Anda di halaman 1dari 88

Prof. Dr. Ir.

Jermia Limbongan, MS
Dr. Ir. Yusuf Limbongan, MP

PETUNJUK PRAKTIS

MEMPERBANYAK
TANAMAN
SECARA VEGETATIF
(GRAFTING
DAN OKULASI)

Penerbit UKI Toraja Press


Petunjuk Praktis Memperbanyak Tanaman Secara
Vegetatif (Grafting dan Okulasi)

PENERBIT UKI TORAJA PRESS


Jln. Nusantara No. 12 Makale 91811 Tana Toraja
Telp. (0423)22468/887, Fax (0423)22073
E.mail : ukitoraja@yahoo.co.

Cetakan ke 4 3 2 1
Tahun 18 17 16 15

Editor : Jermia Limbongan


Desain Sampul : Sandy Madaun

ISBN 978-602-18328-2-0

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam
bentuk dan dengan cara apapun termasuk fotokopi
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh : Percetakan Ayu Andirya


Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha


Pengasih dan Penyayang atas bimbingan, berkat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku sederhana ini. Materi dalam
buku ini merupakan rangkuman dari beberapa hasil
penelitian, baik yang dilakukan sendiri oleh penulis
sebagai peneliti dan dosen maupun hasil penelitian
dari berbagai literatur. Penyusunan buku ini
dilakukan untuk menyampaikan informasi
mengenai teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif melalui penyambungan (grafting) dan
okulasi (budding).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif
memiliki beberapa keunggulan antara lain sifat
tanaman yang dihasilkan persis sama dengan sifat
induknya, dapat menghasilkan bibit dalam jumlah
banyak dalam waktu yang relative singkat. Sifat
keunggulan yang ingin dikembangkan hanya
diambil dari batang atas sedangkan batang bawah
tidak disarankan sebagai keturunan tumbuh. Batang
bawah seperti namanya, hanya menyediakan akar
dan bagian pendek dari batang.
Teknik perbanyakan vegetatif yang paling
banyak dilakukan para petani terutama pada
tanaman perkebunan dan hortikultura adalah
penyambungan (grafting) dan okulasi (budding).
Kedua teknik ini selain mudah dilakukan, juga
bahan-bahan yang digunakan mudah didapat dan
harganya murah. Selain itu kedua teknik ini dapat
dilakukan dalam bebagai bentuk variasi tergantung
jenis tanamannya, kondisi batang atas dan batang
bawah, serta kondisi lingkungan dimana teknik
perbanyakan tanaman tersebut dilakukan.
Buku ini menjelaskan teknik-teknik
grafting (penyambungan) dan okulasi (budding)
dimana batang atas pada grafting berasal dari
cabang kecil (entres) yang terdiri dari beberapa
tunas disambungkan pada bibit batang bawah,
sedangkan pada okulasi batang atas diambil dari
sepotong mata tunas dari induk, ditempelkan pada
bibit batang bawah. Teknik-teknik yang dijelaskan
dalam buku ini secara luas digunakan dalam
komersialisasi bibit tanaman berkualitas.
Penggemar tanaman pekarangan juga dapat
menggunakan metode ini untuk memperbanyak
tanaman buah-buahan, dan bunga-bungaan.
Harapan kami, akan timbul keinginan dari
pemerhati tanaman untuk memperbanyak bibit
tanaman secara vegetatif baik melalui teknik
penyambungan maupun okulasi sehingga dapat
diperoleh bibit yang memenuhi standar baik
kuantitas maupun kualitas dalam periode waktu
yang tidak terlalu lama. Materi yang disampaikan
dalam buku ini masih jauh dari sempurna karena itu
penulis mengharapkan saran, masukan, dan
informasi dari para pembaca sebagai bahan untuk
menyempurnakan materi tulisan ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
atas bantuan teman-teman peneliti dan penyuluh,
dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu
persatu yang telah memberi saran dan masukan
dalam penyusunan buku ini. Semoga informasi
yang disampaikan dalam buku ini bermanfaat bagi
para pembaca. Mohon maaf atas segala kekurangan.

Makasar, Januari 2015

Penulis
Daftar Isi

KataPengantar ....................................................... i
Daftar Isi........ ...................................................... iv
Daftar Gambar..................................................... vi
Pendahuluan.......................................................... 1
Memilih Tehnik Perbanyakan Vegetatif ............ 7
Dasar-dasar Penyambungan ............................... 11
Membuat Potongan pada Grafting dan Okulasi .. 12
Kayu batang atas (entres)...................................... 15
Teknik penyambungan (Grafting) ..................... 18
Sambung sambatan (Splice graft) ...................... 20
Sambung Baji (Wedge or cleft graft) ............... 24
Sambung Lidah (Whip and Tongue graft) ........... 27
Sambung Kulit (Bark graft) ............................... 30
Sambung Samping (Side graft) ......................... 31
Approach graft (Penyusuan) .............................. 33
Teknik Okulasi ................................................ 37
a. Syarat batang bawah untuk okulasi ............ 39
b. Syarat batang atas untuk okulasi ................. 40
c. Faktor yang menunjang keberhasilan
okulasi .......................................................... . 41
d. Cara okulasi .............. .................................. 43
e. Jenis-jenis Teknik Okulasi ........................... 50
Okulasi T (T-budding) ................................ 50
Okulasi mikro (Mikro budding) .................... 56
Okulasi kepingan (Chip Budding).................. 56
Okulasi tampalan (Patch Budding) .............. 59
Okulasi V (V-budding) ................................ 61
Grafting dan Okulasi pada
beberapa jenis Tanaman ............................ 63
1. Teknik Sambung Pucuk pada
tanaman kakao ..................................... 63
2. Teknik Sambung samping
(side grafting) pada tanaman kakao ...... 67
3. Teknik Penyambungan tanaman
Sawo ..................................................... 70
4. Okulasi tanaman Jeruk ......................... 71
Daftar Pustaka .................................................... 74
Daftar Gambar

Gambar 1. Skema beberapa teknik


perbanyakan tanaman... ...................... 3
Gambar 2. Batang atas dan batang
bawah pada penyambungan
(grafting) dan okulasi............................ 7
Gambar 3. Alat-alat yang digunakan pada
grafting dan okulasi ............................. 12
Gambar 4. Cara memegang pisau
untuk pemotongan grafting
dan okulasi......................................... 13
Gambar 5. Entres diambil dari cabang
plagiotrop ........................................... 16
Gambar 6. Sambung sambatan
(splice or chip graft) .......................... 22
Gambar 7. Sambung Baji
(Wedge or cleft graft).......................... 25
Gambar 8. Sambung Lidah
(Whip and Tongue graft)...................... 27
Gambar 9. Sambung lidah pada satu
sisi batang bawah ................................ 29
Gambar 10. Sambung kulit (Bark graft) ............ 30
Gambar 11. Sambung Samping (side graft) ....... 32
Gambar 12. Penyusuan (Approach graft) .......... 36
Gambar 13. Okulasi T (T-budding) .................... 52
Gambar 14. Okulasi kepingan
(Chip Budding)................................ 58
Gambar 15. Okulasi tampalan
(Patch Budding) ............................. 59
Gambar 16. Okulasi V (V budding)................... 62
Gambar 17. Sambung pucuk .............................. 65
Gambar 18. Hasil sambung pucuk pada
tanaman kakao................................ 67
Gambar 19. Urutan pelaksanaan
sambung samping kakao................. 68
Gambar 20. Hasil sambung samping kakao........ 70
Pendahuluan

Sejak berabad-abad yang lalu petani melalui


berbagai usaha taninya berupaya meningkatkan
produktivitas lahannya dengan cara memilih jenis
tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan. Sejak itu
mereka telah menyadari bahwa ada perbedaan sifat
keunggulan antara satu varietas tanaman dengan
varietas lainnya. Perbedaaan sifat itu terjadi
terutama pada tanaman yang dihasilkan secara
seksual melalui biji yang dikenal dengan
perbanyakan secara generatif.
Selanjutnya para ahli berusaha menemukan
cara perbanyakan tanaman untuk menghasilkan
tanaman yang sifat keunggulannya sama dengan sifat
induknya. Mereka merekomendasikan perbanyakan
tanaman secara vegetatif yaitu dengan cara
menggunakan bagian vegetatif tanaman misalnya
batang, akar, daun untuk menghasilkan tanaman
baru. Beberapa cara perbanyakan vegetatif misalnya
penambungan (grafting), okulasi (budding), setek
(cutting), cangkok (layering) dan dengan
berkembangnya teknologi kultur jaringan, telah
ditemukan perbanyakan tanaman secara
micropropagation melalui teknik kultur jaringan dan
yang paling terakhir adalah teknik somatic
embryogenesis. (Gambar 1)

1
Perbanyakan tanaman secara vegetatif memiliki
beberapa keunggulan antara lain sifat tanaman yang
dihasilkan persis sama dengan sifat induknya, dapat
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam
waktu yang relative singkat. Sifat keunggulan yang
ingin dikembangkan hanya diambil dari batang atas
sedangkan batang bawah tidak disarankan sebagai
keturunan tumbuh. Batang bawah seperti namanya,
hanya menyediakan akar dan bagian pendek dari
batang.
Teknik perbanyakan vegetatif yang paling
banyak dilakukan para petani terutama pada tanaman
perkebunan dan hortikultura adalah grafting
(sambung) dan okulasi (tempel). Kedua teknik ini
selain mudah dilakukan, juga bahan-bahan yang
digunakan mudah didapat dan harganya murah.
Selain itu kedua teknik ini dapat dilakukan dalam
bebagai bentuk variasi tergantung jenis tanamannya,
kondisi batang atas dan batang bawah, serta kondisi
lingkungan dimana teknik perbanyakan tanaman
tersebut dilakukan.

2
Perbanyakan Tanaman

Sexual Asexual

Biji Cutting Grafting Layer/Succer Micropropagation

Gambar 1. Skema beberapa teknik perbanyakan tanaman

3
Saat sekarang ini berbagai jenis tanaman buah
komersil, tanaman bunga-bungaan dan tanaman
perkebunan hampir selalu diperbanyak secara vegetatif
dari varietas yang terpilih. Tanaman yang dihasilkan
dengan cara ini memiliki semua karakter yang dimiliki
varietas sumbernya, seperti hasil buah lebih baik dan
berkualitas, bentuk bunga dan dedaunan yang sama
dengan induknya, dan meningkatnya ketahanan terhadap
hama dan penyakit. Sebaliknya, bibit tanaman yang
diperoleh melalui biji walaupun bersumber dari varietas
unggul yang terpilih, namun bibit yang dihasikan akan
bervariasi dalam hal produksi tanaman dan kualitas antara
tanaman yang satu dengan tanaman lainnya dan jarang
akan memiliki sifat yang sama dengan tanaman induk
dalam semua aspek. Kerugian lebih lanjut dari bibit
tanaman tersebut adalah membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk panen pertama.
Untuk membuat penyambungan, batang bawah
harus bersatu dengan batang atasnya. Gardner
menggambarkan pembentukan penyatuan sambungan
sebagai " the healing in common of wound “=
penyembuhan luka sambungan. Penyembuhan pada luka
sambungan dimulai dengan pembentukan jaringan kalus,
yang dihasilkan baik dari kambium, atau dari antara
jaringan kayu dan sel kulit. Kambium adalah lapisan
tipis (silinder) antara kulit dan kayu, di mana
pertumbuhan tahunan berasal pada tanaman berkayu.

4
Setiap kali melakukan penyambungan batang bawah yang
dipotong terjadi luka lapisan kambium di sepanjang
permukaan yang dipotong.
Semua teknik penyambungan harus mencapai
pertautan kuat antara daerah kambium dari batang atas
dan batang bawah, sehingga keduanya dapat tumbuh
bersama. Pertautan antara batang bawah dan batang atas
terjadi hanya antara tanaman dengan spesies yang sama.
Bibit dari spesies yang sama dengan batang atas sering
juga digunakan sebagai batang bawah. Bibit murah dan
mudah diproduksi dan kadang-kadang memiliki sistem
perakaran yang lebih baik dibandingkan dengan setek.
Namun, bibit juga baik digunakan sebagai batang bawah
untuk perbanyakan vegetatif misalnya melalui setek.
Untuk tanaman pohon, batang bawah dipilih berdasarkan
resistensi atau toleransi terhadap masalah tanah seperti
jamur dan nematoda, jenis tanah yang berbeda,
kekeringan, dan genangan air. Setelah pertautan telah
tercapai, batang bawah dapat dipilih secara bebas dari
tanaman baru tersebut, agar sesuai dengan situs tanam.
Varietas buah yang paling modern (dan beberapa
tanaman hias) yang diperbanyak secara grafting dapat
dijadikan sebagai sumber batang bawah. Namun,
beberapa spesies seperti anggur, buah ara, zaitun dan
beberapa mawar tumbuh dengan baik sebagai setek dan
dijual secara komersial dengan cara ini.

