keadaan sosial ekonomi. Kondisi perekonomian orang tua (keluarga) akan berdampak
pada sikap Interaksi sosial anak. Hal ini dapat digambarkan bahwa anak-anak yang
memiliki kepercayaan diri yang lebih baik maka anak akan memiliki kepercayaan diri yang
lebih baik pula. Pendapat seperti yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (2008):
Anak-anak yang mampu secara ekonomi akan memiliki berbagal kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan sosialnya sehingga dapat merasakan berbagal kesempatan
dan kondisi l
ingkungan yang berbeda.

Bab 4 buku

PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI


A. PENGERTIAN KEMANDIRIAN ANAK

Kemandirian (autonomi) harus mulai diperkenalkan kepada anak sedini mung- kin.
Dengan menanamkan kemandirian akan menghindarkan anak dari sifat ketergantungan
pada orang lain, dan yang terpenting dalam menumbuhkan keberanian anak dilakukan
dengan memberikan motivasi pada anak untuk terus mengetahui pengetahuan-
pengetahuan baru melalui pengawasan orang tua.

Menurut Bacharuddin Musthafa (2008: 75), kemandirian merupakan kemampuan untuk


mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang me nyertainya. Kemandirian pada
anak-anak terlihat ketika anak menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil
berbagal keputusan; dari memilih per- lengkapan belajar yang ingin digunakannya,
memilih teman bermain, sam- pal dengan memutuskan hal-hal yang relatif lebih rumit,
dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang lebih serius. Tumbuhnya
kemandirian pada anak-anak bersamaan dengan munculnya rasa takut (kekhawatiran)
da- lam berbagai bentuk dan Intensitasnya yang berbeda-beda. Rasa takut dalam hal yang
wajar dapat berfungsi sebagal "emosi perlindungan" (protective emo- tion) bagi anak-
anak, yang memungkinkannya mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan
kepada orang dewasa atau orang tuanya.

Sementara itu, menurut Syamsu Yusuf (2008:130), bahwa kemandirian merupakan


karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy personality). Kemandirian Individu
tercermin dari cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
dan mengembangkan diri, serta menye- suaikan diri secara konstruktif dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.

B. CIRI-CIRI KEMANDIRIAN ANAK


Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi
sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggan tungkan diri pada orang
lain, blasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau
ditunggui oleh orang tuanya baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain, kemana-
mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki
kemandirian, yang be- rani memutuskan pilihannya sendiri, tingkat kepercayaan dirinya
lebih tam- pak, serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain
maupun orang asing yang baru dikenalnya.

Menurut Zimmerman yang dikutip oleh Tillman dan Weiss (2000) bah- wa anak yang
mandiri itu adalah anak yang mempunyai kepercayaan diri dan motivasi intrinsik yang
tinggi. Zimmerman yakin bahwa kepercayaan diri dan motivasi intrinsik tersebut
merupakan kunci utama bagi kemandirian anak. Dengan kepercayaan dirinya, anak berani
tampil dan berekspresi di depan orang banyak atau di depan umum. Penampilannya tidak
terlihat malu-malu, kaku, atau canggung, tetapi ia mampu beraksi dengan wajar bahkan
menge- sankan. Sementara itu, motivasi intrinsik atau motivasi bawaan dapat mem- bawa
anak untuk berkembang lebih cepat, terutama perkembangan otak atau kognitifnya. Anak
yang memiliki motivasi tinggi ini dapat terlihat dari perilaku- nya yang aktif, kreatif, dan
memiliki sifat ingin tahu (curiositas) yang tinggi. Anak tersebut biasanya selalu banyak
bertanya dan serba ingin tahu, selalu mencobanya, mempraktikkannya, dan mencoba
sesuatu yang baru.
Sementara itu, menurut Pintrich (1999), anak mandiri itu adalah anak yang mampu
menggabungkan motivasi dan kognitifnya sekaligus. Artinya

C. UPAYA MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK

Pada prinsipnya, upaya mengembangkan kemandirian pada anak dengan memberikan


kesempatan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas. Semakin banyak kesempatan yang
diberikan pada anak maka anak akan semakin terampil mengembangkan skill-nya
sehingga lebih percaya diri. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
mengembangkan kemandirian anak ini, sebagaimana yang disarankan oleh Ratri Sunar
Astuti (2006: 49), yaitu sebagai berikut.

1. Anak-anak didorong agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-hari yang la jalani,
seperti mandi sendiri, gosok gigi, makan sendiri, bersisir, dan berpakaian segera setelah
mereka mampu melakukan sendiri.
2. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri, seperti memilih baju
yang akan dipakai. 3. Anak diberi kesempatan untuk bermain sendiri tanpa ditemani
sehingga terlatih untuk mengembangkan Ide dan berpikir untuk dirinya. Anak agar tidak
terjadi kecelakaan maka atur ruangan tempat bermain sehingga tidak ada barang yang
membahayakan.

4. Biarkan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri walaupun sering

membuat kesalahan.

5. Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak. Akan tetapi, apabila anak
tergantung pada kita maka beri dorongan untuk berinisiatif dan dukung keputusannya.

6. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya.

7. Melatih anak untuk mensosialisasi diri sehingga anak belajar menghadapi problem
sosial yang lebih kompleks. Apabila anak ragu-ragu atau takut cobalah menemaninya
terlebih dahulu sehingga anak tidak terpaksa.

8. Anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus rumah tangga, seperti
menyiram tanaman, membersihkan meja, dan menyapu ruangan. 9. Ketika anak mulai
memahami konsep waktu dorong mereka untuk me- ngatur jadwal pribadinya, seperti
kapan akan belajar, dan bermain. Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan
alasan-alasan pengaturan waktunya.
D. FAKTOR YANG MENDORONG TUMBUHNYA KEMAN. DIRIAN ANAK

Kemandirian sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Dalam riset terbaru mengenal
perkembangan kepercayaan diri dan kepercayaan antara anak dengan orang tua
ditemukan bahwa anak merasa aman maka anak akan lebih mau melakukan penjelajahan
sendiri, lebih mampu mengelola stres mempelajari keterampilan baru, dan berhubungan
dengan orang lain, serta memiliki kepercayaan lebih bahwa mereka cukup kompeten
untuk menghadapi lingkungan yang baru.

Untuk mendorong pertumbuhan dan kemandirian anak, Tracy Hogg dan Melinda Blau
dalam bukunya "Secrets of the Baby Whisperer for Toddlersa" mem perkenalkan konsep
baru yang disebut dengan HELP (Hold your self back, En courage exploration, Limit, and
Praise), menjelaskan lebih lanjut bahwa dengan menahan diri kita akan mengumpulkan
banyak informasi dengan memerhati- kan, mendengarkan, dan menyerap seluruh gambar
untuk menentukan karak- ter anak sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan dan
memahami proses re- spons anak tersebut pada lingkungan sekitar. Dengan menahan
diri, kita juga dapat mengirimkan sinyal bahwa la kompeten dan kita mempercayai anak
melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.

Sementara itu, mendorong anak untuk bereksplorasi merupakan upaya menunjukkan


pada anak untuk percaya pada kemampuannya dalam meng. hadapi kehidupan di
lingkungan sosialnya. Mengarahkan anak untuk berek sperimen dengan benda-benda,
orang, dan pada akhirnya muncul ide-ide yang baru. Dengan demikian anak akan lebih
terdorong untuk melakukan semua tindakan tanpa merasa takut dihantui oleh orang-
orang di sekitarnya.

E. KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK


Kemandirian belajar atau belajar mandiri (self-regulated learning) merupakan salah satu
faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar anak di taman kanak-kanak.
Kemandirian belajar anak dapat dibangun dan dikembangkan melalui scaffolding yang
sesuai, dengan mengikuti tahapan observasi diri, me- ngendalikan diri, dan akhirnya
sampai pada apa yang disebut 'anak mandiri'. Menurut Zimmerman dalam Pape et.al.,
(2003) yang dikutip oleh Nani

Ratnaningsih (2007: 50), terdapat tiga tahap kemandirian belajar, sebagai berikut.
1. Berpikir jauh ke depan. Dalam hal ini anak merencanakan perilaku kemandi- rian
dengan cara menganalisis tugas dan menentukan tujuan-tujuan.