5
Tujuan grafting adalah membentuk satu keturunan
yang merupakan gabungan sifat antara batang atas dan
batang bawah, diikuti dengan pertumbuhan akar dari
batang bawah, sehingga batang atas menumbuhkan
tanaman baru. Keberhasilan grafting sangat tergantung
batang bawah dalam kondisi prima, kualitas batang atas
dan pemilihan teknik grafting dan okulasi yang paling
sesuai. Waktu pelaksanaan dan perawatan yang baik, juga
merupakan salah satu hal penting yang menentukan
keberhasilan penyambungan.
Grafting tanaman juga dapat menyambungkan
batang atas yang berasal dari beberapa varietas ke satu
batang bawah. Sehingga satu tanaman batang bawah
dapat menghasilkan beberapa tunas, seperti jeruk,
tanaman buah batu, buah pome, kakao. Demikian pula,
berbagai kultivar dari spesies tunggal dapat tumbuh
secara okulasi pada cabang yang berbeda pula.
Buku ini menjelaskan teknik-teknik grafting
(penyambungan) dan okulasi (budding) – dimana batang
atas pada grafting berasal dari cabang kecil (entres) yang
terdiri dari beberapa tunas disambungkan pada bibit
batang bawah, sedangkan pada okulasi batang atas
diambil dari sepotong mata tunas dari induk,
ditempelkan pada bibit batang bawah.

6
Batang atas Mata tunas
grafting okulasi

Batang bawah Batang bawah


grafting okulasi

Gambar 2. Batang atas dan batang bawah pada


penyambungan(grafting) dan okulasi

Teknik-teknik yang dijelaskan dalam buku ini


secara luas digunakan dalam komersialisasi produksi
tanaman grafting. Penggemar tanaman pekarangan juga
dapat menggunakan metode ini untuk memperbanyak
pohon buah-buahan, sehingga metode ini digunakan
secara meluas.

Memilih Tehnik Perbanyakan Vegetatif

Ada lima cara perbanyakan vegetatif buatan untuk


tanaman buah yang sudah dikenal oleh para penangkar
bibit dan petani yaitu cara penyambungan, okulasi,
penyusuan, cangkok dan setek. Pada tiga cara yang
pertama dikenal adanya istilah batang bawah dan batang
atas. Setek adalah potongan bahan tanam yang terdiri dari

7
paling sedikit 1 ruas. Bagian tanaman yang dapat
dijadikan setek adalah batang, akar, dan daun. Setek
biasanya ditanam pada media akar dan dengan
kelembaban yang terpelihara selama terbentuknya akar
dan bagian atas tanaman. Perbanyakan tanaman melalui
setek dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah
banyak dengan sistem perakaran sendiri. Penyambungan
(grafting) adalah menggabungkan 2 atau lebih tanaman
menjadi satu tanaman baru. Teknik ini digunakan apabila
sifat keunggulan yang dimiliki tidak bersifat majemuk
misalnya hanya ketahanan akar terhadap nematode, atau
sifat hasil yang tinggi misalnya hasil kayu, daun, atau
buah dan lain-lain. Teknik perbanyakan melalui cangkok
(layering) sama dengan setek, dimana tanaman barunya
diambil dari induknya setelah tanaman baru tersebut
menghasilkan akar. Karena itu teknik ini cocok
digunakan untuk tanaman yang sulit menghasilkan akar.
Laju perbanyakannya rendah dibanding setek tetapi
menghasilkan individu tanaman yang besar.
Teknik micropropagation ini dilakukan dalam
bentuk kultur jaringan. Karakteristik teknik ini adalah
bahwa tanaman yang dikembangkan dari sel tunggal atau
jaringan, yang ditumbuhkan dalam media kultur aseptik.
Mikropropagasi memungkinkan laju multiplikasi sangat
tinggi, ribuan tanaman baru dapat dihasilkan dari satu
tanaman tunggal. Teknik ini awalnya membutuhkan
investasi yang tinggi, dalam hal peralatan dan pelatihan.

8
Oleh karena itu teknik ini biasanya hanya digunakan
untuk tanaman kayu yang harganya mahal.
Batang bawah berupa tanaman yang biasanya
berasal dari biji. Tanaman dari biji sengaja dipilih karena
mempunyai keunggulan dari segi perakarannya, yakni
tahan cendawan akar dan mempunyai perakaran yang
banyak serta dalam, sehingga tahan terhadap kekeringan
dan kondisi tanah yang becek. Sedangkan batang atas
berupa ranting atau mata tunas dari pohon induk yang
mempunyai sifat unggul terutama dalam produksi dan
kualitasnya. Dari hasil menggabungkan sifat batang
bawah dan batang atas ini diperoleh bibit tanaman yang
disebut bibit enten, okulasi dan susuan. Pada perbanyakan
dengan cara mencangkok batang bawah tidak diperlukan
karena pada cara ini perakaran keluar langsung dari
cabang pohon induk yang dicangkok. Sedangkan cara
setek pada prinsipnya menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
Kelebihan bibit yang dihasilkan secara vegetatif
yaitu selain buahnya persis sama dengan induknya, bibit
juga berumur genjah (cepat berbuah). Tanaman manggis
asal bibit susuan berbuah lima tahun setelah tanam,
sedangkan bibit yang berasal dari biji, baru berbuah 10-
15 tahun setelah tanam. Bibit durian okulasi bisa berbuah
4-6 tahun setelah tanam, sedangkan bibit asal biji berbuah
lebih dari 10 tahun setelah tanam.

9
Beberapa jenis tanaman buah-buahan tertentu
sampai saat ini hanya berhasil diperbanyak dengan cara
tertentu pula. Ada jenis tanaman tertentu yang tidak bisa
diokulasi karena banyak mengandung getah. Rambutan
dan kapulasan selalu gagal kalau disambung (enten)
karena pengaruh asam fenolat yang teroksidasi dapat
menimbulkan pencoklatan (browning). Resin dan asam
fenolat ini bersifat racun terhadap pembentukan kalus.
Sedangkan contoh lainnya adalah belimbing dan manggis
yang sulit sekali berakar bila dicangkok karena kalusnya
hanya menggumpal dan tidak mampu membentuk inisiasi
(bakal) akar.
Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah-
buahan, ada cara perbanyakan tertentu yang lebih
menguntungkan bila dilakukan pada jenis tanaman
tertentu pula, sehingga cara perbanyakannya menjadi
cepat dan efisien. Tanaman manggis dan belimbing akan
lebih menguntungkan bila diperbanyak dengan cara
disambung (enten), sedangkan durian menguntungkan
bila diperbanyak dengan cara okulasi.
Perbanyakan tanaman buah-buahan dengan cara
penyusuan walau keberhasilannya tinggi, tetapi kurang
praktis dalam pengerjaannya, sehingga bibit yang
dihasilkan per satuan waktu menjadi sedikit. Sebagai
contoh seorang pekerja yang sudah terampil mengokulasi
durian, dalam sehari (8 jam kerja) bisa mengokulasi 350-
400 tanaman, sedangkan untuk penyusuan hanya bisa

10
mengerjakan 75-100 susuan sehari. Oleh karena itu
perbanyakan dengan cara penyusuan hanya disarankan
sebagai alternatif terakhir dalam perbanyakan tanaman
buah-buahan seperti pada perbanyakan tanaman jenis
nangka kandel yang keberhasilannya kurang dari 20%
bila diperbanyak dengan cara enten atau okulasi.
Dengan diketahuinya cara perbanyakan yang lebih
menguntungkan untuk masing-masing tanaman buah-
buahan, maka akan diperoleh efisiensi tinggi dalam
pengadaan bibit buah-buahan secara massal, walaupun
dengan menggunakan cara konvensional.

Dasar-dasar Penyambungan

Alat-alat penting yang anda perlukan sebagai pemula


untuk melaksanakan okulasi adalah :

 Gunting pangkas untuk membuat pemotongan


awal
 Pisau yang sangat tajam untuk membuat
pemotongan entres;
 Bahan pengikat yang cocok, seperti tali plastik
 Penutup luka, kerudung plastik kecil.

11
Kerodong plastik
Gunting pangkas

Pisau okulasi

Plastik pengikat

Gambar 3. Alat-alat yang digunakan pada gafting dan okulasi

Tenaga profesional telah memiliki pisau grafting


atau okulasi yang khusus, tetapi anda dapat menggunakan
pisau ukuran lain yang nyaman dan tajam. Pisau dengan
sekali pakai dapat digunakan untuk menggantikan pisau
asah. Berhati-hatilah saat menggunakan alat yang tajam,
dan pastikan jari-jari anda aman dari bahaya luka kena
pisau. Beberapa petani di pedesaan dapat membuat
sendiri pisau okulasi yang tajam.

Membuat Potongan pada Grafting dan Okulasi

Sangat diperlukan hasil pemotongan yang rata,


permukaan potongan halus, baik batang atas maupun
batang bawah agar terjadi penyatuan yang maksimal,

12
terutama pada lapisan kambium. Cara pemotongan
grafting dan okulasi diusahakan agar bagian tajam dari
pisau pemotong menghadap ke arah tubuh, suatu tindakan
yang mungkin bertentangan dengan faktor keselamatan
untuk menggunakan pisau tajam. Anda harus menarik
pisau melalui kayu dengan tindakan mengiris, dari pada
mencoba untuk mendorongnya lurus.

Gambar 4. Cara memegang pisau untuk pemotongan grafting


dan okulasi

Jika Anda adalah seorang okulator yang belum


berpengalaman, Anda harus berlatih pada beberapa
batang atas dan batang bawah tanaman percobaan
sebelum melakukannnya pada tanaman yang sebenarnya.

1. Ambil pisau di tangan anda, dengan tepi yang


tajam menghadap tubuh anda.

13
2. Pegang batang atas atau tahan batang bawah
dengan tangan yang lainnya agak jauh dari tempat
pemotongan.
3. Arahkan pisau datar pada permukaan entres
memotong diagonal.
4. Posisi pisau sedemikian rupa sehingga ujung
gagang pisau pada titik awal yang diinginkan.
5. Tempatkan mata pisau di posisi sedemikian rupa
sehingga gagang pisau dekat dengan anda, dan
ujung pisau menghadap diagonal ke bawah. Sudut
antara ujung tajam pisau dengan entres 30-60
derajat,
6. Angkat ujung belakang pisau sedikit dari
permukaan yang dipotong untuk memungkinkan
potongan yang baik.
7. Buat potongan dengan manarik pisau, bergerak
dari dasar ke ujung saat anda memotong.
8. Untuk membuat seluruh permukaan potongan
yang mulus. Jangan menggunakan gergaji karena
akan menghasilkan potongan kasar atau bergerigi.
Biasanya pemotongan kedua kalinya akan
menghasilkan potongan yang lebih datar, juga
jika anda memotong satu cabang hasilnya lebih
baik daripada membuat irisan tipis pada cabang.
Oleh karena itu, anda harus mulai belajar dengan
memotong batang atas atau batang bawah yang
sedikit lebih panjang dari yang anda perlukan.

14
Kayu batang atas (entres)

Ambil entres dari sumber yang diketahui asal


usulnya, penampilannya unggul, dan jika mungkin
dijamin kesehatannya. Pilih dari cabang plagiotrop yang
selalu terkena sinar matahari, hindari memilih cabang
yang lemah, dan selalu ternaung. Jika Anda mengambil
entres dari tanaman hasil sambungan, sebaiknya jangan
mengambilnya dari tunas batang bawah. Cara terbaik
adalah mengambil dan menggunakan entres pada hari
yang sama, anda dapat menyimpan entres pada suhu
yang agak dingin dalam plastik tertutup atau dalam
lemari pendingin biasa. Menjaga kelembaban didalam
media pembungkus dengan menggunakan surat kabar
yang dibasahi sebagai pembungkus. Dalam kondisi ini,
entres akan terpelihara setidaknya selama beberapa
minggu. Jika Anda ingin menyimpan bahan tanaman
yang berasal dari daerah tropis, sebaiknya disimpan
dalam ruangan yang dingin sekitar 10 ° C. Penyimpanan
dalam lemari pendingin (sekitar 5° C) akan menyebabkan
kerusakan entres.
Ketika mengumpulkan entres, potongan kayu
entres dengan panjang yang aman (100-150 mm),
masing-masing memiliki 5-10 mata tunas. Potongan
entres sebagai bahan sambungan individu 50-100 mm
dengan satu atau lebih tunas, atau sebagai kelipatan dari
panjang ini. Jenis terbaik dari entres bervariasi

15
tergantung tujuan penggunaannya, dan aspek ini dibahas
dalam bagian berikutnya.