Bab 5 buku

BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENGEM- BANGKAN PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK


USIA DINI
A. PENGERTIAN BIMBINGAN ORANG TUA

Para ahli memiliki pandangan yang berbeda dalam mengartikan bimbingan sesusai
dengan cara pandang dan teori yang digunakannya. Crow & Crow dalam Umar dan
Sartono (2001:9), menjelaskan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribad baik dan pendidikan yang
memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengembangkan
kegiatan-kegiatan hidupnya sendir membuat pilihannya sendiri, dan memikul bebannya
sendiri.
Menurut Stone dan Shertzer dalam Yusuf Gunawan (2001:40), bimbingan adalah "process
of helping individuals to understand themselves and their world", yaitu suatu proses
untuk menolong individu agar memahami diri mereka dan dunia mereka. Sejalan dengan
pendapat Stone, Dewa Ketut Sukardi (1999:65) mengartikan bimbingan sebagai
pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihannya,
penyelesaian, dan pemecahan per masalahan yang bertujuan membantu seseorang agar
bertambah kemampuan dan bertanggung jawab atas dirinya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses


bantuan dan pertolongan dari seseorang yang memiliki kepribadian mulia kepada orang
lain yang memerlukan secara terus-menerus agar orang itu mampu menentukan pilihan
sendiri, mengembangkan hidup sendiri, memahami diri, mampu menyelesaikan masalah
sendiri, dan bertang gung jawab terhadap konsekuensi-konsekuensi yang menyertainya.

Pengertian bimbingan tentu bukan cukup dengan memahami definisi dari bimbingan itu
sendiri, melainkan juga perlu memahami pengertian bimbingan orang tua terhadap
perilaku kemandirian anak usia diri.

B. PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKEMBANG KAN KEMANDIRIAN

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkem bangkan
kemandirian anak usla dini karena orang tua selain sebagal pemimpi juga sebagai guru
pertama, pembimbing, pengajar, fasilitator, dan sebaga teladan bagi anak-anaknya.

Anak adalah perwujudan cinta kasih orang tua, dan orang tua untuk menjadi
pelindungnya. Dengan memiliki anak mengubah banyak hal dalam kehidupan orang tua,
dan pada akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak, orang tua dituntut untuk siap menjadi
orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak agar dapat menjalankan
kehidupan masa depan mereka dengan baik.

Dalam perannya sebagai guru pertama, orang tua harus memerhatika masa depan anak-
anak agar dapat menjadi penerus bangsa. Bagi orang tu yang mengirimkan anak-anak ke
sekolah merupakan sebuah kewajiban yang disertal harapan-harapan agar anak dapat
memperoleh wawasan, dunia baru hidup bersosial, dan ilmu-ilmu yang diterima guna
mempersiapkan mereka menghadapi masa depan dengan baik. Sekolah bagi anak
merupakan dunia baru, suatu aktivitas baru, dan lingkungan baru. Fenomena yang terja
banyak anak-anak ketika awal-awal masuk Taman Kanak-Kanak (TK), merek menangis,
diantar, dan ditunggul orang tuanya, saudara, atau pembantuma ketika anak berada di
sekolah karena mereka memiliki ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran akan situasi
baru. Orang tua perlu mempersiapkan menta anak dengan baik untuk masuk dunia baru.

Orang tua sebagai pendidik memiliki kewajiban dalam memberikan beh dan landasan bagi
pendidikan, serta kehidupan anaknya di masa depan.

C. BENTUK-BENTUK BIMBINGAN ORANG TUA

Orang tua adalah guru yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki
peranan yang strategis dalam membimbing dan menumbuhkan perilaku kemandirian
anak. Bentuk-bentuk bimbingan orang tua untuk menumbuhkembangkan kemandirian
anak menurut Musthafa (2008), antara lain memberikan pilihan, pujian yang tulus,
dukungan, komunikasi dengan baik dan dialogis, memberikan keteladanan, pemecahan
masalah, pemahaman terhadap anak, dan pembiasaan. Berikut Ini penjelasan dari
Musthafa di atas.

1. Memberikan pilihan. Kemandirian adalah kemampuan menentukan pilihan dan


menerima kon- sekuensi yang menyertai pilihannya. Kemampuan itu tumbuh dan
berkem- bang secara optimal maka orang tua perlu memberikan alternatif atau pilihan
kepada anaknya. Misalnya, dengan menyediakan alat-alat bermain atau belajar lebih dari
satu jenis, buku dan alat tulis lainnya, dan bertanya kepada anak tentang alat mainan
yang disukainya sehingga anak dapat menentukan pilihannya sendiri.

2. Pujian yang tulus.

Pujian dan penghargaan yang tulus diberikan kepada anak ketika menda- patkan prestasi
atau melakukan sesuatu yang baik sesuai dengan norma yang disepakati. Demikian juga
ketika anak gagal setelah anak berusaha keras untuk mendapatkannya. Hal ini dapat
membantu menumbuhkan kemandiran pada diri anak.

3. Dukungan. Dalam menumbuhkembangkan kemandirian anak dukungan dan peng-


hargaan orang tua sangat diperlukan karena anak merasa dihargal keti- ka anak
melakukan sesuatu secara mandiri. Dukungan penghargaan inl diberikan baik dalam
bentuk verbal dengan mengatakan bagus', 'pintar, ketika anak melakukan sesuatu dengan
baik dan berhasil, atau dalam bentuk non verbal dengan memberikan hadiah berupa
benda (mainan) kepada anak. Hal ini dapat memotivasi anak lebih baik lagi.

4.Komunikasi dengan baik/dialogis. Komunikasi yang baik menunjukkan secara konkret


kepada anak-anak dan peduli terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak.
Bab 6 buku

BIMBINGAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK USIA


DINI

A. PENGERTIAN BIMBINGAN GURU

Para ahli dengan beragam pendapat dalam mengartikan bimbingan guru sesual dengan
pendekatan, wawasan, dan disiplin keilmuannya. Syaiful Bahri Djamarah (2005:4),
mengatakan bimbingan guru adalah upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan
sejumlah norma ke dalam jiwa anak didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan,
mempunyai sikap dan watak yang baik, yang cakap dan terampil, bersusila, dan berakhlak
mulia. Adapun bimbingan guru menurut Ernawulan Syaodih (2005:137), adalah bantuan
yang diberikan guru di Taman Kanak-Kanak (TK) terhadap anak didik baik bagi anak yang
dianggap mempunyai masalah maupun anak yang tidak menunjukkan adanya masalah
anak didik untuk mencapai perkembangan yang optimal.

Berdasarkan pendapat di atas maka bimbingan guru adalah proses bantuan yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi secara optimal
agar mereka memiliki ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan berakhlak mulia.
Dalam upaya mengembangkan potensi kemandirian anak agar lebih optimal, guru perlu
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan berkomunikasi dalam membimbing anak
didiknya sehingga mampu menja- lin hubungan yang harmonis dengan anak, serta
memfasilitasi perkembangan anak.

B. TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN

Tujuan umum adanya bimbingan di lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai
upaya memberikan arahan dan membantu anak didik lebih mengenal dirinya secara lebih
baik dan sempurna.

C. KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Guru adalah suri teladan (uswah) seluruh kepribadiannya adalah teladan yang baik bagi
anak didiknya. Setiap perbuatan yang diucapkan dan dilakukan guru akan menjadi contoh
teladan bagi anak didiknya. Dari profil guru yang mulia itulah akan terlahir pribadi anak
didik yang berakhlak mulia. Untuk itu, seorang guru tidak boleh berbuat atau berucap
yang mengarah pada hal-hal yang negatif karena dalam setiap langkah, ucapan dan
perbuatannya selalu dinilai, serta menjadi teladan bagi anak didiknya, bahkan menjadi
figur seorang yang memiliki kepribadian yang baik dan contoh tauladan bagi masyarakat
sekitarnya.

Untuk itu, kualifikasi akademik pendidik atau guru pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
sesual aturan yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 Pasal
25 Ayat (1) sebagai berikut.

1. Memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) dalam bidang pendidikan anak
usia dini yang diperoleh dari program studi terakredi- tasi.

2. Memiliki Ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) kependidikan lain yang relevan
atau psikologi dan memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD.

D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU

Tugas dan tanggung jawab guru dalam pengembangan profesi menurut Udin Syaefudin S.
(2009: 32), terdiri atas enam peran, yakni guru sebagai penga- Jar, pembimbing,
administrator kelas, pengembang kurikulum, pengembang profesi, dan membina
hubungan dengan masyarakat. Kaitannya dengan tu gas guru sebagai pembimbing, guru
hendaknya mampu memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya. Tugas ini meru pakan aspek mendidik sebab bukan hanya berkenaan
dengan penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan juga menyangkut pembinaan
kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa,

E. HUBUNGAN GURU DAN PESERTA DIDIK

Taman Kanak-Kanalt merupakan lingkungan tempat siswa belajar untuk hidup bersama
dalam cara berpikir yang positif, kreatif, dan saling membantu antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa yang lain.

Menurut Kartadinata (2003), bahwa hubungan guru dengan siswa terdiri atas empat
macam, yaleni terbuka dan demokratis, menghargal perbedaan In- dividu, mampu
menyembunyikan perasaan sedih atau gembira, tetapi menun Jukkan sikap wajar atau
emosi yang stabil, serta hangat dan menyenangkan.
Sementara itu, perilaku guru terhadap peserta didik dalam proses belajar mengajar terdiri
atas empat macam, yaltu merangsang inisiatif dan partisipasif; adil dan bijaksana;
bersikap positif terhadap siswa; memberikan informasi secara luas, dalam, dan jelas, dan
objektif dalam menilai hasil belajar.

F. BENTUK-BENTUK BIMBINGAN GURU

Bentuk-bentuk bimbingan atau layanan guru terhadap anak didiknya sangat banyak,
hampir meliputi seluruh aspek kehidupan anak didik itu sendiri. Guru di sekolah esensinya
sebagai pengganti orang tua anak didik, yang menggan tikan posisi orang tua dalam
memberikan nasihat kepada anak didik. Dengan melakukannya penuh kasih sayang
sebagaimana orang tua anak didik di ru mah. Guru juga harus memberikan layanan dan
pemecahan masalah yang di hadapi oleh peserta didik, seperti dalam kesulitan belajar,
memberikan solus kepada anak didik yang mempunyai masalah dengan temannya dalam
ber main atau bergaul, serta masalah-masalah lain yang dapat memengaruhi dan
mengganggu kelancaran belajar.

Bab 7 buku

KONSEP PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI


A. PENGERTIAN KREATIVITAS

Kreativitas merupakan salah satu Istilah yang sering digunakan dalam pene- Inian
psikologi masa kini dan sering digunakan dengan bebas di kalangan orang awam. Dedi
Supriadi (1994:6), menyatakan bahwa kreativitas merupa- kan ranah psikologis yang
kompleks dan multidimensional. Banyak definisi tentang kreativitas, namun tidak ada satu
definisi pun yang dapat diterima secara universal.

Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang.
Sudut pandang tersebut akan memengaruhi arti kreativitas. Selain itu, kreativitas juga
berdimensi sangat luas. Artinya, cakupannya meli- puti segenap potensi manusia.
Misalnya, Wahyudin (2003: 55) menyebutkan kre kreativitas. Selain itu, kreativitas juga
berdimensi sangat luas. Artinya, cakupannya meli- puti segenap potensi manusia.
Misalnya, Wahyudin (2003: 55) menyebutkan kreativitas merupakan daya cipta dalam arti
seluas-luasnya, yang memadu- kan pemikiran, imajinasi, ide-ide, dan perasaan-perasaan
yang memuaskan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kreativitas
diar- tikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Arti kreativitas di-
maknal sebagai kemampuan seseorang atau individu dalam menciptakan atau
menghasilkan kreasi baru, menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu agar lebih
mudah, efisien, dan efektif. Kreativitas juga blasa dimaknal sebagal upaya
mengembangkan cara lama atau penemuan lama yang sudah dianggap lama atau
ketinggalan zaman dan tidak efektif lagi.

Kreativitas mencakup segenap potensi kemanusiaan, secara filosofis dapat disejajarkan


dengan proses mencari identitas dirt, Jadi, segala eksprest manusia untuk menemukan
kesejatian diri dengan menjadi dirinya sendiri, bulan menjadi orang lain, Oleh karena itu,
proses kreatif masing-masing anak akan berbeda-beda.
B. HAKIKAT KREATIVITAS

Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan
sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif yang dapat dikembangkan sejak usia
dini. Bakat kreatif anak yang tidak dikembangkan sejak dini maka bakat tersebut tidak
berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pendidikan yang dapat
mengembangkan kreativitas anak.

C. CIRI-CIRI KREATIVITAS

titas dapat terwujud dalam segi lehidupan, di mana saja dan oleh siapa sa tidak
tergantung pada usia, jenis kelamin, headaan sosial ekonomi atau
tingkat pendidikan tertentu. Namun, bakat kreatif perlu dilatih dan dipupuk, serta
dikembangkan sejak usia dini.

Bachrudin Musthafa (2008: 78), menyebutkan bahwa kreativitas dapat dipahami melalui
batasan-batasan sebagai berikut.

1. Kreativitas pada esensinya merupakan bentuk pemecahan masalah (problem solving)


istimewa yang melibatkan persoalan yang memerlukan pemecahan yang tak biasa.

D. STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS

Salah satu prinsip pendidikan anak usia dini adalah bertujuan untuk merang- sang
munculnya kreativitas dan inovatif, serta mengembangkan kecakapan hidup anak.
Rangsangan yang diberikan bersifat menyeluruh dan mencakup semua aspek
perkembangan anak. Kreativitas merupakan salah satu kemam- puan yang akan
ditingkatkan dalam program pembelajaran.
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan
dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda- beda. Hal yang utama dalam
proses pendidikan adalah bakat kreatif dapat ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk itu,
perlu ditumbuhkan suasana kelas yang menghargai dan memupuk kreativitas dalam
segala aspek.

Pengembangan kreativitas anak di Taman Kanak-Kanak (TK) perlu dikemas dengan


strategi tertentu yang dapat mendorong munculnya kreativitas anak. Untuk
mengembangkan kreativitas anak salah satu model yang dapat diguna- kan adalah model
Treffinger. Model Treffinger merupakan salah satu model yang menangani masalah
kreativitas secara langsung dan memberikan saran- saran praktis bagaimana mencapai
keterpaduan. Dengan melibatkan, baik keterampilan kognitif maupun keterampilan
afektif pada setiap tingkatannya. Model Treffinger menunjukkan saling hubungan dan
ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

E. PENGUKURAN KREATIVITAS

Menurut Dedi Supriadi (2001: 24), ada lima macam pendekatan dalam me nilai
kreativitas, yaitu analisis objektif terhadap produk kreatif, pertimbangan subjektif,
inventori kepribadian, Inventori biografis, dan tes kreativitas. Per- tama, Analisis objektif.
Pendekatan analisis objektif adalah pendekatan yang bermaksud untuk menilai secara
langsung kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat
diobservasi wujud fisiknya. Kelebihan analisis objektif lalah metode ini secara langsung
menilai kreativitas yang melekat pada objeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahannya ialah
metode Ini hanya dapat digunakan terbatas pada produk-produk yang dapat diukur
kualitas intrinsiknya secara statistik dan tidak mudah melukiskan kreativitas suatu produk
berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari subjektivitas.

Kedua, pertimbangan subjektif. Pendekatan pertimbangan subjektif dalam menilal


kreativitas diarahkan kepada "orang" atau "produk" kreatif.

E. FAKTOR PENDUKUNG KREATIVITAS

merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikem. bangkan. Dalam
mengembangkan kreativitas tersebut, terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung
upaya menumbuhkembangkan kreativitas. Faktor- faktor yang dapat mendukung atau
mendorong munculnya kreativitas terse- but adalah lingkungan keluarga, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah adanya
kebebasan dan keamanan psikologis dalam diri anak untuk mengembangkan kondisi bagi
perkembang. an kreativitas. Di lingkungan sekolah, misalnya anak akan merasa bebas se-
cara psikologis jika terpenuhi suasana dan kondisi sebagai berikut.

1. Guru menerima anak sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, serta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya anak baik dan
mampu. 2. Guru mengusahakan suasana agar anak tidak merasa dinilai dalam arti

yang bersifat mengancam. 3. Guru memberikan pengertian dalam arti dapat memahami
pemikiran, perasaan dan perilaku anak sehingga guru dapat merasakan diri dalam situasi
anak dan melihat dari sudut pandang anak.

Lingkungan (termasuk orang tua dalam keluarga dan guru di sekolah) berperan penting
untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi- potensi kreatif pada anak. Hal Ini
dapat dilakukan dengan cara menstimulasi anak dengan mengajak berpikir kreatif.
Menurut Mayang Sari (2009:29), bentuk-bentuk peran lingkungan dalam
mengembangkan kreativitas anak sebagai berikut.

1. Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkannya.


2. Memberikan waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan ber- khayal.

G. FAKTOR PENGHAMBAT KREATIVITAS

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai perlakuan dan tindakan anak dengan
berbagai pola dan tingkah lakunya. Artinya, ekspresi kreativitas anab kerap menimbulkan
efek kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya, orang tua melarang anak merobek-robek
kertas karena takut rumah jadi kotor, atay berteriak, marah-marah saat anak main pasir
karena takut kena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda,
ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, dan melakukan
eksperimen. Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh darl
sekian banyak faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.

Bab 8 buku

KONSEP BELAJAR MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI


A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK BERMAIN
Belajar melalul bermain merupakan satu teknik pengajaran dan pembelajar- an yang
berkesan kepada anak usia dini. Dengan melalui teknik ini juga akani mendatangkan
kesenangan dan kepuasan kepada mereka dalam suatu prog ram yang hendak
disampaikan. Misalnya, melalui bermain anak-anak akan dapat menguasal perkembangan
dan keterampilan fisik dan penguasaan ba hasa dari segi perbendaharaan, serta
peraturan tata bahasa.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Beberapa ahli pologi mengatakan
bahwa bermain sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Dengan
demikian, dalam proses pembelajaran PAUD bukan menekankan terhadap kemampuan
menguasai materi melainkan proses belajar melalui bermain. Dengan bermain dapat
menumbuhkan kesenangan a terhadap belajar. Selanjutnya, anak akan dapat
memperkayalmemperluas pengalaman bermain yang bermakna.

B. ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI

Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada diri anak karena be main
merupakan kodrat bagi setiap anak. Solehuddin (2000:85) menyata

kan bahwa bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat
dunt, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, menyenangkan
dan fleksibel. Selain itu, bermain bagi anak merupakan upaya menuhi tiga kebutuhan
sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi, dan stimu pendidikan.

C FUNGSI BERMAIN BAGI PERKEMBANGAN ANAK

Bermain merupakan salah satu sarana untuk belajar mengembangkan akal da fisik,
bahkan merupakan sarana pengembangan pengetahuan, pembentuk kepribadian dan
akhlak, serta sarana mendidik potensi kehidupan, Tokoh terkemuka Imam al-Chazali
dalam Wahyudin (2003: 59), juga menekankan pentingnya bermain bagi anak, la
menyatakan bahwa anak usia dini hendaknya diberi kesempatan bermain. Melarang
bermain dan menyibukkannya dengan
demi sedikit meny

puan sosialnya

D. PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERMAIN


Bermain merupakan cerminan perkembangan anak Anak melalui bermain akan belajar
mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami duntanya Anak juga dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan
dengan teman, bertingkah laku sesuai

E. MACAM-MACAM PERMAINAN

Bentuk permainan anak tentu sangat bervariasi Jenis dan bentuk permainan antara satu
dengan lainnya baik antardaerah etnis maupun bangsa. Ki Hajar Dewantara (1948:21),
menulis bahwa H. Overbeck telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-
anak yang ada di Indonesia. Setiap waktu per mainan baru akan muncul sehingga jenis
permainan semakin hari semakin ber tambah seiring dengan perubahan zaman. Namun,
menurut Suyanto (2005: 123), dari berbagai jenis permainan, pada dasarnya jenis
permainan anak da- pat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Permainan fisik, yaitu permainan yang banyak menggunakan kegiatan fisik, seperti
bermain kejar-kejaran. 2. Lagu anak-analı, yaitu lagu yang dinyanyikan sambil bergerak,
menari,

atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang.

3. Bermain teka-teki dan berpikir logis matematis, yaitu permainan yang tujuannya
mengembangkan kemampuan berpikir logis dan matematis. 4. Bermain dengan benda-
benda, yaitu bermain dengan objek seperti air, pasir,

dan balok yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan. 5. Bermain peran,
yaitu permainan untuk mengembangkan kemampuan bahasa, homunikasi, dan
memahami peran-peran dalam masyarakat.

F. PENGGUNAAN ALAT DAN PENATAAN LINGKUNGAN BERMAIN

Anak-anak menggunakan alat permainan untuk membantu mereka meng. hadirkan


konsep dalam pikiran anak secara konkret. Hal ini mengingat anak usia dini merupakan
anak-anak yang berada dalam tahapan perkembangan sensorimotor dan praoperasional
yang membutuhkan benda-benda konkret

G. TEORI-TEORI BELAJAR MELALUI BERMAIN


Pembahasan mengenal konsep belajar melalui bermain pada anak usia dini, terdapat dua
macam teori yang mencoba menjawab terhadap pertanyaan- pertanyaan alasan anak usia
dini suka bermain dan peran bermain bagi anak din Penjelasan tersebut yakni berupa
teori klasie dan teori modern.

Bab 9

KONSEP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI


A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
Pembelajaran anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan kemampuan dan sikap belajar pada tahap yang lebih lanjut. Proses
pembelajaran peran guru bukan semata-mata memberikan Informasi, melainkan juga
mengarahkan, dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning), agar
proses belajar menjadi efektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohammad Ali
(2007: 66), bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan dalam merekayasa
lingkungan agar terjadi belajar pada Individu siswa.

Pembelajaran menurut Nana Sudjana (1991: 5), berasal dari kata belajar, yang artinya
suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecende- rungan tingkah laku
sebagai hasil dari praktik atau latihan. Perubahan tingkah aku individu sebagal hasil
belajar ditunjukan dalam berbagai aspek, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
persepsi, motivasi atau gabungan dari aspek-aspek tersebut.

Pembelajaran menggambarkan interaksi dinamis antara unsur-unsur yang terlibat dalam


pembelajaran, yaitu pendidik, peserta didik, materi, sa- rana, proses, keluaran dan
pengaruh kegiatan pembelajaran sehingga pembel ran cenderung sebagal hegiatan yang
dilakukan untuk mengoordinasikan seseorang agar dapat melakukan proses belajar.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidik an Nasional Pasal
1, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

B. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh dan peserta didik
dalam mencapai tujuan instruksional untuk satuan instruk sional tertentu. Pendekatan
pembelajaran tentu tidak harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas
dan terencana. Artinya, menta suatu pendekatan harus disesuaikan dengan kebutuhan
tertentu. guru

Menurut Santoso (2002: 2), ada tiga cara pendekatan yang dapat dilaku kan oleh pendidik
dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan situasi, tu juan, usia, tingkat kematangan,
dan etika. Ketiga pendekatan tersebut adalah (1) otoriter, yaitu cara mendidik yang
bersifat keras, tegas, dan harus dilaku- kan oleh anak setelah diperitah oleh pendidik; (2)
permisif, yaitu lebih banyak memberikan kebebasan pada anak untuk bertindak, berbuat
dan bereksprest (3) demokratis, yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk
menampilkan kreativitasnya, tetapi dengan penuh bimbingan pendidik.

Sebagaimana telah diketahui bahwa pembelajaran bagi anak usia dini berbeda dengan
pembelajaran usia lainnya sehingga pendekatan yang digunakan dalam mendidik anak
usia dini pun disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak. Berikut ini pendekatan
yang dapat digunakan dalam pembelajaran bagi anak usia dini menurut Direktorat
Pendidikan Anak Dini Usia (2005:5)

1. Berorientasi pada kebutuhan anak.


Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada bebutuhan
anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehat an, dan gizi yang dilaksanakan
secara integratif serta holistik. 2. Belajar melalui bermain.
Bermain merupakan salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegitan pendidikan anak
usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi bahan, dan media yang menarik
agar mudah diikuti oleh anak.

C. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam
mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien. Sesual dengan tuntutan dan
karakteristik berbeda antara anak dengan orang dewasa. Untuk itu, guru perlu
menyiapkan suatu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak secara
optimal sehingga diharapkan tumbuhnya sikap dan kebiasaan berperilaku positif, yang
mendukung pengembangan berbagai potensi dan kemampuan anak.

Menurut Solehudin (2004:77), pemahaman dan penguasaan metode pembelajaran anak


merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh guru praseko- lah. Pertama, sesuai dengan
karakteristik anak yang lazimnya aktif dan punya kemampuan untuk berkreasi sehingga
metode pembelajaran bagi anak usia prasekolah adalah yang berpusat pada anak.
Artinya, anak diberi kesempat- an yang luas untuk berbuat aktif baik secara fisik maupun
mental. Kedua, anak pada dasarnya belajar pada situasi yang holistik maka cara
pembelajar an terpadu dipandang cocok untuk diterapkan bagi anak prasekolah.
D. PROSES PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

Anak usia dini merupakan masa atau kesempatan emas bagi anak untuk belajar. Oleh
sebab itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik- baiknya untuk proses belajar
anak. Mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini ditandai dengan suka
mencoba hal-hal yang baru la kenal dan banyak bertanya.

Orang tua dan pendidik harus memerhatikan cara belajar pada anak usia dini bukan
berorientasi dalam mengejar prestasi, meliankan orientasi belajar

E. PERENCANAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI


Proses pembelajaran merupakan hal yang utama dan harus disiapkan oleh guru dengan
perencanaan yang matang. Perencanaan sangat penting keberadaannya dalam proses
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) karena memungkinkan anak diberi kesempatan
terbaik untuk memperoleh kemajuan dalam perkembangan dan belajarnya. Dengan
perencanaan yang baik, guru dapat memahami perannya dan tugas-tugas yang harus
dicapai anak untuk berkembang dan belajar. Untuk itu, guru dapat menyediakan sumber-
sumber belajar untuk mendukung perkembangan kreativitas dan proses belajar anak.

Dalam mengembangkan rencana kegiatan pengembangan pembelajaran di TK seyogianya


guru PAUD berdasarkan Permendiknas Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat (2), suatu
perencanaan pembelajaran dapat mengem- bangkan mulal dari Program Semester
(Prosem), Rencana Pelaksanaan Pem- belajaran Mingguan (RPPM), dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian
apal pada setiap pertemuan.

F. PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN

Okhas paling penting dalam proses pembelajaran pada anak usia dini atau pada TK adalah
pembelajaran melalui bermain. Sesuai dengan kodratnya bahwa setiap anak menyukal
bermain. Anak usia dini sebagian besar menghabiskan waktunya untuk bermain, baik
sendiri, dengan teman sebaya, maupun dengan sang yang lebih dewasa. Bentuk
permainannya pun juga beragam. Berdasarkan leomena tersebut, para ahli pendidikan
dan psikologi menentukan bahwa bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan
pembelajaran pada anake adini. Oleh karena itu, bermain menjadi esensi dan harus
menjadi jiwa dari gap kegiatan pembelajaran anak usia dini.
Kegiatan bermain pada anak perlu mendapat perhatian oleh para pen- Pembelajaran
pada anak usia dini banyak yang terstruktur dan formal hingga membuat anak untuk
bermain sambil belajar semakin sempit. Efek ng ditimbulkan kemudian pada anak adalah
rasa bosan dan jenuh karena lam benak mereka yang terbayang hanya belajar, tampil ke
depan disuruh pni untuk menulis, membaca, dan menghitung. Akibatnya, kurang ada
herinduan dalam benak anak untuk pergi ke sekolah karena merasa senang
sumber daya alam

G. TUJUAN PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI

Kompetensi pembelajaran pendidikan pada anak usia dini terdiri dari aspek moral agama,
sosial emosional, bahasa, fisik motorik, kognitif, dan seni Tujuan pembelajaran pada anak
usia dini ini harus dikemas secara khusus,
dengan tujuan pembelajaran yang bersifat menank dengan seluruh program
pembelajaran

Pembelajaran yang diberikan kepada anak harus berdasarkan kebutuhan menyeluruh dan
dijabarkan be dalam tujuan yang lebih spesif mencaleup aspek-aspek sebagai berikut

1. Pengembangan kemampuan fisik melalui berbagai aktivit 2. Pengembangan intelegensi


melalui berbagai kegiatan dan pengalaman

yang berguna

1 Pengembangan kecerdasan emos 4 Pengembangan kecerdasan spintual melalul tugas


yang dapat membed

kan pengalaman dan pemahaman terhadap keagamaan 5. Menyesuaikan diri secara


sosial

6. Mengembangkan bahasa dan komunal dengan memberikan patan untuk


mengekspresikan paran dan pendapat secara wer

belajar berkomunas terhadap orang lain deng

H. MATERI PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan siswa ke arah pertumbuhan, perkembangan fisik (koordinasi,
motorik halus, dan kasar) dan kecerdasan (daya pikir, daya kreasi, kecerdasan emosi, dan
kecerdasan spiritual). Lingkup materi meliputi program pengembangan yang disajikan
dalam bentuk tema dan subtema. Tema dan subtema tersebut disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak, karakteristik, kebutuhan, dan budaya lokal. Pelaksanaan tema dan
subtema pada anak usia dini dilakukan melalui bermain dan pembiasaan. Tema dan
subtema tersebut kemudian dikembangkan melalui muatan unsur-unsur nilal agama dan
moral, kemampuan berpikir, berbahasa, sosial-emosional, fisik motorik, dan seni.

Kemampuan kemampuan belajar anak di atas, merupakan dasar perumus

an kompetensi dan hasil belajar yang meliputi: 1. pengembangan nilai agama dan moral,

2. pengembangan fisik,
3. pengembangan bahasa,
4. pengembangan kognitif,
5. pengembangan sosial emosional, dan 6. pengembangan seni (estetik).
Dari keenam aspek perkembangan tersebut, dapat dikelompokkan men jadi dua
kelompok, yaitu bidang pengembangan pembentukan perilaku

Bab 10 buku

KONSEP DASAR LITERASI DINI

A. PENGERTIAN DASAR LITERASI

Istilah literasi (literacy) sudah berkembang cukup lama. Makna literasi mengalami
perubahan dari waktu ke waktu sehingga didefinisikan dengan cakupan yang sangat luas.
Bloome dalam Suyanto (2005: 35), mengatakan bahwa literasi itu sifatnya dinamis dan
relatif sehingga hanya dan dari suatu negara atau budaya ke negara atau budaya yang
lain. Sementara itu, menurut Graff dan Gee, literasi bukan suatu keterampilan atau
fenomena tunggal. Uterasi merupakan konsep yang tidak pernah berakhir. Dinamis dan
relatifnya pengertian literasi tersebut lebih lanjut tampak pada bahasan pengertian
berikut ini.

B. LITERASI DINI
Uterasi dini (emergent literacy) adalah suatu pembentukan keterampilan baca Tulls yang
diketahui awal sebelum anak sekolah. Kemampuan awal anak dalam hal baca tulis lahir
karena keingintahuan anak dan kemauan yang tinggi untuk mengetahui sesuatu. Selain
itu, anak yang bermain dengan temannya atau saudaranya yang sudah mampu baca tulis
juga dapat mendorong anak berkeinginan untuk mampu melakukan baca tulis. Tole &
Sulzby dalam Cooper (1997:9) mengemukakan:

Emergent literacy is the idea that children grow into reading and writing with no real
beginning or ending point, that reading and writing develop concurrently, Interrelated,
and according to no one "right" sequence, or order. This process begins log before
children enter school, through their interactions with peers and adults.
C. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

Pengetahuan tentang perkembangan bahasa anak usia dini akan sangat membantu
tercapainya pembelajaran keterampilan dasar bahasa yang optimal. Bagi orang tua dan
guru, pemahaman tentang perkembangan bahasa anal sta dini sangat diperlukan untuk
membantu mereka dalam meningkatkan perkembangan kemampuan bahasa anak
tersebut.