Cabang plagiotrop

Pemotongan entres
dengan pisau tajam

Gambar 5. Entres diambil dari cabang plagiotrop

Batang bawah siap untuk disambung atau diokulasi


harus sehat dan tidak dalam kondisi kekeringan, daun
berwarna hijau. Ukuran batang sebesar pensil (5 mm
diameter) pada posisi ditempel atau disambung pada
ketinggian 10-15 cm di atas akar.
Batang bawah diusahakan selalu tumbuh tunggal
dan secara teratur memangkas tunas samping.
Diusahakan juga tunas batang bawah tumbuh secara
vertikal meskipun ini mungkin tidak selalu begitu.

16
Untuk teknik grafting dan budding, yang pertama
harus dipersiapkan adalah batang bawah baru setelah itu
batang atas, dengan meminimalkan waktu antara
memotong entres dan membungkus hasil sambungan.
Rencanakan sedemikian rupa sehingga peralatan, entres,
dan bahan-bahan pengikat ditempatkan di tempat yang
nyaman. Setiap penundaan waktu memungkinkan
permukaan potongan entres dan batang bawah bisa
kering, sehingga mengurangi persentase keberhasilan
sambungan. Pada iklim kering, lakukan penyambungan
dan okulasi di tempat sejuk dan dalam area yang terjadi
sirkulasi udara.
Untuk keberhasilan sambungan dan okulasi perlu
diperhatikan 4 point penting yaitu :

1. Pangkas setiap tunas yang tumbuh dari batang


bawah sehingga tunas batang atas tidak tertutup
oleh tunas batang bawah.
2. Pelihara suhu udara sekitar sambungan antara 15-
30 oC untuk pertumbuhan dan formasi kallus yang
optimal. Temperatur yang kurang atau lebih dari
30 oC akan menghambat pertumbuhan kallus
sehingga tunas bisa mati atau mengalami
pertumbuhan yang lambat.
3. Siram dengan air atau beri pupuk sesuai keperluan
untuk memelihara pertumbuhan vegetatif yang
sehat.

17
4. Keluarkan tali pengikat yang bisa menghalangi
pertumbuhan tunas.

Teknik penyambungan (Grafting)

Penyambungan (grafting) dilakukan untuk


beberapa jenis tanaman yang tidak bisa diokulasi, atau
kalau keadaan iklim tidak memungkinkan melakukan
okulasi, atau kalau kulit batang bawah terlalu tipis atau
terlalu tebal sehingga tidak bisa melakukan okulasi T.
Namun, penyambungan memiliki beberapa
kelemahan bila dibandingkan dengan okulasi.
Penyambungan menggunakan waktu lebih lama untuk
memotong batang atas dan batang bawah, lebih sulit
mempertemukan lapisan kambium, mengikat dan
menutup hasil sambungan. Selain itu memerlukan lebih
banyak entres mata tunas. Juga ada kesulitan memotong
entres yang tua dan berkayu keras. Tetapi di pihak lain
entres yang tua bisa disimpan lebih lama.
Entres yang digunakan untuk penyambungan
dapat berupa cabang aktif atau pun cabang dorman.
Entres diambil dari sekitar 30 cm cabang dewasa yang
seragam, pertumbuhan aktif dan berwarna hijau, berasal
dari tunas sehat diameter sama dengan batang bawah
yang tersedia.

18
Cara pelaksanaan adalah ; potong entres dengan
panjang sesuai keperluan yang nyaman untuk disimpan.
Potong lagi sepanjang 5 cm dimana setiap potongan
mengandung paling sedikit dua mata tunas pada saat mau
digunakan sebagai batang atas. Untuk tanaman yang
memiliki masa dormansi, entres dipersiapkan pada tahap
dormansi yang lama dan segera sebelum ada tanda-tanda
pertumbuhan. Entres ini dapat digunakan secara
langsung, atau disimpan dalam kantong plastik tertutup
pada suhu sekitar 5 ° C untuk digunakan selama enam
bulan berikutnya. Entres yang baik adalah lapisan
kambiumnya tampak hijau, bukan cokelat atau hitam.
Entres untuk tanaman evergreen sebaiknya
dipersiapkan sebelum tanaman tersebut mulai bertunas,
bisa juga dipersiapkan sebelum pertumbuhan tunas
berikutnya. Entres untuk tanaman yang tumbuh di daerah
dingin, daerah beriklim sedang dan subtropis masih tetap
baik sampai beberapa bulan jika disimpan dalam kantong
plastik tertutup pada suhu 5°C. Ketika anda
mengumpulkan entres, daun harus dipotong tetapi tangkai
daun (petiole) tetap dipertahankan.
Di daerah sub tropis, cabang muda dapat
digunakan sebagai sumber entres dari musim semi ke
musim gugur untuk penyambungan tanaman penggugur
daun (deciduous) dan tanaman yang selalu hijau
(evergreen). Potong dan buang bagian pucuk yang masih
lembut atau bagian pucuk yang mudah dibengkokan.

19
Ambil bagian batang 10 cm berikutnya atau lebih untuk
digunakan sebagai entres.
Untuk beberapa tanaman, seperti mangga, dan
jambu mete, anda bisa mendapatkan tingkat keberhasilan
sambungan yang baik jika anda mempersiapkan entres
beberapa waktu sebelumnya sebagai berikut. Potong dan
buang ujung pucuk yang lembut, kemudian pangkas dua
daun terakhir , biarkan tangkai daun (petioles) tetap pada
posisinya di cabang dan cabang yang telah dikeluarkan
daunnya tetap melekat pada tanaman. Satu sampai empat
minggu kemudian, ketika tangkai daun telah jatuh dan
tunas mulai tumbuh, entres tersebut sudah siap
digunakan.
Teknik penyambungan yang umum dijelaskan
dalam buku ini adalah sambung sambatan (splice graft),
sambung baji (whip and tongue, wedge graf), sambung
kulit kayu (bark graft), sambung samping (side graft),
dan sambung pendekatan (approach graft).

Sambung sambatan (Splice graft)

Cara penyambungan ini anda harus tetap


memegang sambungan batang bawah dengan batang atas
sampai sambungan tersebut selesai diikat. Jadi
penyambungan ini dilakukan oleh satu orang. Dalam
usaha komersial, pekerjaan menyambung tanaman
biasanya dilaksanakan oleh satu tim kerja. dimana satu

20
orang memotong dan yang lain mengikat dalam hal ini
biasa dilakukan untuk cara sambung baji, sambung lidah
(tongue graft) dan cleft graft. Cara penyambungan
sambatan merupakan cara yang sederhana dan mudah
dilakukan terutama ketika diameter entres dan ketebalan
kulit lebih tipis dibanding dengan batang bawah dan juga
batang bawah tersedia dan mudah diperoleh.

1. Pilih bagian lurus batang bawah, diameter yang sama


dengan batang atas. Buat potongan miring secara
diagonal pada kayu batang bawah setidaknya tiga
sampai empat kali diameternya.
2. Lalu buatlah potongan sama pada batang atas,
sehingga kedua permukaan potongan berukuran sama
dan bentuknya sama. Sangat penting bahwa
permukaan kedua potongan harus sedatar mungkin
untuk memastikan kontak yang baik dari lapisan
kambium.
3. Sambungkan kedua permukaan potongan satu sama
lain pegang dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Sesuaikan kedua bagian sambungan tersebut hingga
terjadi persinggungan yang tepat antara kedua lapisan
kambium. Jika tidak terjadi persinggungan yang tepat
pada dua sisi antara dua lapisan kambium karena
bentuk dan kemiringan yang berbeda, maka sebaiknya
persinggungannya pada satu sisi saja. Jangan
sambungkan batang atas yang buruk pada batang

21
bawah karena hal ini akan menghasilkan sambungan
yang buruk bahkan kegagalan sambungan.
4. Lakukan pengikatan sambungan secara ketat mulai
dari bawah menggulung secara spiral dan berakhir di
bagian atas seperti cara yang dilakukan pada okulasi
T. Usahakan pegang secara ketat kedua potongan
batang pada saat pengikatan. Jika terjadi pergeseran,
ulangi pengikatan secara hat-hati.

Batang atas

Hasil sambungan

Batang bawah

Gambar 6. Sambung sambatan (splice or chip graft)

22
Entres dorman tidak perlu diberi lapisan
pelindung atau pencat luka pada setiap luka terbuka.
Namun, anda harus melindungi entres tersebut dari
kekeringan dengan cara mempertahankan kondisi
lingkungan kelembaban yang tinggi sekitar sambungan
hingga terjadi penyatuan sambungan. Di daerah tropis
lembab, pemberian naungan saja mungkin cukup baik. Di
tempat lain dapat dilakukan dengan beberapa cara
misalnya menggunakan penutup plastik tahan air, atau
plastik khusus untuk penyambungan, atau dengan plastik
film.
Anda juga dapat melakukannya dengan cara terus
membungkus dengan pita pengikat sampai ke bagian
paling atas batang atas. Hal ini dilakukan setelah
pengikatan daerah sambungan. Selanjutnya pegang tali
pengikat ikatkan secara spiral sampai ke ujung batang
atas dan turun lagi sampai ke posisi jari telunjuk di
belakang mata tunas. Ujung tali di ikat dengan ketat agar
tidak mudah terlepas. Cara ini cocok digunakan bila
jumlah sambungan hanya beberapa saja, dan tidak ada
bahan lain untuk digunakan sebagai penutup yang baik.
Sekarang telah tersedia berbagai ukuran dan jenis
dari plastik penutup dengan harga yang murah, anda akan
lebih baik menggunakan penutup tersebut berupa kantong
plastik kecil terbalik, baik terikat, atau disegel di
ujungnya. Jika anda menggunakan penutup kantong

23
plastik, usahakan sambungan harus terlindung dari sinar
matahari langsung terutama pada hari-hari panas,
sehingga suhu dalam kantong plastik tidak sampai
mematikan tunas. Caranya adalah menempatkan
sambungan di area yang teduh, atau menutup kantong
plastik, dengan kantong kertas, atau beberapa cara
pelindung lainnya. Dalam beberapa sistem produksi bibit
di daerah kering, selain menutupi sambungan, juga
menempatkan tanaman yang disambung dalam sebuah
rumah 'kabut' di mana kelembaban dipertahankan pada
tingkat yang sangat tinggi dengan kabut buatan yang
sangat halus.

Sambung Baji (Wedge or cleft graft)

Penamaan ini sesuai dengan bentuk pemotongan


batang bawah yang dibuat sumbing di batang bawah, dan
baji pada batang atas. Cara ini tampaknya mudah
dilakukan, sehingga sering menjadi pilihan bagi
penyambung pemula. Cara ini juga jadi pilihan yang baik
digunakan untuk spesies tanaman yang mudah
membentuk kallus. Caranya :pilih bagian lurus batang
bawah, jika mungkin diameter yang sama dengan batang
atas yang sudah ada. Jika ragu tentang kecocokkannya,
mulai dengan memilih batang bawah yang kelihatannya
sedikit lebih tipis dari batang atas. Potong batang bawah
secara melintang dan bandingkan lingkar batangnya

24
dengan batang atas, perhatikan diameter kayunya
bandingkan dengan total diameter kayu dan kulit.
Seterusnya lakukan pemotongan batang bawah hingga
ada kecocokan dengan batang atas. Selanjutnya, buat
potongan lurus di tengah lingkaran batang bawah dengan
ke kedalaman tiga sampai empat kali dari diameter
batang atas. Cobalah untuk memotong bukannya
membagi kayu.
Hasil sambungan

Batang atas

Batang bawah

Gambar 7. Sambung Baji (Wedge or cleft graft)

Jika kayu cenderung mudah pecah, cobalah


gunakan pisau tipis, dan gerakan mengiris miring sambil
memotong, bukan memaksakan pisau memecah kayu
karena ada beberapa jenis kayu keras yang mudah pecah.