Secara naluriah, anak memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan ling kungan yang
telah diwujudkan sejak lahir. Berikut ini beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa anak.

1. Pengaruh biologis terhadap perkembangan bahasa anak.

Pakar bahasa Naom Chomsky dalam Santrok (1995: 180), yakin bahwa manusia terikat
secara biologis untuk mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu.
Lebih lanjut Chomsky menyatakan bahwa hal yang tidak dapat ditolak pada evolusi
biologis membentuk manusia menjadi makhluk linguistik, la mengatakan bahwa anak-
anak dfahirkan ke dunia dengan alat penguasaan bahasa Language Acquisition Device
(LAD), yaitu suatu keterikatan biologis yang memudahkan anak un- tuk mendeteks
kategori bahasa tertentu, seperti fonologi, sintaksis, dan semantik, LAD menurut Chomsky
lalah suatu kemampuan tata bahasa bawaan yang mendasari semua bahasa.

D. PENATAAN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR BAHASA

Penataan lingkungan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran


keterampilan dasar bahasa anak usia dini. Pentingnya penataan lingkungan bagi
optimalisasi pembelajaran diungkapkan oleh Anziano dalam Ritayanti (2008: 59), yang
menyatakan "The design of indoor and outdoor spo ces and choices of materials and
equipment encourages or restricts children exper ence, affecting behavior, and even their
emotion". Menurut Anziano, penataan ruang kelas atau di luar kelas dan pilihan benda-
benda atau perlengkapan dapat mengembangkan, serta membatasi pengalaman anak,
perilaku, bahkan emosi anak. Oleh karenanya, Anziano menyarankan agar orang tua atau
guru memberikan fasilitas dan perlengkapan yang memadai pada anak dengan ber bagal
pilihan benda-benda mainan yang beragam dan bervariasi baik di da lam kelas maupun di
luar kelas. Kelengkapan mainan dan pilihan benda-benda yang beragam tersebut dapat
mengembangkan bakat, pengalaman, perilaku, dan bahkan emosi anak-anak.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dodge (1998: 15), yang menyatakan "young children
learn by actively exploring and interacting with their physical environment. A well-
organized and rich environment enhances learning and growth". Dodge menggambarkan
bahwa anak-anak belajar melalui eksplorasi dan Interaksi dengan lingkungannya, dalam
rangka memperkaya pengalaman dan

E.TEORI-TEORI PEMBELAJARAN KETERAMPILANDASAR BAHASA ANAK

Beberapa ahli berpendapat bahwa bahasa merupakan kemampuan yang di- bawa sejak
lahir, sedangkan para ahli lain berpendapat adanya pengaruh fak- tor baik eksternal
maupun internal terhadap kemampuan bahasa. Uraian di bawah ini akan menjelaskan
beberapa teori pengembangan bahasa yang sehu- bungan dengan adanya perbedaan
pendapat di antara para ahli tersebut.

1. Teori Nativis

Salah satu teori yang paling terkenal dalam teori pembelajaran keterampilan dasar
bahasa ini adalah teori Nativis. Teori Nativis ini berpandangan bahwa ada unsur
keterkaitan yang erat antara faktor biologis dengan perkembangan bahasa. Menurut
aliran Nativis ini, terdapat peran evolusi biologis dalam membentuk individu untuk
menjadi makhluk linguistik. Sejalan dengan pertumbuhan fisik dan mental anak maka
perkembangan bahasa menjadi lebih baik dan meningkat. Sebagaimana dikemukakan
oleh Chomsky dalam Dhieni (2005:2-3), bahwa setiap anak yang dilahirkan dilengkapi
dengan alat

F. PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR BAHASA ANAK

Pembelajaran menunjukkan suatu situasi dimana anak mempelajari bahan pelajaran


sebagal akibat tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru. Pembel ajaran itu sendiri
adalah sistem karena di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen. Komponen-
komponen pembelajaran itu antara la meliputi guru, anak, sarana dan prasarana, serta
lingkungan. Keempat kon ponen pembelajaran ini saling berkait dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Selain keempat komponen di atas, di dalam
pembelajaran Juga terdapat tiga kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran,
mela sanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran. Ketiga kegiata pokok
tersebut dapat diuraikan

Bab 11 buku

PROGRAM PEMBELAJARAN PAUD HOLISTIK-INTEGRATIF

A. PENGERTIAN PROGRAM PEMBELAJARAN PAUD HOLISTIK

Pelaksanaan program pembelajaran di PAUD holistik-integratif dituntut agar dapat


melaksanakan program tersebut secara holistik. Holistik artinya utuh dan menyeluruh,
yaitu penyelenggaraan program pembelajaran di PAUD dilak sanakan dalam rangka
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan Jasmani dan rohani anak usia dini secara
utuh dan menyeluruh. Program pembelajaran di PAUD bukan hanya melaksanakan aspek
pendidikan saja, melainkan juga masalah gizi dan kesehatan. Integratif/terpadu
merupakan penanganan pada anak usia dini yang dilakukan secara terpadu di tingkat
masyarakat dimulai dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat. Program
pembelajaran di PAUD, seyogianya dilaksanakan dalam rangka upaya membangun
manusia utuh dan sehat serta mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan lebih lanjut.
Pemerintah juga menekankan pembelajaran PAUD holistik-integratif dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 yang menjelas kan bahwa
pengembangan anak usia dini holistik-integratif merupakan upaya pengembangan anak
usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan
saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegras. Hal ini mengingat anak usia dini
merupakan anak yang sejak janin dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun yang
dikelompokkan atas Janin dalam kandungan sampai lahir. Lahir sampai dengan usia 28
hari, usia 1 sampal dengan 24 bulan, dan usla 2 sampai dengan 6 tahun yang merupakan
awal pertumbuhan dan pembelajaran untuk perkembangan di masa menda- tang yang
baik.

B. TUJUAN PROGRAM PEMBELAJARAN PAUD HOLISTIK


Tujuan program pembelajaran PAUD holistik mengacu pada Peraturan Presi den Nomor
60 Tahun 2013 Pasal 2, yaitu pengembangan anak usia din holistik-integratif dapat
terwujudnya anak Indonesia yang sehat, cerdas, ce ria, dan berakhlak mulia.
Pembelajaran PAUD holistik-integratif memiliki tu Juan khusus sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 60 Tahun 2013 Pasa! 2 ayat (2) diantaranya terpenuhinya kebutuhan
esensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan,
pembinaan moral- emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang se- cara optimal sesuai kelompok umur. Pembelajaran PAUD holistik untuk
mem- bantu masyarakat dan pemerintah untuk menggarap PAUD di semua lapisan
masyarakat, dalam rangka melahirkan sumber daya manusia di masa datang yang cerdas
dan berkualitas, sehat dan ceria serta memiliki kemampuan fisik dan mental dalam
memasuki pendidikan usia dasar.

Tujuan khusus dari program pembelajaran PAUD holistik-integratif ber- dasarkan


Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 Pasal 2 Ayat (2) sebaga berikut.
1. Membentuk anak berkepribadian utuh sejak dini. 2. Terpenuhinya gizi, kesehatan, dan
pendidikan bagi anak secara terpadu dalam rangka mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal kelompok umur.
yaltu aspek seni dan life skill anak.

C. SASARAN PROGRAM PEMBELAJARAN PAUD HOLISTIK

Pembelajaran PAUD Holistik-Integratif/terpadu berupa program layanan pen- didikan bagi


anak usia dini yang menyelenggarakan lebih dari satu program PAUD (TK, KB, TPA, dan
SPS) yang dalam pembinaan, penyelenggaraan, dan pengelolaannya dilakukan secara
terpadu atau terkoordinasi. Hal tersebut Juga sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 bahwa satuan atau program PAUD adalah layanan
PAUD yang dilaksa nakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-
kanak (TK)/ Raudatul Athfal (RA)/Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Dimana PAUD pada Jalur
pendidikan formal termasuk di dalamnya yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) dan/Raudathul
Atfhal (RA). Sementara itu, PAUD jalur pendidikan nonformal berupa Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sasaran program
pembelajaran PAUD holistik ini adalah anak usia 6 bulan sampai dengan enam tahun
dengan pembagian kelompok usia sebagai berikut.
1. Kelompok usia 6 bulan-2,5 tahun.
Pada usia ini, anak mulai mengenal dan tertarik dengan kehadiran orang, adanya
benda,dan tempat di sekelilingnya, dengan mulai menemukakan cara baru untuk
mengungkapkan perasaan senang, takut, kecewa, dan rasa ingin tahunya.

D. MATERI PROGRAM PEMBELAJARAN PAUD HOLISTIK

Pembelajaran PAUD holistik-integratif/terpadu dilaksanakan berdasarkan tema tema yang


dekat dengan kehidupan lingkungan anak. Untuk selanjut- nya dikembangkan dalam
bentuk satuan silabi atau satuan kegiatan harian maupun mingguan dengan pendekatan
menyeluruh/terpadu. Satuan kegiat- an mingguan dan harian disusun oleh guru/pendidik
yang mengacu pada acuan menu pembelajaran berdasarkan aspek-aspek perkembangan
anak yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Isi atau materi program
pembelajaran PAUD holistik ini meliputi sebagai berikut.

1. Mengembangkan aspek perkembangan anak, meliputi moral agama, kognitif, fisik


motorik, seni, bahasa, sosial emosional, dan life skill. 2. Mengembangkan multiple
intelligence (berbagai aspek kecerdasan), seperti kecerdasan kinestetik, musikal,
interpersonal, intrapersonal, linguistik, dan naturalistik.

E. PELAKSANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN PAUD HOLISTIK

Pelaksanaan program pembelajaran PAUD holistik dapat dilakukan dimulai


dari perencanaan pembelajaran proses pembelajaran, strategi pembelajaran,
dan media yang digunakan. Berikut ini penjelasannya. Perencanaan Pembelajaran

Arencanaan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan suatu proses belajaran. Guru


sangat dituntut untuk mampu membuat rencana yang t. Oleh karena itu, komponen-
komponen dalam perencanaan pembela harus disusun sistematis dan sistemik. Adapun
perencanaan program UD yang holistik adalah sebagai berikut.
Perencanaan dibuat dengan memerhatikan indikator perkembangan anak sebagai salah
satu bahan dalam membuat perencanaan. Perencanaan dibuat dengan temuan sebagai
pembungkus konsep yang akan diberikan
Perencanaan dibuat dengan kegiatan-kegiatan yang bermacam-macam. Dalam
perencanaan memuat kegiatan-kegiatan yang cukup banyak seperti membuka rencana
sentra balot. Perencanaan dibuat dengan masuk akal, dan setiap perencanaan yang
buat selalu mencantumkan alat atau bahan yang dibutuhkannya.Kemudian, tahap tahap
dalam menyusun rencana belajar di dalam program dapat dilakukan dengan mempelajari
dokumen, menyusun rencana belajar tahunan, menentukan tema dalam alokasi waktu
selama setahun, menyusun na hegtan belajar bulanan, mingguan, dan menetapkan alat
permainan jang diperlukan untult begiatan sentra.

BAB III

PEMBAHASAN ISI BUKU

A. Pembahasan
 Menurut buku Utama, Karl Mark (2003: 104-105) guru profesuonal memiliki 5
aspek: knowledgeable, teaching learning skills, utilizing technologi, good
professional attitude, dynamic curriculum. Sedangkan Menurut Syafaruddin dan
Asrul(2015: 185) adapun kompetensi guru professional antara lain meliputi:
kemampuan untuk mengembangkan pribadi peserta didik, khusunya kemampuan
intelektual, serta membawa peserta didik menjadi warga Negara dan masyarakat
yang bersatu berdasarkan pancasila

Menurut Pendapat dua diatas guru professional memiliki 4 kompetensi: kompetensi


paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.

 Menurut buku Mark (2003: 75) Fungsi kepemimpinan memiliki 3 unsur :


1. Menanmpung segala bentuk aspirasi
2. Menetapkan struktur tugas, kewajiban, tanggung jawab dan hak masing-masing
3. Membudayakan mutu yang baik dalam segala hal

Sedangkan menurut buku Pembanding karya Syafaruddin dan Asrul ( 2015: 141) Fungsi
utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekarja
antara lain:

1. Pemimpin membantu terciptany suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh


kebebasan
2. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menciptakan dan
menjelaskan tujuan
3. Pemimpinan membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling praktis dan efektif
4. Pemimpinan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok
5. Pemimpinan bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi

Menurut Pendapat dua diatas fungsi utama pemimpin : menjalankan wewenang


kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan
bekerja sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi.

 Menurut Mark (2003: )Konteks sekolah terpusat antara lain: konteks budaya,
fungsi dan kualitas

Sedangkan menurut buku Syafaruddin dan Asrul ( 2015: 37) Elemen organisasi dalam
konteks sekolah ada 4 yaitu:

1) Teknologi
2) Struktur
3) Orang
4) Budaya

Menurut Pendapat dua diatas Elemen organisasi di sekolah yaitu : manusia, budaya dan
teknologi

B. Kelebihan Buku
 Cover buku yang tampak bagus dan menarik serta penuh inspiratif dalam tampilan
warna dan dekorasi gambarnya. sehingga tampilan buku membuat pembaca
menarik mengkaji isi dalamnya
 Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah :
ukuran huruf tulisan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga pembaca
mudah dalam membaca isi bukuMenggunakan komunikatif artinya mudah di
pahami
 Isi buku dalamnya memuat ulasan mulai dari konseptualisasi kepemimpinan
mengembangkan pemimpin, mengembangkan kepemimpinan guru sebagai
pimpinan perspektif kepemimpinan dalam praktek
C. Kelemahan Buku
 Walaupun dalam buku ini sudah cukup bagus tetapi masih ada hal-hal penting yang
tidak dicantumkan, diantaranya efektivitas kepemimpinan pendidikan
 Ada beberapa bab yang tidak memiliki rangkuman di akhir bab
BAB IV Implikasi
A. Implikasi terhadap teori
Keterampilan dasar dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki implikasi yang
signifikan terhadap teori dan praktik pendidikan dalam buku PAUD. Beberapa implikasi
utama meliputi:
1. *Pengembangan Kurikulum*: Teori keterampilan dasar memengaruhi cara kurikulum
dalam buku PAUD dirancang. Kurikulum perlu menekankan pengembangan keterampilan
dasar sebagai inti dari pendidikan anak usia dini.
2. *Pendekatan Pembelajaran*: Teori-teori tentang keterampilan dasar dapat mengarah
pada penggunaan pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada pengalaman,
bermain, dan eksplorasi. Hal ini mencerminkan pentingnya pengalaman langsung dalam
pembelajaran anak-anak.
3. *Penilaian dan Evaluasi*: Buku PAUD perlu mempertimbangkan cara-cara yang efektif
untuk mengevaluasi perkembangan keterampilan dasar. Ini dapat melibatkan pendekatan
penilaian formatif dan holistik.
4. *Pelatihan Guru*: Guru dan pengasuh dalam PAUD perlu mendapatkan pelatihan yang
relevan untuk memahami dan mendukung perkembangan keterampilan dasar anak-anak.
Buku PAUD dapat berperan dalam memberikan panduan ini.
5. *Pendekatan Interdisipliner*: Keterampilan dasar melibatkan berbagai aspek
perkembangan anak, seperti fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Buku PAUD perlu
menggabungkan pendekatan interdisipliner untuk mengatasi semua aspek ini.
6. *Keterlibatan Orang Tua*: Buku PAUD dapat mempromosikan keterlibatan orang tua
dalam pengembangan keterampilan dasar anak-anak. Ini melibatkan pendidikan orang tua
tentang pentingnya dan cara mendukung perkembangan keterampilan dasar anak.
Adaptasi Terhadap Kebutuhan Khusus*: Buku PAUD juga harus mempertimbangkan
anak-anak dengan kebutuhan khusus dan menyediakan pedoman untuk mendukung
perkembangan mereka dalam konteks PAUD.
Dengan memahami implikasi teori keterampilan dasar, buku PAUD dapat menjadi alat
yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan anak usia dini dan membantu
menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
B. Implikasi terhadap program bangunan di Indonesia