25
Potong batang atas miring berbentuk baji panjang.
Masukkan sebagian dari irisan baji ke dalam celah batang
bawah, sisakan permukaan potongan kelihatan semi ellip
diatas permukaan potongan batang bawah. Area tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan kallus untuk
membantu penyatuan batang atas dengan permukaan
potongan batang bawah. Sejajarkan lidah batang atas
dalam celah batang bawah sehingga lapisan kambium
keduanya bertemu. Jika diameter batang atas tidak sama
dengan batang bawah, maka pertemuan lapisan kambium
dilakukan pada satu sisi dan secara hati-hati
memasukkannya kedalam celah batang bawah.
Ikat sambungan dengan erat, dan pertahankan
posisi batang atas pada batang bawah. Pengikatan lebih
mudah dilakukan mulai dari bagian atas sambungan dan
terus ke bawah. Kadang-kadang, ketika anda mulai
membungkus dari bawah sambungan, ada kemungkinan
batang atas akan terlepas ke atas keluar dari celah batang
bawah. Hal ini biasa terjadi pada jenis kayu licin. Ikat
dengan hati-hati menggunakan pita PVC, termasuk
bagian atas batang bawah dan daerah sayatan, dan untuk
tunas dorman anda hanya akan perlu untuk menutup
setiap ujung potongan. Lindungi tunas yang tumbuh dari
kekeringan dengan menutupinya, seperti yang dijelaskan
pada sambung sambatan.

26
Sambung Lidah (Whip and Tongue graft)
Teknik ini untuk melengkapi sambung sambatan
dengan menambahkan lidah sambungan pada batang atas.
Lidah membantu untuk memperkuat posisi sambungan,
sehingga lebih mudah untuk mengikatnya. Selain itu,
batang atas dapat tetap kokoh duduk pada posisinya
kalaupun dilakukan lagi penyambungan kedua pada
batang atas tersebut. Ada ikatan kuat antara lapisan
kambium batang bawah dan batang atas, dan secara
mekanis ikatan sambungan ini sudah kuat selama musim
pertama. Untuk cara penyambungan ini, dibuat dua
potongan pada batang bawah seperti yang ditunjukkan
pada gambar.
Hasil sambungan

Batang atas

Batang bawah

Gambar 8. Sambung Lidah (Whip and Tongue graft).

27
Pertama, buat potongan miring pada batang
bawah, seperti yang dilakukan pada sambung sambatan.
Kemudian, tempatkan ujung pisau mendatar pada
permukaan potongan pertama yaitu sekitar sepertiga dari
ujung atas permukaan potongan. Potong permukaan
pertama lurus kebawah membentuk celah sepanjang
sepertiga dari panjang potongan pertama. Potong
batang atas dengan cara yang sama. Buat lidah pada
batang atas yang panjangnya sekitar sepertiga dari
panjang potongan pertama. Kecocokan posisi lidah pada
batang atas dengan celah pada batang bawah sangat
tergantung dari posisi yang benar, sudut serta kedalaman
celah, dan ini sangat tergantung dari pengalaman dan
keterampilan pelaksana. Buka lidah sedikit dengan pisau,
atau dengan menekuk kembali ujung lidah batang atas
kemudian dorong kedua potongan tersebut secara
bersamaan. Selaraskan wilayah lapisan paling tidak pada
satu sisi kalau bisa dua sisi. Ikat dan bungkus sambungan
tersebut. Jika batang bawah yang tersedia jauh lebih besar
dari batang atas, Anda dapat menyambungnya secara
sambung sambatan atau sambungan lidah pada satu sisi
batang bawah.

28
Hasil sambungan
Batang atas

Batang bawah

Gambar 9. Sambung lidah pada satu sisi batang bawah

Potong batang bawah pada tingkat ketinggian dan


lokasi yang nyaman. Buat irisan dangkal dari satu sisi
pada batang bawah, sedemikian rupa sehingga jarak
antara pinggir irisan dari kayu / kulit sama dengan
diameter batang atas. Buat celah seperti yang telah
dijelaskan di atas, mulai pada batang bawah pada posisi
sepertiga panjang irisan dari ujung atas ke bawah.
Tujuannya adalah untuk tempat memasukkan lidah
batang atas untuk membantu pengikatan. Ikat dengan
kuat menggunakan pita pengikat, atau gunakan plastik
yang lebih lebar dan lebih luas untuk sambungan yang
lebih besar. Tutup permukaan potongan batang bawah
dan sambungan seperlunya.

29
Sambung kulit (Bark graft)

Sambung kulit merupakan teknik alternatif ketika


batang bawah jauh lebih besar dari batang atas. Salah satu
syaratnya adalah kulit batang bawah harus mudah
diangkat dari kayunya.
Potong batang bawah secara mendatar pada
tempat yang sesuai. Buat celah kulit kayu vertikal dari
bagian atas batang bawah dengan jarak sekitar empat
kali diameter batang atas. Masukkan batang atas dengan
hati-hati ke bawah kulit celah, dengan potongan miring
menghadap permukaan kayu batang bawah.

Batang atas

Hasil sambungan

Batang bawah

Gambar 10. Sambung kulit (Bark graft)

30
Usahakan agar batang atas tidak terlalu banyak
menggores kambium batang bawah, karena hal tersebut
dapat merusak sel kambium. Hentikan dorongan selagi
masih ada sedikit potongan wajah batang atas yang
kelihatan di atas permukaan potongan batang bawah. Ikat,
dan tutup hasil sambungan.

Sambung Samping (side graft)

Sambung samping (kadang-kadang disebut veneer


graft) merupakan teknik sambungan yang digunakan
ketika batang bawah lebih tebal dari batang atasnya.
Teknik ini umumnya digunakan untuk tanaman seperti
tumbuhan runjung, kakao, yang tidak menghendaki
pemangkasan rendah batang bawah pada posisi yang
sesuai dengan ukuran batang atas. Anda bisa
menambahkan lidah pada sambung samping, tetapi tidak
terlalu penting.
Pilih batang bawah yang memiliki permukaan
kulit yang mulus, dan lurus. Buat potongan pada batang
bawah sedalam 3-5 mm, mendatar, miring kebawah
sekitar 30 derajat. Pada jarak 2-5 cm diatas potongan
pertama dibuat lagi potongan yang rata tetapi tidak terlalu
dalam hingga bertemu dengan potongan pertama.

31
Batang atas

Batang bawah Hasil sambungan

Gambar 11. Sambung Samping (side graft)

Kedalaman potongan kedua sedemikian rupa


sehingga lebar potongan dari batang bawah sedikit lebih
kecil dari diameter batang atas. Periksa jarak relatif dari
kulit ke kulit pada potongan batang bawah dan pada
potongan batang atas, dan sesuaikan kedalaman potongan
pada batang bawah seperlunya. Buatkan potongan lidah
pada lokasi sekitar pertengahan potongan pertama pada
batang bawah.
Siapkan batang atas dengan dipotong miring pada
satu sisi tidak lebih dari setengah diameter batang atas.
Bandingkan panjang permukaan potongan batang bawah
dan batang atas, dan kemudian sesuaikan panjang dan
lebar potongan serta kemiringannya dimulai dari sisi kulit
pada bagian dasar potongan batang atas.

32
Buatkan lidah (jika diinginkan) pada sepertiga bagian
dari ujung bawah permukaan potongan pertama, dorong
batang atas ke tempatnya, dan pertemukan lapisan
kambium pada setidaknya satu sisi. Bungkus, dan tutup
tunas hijau dengan kantong plastik terbalik, atau plastik
kecil di satu sisi, atau tempatkan tanaman baru tersebut
dalam rumah kaca.

Penyusuan (Approach graft)

Teknik ini menggunakan dua individu tanaman,


yang masing-masing mempunyai tajuk dan sistem
perakaran sendiri. Kedua individu tanaman tetap tumbuh
selama penyambungan berlangsung sehingga tingkat
keberhasilan sambungan cukup besar. Bahkan tanaman
yang sulit disambung pun dapat berhasil dengan tingkat
keberhasilan yang tinggi dengan menggunakan metode
penyusuan. Teknik ini bisa digunakan untuk mengetes
tingkat keberhasilan sambungan dari batang atas yang
sulit disambung. Permukaan pemotongan yang panjang
dari teknik penyusuan dapat memberi keuntungan berupa
daerah penyatuan jaringan kambium yang lebih luas
sehingga penyatuan batang atas dan batang bawah terjadi
lebih sempurnah.
Istilah penyusuan (approach grafting) merupakan
cara penyambungan di mana batang bawah dan batang
atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan

33
perakarannya. Keuntungan dari tehnik ini adalah tingkat
keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya agak
merepotkan, karena batang bawah harus selalu
didekatkan kepada cabang pohon induk yang kebanyakan
berbatang tinggi. Kerugian lainnya bahwa penyusuan
hanya dapat dilakukan dalam jumlah sedikit atau terbatas,
tidak sebanyak sambungan atau menempel dan akibat
dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon induk. Oleh
karena itu penyusuan hanya dianjurkan terutama untuk
perbanyakan tanaman yang sulit dengan cara sambungan
dan okulasi.

a. Tipe penyusuan

- Susuan duduk untuk mendekatkan batang bawah


dengan cabang induknya dibuat parapara dari bambu.
Batang bawah kemudian ditaruh diatas para-para dan
disusukan dengan cabang pohon induk.
- Susuan gantung disebut demikian karena batang
bawah yang akan disusukan didekatkan dengan cabang
pohon induk dengan posisi menggantung. Dan polybag
batang bawah kita ikatkan pada cabang batang atas.

b. Cara melakukan susuan sebagai berikut

Menyayat batang bawah dengan kayunya


sepanjang 2-3 cm, kira-kira 1/3 diameter batang. Hal

34
yang sama dilakukan untuk cabang batang atasnya yang
belum dipotong dari induk. Keduanya kemudian
dilekatkan tepat pada bagian yang disayat. Pada waktu
melekatkan harus diperhatikan agar kambium batang atas
dan batang bawahnya berhimpit. Posisi sususan bisa
duduk atau menggantung. Pemotongan entres dilakukan
setelah pertautan berhasil. Biasanya setelah 3-4 bulan.
Tandanya ada pembengkakan disekitar batang yang
diikat. Agar cabang entres tidak kaget atau stres
sebaiknya pemotongan dari induk dilakukan secara
bertahap sebanyak tiga kali. Selang waktu pengeratan
pertama ke berikutnya adalah seminggu. Pada pengeratan
pertama setelah terjadi pembengkakan cabang entres
dikerat 1/3 diameter cabang. Minggu kedua 2/3 diameter
cabang. Minggu ketiga susuan dipotong lepas
Pilih bagian yang panjang, lurus pada pucuk
batang bawah. Potong setiap daun atau tunas yang ada
pada bagian tersebut. Buat potongan pada batang bawah
sepanjang 30 cm dengan lebar sekitar 2/3 diameter batang
atas. Selanjutnya, buat potongan yang sama pada batang
atas sedemikian rupa , sehingga dua baris kambium
diantara kulit kayu dan kayu berada terpisah pada jarak
yang sama. Pertemukan kedua permukaan potongan
tersebut dan tekan, ikat dengan tali sehingga ada
pertemuan lapisan kambium batang atas dan batang
bawah paling tidak pada satu sisi.

35
Lokasi penyambungan

Batang atas dan batang bawah Batang atas dan batang bawah
dalam media yang sama dalam media yang berbeda

Gambar 12. Penyusuan (Approach graft)

Seperti pada teknik sambung lainnya, perlu


diusahakan waktu sesingkat mungkin mulai dari
persiapan sampai penyelesaian pengikatan dan
pembungkusan sambungan. Ketika kedua bagian telah
tumbuh bersama, pangkas kepala batang bawah diatas
daerah penyambungan dan potong batang dan akar batang
atas dibawah daerah penyambungan. Salah satu
modifikasi dari teknik ini, yang disebut penyambungan
dengan botol telah dipraktekkan pada tanaman alpukat.
Entres sepanjang 30 cm atau lebih, bila dipotong
di musim semi dapat mengandung bantalan kuncup
bunga. Bunga yang tumbuh dari batang atas yang akan
digunakan untuk penyerbukan silang dapat disimpan

36
sampai tiga bulan sebelum penyambungan. Setelah
penyambungan, ujung dasar potongan batang bawah yang
dipotong didalam air dan tetap disimpan dalam air,
sehingga daun dan kuncup bunga akan tetap hidup
sampai sambungan tersebut diambil. Batang bawah dan
batang atas dapat disimpan selama beberapa minggu
setelah disambung dalam sebuah lingkungan yang
lembab dengan cara menutup dengan kerodong plastik
besar.
Dalam hal ini, pangkal batang atas dibenam
kedalam tanah untuk mencegah kekeringan. Pada
tanaman alpukat, 15 cm panjang kambium kedua batang
bawah dan batang atas terpaut bersama-sama kemudian
diikat dengan tali pengikat. Batang bawah menebal
dengan cepat, dan setelah tiga bulan, diameternya sekitar
setengah diameter batang atas, sedangkan awalnya
kurang dari sepertiga.

Teknik Okulasi

Cara lain perbanyakan tanaman secara vegetatif


adalah dengan cara okulasi, yaitu memotong bagian kulit
dari tanaman batang bawah kemudian tempelkan mata
tunas yang diambil dari tanaman unggul (batang atas)
sehingga keduanya bersatu dan tumbuh bersama

37
menghasilkan tanaman baru yang keunggulannya sama
dengan keunggulan dari mana batang atasnya diambil.
Potongan kecil kulit batang yang mengandung
satu tunas vegetatif diambil dari entres dan ditempelkan
pada batang bawah. Biasanya mata tunas yang digunakan
untuk okulasi diambil disekitar pangkal daun, diantara
tangkai daun (petiole) pada batang, di samping petiole,
jauh dari pangkal batang. Kenyataan tersebut digunakan
dalam menentukan orientasi mata tunas yang dipotong
akan tumbuh dengan baik bila ditempelkan pada posisi
yang baik. Pada tanaman berkayu yang dorman biasanya
terlihat bekas luka setelah menghasilkan satu lembar
daun.
Okulasi memiliki dua keunggulan dibandingkan
grafting : Pertama, entres yang digunakan lebih sedikit
karena hanya satu tunas yang dibutuhkan per tanaman,
dan kedua, pelaksanaan lebih cepat daripada grafting .
Okulasi terdiri dari T-budding, Chip budding, dan Patch
budding. Dengan masing-masing teknik berbeda sesuai
operator dan kondisi yang berbeda.
Penempelan atau okulasi (budding) adalah
penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi
regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau
tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran)
yang menerima sambungan disebut batang bawah

38
(rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang
atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata
tunas.

a. Syarat batang bawah untuk okulasi

Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan"


untuk menghasilkan batang bawah, tetapi ada varietas
durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu
varietas bokor dan siriwig, karena biji besar sehingga
mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan
tahan terhadap busuk akar. Berdiameter 3-5 mm, berumur
sekitar 3-4 bulan. Dalam fase pertumbuhan yang
optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya aktif,
sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses
merekatnya mata tempel ke batang bawah. Disarankan
penyiraman cukup (media cukup basah). Batang bawah
dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.
Gunakan media tanam dengan komposisi sebagai berikut,
tanah subur : pupuk kandang : sekam padi = 1:1:1.
Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup
bertahan sampai 3 bulan siap tempel sampai dengan 3
bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag
harus diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm,
atau langsung ke polybag 30x40 cm tergantung
permintaan pasar dan seterusnya semakin besar

39
pertumbuhan tanaman harus diimbangi dengan ukuran
besar polybag. Kecuali untuk alasan pengangkutan jarak
jauh untuk efisiensi tempat kita gunakan polybag yang
lebih kecil dari biasanya.

b. Syarat batang atas untuk okulasi

Entres yang baik adalah yang cabangnya dalam


keadaan tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda
(setengah berkayu). Warna kulitnya coklat muda
kehijauan atau abu-abu muda. Entres yanng diambil dari
cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat dan
persentase keberhasilannya rendah. Ukuran diameter
cabang untuk entres ini harus sebanding dengan besarnya
batang bawahnya. Cabang entres untuk okulasi ini
sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok). Pada
tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang
masih ada daun melekat pada tangkai batangnya. Untuk
itu perompesan daun harus dilakukan dua minggu
sebelum pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua
minggu ini, tangkai daun akan luruh dan pada bekas
tempat melekatnya (daerah absisi) akan terbentuk kalus
penutup luka yang bisa mencegah masuknya
mikroorganisme penyebab penyakit (patogen).
Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu
pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan
pohon induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon

40
induk, biasanya tiga minggu sebelum pengambilan batang
atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK.
Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi
sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali ditularkan
pada bibit.
Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya
dengan mudah dapat dipisahkan dari kayunya
(dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan
tampak berair, ini menandakan kambiumnya aktif,
sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan
mempercepat pertautan dengan batang bawah.

c. Faktor yang menunjang keberhasilan okulasi

Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada


pagi hari, antara jam 07.00 11.00 pagi, karena saat
tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga
kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum.
Setelah jam 12.00 siang daun mulai layu dan kondisi ini
bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh,
terhindar dari sinar matahari langsung. Kebersihan alat
okulasi termasuk pisau yang akan digunakan perlu
dipertahankan agar bebas dari bakteri, cendawan, atau
virus yang bisa menimbulkan penyakit. Perawatan alat
okulasi, setelah digunakan dibersihkan dan dibungkus
lagi dengan kertas pembungkusnya agar tidak berkarat.
Seorang pembibit yang berpengalaman menempel dalam

41
1 jam mampu menempel sekitar 40 tempelan. Kerja mulai
jam 06.00-12.00 (6 jam) dilanjutkan jam 13.00-17.00 (4
jam), sehingga 10 jam kerja dalam 1 hari dihasilkan
10x40 = 400 tempelan.
Pembuatan tali plastik dari kantong plastik
berukuran ½ kg (12x25 cm) atau 2 kg (20x35 cm).
Gunakan plastik yang tahan santan dan minyak. Membuat
irisan memanjang dengan lebar 0.5-1 cm. Pengirisan
dengan silet, yang bergerak plastiknya bukan siletnya.
Untuk pemula pengirisan plastik bisa beralaskan papan
atau kaca, sedangkan yang sudah biasa pengirisan
kantong plastik dapat langsung di atas paha kita.
Menghitung kebutuhan tali plastik, 1 kantong plastik
ukuran ½ kg menjadi 12 irisan bolak-balik sehingga
menjadi 24 irisan x 3 bagian (8 cm) dihasilkan sekitar 72
tali plastik x ¼ kg (isi 140 lembar) maka dihasilkan
10.080 tali plastik, sedangkan 1 kantong plastik ukuran 2
kg menjadi 20 irisan bolak balik sehingga menjadi 40
irisan x 4 bagian (8 cm) dihasilkan sekitar 160 tali plastik
x ¼ kg (isi 60 lembar) maka dihasilkan 9.600 tali platik.
Harga 1/4 kg kantong plastik harganya Rp 3.000,-, ¼ kg
plastik ukuran ½ kg berisi 140 kantong plastik dan ¼ kg
plastik ukuran 2 kg berisi 60 kantong plastik.
Membersihkan tali plastik dengan cara dipegang dengan
jari direntangkan dan diketek-ketek atau digerakan biar
menjadi bersih, jangan dilap. Biasanya kantong plastik

42
yang habis kita iris menjadi tali plastik, kita gosok-
gosokan ke telapak tangan kita biar tidak licin/lebih kesat.

d. Cara okulasi

Secara umum cara pelaksanaan okulasi pada


tanaman dapat dilakukan sebagai berikut : Batang bawah
dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit keatas
lalu ditekan miring ke bawah sehingga posisi tanaman
dan polybagnya menjadi miring ke arah luar, agar
memudahkan mencari posisi batang yang akan di tempel
dan pengerjaan penempelan. Gerakan ini juga mampu
menjatuhkan embun/air yang melekat di daun, agar lebih
banyak embun/air yang jatuh, gerakan batang bawah
sekali lagi dengan tangan. Batang bawah dibersihkan dari
kotoran/debu dengan cara mengusap dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat
sobekan untuk okulasi.
Penentuan tempat okulasi, buat tempat
sayatan/kupasan/sobekan setinggi 3 kali tinggi/panjang
silet dari batas akar dan batang, karena bila okulasi
pertama gagal setelah 3 minggu kita bisa mengokulasi
lagi tepat berjarak sepanjang silet dibawah luka okulasi
pertama pada sisi yang berlawanan, kalau okulasi ke-2
masih gagal dalam 3 minggu berikutnya kita dapat
mengulang untuk yang terakhir kali atau yang ke-3
berjarak sepanjang silet pada sisi yang berlawanan

43
dengan okulasi ke-2 atau sama sisi dengan okulasi ke-1.
Kalau itupun gagal kita bisa gunakan alternatif dengan
teknik sambung pucuk atau kita menunggu tanaman
tumbuh lebih tinggi. Tetapi jangan melakukan okulasi 2
atau 3 sekaligus pada tanaman yang sama karena itu akan
membuat stress tanaman. Panjang silet sekitar 4 cm,
sehingga jarak tempat okulasi pertama adalah setinggi
sekitar 12 cm di atas batas akar dan batang. Buang daun
dibawah posisi tempat sayatan, untuk memudahkan
penempelan atau tidak menghalangi pandangan.
Penyayatan kulit batang bawah mendatar selebar 3-4 mm
dengan 2 atau 3 kupasan, tergantung pada besar kecilnya
diameter batang bawah dan diseimbangkan dengan besar
kecilnya entres, lalu ditarik ke bawah sepanjang lebih
kurang 1,5 - 3cm, sehingga menjulur seperti lidah.
Sayatan ini kemudian dipotong ¾ panjangnya atau
menyisakan sedikit sayatan (<1/3 bagian) cukup untuk
tempat menahan sayatan atau pola mata entres.
Entres yang dipilih dengan syarat : mudah dikupas
(menandakan bawah kambium/jaringannya aktif),
kelihatan bernas/sehat/segar, diambil dari ranting yang
berdiameter 2-4 mm, atau diameternya sama dengan
batang bawah, warna kulit sama dengan warna kulit
batang bawah (ini menunjukkan kesesuaian secara
fisiologis). Pengambilan/pengupasan pola mata entres
dari atas ke bawah, karena yang dilekatkan/yang menjadi
faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola

44
entres bagian bawah rapat dengan pola jendela di batang
bawah. Atau dengan kalimat lain bahwa yang diperlukan
adalah sisi bawah yang bersih, karena syarat mutlak agar
tempelan jadi adalah pola mata entres harus
melekat/menempel rapat pada sisi bawah dan salah satu
sisi samping, sedangkan sisi atas dan sisi samping lainnya
tidak melekatpun tidak apa-apa, tetapi lebih sempurna
kalau semua sisi menempel rapat (tetapi keadaan tersebut
sulit dicapai). Ukuran sayatan mata tempel sedikit lebih
kecil dari ukuran sayatan batang bawah. Disayat agak
dalam sehingga menembus kayu.
Tangan kiri memegang ranting yang mau diambil
mata entresnya, ibu jari tangan kiri menahan ranting dan
membantu mendorong ke arah atas saat pisau okulasi ada
di tangan kanan mulai bergerak membuat sayatan
menembus kayu. Panjang sayatan sekitar 0.5-1 cm diatas
mata entres dan 0.5-1 cm dibawah mata entres (sayatan
mata entes sepanjang sekitar 1-1.5 cm). Sayatan untuk
pengambilan entres harus dengan satu gerakan mulus
searah dan tidak boleh dengan gerakan terputus-putus.
Setelah sayatan melewati mata entres, kemudian
membuat keratan melingkar mengarah miring ke dalam
menghubungkan kedua sisi sayatan bidang pola mata
entres, untuk memisahkan mata entres dengan kayu
dengan cara mengait pola dengan ujung silet atau dengan
kuku jari dengan sontekan halus sehingga terlepaslah
kulit yang membawa mata entres dengan kayu dan

45
sayatan kayu tidak terlepas dari ranting. Apabila ranting
yang terdapat mata entres terlalu kecil, biasanya sayatan
ikut melepaskan kayu terikut dengan sayatan, kalau itu
terjadi kita masih dapat memisahkan mata entres dengan
kayu tersebut dengan sontekan ujung silet yang hati-hati.
Kemudian rapikan irisan sisi bawah entres untuk
menghindari irisan sisi bawah entres dari kotoran atau
infeksi, yang menjadi perhatian pola sayatan mata entres
harus bersih dari kayu dan apabila dilihat tidak
meninggalkan lubang di bekas kulit mata entres, maka
sayatan pola mata entres tersebut siap untuk ditempelkan.
Ambil sayatan mata entres, masukkan, lekatkan,
tempelkan, tancapkan dan tekan entres pada sisa sobekan
di batang bawah. Prinsipnya semakin cepat penempelan
dari pengambilan entres semakin baik persentase jadinya
makin tinggi. Ambil tali dan tarik tali plastik yang
disiapkan untuk pengikatan, pengikatan dari bawah
tempelan melingkar ke atas dimulai sekitar 0.5 cm di
bawah sayatan/jendela. Tali plastik disusun saling tindih
seperti menyusun genting, pengikatan dengan hati-hati
jangan terlalu kencang (mengganggu proses penyatuan
batang bawah dan entres), atau kurang kencang/kendur
(air bisa masuk ke luka tempelan, sehingga menginfeksi
tempelan) gunakan perasaan dalam pengikatan.
Pengikatan di dekat mata entres harus lebih hati-
hati, ikat bagian bawah mata entres menuju bagian atas
mata entres, ikat arah menyilang menuju bawah mata

46
entres, ikat bagian bawah mata entres, kembali menyilang
ke atas mata entres usahakan sekitar mata entres terikat
sempurna sehingga air tidak masuk ke dalam tempelan.
Lanjutkan pengikatan ke arah atas sampai ikatan
menutupi 0.5 cm diatas luka sayatan batang bawah, lalu
kunci ikatan dan tarik tali plastik dan potong/rapikan sisa
tali plastik.
Mata entres yang besar atau menonjol, semisal
pada durian tidak ditutup tali plastik saat pengikatan,
tangkai daun dipotong penuh/biasanya tangkai daunnya
sudah tanggal dengan sendirinya bila mata entres sudah
besar. Mata entres yang masih kecil ditutup dengan tali
plastik, tetapi disiasati dengan menyisakan potongan
tangkai daun dibawahnya agak panjang, sehingga
walaupun di tutup tapi sisa potongan tangkai daun masih
mampu melindungi mata entres kecil dari tekanan
pengikatan tali plastik sehingga cukup ruang untuk
tumbuh dan mata entres tidak patah. Jika mata tunasnya
tidak menonjol seperti pada mangga dan jeruk, mata
tunas boleh ditutup rapat dengan pita plastik.
Untuk mendorong tumbuhnya mata tunas atau
pertumbuhan batang bawah seimbang antara
pertumbuhan keatas dan menyamping, sehingga cukup
makanan untuk proses melekatnya tempelan entres,
dilakukan pemotongan pucuk (titik tumbuh) batang
bawah setelah penempelan. Biasanya 2-3 minggu
kemudian mata okulasi mulai tumbuh dan dimulailah

47
pembukaan entres. Pertama, buka ikatan paling atas
dengan silet dan dilanjutkan dengan memutar tali ikatan
berlawanan dengan arah pengikatan secara perlahan dan
hati-hati ke arah ikatan yang lebih bawah. Tanda dari
keberhasilan okulasi adalah mata entres yang
ditempelkan tetap hijau, segar, tidak kering, atau tidak
patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun belum kelihatan
tumbuh dapat dengan menggores sedikit permukaan
sayatan mata entres yang kita tempel apabila tetap
segar/hijau berarti tempelan jadi. Tempelan yang gagal
mata tempelnya akan berwarna coklat kehitaman.
Setelah mata tunas okulasi mempunyai 2-3 helai
daun yang dewasa dan siap berfotosintesis, lakukan
pemotongan kira-kira 2-3 cm di atas mata okulasi batang
bawahnya. Agar pertumbuhan mata tunas batang atas
tidak terganggu, tunas yang tumbuh dari batang bawah
harus dibuang.
Penyiraman paling lama 2 hari sekali, dilihat ada
tidaknya hujan, yang harus diingat bahwa tanaman yang
kita tempel mengalami pelukaan/stress sehingga
memerlukan makanan, air dan perawatan yang lebih.
Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk
daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan
konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15 :
15 : 15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk
ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan

48
dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram
per tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat
hama. Biasanya hama yang menyerang tanaman di
pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun.
Insektisida yang digunakan, misalnya Supracide 25 WP,
Decis 2.5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC,
Matador, Kanon dengan konsentrasi 2 cc/l air. Perlu
ditambahkan perekat semisal Suntick, apabila
penyemprotan pada musim hujan. Penyemprotan dengan
fungisida apabila terdapat serangan penyakit lodoh/busuk
daun, gejala bercak-bercak hitam pada permukaan daun ,
daun melipat dan melekat satu sama lainnya, selanjutnya
daun menjadi kecoklatan, kering dan mati. Biasanya
penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan
terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp,
Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit
yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan
dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit
disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80
WP, Benlate dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air.
Penyemprotan diulang seminggu sekali.

49
e. Jenis-jenis teknik Okulasi

Okulasi T (T-budding)

Okulasi T namanya disesuaikan dengan bentuk


torehan pada kulit batang bawah untuk mempersiapkan
tempat penyisipan tunas batang atas. Hal ini juga disebut
shield budding , karena dari bentuk potongan kecil yang
mengandung tunas yang akan dipindahkan ke batang
bawah. Okulasi T adalah metode tercepat dari
penyambungan maupun okulasi sehingga teknik ini
banyak digunakan untuk memperbanyak bibit jeruk dan
bunga mawar.
Anda dapat menggunakan okulasi T bila batang
bawah dalam kondisi pertumbuhan aktif dan kulit kayu
dengan mudah terpisah dari kayunya. Periksa dengan cara
mencungkil kulit dengan kuku atau pisau. Jika kulit tidak
mudah terlepas dari kayu maka gunakan teknik okulasi
keeping (chip-budding), atau salah satu dari teknik
penyambungan lainnya, ataukah tunggu hingga kulit
mudah terlepas dari kayu. Entres yang paling baik adalah
dari sepertiga bagian tengah cabang yang kuat dan sudah
matang. Entres ini memiliki bagian kayu yang sudah
mengeras dan pada penampang melintang terlihat
berbentuk bulat dan kurang bersudut. Pada saat anda
mengambil entres, potong semua daun yang ada pada
entres tersebut, tinggalkan 5 mm tangkai daun masing-

50
masing petiole. Jika entres akan disimpan selama
beberapa minggu, anda harus menutup pangkal dan ujung
entres menggunakan parafin atau diberi cat plastik
penahan air.
Untuk mempersiapkan batang bawah, pertama
memilih bagian batang yang lurus di posisi yang akan
disambung. Singkirkan setiap daun atau duri yang akan
mengganggu pekerjaan anda. Bila anda menggunakan
tangan kosong dan hendak membuat torehan T, maka
untuk menghindari cedera luka akibat pisau tajam,
sebaiknya anda memegang batang bagian atas daerah
torehan dan bukan di belakangnya.
Untuk membuat torehan tegak lurus okulasi T:
buat torehan pertama secara melintang pada kulit batang
bawah, namun tidak mengenai bagian kayunya. Potongan
ini panjangnya sekitar sepertiga lingkar batang, dapat
berupa torehan lurus atau sedikit melengkung ke atas
dengan sisi cembung. Sementara membuat torehan
memotong, tahan pisau sehingga pisau datar berada pada
sekitar 45 derajat di atas horisontal. Memotong dengan
sedikit melengkung miring membuat lebih mudah untuk
mengangkat kulit. Torehan kedua, juga pada kulit mulai
dari pusat torehan pertama dipotong lurus ke bawah
sepanjang sekitar 3 cm. Mulai dari perpotongan torehan
pertama dan kedua, angkat kulit kayu di sepanjang kedua
sisi potongan. Untuk memudahkan pengangkatan kulit
dari kayu gunakan ujung pisau atau atau alat lainnya yang

51
runcing. Untuk mengurangi kekeringan jaringan terbuka,
anda dapat menekan sementara kulit kembali ke
tempatnya semula sambil menyiapkan mata tunas yang
akan ditempelkan.

a
c d
b

Keterangan : a = batang bawah


b = batang atas dan mata tunas
c = mata tunas ditempel pada batang bawah
d = hasil sambungan

Gambar 13. Okulasi T (T-budding)

52
Ambil entres dengan ujung basal jauh dari dada
anda. Pegang entres dengan ibu jari tangan yang tidak
memegang pisau pada bagian atas permukaan entres,
tepat di atas tunas yang akan dipotong. Bagian tajam
pisau diletakkan di atas entres kearah badan dengan
membuat sudut seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Pegang gagang pisau sebagian jari mengepal. Buat
torehan dimulai sekitar 1 cm di bawah kuncup sampai
sekitar 1 cm di atasnya. Dalam membuat torehan, pisau
dipegang dengan mengepalkan tangan ke arah ibu jari,
dengan cara yang sama saat mengupas kentang. Buat
torehan bawah tunas sehingga permukaan potongannya
cukup halus. Cara lain untuk mengambil tunas adalah
memotong dangkal disekitar 1 cm di atas tunas, kemudian
pisahkan bagian kuncup dari entres tersebut.
Cepat masukkan potongan tunas di bawah kulit
batang bawah yang sudah dibuat di atas tadi, dengan sisi
tangkai daun dari kuncup menuju pangkal batang bawah
tersebut. Tekan potongan tunas secara lembut turun ke
posisi sampai di bawah kulit, hanya kuncup dan tangkai
daun yang menonjol. Gunakan potongan tangkai daun
sebagai pegangan untuk tahapan ini. Jika potongan mata
tunas terlalu panjang, potong sebagian dari ujung ekor.
Selesaikan tahapan tersebut dengan mengikat mata tunas
pada torehan yang dibuat tadi.
Meskipun beberapa okulator menggunakan
pengikat karet atau tali rafiah tetapi yang paling baik

53
digunakan adalah pita plastik lebar 12 mm. Pita plastik
tersebut dipotong-potong sepanjang 20-25 cm. Ikat mata
tunas mulai dari puncak T dengan memegang salah satu
ujung pita antara ibu jari dan jari telunjuk. Lilitkan
pengikat pada mata tunas yang sudah ditempel secara
spiral kemudian ikatkan ujungnya agar tidak mudah
terlepas. Lanjutkan pembungkus dalam model spiral
tumpang tindih, turun melewati dasar T dan kembali lagi.
Tekan secukupnya mata tunas demikian juga pada
saat melakukan pengikatan, ikatan tali harus cukup kuat.
Bila anda biasa bekerja dengan tangan kanan maka
batang bawah ditahan oleh tiga jari pada tangan kiri. Ibu
jari dan jari telunjuk menekan tali pengikat mata tunas
dan batang bawah. Tangan kanan membalutkan tali
pengikat, sedangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
menekan pembalutan.
Tutup mata tunas dan tangkai daun secukupnya,
atau mata tunas dan tangkai daun juga terbalut dalam pita
pengikat. Kurangi tegangan tali pada saat balutan berada
disekitar mata tunas. Ikatkan secara kuat ujung tali
pengikat agar tidak mudah terlepas.
Tanda awal yang menunjukkan bahwa tunas telah
berhasil adalah ketika warna tangkai daunnya berubah
warna dari hijau menjadi kuning. Segera setelah itu,
tangkai daun akan terpisah dari mata tunas, dan kemudian
akan terlihat mata tunas mulai membengkak dan tunas
baru mulai terdorong keluar. Jika mata tunas diberi

54
kerudung, sebaiknya dibuka dua sampai tiga minggu
sesudah tempel agar tidak menghalangi pertumbuhan
tunas. Pada saat sudah bertunas, pangkas sepertiga bagian
atas tanaman. Setelah tunas baru tumbuh, potong
setengah lingkaran batang bawah pada posisi 1 cm di atas
tunas dan menekuknya kebawah.
Dalam kondisi berangin, tinggalkan rintisan
batang bawah 10 cm diatas tunas sebagai penopang untuk
mengikat tunas pada awal pertumbuhan. Pada umur satu
tahun rintisan batang bawah yang disisakan sudah harus
dipotong semuanya. Pangkas semua tunas yang muncul
dari batang bawah.
Tali pengikat sudah harus dikeluarkan setelah
sekitar tiga bulan, atau bisa lebih awal jika diperlukan,
untuk mencegah tali tersebut menghambat pertumbuhan
tunas. Cara yang cepat dan aman untuk mengeluarkan tali
pengikat adalah memutus tali pada satu sisi menggunakan
pisau tajam. Beberapa tanaman, seperti jeruk, umumnya
menggunakan metode okulasi T terbalik. Seperti
namanya, sayatan/torehan di kulit batang bawah
dilakukan dalam bentuk T terbalik, mata tunas dipotong
dari entres mulai dari atas ke bawah kemudian potongan
mata tunas tersebut disisipkan ke T dari bawah ke atas.

55
Okulasi mikro (Mikro budding)

Modifikasi lain dari metode T-budding ialah


okulasi mikro yang juga telah digunakan untuk
memperbanyak bibit jeruk. Batang bawah yang
digunakan lebih muda, demikian juga mata tunas diambil
entres yang masih muda. Pada penampang melintang
entres muda tersebut masih bersudut dan belum
membulat. Potongan mata tunas dan torehan T- dibuat
lebih kecil dari pada okulasi T yang normal. Metode
okulasi mikro mepunyai kelebihan yaitu mata tunas dan
batang bawah yang muda dapat tumbuh bersama-sama
lebih cepat, dan menghasilkan tunas muda dalam waktu
yang lebih cepat . Entres muda biasanya lebih banyak
tersedia, tetapi keterbatasannya adalah umur simpannya
lebih pendek dan hanya bisa digunakan pada saat masih
segar.

Okulasi kepingan (Chip Budding)

Okulasi kepingan digunakan jika tidak bisa


menggunakan okulasi T karena kulit batang bawah sulit
diangkat, mungkin karena kondisi pertumbuhan tidak
cocok atau karena dormansi. Okulasi kepingan juga lebih
berhasil dibandingkan okulasi T di daerah beriklim
dingin, di mana proses pembentukan kallus lebih lambat.
Sama halnya dengan okulasi T, entres yang digunakan

56
berdiameter sama atau sedikit lebih kecil dari batang
bawah. Teknik ini juga bisa lebih cepat karena bisa
menggunakan dua pisau pemotong satu untuk batang
bawah dan satu untuk batang atas. Siapkan batang bawah
sebagai berikut:
1. Pilih batang yang mulus, lurus, dan tanpa tunas.
2. Buatlah potongan pertama langsung pada batang
bawah, serong ke bawah sekitar 30 derajat ke arah
pangkal batang dan tekan lebih dalam ke bagian
kayu setelah melewati sekitar seperempat bagian
potongan. Potongan batang bawah tersebut
dibuang.
3 Buatlah potongan pada batang atas serupa dengan
potongan batang bawah tetapi potongan tersebut
mengandung tunas ditengahnya. Tempelkan
potongan tadi secepatnya pada batang bawah
sedemikian rupa sehingga pertemuan kambium
batang atas dan batang bawah pada satu sisi atau
dua sisi lebih baik.
4 Akhirnya, ikat dengan erat hasil tempelan tadi
menggunakan tali pengikat seperti yang dijelaskan
pada T-budding.

57
a b c

Keterangan : a = batang bawah b = mata tunas


c = hasil sambungan

Gambar 14. Okulasi kepingan (Chip Budding)

Pada beberapa jenis tanaman dimana tunas


tumbuh pada bagian atas batang bawah cenderung
menekan tunas yang tumbuh dibawahnya. Hal ini, dapat
mencegah mata tunas yang ditempel dibawahnya tidak
terganggu. Caranya buat dua torehan sejajar pada kulit
sepanjang 3-5 cm pada posisi 1 cm diatas tempelan.
Potong torehan tersebut hingga separuh lingkaran batang
bawah. Angkat dan buang kulit dari hasil torehan
tersebut.

58
Okulasi tampalan (Patch Budding)

Teknik ini digunakan untuk spesies tanaman yang


memiliki kulit tebal, atau dengan kulit yang mudah
dikupas dari batangnya, misalnya kenari, kacang mete,
dan untuk spesies yang menghasilkan lateks, seperti sawo
dan nangka Teknik ini caranya dengan mengangkat
potongan persegi panjang dari kulit batang bawah dan
menggantinya dengan potongan tunas tunggal yang
berukuran sama yang diambil dari batang atas.

b
a

c
Keterangan : a = batang bawah b = mata tunas
c = hasil sambungan

Gambar 15. Okulasi tampalan (Patch Budding)

59
Potongan kulit baik batang atas maupun batang
bawah harus mudah terkelupas dari kayunya. Untuk
menginduksi agar kulit mudah terkelupas dari kayu
caranya adalah : kayu entres disimpan dalam lemari
pendingin sekitar 20 ° C selama dua sampai tiga minggu
sebelum bertunas. Selama pendinginan pangkal entres
terendam dalam air.
Pilih bagian lurus batang bawah tanpa tunas, buat
dua torehan paralel pada kulit batang bawah, panjang
sekitar 3 cm dan lebar 1-2 cm, Buat torehan mendatar dan
sejajar pada kedua ujung torehan pertama. Selanjutnya,
kulit hasil torehan dapat diangkat. Buat potongan kulit
dengan tunas tunggal yang ukurannya sama dengan
potongan yang pertama.
Penting diketahui sambungan potongan kulit
harus betul-betul tersambung baik pada bagian atas
maupun pada bagian bawah tempelan, sedangkan
kerenggangan sambungan pada kedua sisinya tidak
terlalu mempengaruhi pertumbuhan tunasnya. Selipkan
potongan mata tunas dengan menekan kedua sisinya
kemudian ikat dengan tali pengikat. Pengikatan dilakukan
sedemikian rupa sehingga terjadi penyatuan yang
sempurnah antara lapisan kambium batang atas dengan
batang bawah, dan kelembabannya terpelihara. Ikatan
disekitar mata tunas tidak boleh terlalu keras karena dapat
mengganggu pertumbuhan tunas.

60
Jika kulit batang bawah lebih tebal daripada kulit
batang atas, anda perlu menipiskan kulit batang bawah
disekitar sambungan hingga lebih tipis dari kulit batang
atas. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa tali
pengikat menekan erat pada tempelan mata tunas. Untuk
mendapatkan ukuran yang sama antara potongan mata
tunas dengan ukuran lobang torehan batang bawah, anda
dapat membuat alat kecil bersegi dengan pisau di kedua
sisi. Variasi dari alat ini bisa membuat potongan mata
tunas yang bundar, lonjong atau bentuk lain yang
diinginkan.

Okulasi V (V-budding)

Okulasi V adalah teknik eksperimental yang biasa


digunakan untuk perbanyakan bibit batang bawah jeruk
yang masih muda sebagai teknik alternatif untuk
microbudding. Seperti microbudding, teknik ini memiliki
kelebihan karena pembentukan kallus yang cepat karena
jaringan muda masih aktif tumbuh.
Teknik V-budding memiliki keuntungan lain yaitu
tidak perlu memangkas daun pada batang bawah,
sehingga tidak perlu ada pemeriksaan pertumbuhan.
Kerugiannya adalah bahwa entres dan batang bawah dari
teknik ini tidak mudah dimanipulasi, dan juga memiliki
daya simpan yang terbatas. Teknik ini membuat dua

61
potongan di batang bawah dan batang atas dan
membentuk V sebagai berikut:

1. Buat torehan pertama pada sisi daun, dan perpanjang


sekitar seperempat bagian lingkar batang bawah pada
sudut 45 derajat menuju dasar. Jangan pangkas
daunnya.
2. Buat torehan kedua tepat di atas tunas daun hingga
ujung pisau menyentuh bagian kayu batang bawah.
3. Buatlah torehan yang serupa untuk mengambil mata
tunas dari batang atas.
4. Masukkan mata tunas tersebut pada torehan batang
bawah, dan kemudian ikat dengan tali pengikat.

Mata tunas

Hasil sambungan
Batang bawah

Gambar 16. Okulasi V (V-budding)

62
Grafting dan okulasi pada beberapa jenis tanaman

Penyambungan atau enten (grafting) adalah


penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi
regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau
tautannya. Penyambungan pada tanaman kakao bisa
dilakukan pada tanaman bibit dengan teknik sambung
pucuk dan bisa juga dilakukan pada tanaman dewasa atau
tanaman tua dengan teknik sambung samping.

1. Teknik sambung pucuk pada tanaman kakao

a. Persiapan batang bawah

Sambung pucuk (top grafting) Sambung pucuk


merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian
atas atau pucuk dari batang bawah. Pilih batang bawah
yang berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
Berada pada fase pertumbuhan yang optimum (tingkat
kesuburannya baik), kambiumnya aktif, sehingga
memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya
mata tempel ke batang bawah. Selama dipesemaian
dilakukan penyiraman yang cukup (media cukup basah).
Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum

63
penyambungan. Gunakan media tanam dengan komposisi
tanah subur : tanah, pupuk kandang : sekam padi (1:1:1).
Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup
bertahan dari biji sampai 3 bulan siap sambung sampai
dengan 3 bulan setelah sambung, setelah periode tersebut
polybag harus diganti dengan ukuran yang lebih besar
20x30 cm, atau langsung ke polybag 30x40 cm
tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin
besar pertumbuhan tanaman maka ukuran polybag
semakin besar. Kecuali untuk pengangkutan jarak jauh
dalam jumlah banyak maka gunakan polybag yang lebih
kecil dari biasanya.

b. Persiapan batang atas untuk sambungan

Batang atas atau entres yang akan disambungkan


pada batang bawah diambil dari pohon induk yang sehat
dan tidak terserang hama dan penyakit. Pengambilan
entres ini dilakukan dengan menggunakan gunting setek
yang tajam (agar diperoleh potongan yang halus dan tidak
mengalami kerusakan) dan bersih (agar entres tidak
terkontaminasi oleh penyakit). Entres yang akan diambil
sebaiknya dalam keadaan dorman (istirahat) pucuknya
serta tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda
(setengah berkayu). Panjangnya kurang lebih 10 cm dari
ujung pucuk, dengan diameter sedikit lebih kecil atau

64
sama besar dengan diameter batang bawahnya. Entres
dalam keadaan dorman ini bila dipijat dengan dua jari
tangan akan terasa padat, tetapi dengan mudah bisa
dipotong dengan pisau silet. Selain itu bila dilengkungkan
keadaannya tidak lentur tetapi sudah cukup tegar. Entres
sebaiknya dipilih dari bagian cabang yang terkena sinar
matahari penuh (tidak ternaungi) sehingga
memungkinkan cabang memiliki mata tunas yang tumbuh
sehat dan subur. Bila pada waktunya pengambilan entres,
keadaan pucuknya sedang tumbuh tunas baru (trubus)
atau sedang berdaun muda, maka bagian pucuk muda ini
dibuang dan bagian pangkalnya sepanjang 5-10 cm dapat
digunakan sebagai entres. dan hasil sambung pucuk pada
tanaman kakao

Batang atas

Hasil sambungan

Batang bawah

Gambar 17. Sambung pucuk

65
Caranya pelaksanaannya sebagai berikut:

Batang bawah dipotong setinggi 20-25 cm di


atas permukaan tanah. Gunakan silet, pisau okulasi
atau gunting setek yang tajam agar bentuk irisan
menjadi rapi. Batang bawah kemudian dibelah
membujur sedalam 2-2,5 cm. Batang atas yang sudah
disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 7,5-
10 cm. bagian pangkal disayat pada kedua sisinya
sepanjang 2-2,5 cm, sehingga bentuk irisannya seperti
mata kampak. Selanjutnya batang atas dimasukkan ke
dalam belahan batang bawah.
Pengikatan dengan tali plastic selebar 1 cm.
Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang
bawah perlu diperhatikan agar kambium entres bisa
bersentuhan dengan kambium batang bawah.
Sambungan kemudian disungkup dengan kantong
plastik bening.Agar sungkup plastik tidak lepas
bagian bawahnya perlu diikat.Tujuan penyungkupan
ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga
kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap
tinggi. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan
di bawah naungan agar terlindung dari panasnya sinar
matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian sambungan
yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang
gagal akan berwarna hitam dan kering. Pada saat ini
sungkup plastiknya sudah bisa dibuka. Namun, pita

66
pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu
kemudian. Untuk selanjutnya kita tinggal merawat
sampai bibit siap dipindah ke kebun.

Bibit sambung pucuk Kakao sambung pucuk umur


2 tahun

Gambar 18. Hasil sambung pucuk pada tanaman kakao

c. Teknik Sambung samping (side grafting) pada


tanaman kakao

Pada dasarnya, pelaksanaan sambung


samping sama seperti pelaksanaan model sambung
pucuk. Sambung samping merupakan cara

67
penyambungan batang atas pada bagian samping
batang bawah.

Keterangan :
1). Peralatan yang digunakan.
2). Membuat torehan pada kulit batang bawah.
3). Entres dipotong miring
4). Entres disisipkan pada batang bawah
5). Sambungan diikat dengan tali rafiah dan dikerodong
dengan plastik transparan.
6). Entres mulai bertunas kerodong dibuka.
7). Potong batang bawah 50 cm di atas sambungan.

Gambar 19. Urutan pelaksanaan sambung samping kakao

Urutan pelaksanaan sambung samping kakao


sebagai berikut: Batang bawah dipilih yang baik. Ukuran
batang atas tidak perlu sama dengan batang bawah,
bahkan batang bawah biasanya menggunakan tanaman
dewasa yang sudah berumur puluhan tahun sedangkan
batang atasnya adalah cabang plagiotrop yang
berdiameter sekitar 1 cm. Pada batang bawah dibuat

68
irisan belah pada posisi sekitar 50 cm di atas permukaan
tanah dengan mengupas bagian kulit tanpa mengenai
kayu atau dapat juga dengan sedikit menembus bagian
kayunya. Irisan kulit batang bawah dibiarkan atau tidak
dipotong. Batang atas dibuat irisan meruncing pada kedua
sisinya. Sisi irisan yang menempel pada batang bawah
dibuat lebih panjang menyesuaikan irisan di batang
bawah dari sisi luarnya. Batang atas tersebut disisipkan
pada irisan belah dari batang bawah. Dengan demikian,
batang bawah dan batang atas akan saling berhimpitan.
Kedua lapisan kambium harus diusahakan agar saling
bersentuhan dan bertaut bersama.
Setelah selesai disambungkan, sambungan
tersebut diikat dengan tali plastik. Untuk menjaga agar
tidak terkontaminasi atau mengering, sambungan dan
batang atas ditutup dengan kantong plastik. Setelah
batang atas menunjukkan pertumbuhan tunas, kurang
lebih 2 minggu setelah penyambungan, kantong plastik
serta tali plastik bagian atas sambungan dibuka lebih
dulu, sedangkan tali plastik yang mengikat langsung
tempelan batang atas dan kulit batang bawah dibiarkan,
sampai tautan sambungan cukup kuat. Bilamana sudah
dipastikan bahwa batang atas dapat tumbuh dengan baik,
bagian batang bawah di atas sambungan dipotong.
Pemotongan perlu dilakukan supaya tidak terjadi
kompetisi kebutuhan zat makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan lanjutan dari batang atas.

69
Hasil sambungan umur 2 bulan Hasil sambungan umur 2 tahun

Gambar 20. Hasil sambung samping kakao

d. Teknik Penyambungan tanaman Sawo

Penyambungan tanaman sawo sebagai batang atas


dilakukan dengan tanaman ketiau atau melali (Bassia sp.)
sebagai batang bawahnya. Metoda penyambungan yang
dilakukan adalah metoda sambung pucuk (top grafting).
Tata laksana memproduksi bibit sawo dengan cara
sambung pucuk (top grafting) adalah sebagai berikut:
Siapkan alat dan bahan berupa pisau tajam, tali rafia atau
lembar plastik, gunting, kantong plastik bening, batang
bawah melali atau bassia umur 3-6 bulan atau
berdiameter batang 0,3–0,7 cm, dan cabang atau tunas

70
entres. 2. Pelaksanaan sambung pucuk. Potong ujung
batang tanaman bassia pada ketinggian 15–20 cm dari
permukaan tanah. Sayat batang bawah membentuk celah
atau huruf V sepanjang 3–5 cm. Sayat cabang entres
sepanjang 4 cm membentuk baji seukuran sayatan batang
bawah dan buang sebagian daunnya. Masukkan pangkal
cabang entres ke celah batang bawah hingga pas benar.
Ikat erat-erat hasil sambungan tadi dengan tali rafia atau
lembaran plastik. Kerudungi hasil sambungan dengan
kantong plastik bening selama 10-15 hari. Hasil
sambungan dapat diperiksa setelah 10 hari sampai 15 hari
kemudian. Caranya adalah dengan membuka kerudung
kantong plastik, kemudian mata entres atau bidang
sambungan diperiksa. Jika mata entres berwarna hijau
dan segar berarti penyambungan berhasil. Sebaliknya,
bila mata entres berwarna coklat dan kering berarti
penyambungan gagal.

e. Okulasi tanaman Jeruk

Batang bawah yang digunakan adalah jeruk


Rough Lemon (Citrus jambhiri) yang telah berumur 10
bulan. Batang bawah ditanam pada polybag ukuran 20 cm
x 25 cm yang berisi media tanam campuran tanah dan
pupuk kandang kambing dengan perbandingan 3:1. Satu
minggu sebelum okulasi, batang bawah diberi pupuk urea
2 g setiap tanaman agar waktu diokulasi kulit tanaman

71
mudah terkelupas. Sebagai batang atas digunakan jeruk
manis varietas Ansui Miagawa (Citrus sinensis) yang
telah berumur 3 tahun, sehat, dan bebas penyakit. Entres
dipotong 30 cm dari pucuk tanaman yang terkena sinar
matahari, kemudian daunnya dirompes dan dibungkus
dengan kertas aluminum foil atau gedebog pisang, lalu
disimpan di ruangan yang agak lembap. Lama
penyimpanan disesuaikan dengan perlakuan. Urutan
pelaksanaan sebagai berikut :
Kulit batang bawah disayat secara melintang
dengan lebar 6-12 mm, kemudian dikupas ke arah bawah
dengan panjang 2-3 cm sehingga terbentuk lidah. Lidah
kemudian dipotong dengan menggunakan pisau okulasi
dan disisakan seperempat bagian. Mata tunas dari cabang
entres disayat dengan kayunya sepanjang ± 2 cm.
Selanjutnya mata tunas disisipkan pada sayatan batang
bawah, lalu diikat dengan tali plastik yang telah
disiapkan. Pengikatan dimulai dari bagian bawah ke atas
(sistem genting bertingkat) agar pada waktu hujan atau
penyiraman air tidak masuk ke dalam okulasian. Setelah
okulasi berumur 2 minggu, tali plastik dibuka. Mata tunas
yang berwarna hijau menandakan bahwa okulasi berhasil
(jadi). Batang bawah kemudian dipotong dengan
menyisakan dua helai daun. Mata tunas yang berwarna
coklat menandakan okulasi mengalami kegagalan.
Tanaman disiram 2 hari sekali apabila tidak turun
hujan agar media tanam tetap lembap. Tumbuhan

72
pengganggu seperti rumput yang tumbuh di dalam
polybag dan di sekitar lahan percobaan dibersihkan.
Tunas-tunas yang tumbuh pada batang bawah dibuang
agar tunas yang tumbuh dari tunas mata okulasi
mendapatkan makanan yang cukup sehingga
pertumbuhannya baik. Untuk mengendalikan hama dan
penyakit dilakukan penyemprotan dengan insektisida dan
fungisida setiap 14 hari sekali.
Pengamatan dan pengukuran dilakukan 2 minggu
setelah okulasi. Parameter yang diamati dan diukur
adalah persentase keberhasilan okulasi jadi, waktu pecah
tunas (hari), jumlah daun, panjang tunas (cm), dan
persentase okulasi yang tumbuh. Persentase okulasi jadi
dihitung pada waktu okulasi dibuka, yaitu 2 minggu
setelah okulasi. Pecah tunas dicatat pada saat calon daun
okulasian membuka (dalam hari). Jumlah daun yang
tumbuh pada okulasian dihitung pada umur 2 bulan
setelah okulasi. Panjang tunas diukur dari bidang okulasi
sampai titik tumbuh pada umur 2 bulan setelah okulasi.
Persentase okulasi yang tumbuh dihitung pada umur 2
bulan setelah okulasi.

73
Daftar Pustaka
Hannah Jaenicke and Jan Beniest. 2002. Vegetative Tree
Propagation in Agroforestry Training Guidelines
and References. International Centre for Reseach
in Agroforestry PO Box 30677 Nairobi, Kenya

Lewis, W.J. and D McE Alexander. 2008. Grafting &


Budding . A Practical Guide for Fruit and Nut
Plants and Ornamentals. Published by Landlinks
Press 150 Oxford Street (PO Box 1139)
Collingwood VIC 3066, Australia.

Limbongan, J. 2011. Kesiapan penerapan teknologi


sambung samping (side-cleft-grafting) untuk
mendukung program rehabilitasi tanaman kakao.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Vol 30 (4) :156-163.

Nugroho H. Prastowo, James M. Roshetko, Gerhard E.S


Maurung, Erry Nugraha, Joel M. Tukan, dan
Frasiskus Harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan
Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World
Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock
International.

Pratiknyo Purnomosidhi, Suparman, James M Roshetko,


Mulawarman. 2002. Perbanyakan dan Budidaya
Tanaman Buah-buahan Dengan penekanan pada
durian, mangga, jeruk, melinjo, dan sawo
(Pedoman lapang). ICRAF & Winrock
International.

74
JERMIA LIMBONGAN,
dilahirkan di Rantepao, Toraja
Utara, Sulawesi Selatan
tanggal 16 Oktober 1953.
Putra ketujuh dari 14
bersaudara dari pasangan
bapak J.T. Limbongan
(Almarhum) dan ibu Albertina
Rara. Tahun 1979 menikah
dengan Debora Palamba, dan
telah dikarunia 3 orang anak
yaitu ;
Amelia Agustina Limbongan, SP, drg. Jeni Andriyani
Limbongan, dan Lettu (Arh) Samuel Asdianto Limbongan dan
4 orang cucu yaitu Zhivana Marindatu Pangarungan , Davinia
Guidita Tandisau, Orazio Apriman Limbongan Tandisau dan
William Karel Limbongan.
Lulus sarjana pertanian tahun 1980 dari Fakultas
Pertanian UNHAS Tahun 1985 mendapat gelar magíster sains
(MS) tahun 1985 dari Fakultas Pasca Sarjana UNPAD
Bandung dan mendapat gelar Doktor dalam bidang Agronomi
di IPB tahun 1995. Pendidikan tambahan yaitu mengikuti
Comparative Study di Davao, Filipina tahun 1999, Kursus
Crop Improvement and Natural Resource Management di
Andrapradesh, India tahun 2001, Fasilitating Multistakeholder
Processes and Social Learning di Wagenigen, Belanda tahun
2005, dan Studi Banding Tanaman Sagu di Serawak, Malaysia
tahun 2006.
Tahun 1985 – 1991 diangkat sebagai Kepala Sub Balai
Penelitian Tembakau dan Serat Bajeng di Sulawesi Selatan,

75
tahun 1997 – 2003 diangkat sebagai Ketua Program di BPTP
Sulawesi Tengah, tahun 2003 – 2008 dipercaya sebagai
Kepala BPTP Provinsi Papua, dan. tahun 2008 – sekarang
sebagai Peneliti Utama di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Selatan.
Jumlah karya tulis ilmiah yang telah dihasilkan selama
berkarier sebagai peneliti sebanyak 82 buah termasuk 2 buku
ilmiah yang berjudul : Mengenal Tanaman Buah Merah
(Pandanus conoideus Lamk). Berkhasiat Obat dan Sumber
Gizi, yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius. Jln. Cempaka 9,
Deresan Yokyakarta, dan Petunjuk Praktis Memperbanyak
Tanaman Secara Vegetatif (Grafting dan Okulasi) yang
diterbitkan oleh Penerbit UKI Toraja Press.
Disamping melaksanakan tugas penelitian juga
membimbing beberapa mahasiswa S1 dari UNHAS (1989 –
1992), dosen Luar Biasa di Universitas Tadulako, Palu (1996-
2001) , dosen luar biasa di Fakultas MIPA, Universitas
Cenderawasih Jayapura tahun 2007 - 2008, mengajar dan
membimbing mahasiswa S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Jayapura tahun 2005 – 2008. Sejak tahun 2008
sampai sekarang diangkat sebagai dosen luar biasa pada
Fakultas Pertanian Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja,
dan dosen luar biasa pada Sekolah Tinggi Theologia (STT)
INTIM, Makassar, mengajar mata kuliah statistika, metode
penelitian ilmiah, penyuluhan, dan ilmu alamiah dasar.

76
TENTANG PENULIS

YUSUF LIMBONGAN, lahir di


Tana Toraja, Propinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 21 Juni 1967.
Pada tahun 1991 penulis
menyelesaikan pendidikan sarjana
pada jurusan Agronomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar.
Sejak tahun 1994 penulis diangkat sebagai dosen tetap
pada Universitas Kristen Indonesia Toraja. Tahun 1996
penulis menjabat sebagai Ketua Departemen Agronomi,
Fakultas Pertanian UKI Toraja, selanjutnya pada tahun
1998 penulis menjabat sebagai Pembantu Dekan Fakultas
Pertanian UKI Toraja. Penulis mengikuti pendidikan
magister sains pada Program Studi Sistem-Sistem
Pertanian, kekhususan ilmu tanaman, Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar pada
tahun 1999 hingga 2001. Penulis menjabat sebagai
Dekan Fakultas Pertanian UKI Toraja periode 2002
hingga 2005. Penulis menyelesaikan program doktor

77
pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Sejak tahun 1993 penulis mengajar mata kuliah
Statistika dan Perancangan Percobaan pada Fakultas
Pertanian maupun Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia Toraja.

78

Anda mungkin juga menyukai