Keterampilan dasar dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki beberapa
implikasi terhadap program pendidikan di Indonesia, terutama dalam konteks
pembangunan pendidikan di negara ini:

1. *Pengintegrasian PAUD dalam Sistem Pendidikan*: Penting untuk mengintegrasikan


pendidikan anak usia dini, yang menekankan keterampilan dasar, dalam sistem pendidikan
nasional. Ini memerlukan kerjasama antara lembaga-lembaga PAUD dan lembaga
pendidikan formal lainnya.
2. *Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterampilan Dasar*: Program pendidikan di
Indonesia perlu mengembangkan kurikulum yang kuat, berfokus pada pengembangan
keterampilan dasar pada anak-anak usia dini. Ini dapat mencakup komponen seperti
keterampilan sosial, bahasa, kognitif, motorik, dan kemandirian.
3. *Pelatihan Guru PAUD*: Pelatihan guru PAUD menjadi kunci dalam memastikan
mereka memahami dan mampu mengimplementasikan pendekatan yang sesuai untuk
mengembangkan keterampilan dasar anak-anak. Program pelatihan guru perlu
ditingkatkan.
4. *Akses Universal*: Program pendidikan harus berusaha untuk memberikan akses
universal kepada anak-anak di seluruh Indonesia, terutama yang tinggal di daerah terpencil
atau miskin. Ini termasuk pembangunan infrastruktur yang memadai untuk lembaga-
lembaga PAUD.
5. *Keterlibatan Orang Tua*: Program pendidikan harus mempromosikan keterlibatan aktif
orang tua dalam pengembangan keterampilan dasar anak-anak. Orang tua perlu
diberdayakan dan dilibatkan dalam proses pendidikan anak mereka.

Penerapan implikasi ini dalam program pendidikan di Indonesia dapat membantu


menciptakan dasar pendidikan yang lebih kokoh dan mempersiapkan generasi muda
dengan keterampilan dasar yang kuat, yang pada gilirannya akan mendukung
perkembangan sosial dan ekonomi negara.
C. PEMBAHASAN DAN ANALISI
Pembahasan:*
1. *Pentingnya Awal yang Baik*: PAUD memberikan fondasi penting bagi perkembangan
anak, membantu mereka mengembangkan keterampilan dasar, sosial, dan kognitif yang
akan membantu dalam pendidikan selanjutnya.
2. *Pendekatan Pembelajaran Bermain*: PAUD sering menggunakan pendekatan bermain
sebagai cara utama pembelajaran. Ini memungkinkan anak-anak belajar melalui
pengalaman yang menyenangkan.
3. *Peran Orang Tua*: Orang tua memiliki peran kunci dalam pendidikan anak mereka di
PAUD. Mereka harus terlibat aktif dalam mendukung perkembangan anak.
4. *Inklusi dan Kebutuhan Khusus*: PAUD harus mengakomodasi anak-anak dengan
kebutuhan khusus dan mempromosikan inklusi, memastikan bahwa semua anak
mendapatkan pendidikan yang sesuai.
*Analisis:*
*Investasi Awal*: Investasi dalam PAUD memiliki dampak jangka panjang yang
signifikan pada perkembangan anak, pendidikan, dan bahkan perkembangan ekonomi
suatu negara.
*Penekanan pada Pengembangan Holistik*: PAUD fokus pada pengembangan holistik
anak, mencakup aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif.
. *Persiapan untuk Pendidikan Formal*: PAUD membantu anak-anak beradaptasi dengan
lebih baik saat memasuki pendidikan formal dan meningkatkan peluang kesuksesan
mereka di sekolah.
*Pentingnya Guru yang Terlatih*: Guru PAUD yang terlatih dengan baik adalah aset
berharga, karena mereka memahami bagaimana membimbing perkembangan anak dan
menciptakan lingkungan yang mendukung.
*Konteks Lokal*: PAUD harus disesuaikan dengan konteks lokal, budaya, dan kebutuhan
masyarakat di setiap wilayah.
*Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan*: Evaluasi terus-menerus diperlukan untuk
memastikan efektivitas program PAUD dan untuk meningkatkan kualitasnya.
PAUD memiliki peran kunci dalam membentuk masa depan anak-anak dan masyarakat
secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang tepat dan investasi yang baik, PAUD dapat
menjadi fondasi yang kuat bagi pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif.
BABV KESIMPILAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari buku PAUD adalah sebagai berikut:
*Pentingnya Awal yang Baik*: Buku PAUD menekankan pentingnya memberikan fondasi
pendidikan yang kuat pada anak-anak usia dini. Ini adalah periode penting dalam
perkembangan anak yang membentuk masa depan mereka.
Kesimpulan dari buku PAUD adalah bahwa pendidikan anak usia dini adalah investasi
penting dalam masa depan anak dan masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat dan
keterlibatan yang kuat dari semua pemangku kepentingan, PAUD dapat memberikan
fondasi yang kuat bagi pendidikan yang berkelanjutan, inklusif, dan sukses bagi anak-anak.
B. SARAN
Mungkin akan jauh lebih baik apabila mengunakan kata-kata yang sederhana
mungkin guna mencapai pemahaman yang lebih.
DAFTAR PUSAKA
Ahmad, A. 2007. PAUD: Panduan Praktis Bagi Ibu dan Calon Ibu. Bandung: Alfabeta

Akbar, R. 2001. Kreativitas Panduan Bagi Penyelenggara Program Percepatan

Belajar. Jakarta: Grafindo.

Ambarjaya, B. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Amstrong,


Thomas. 2002. Setlap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar

Publishing.

dengan Memanfaatkan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Gramedia.

Annjo, Brewer. 2007. Introdution to Early Children Education Preschool Through Primary
Grade. Pearson: Allin and Barcon.

Arthur, L., et.al. 1996. Program and Planing in Early Childhood Setting. New South Wales:
Harcourt Brace & Co.

Astuti, Ratri Sunar. 2006. Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius. Awwad, M. 1995.
Mendidik Anak Secara Islami. Jakarta: Gema Insani.

Ayah, B. 2000. Anak Prasekolah. Jakarta: Gaya Favorit Press. Beaty. J. 1996. Skills for
Preschool Teacher. New Jersey. Merril. Beck, Joan. 1994. Meningkatkan Kecerdasan Anak,
Jakarta: Pustaka.

Bredekamp, Sue. 1987. Dovelopmantally Appropriate Practice In Early Childhood Program


Serving Oldren from Birth Throught Age 8. Washington:
NAEYC.

Brewe, Jo Ann. 2007. An Introduction to Early Chilhood Education. USA: Person Allya.

Budiningsih, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Cooper, JD. 1997. Literacy: Helping Children Construct Meaning. Boston: Miffanco.

Craft, Anna, 2004. Me-refresh Imajinasi dan Kreativitas Anak-Anak (terjemahan). Depok:
Cerdas Pustaka.

Coughlin, Pamela A., et.al. 2000. Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak

3-6 Tahun (terjemahan). Depok: Cerdas Pustaka.

Daar, C dan J. Fisher, 2004. Self-Regulated Learning In Mathematics Class. Tanpa Nama
Kota: Tanpa Nama Penerbit. Dani, P. 1996. Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1995. Program Kegiatan Belajar TK: Landasan Program Pengembangan


Kegiatan Belajar. Jakarta: Depdikbud.
1995. Program Kegiatan Belajar TK: Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta:
Depdikbud.

1998. Dikdaktik/Metodik Umum di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:


Depdikbud. 1999. Selayang Pandang Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud.

1999. Petunjuk Teknis PBM Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud.


2002. Acuan Menu pada Kelompok Belajar Bermain. Jakarta: Depdikbud.

2002. Permainan Berhitung Permulaan. Jakarta: Depdikbud.


2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud.

2002. Kompetensi Dasar PAUD 4-6 Tahun. Jakarta: Depdikbud. 2004. Kurikulum 2004
Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdikbud.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai