Anda di halaman 1dari 38

Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung


2015

F.1 KERANGKA DAN ALUR PIKIR


Dalam menyelesaikan pekerjaan ini, Sebagai tahap awal dijelaskan mengenai
kerangka pikir pelaksanaan pekerjaan yang merupakan cara pikir secara
keseluruhan konsultan terhadap konteks studi ini dalam Pekerjaan Pra Studi
Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten
Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung. Kerangka pikir pelaksanaan
pekerjaan ini meliputi: isu strategis (latar belakang), lingkungan strategis (faktor
pengaruh), instrumental input (acuan perundangan) dan konteks pelaksanaan
pekerjaan. Isu strategis secara implisit merupakan penggambaran dari latar
belakang pekerjaan yang tercantum dalam KAK. Lingkungan strategis (faktor
pengaruh) berisikan faktor eksternal yang menjadi bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Instrumental input (acuan perundangan) merupakan
peraturan perundangan yang menjadi landasan terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan ini. Konteks pelaksanaan pekerjaan yaitu rangkaian siklus input-proses-
output dari studi ini sebagai gambaran kegunaan studi ini dan pemenuhan lingkup,
tujuan, dan sasaran studi sesuai dengan KAK.

Tahap berikutnya berdasarkan kerangka pikir pekerjaan ini selanjutnya dapat


disusun kerangka kerja pelaksanaan pekerjaan yang merupakan cara kerja yang
akan dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini yang disampaikan dalam
kerangka analisis. Untuk mempermudah penyusunan kerangka analisis agar sesuai
dengan KAK, disusun terlebih dahulu research question dan metoda
penyelesaiannya/lingkup analisis yang merupakan keluaran yang diinginkan KAK
dan gambaran langkah-langkah yang dilakukan guna menyelesaikan dan
menjawab apa yang diinginkan KAK. Gambaran langkah-langkah dalam
menyelesaikan pekerjaan ini diterjemahkan secara komprehensif ke dalam
metoda-metoda analisis berikut dengan metoda pengumpulan data.

Dengan rangkaian kegiatan yang sistematis diharapkan mampu dihasilkan suatu


rekomendasi berupa produk tersusunnya Pekerjaan Pra Studi Kelayakan (Pre-
FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten Bangka Selatan
Provinsi Bangka Belitung sebagai bahan acuan dalam kegiatan berikutnya.

F-1
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

INSTRUMENTAL INPUT

- UU 17/2008 Ttg Pelayaran;


- UU 32/2004 Ttg Pemerintahan Daerah;
- UU 26/2007 Ttg Penataan Ruang;
- PP 61/2001 Ttg Kepelabuhanan
- Kepmenhub 31/2006 Ttg Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan
Dephub;
- Kepmenhub 1/2008 Ttg Oerganisasi dan Tata Kerja Dephub;
- Keppres, Kepmen, dan peraturan lainnya

LATAR BELAKANG LINGKUP KEGIATAN KELUARAN (OUTPUT) SASARAN (OUTCOME) MANFAAT (BENEFIT)
KEGIATAN

- Pengembangan transportasi laut - Analisis tata ruang dan kebijakan Hasil studi kelayakan untuk Dapat dilakukannya tahap Tersedianya pelayanan
di Indonesia harus didukung - Analisis aspek transportasi mengetahui kemingkinan perencanaan teknis maupun transportasi laut di wilayah
pembangunan pelabuhan yang - Analisis aspek ekonomi wilayah dibangunnya pelabuhan laut di implementasi pembangunan dan Kabupaten Bangka Selatan
baik dan memenuhi syarat - Analisis social kependudukan penyediaan prasarana Provinsi Bangka Belitung yang
lokasi Kabupaten Bangka
operasional - Analisis aspek rona lingkungan
Selatan Provinsi Bangka pelabuhan di Kabupaten Bangka dapat mendukung penyediaan
- Indikasi kebutuhan pelayanan - Analisis aspek fisik teknis
transportasi laut di Kab. Bangka - Potensi demand Belitung berdasarkan aspek Selatan Provinsi Bangka Belitung pelayanan public dan
Selatan - Indikasi kelayakan ekonomi teknis, tata ruang, social, yang lebih terarah berdasarkan pertumbuhan ekonomi wilayah
- Perlunya dilakukan studi - Alternative lokasi pelabuhan keselamatan pelayaran, hasil pekerjaan ini ini
kelayakan pembangunan - Lokasi pelabuhan yg optimal sesuai ekonomi, financial, dan
pelabuhan di wilayah tersebut skala prioritas lingkungan

LINGKUNGAN STRATEGIS

- Kondisi fisik wilayah kajian (geografis, geologis, klimatologis)


- Tipologi tata ruang dan system kegiatan
- Integrasi jaringan transportasi intermodal
- Perkembangan sodial ekonomi masyarakat

Gambar F.1 Alur Pikir Kegiatan

F-2
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

F.1.1 Isu Strategis


Pada dasarnya isu strategis merupakan gambaran latar belakang KAK. Hasil kajian
awal konsultan telah mampu memahami latar belakang dari pekerjaan ini dimana
latar belakang pekerjaan ini meliputi isu strategis/permasalahan. Berikut ini
disampaikan isu strategis terkait studi ini.
1. Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau
dengan beribu potensi sumber daya alam yang ada dan tersebar di semua
wilayah dan kepulauan yang ada, menggunakan infrastruktur transportasi laut
sebagai prasarana dalam upaya menunjang distribusi sumber daya alam untuk
pemenuhan kebutuhan secara nasional. Sedemikian sehingga pemerintah
memandang sangat penting untuk dilakukan pengembangan pelabuhan laut
berikut sarana prasarana penunjangnya dalam upaya mendukung
penyelenggaraan transportasi laut yang handal.
2. Transportasi laut di Kab. Bangka Selatan memiliki potensi yang cukup
signifikan dalam mendukung pengembangan wilayah Bangka Belitung secara
keseluruhan yang mana hal ini didukung oleh kondisi infrastruktur
transportasi darat di wilayah Kab. Bangka Selatan dipandang relatif masih
sangat minim, hal ini tentunya akan menjadi kendala dalam upaya pemenuhan
distribusi berbagai macam kebutuhan untuk wilayah Bangka Belitung. Sarana
transportasi laut di wilayah ini masih dipandang perlu sebagai pintu masuk
dan keluar sistem distribusi dan pergerakan baik orang maupun barang baik
intra maupun antar wilayah di Kab. Bangka Selatan dan sekitarnya, untuk itu
berbagai upaya pengembangan transportasi laut di wilayah ini menjadi
prioritas dalam mendukung pengembangan wilayah di Kab. Bangka Selatan.
3. Kondisi rantai pola distribusi jaringan transportasi (khususnya transportasi
perairan) di Kab. Bangka Selatan, indikasi kebutuhan pelayanan transportasi
perairan cukup besar di wilayah ini. Angkutan laut sudah dimanfaatkan sejak
jaman dulu karena kemampuan aksesnya yang dapat menjangkau desa-desa
terpencil dan menyediakan rute penetrasi untuk keperluan eksplorasi,
pengembangan dan eksploitasi sumber daya alam.
4. Belum adanya kejelasan rencana makro jaringan dan sistem pelabuhan
transportasi laut secara komprehensif di wilayah Bangka Belitung. Hingga kini,
sistem transportasi angkutan laut Kab. Bangka Selatan belum mampu
sepenuhnya merespon permintaan yang ada. Opsi pengembangan jalur
pelayaran laut dan pendukungnya yang diusulkan di sepanjang jalur terpilih
akan menegaskan jalur laut sebagai sarana utama sistem transportasi keluar
masuk (outlet-inlet) di Kab. Bangka Selatan.
5. Perlu dilakukan kajian secara komprehensif mengenai rencana pengembangan
pelabuhan laut di Bangka Belitung khususnya di lokasi Kab. Bangka Selatan,
Provinsi Bangka Belitung sebagai upaya dalam meningkatkan aksesibilitas
jaringan pelayanan transportasi antar daerah dalam rangka meningkatkan

F-3
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan sehingga tercipta


peningkatan indeks pembangunan manusia di Prov. Bangka Belitung secara
optimal.

F.1.2 Aspek Lingkungan Strategis


Sejumlah lingkungan strategis yang telah dan akan terus mempengaruhi dalam
proses penyusunan Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study) Pembangunan
Pelabuhan di lokasi Kab. Bangka Selatan, Prov. Bangka Belitung ini yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Otonomi daerah, dimana koordinasi antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat dalam pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian
pelabuhan laut di lokasi studi dan sekitarnya. Kebijakan otonomi daerah
membuat sebagian besar keputusan dilakukan di Daerah, sehingga
konsekuensinya dari penerapan peraturan tersebut perlu membagi
kewenangan kepada Pemerintah Daerah baik Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Kabupaten/Kota;
2. Global Warning menuntut adanya perubahan paradigma sarana dan prasarana
transportasi yang ramah lingkungan;
3. Perkembangan teknologi sarana dan prasarana pelabuhan yang akan
mempengaruhi pola operasional pelabuhan;
4. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Kab. Bangka Selatan
menyebabkan adanya tuntutan akan perbaikan kondisi dan kinerja pelayanan
jaringan transportasi yang lebih baik, sehingga mampu mendorong dan
meningkatkan roda ekonomi dan pergerakan antar kawasan di wilayah Kab.
Bangka Selatan.

F.1.3 Aspek Instrumental Input


Peraturan-peraturan terkait dengan kegiatan ini sangat diperlukan sebagai bahan
acuan input proses kegiatan ini. Terdapat sejumlah aspek normatif yang perlu
diperhatikan, yakni:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
b. Peraturan Pemerintah Nomor PP 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan;
c. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 1995 Tentang Tata Cara
Tetap Pelaksanaan Pembangunan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
d. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 43 Tahun 2005 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Perhubungan;
e. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 Tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga;
f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
g. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

F-4
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Nasional;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 Jo Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;
k. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 Tentang
Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
l. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.414 tahun 2013 tentang Rencana
Induk Pelabuhan Nasional;

Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrasi


multimoda dan lintas sektoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem
transportasi nasional dan strategi pembangunan ekonomi oleh karena itu
kebijakan tersebut lebih menekankan pada perencanaan jangka panjang dalam
kemitraan antar lembaga pemerintah dan antar sektor publik dan swasta.
Munculnya rantai pasok global (supply chain management) sebagai model bisnis
yang diunggulkan, merupakan faktor kunci dalam perubahan ekonomi global.
Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan transportasi mempengaruhi
strategi bisnis yang terintegrasi antara produksi, pemasaran, transportasi,
distribusi dan klaster industri dalam koridor ekonomi.

Kelancaran, keamanan dan ketepatan waktu, dalam sistem multi moda


transportasi yang efisien merupakan kunci keberhasilan bisnis yang dapat
meningkatkan daya saing Indonesia. Karena itu diperlukan keterpaduan
multimoda transportasi dan sistem logistik nasional dalam penetapan kebijakan
dan pembangunan infrastruktur fisik. Infrastruktur transportasi merupakan faktor
dominan yang berkaitan dengan kebijakan publik, peraturan, dan sistem operasi.
Peran investasi swasta sangat penting, dimana komitmen kebijakan pemerintah
perlu menciptakan iklim yang kondusif sekaligus melindungi kepentingan publik.
Dalam sistem transportasi nasional yang efesien dan efektif, kebijakan maritim
masa depan di Indonesia mempunyai potensi dan peluang yang besar. Berbagai
kebijakan akan diadakan perubahan secara berkesinambungan sesuai dengan
prioritas dan perkembangan lingkungan strategis dan internasional (continuous
improvement process). Untuk itu masukan dari para pemangku kepentingan
sangat diperlukan.

Kebijakan pelabuhan nasional akan merefleksikan perkembangan sektor


pelabuhan menjadi industri jasa kepelabuhanan kelas dunia yang kompetitif dan
sistem operasi pelabuhan sesuai dengan standar internasional baik dalam bidang
keselamatan pelayaran maupun perlindungan lingkungan maritim. Tujuannya
adalah untuk memastikan sektor pelabuhan dapat meningkatkan daya saing,
mendukung perdagangan, terintegrasi dengan sistem multi-moda transportasi dan

F-5
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

sistem logistik nasional. Kerangka hukum dan peraturan akan diarahkan dalam
upaya menjamin kepastian usaha, mutu pelayanan yang lancar dan cepat,
kapasitas mencukupi, tertib, selamat, aman, tepat waktu, tarif terjangkau,
kompetitif, aksesibilitas tinggi dan tata kelola yang baik. Kebijakan tersebut akan
terus dibangun dan dikembangkan berdasarkan konsensus dan komitmen dari
para pemangku kepentingan.Untuk penyusunan Pra FS ini diperlukan pendalaman
terhadap Rencana Induk Kepelabuhan Nasional dengan pendekatan seperti
berikut ini:

Gambar F.2 Rencana Induk Pelabuhan Nasional

F-6
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Gambar F.3 Tatanan Kepelabuhan Nasional

F-7
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Gambar F.4 Pengertian Umum Dalam UU 17/2008 dan PP 61/2009

F.1.4 Aspek Terkait Kegiatan Lainnya


Pada proses pelaksanaan dalam penyelesaian kegiatan pada saatnya nanti, pihak
konsultan melakukan penelaahan terhadap aspek terkait kegiatan ini guna
menghasilkan suatu hasil kajian yang berkualitas dengan proses tahapan
penyelesaian yang baik. Berikut disampaikan mengenai beberapa hal yang
merupakan konteks dasar dari pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya:
a. Masukan (input) berupa sumber daya yang dialokasikan untuk melakukan
kegiatan ini, yakni:
1. Dana berasal dari DIPA APBN Tahun 2015 pada Kelompok Kerja Kegiatan
Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja Satuan Kerja Direktorat Bina
Program;
2. SDM adalah tenaga ahli dan tenaga pendukung yang disiapkan oleh pihak
kedua (Konsultan) seperti yang disampaikan pada bab organisasi kerja
yang terdiri dari sebanyak 5 tenaga ahli dan tenaga pendukung sesuai
keperluan;
3. Waktu adalah alokasi waktu bagi konsultan untuk melaksanakan
pekerjaan ini seperti yang disampaikan pada bab rencana kerja yakni
sepanjang 5 bulan kalender pada Tahun Anggaran 2015;
4. Peralatan, material, personel, dan fasilitas dari PPK dan dari konsultan

F-8
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

sebagaimana disampaikan dalam usulan teknis kegiatan yang berupa


komputer/notebook dan printer, alat komunikasi, dan pendukungnya
semuanya disediakan oleh penyedia jasa konsultan;
5. Data dan informasi, baik yang berasal dari sumber primer (pengamatan
lapangan, wawancara, diskusi, kuisioner) maupun sekunder (statistik,
laporan, literatur, dll) yang akan dikumpulkan oleh pihak kedua
(Konsultan) serta difasilitasi oleh Pihak Pertama (pemberi kerja) selama
masa pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan lingkup kegiatan ini;
b. Lingkup kegiatan (scope-of-work) terdiri dari 6 item kegiatan adalah:
1. Pengumpulan data, yang mencakup kegiatan:
 Pendataan daerah hinterland (potensi wilayah belakang-sekitar);
 Pendataan karakteristik fisik lokasi pelabuhan (geologi, geografi,
topografi, klimatologi, dlsb);
2. Analisis kewilayahan:
 Analisis terhadap tata ruang wilayah studi;
 Forecasting potensi hinterland terhadap permintaan transportasi laut;
3. Analisis transportasi:
 Analisis traffic projection dengan menggunakan model statistik, yang
mencakup lalu lintas barang dan penumpang untuk jangka pendek (5
Tahun) dan Jangka menengah (10 Tahun);
4. Analisis teknis:
 Kajian teknis terhadap kebutuhan prasarana pelabuhan untuk
mendapatkan hasil rancang bangun yang optimal dan analisis perkiraan
kebutuhan fasilitas;
5. Analisis keselamatan pelayaran:
 Analisis keselamatan pelayaran terhadap wilayah studi;
6. Analisis kelayakan:
 Analisis kelayakan ekonomi terhadap wilayah studi;
 Analisis kelayakan finansial terhadap wilayah studi;
 Analisis kelayakan teknis terhadap wilayah studi,
 Analisis kelayakan lingkungan terhadap wilayah studi.;
c. Keluaran (output)
Keluaran dari Pekerjaan Studi Kelayakan Dalam Rangka Pembangunan
Pelabuhan Laut meliputi :
1. Hasil Analisis Kelayakan dan Rekomendasi dari Aspek Tata Ruang
2. Hasil Analisis Kelayakan dan Rekomendasi dari Aspek Sosial Budaya
3. Hasil Analisis Kelayakan dan Rekomendasi dari Aspek Ekonomi
4. Hasil Analisis Kelayakan dan Rekomendasi dari Aspek Finansial
pembangunan pelabuhan
5. Hasil Analisis Kelayakan dan Rekomendasi dari Aspek Teknis
Pembangunan Pelabuhan

F-9
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

6. Hasil Analisis Kelayakan dan Rekomendasi dari Aspek Lingkungan


d. Hasil (outcome) berupa tercapainya sasaran yakni tersusunnya dokumen hasil
Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study) Pembangunan Pelabuhan di Lokasi
Kab. Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung;
e. Manfaat dari pekerjaan ini adalah mendorong peningkatan upaya
pengembangan pelabuhan laut di lingkungan kerja Direktorat Perhubungan
Laut Kementerian Perhubungan.

F.2 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


F.2.1 Pendekatan Konseptual
Sesuai KAK pekerjaan, fokus kegiatan diarahkan untuk melaksanakan seluruh
lingkup kegiatan studi kelayakan sesuai Keputusan Menteri No. 31 Tahun 2006
(dengan memperhatikan lingkup pekerjaan dan keluaran pekerjaan yang
diharapkan KAK).

Untuk mendapatkan kebutuhan pembangunan pelabuhan laut (serta fasilitas


pelayaran laut) perlu diperhatikan terlebih dahulu mengenai jaringan pelayanan
angkutan laut yang akan dikembangkan baik yang bertrayek maupun tidak. Sesuai
pasal 12 Kepmen No. 73 Tahun 2004 penetapan jaringan trayek perlu
mempertimbangan RTRW, rencana umum jaringan transportasi jalan
Primer/sekunder/Kab/Kota, masterplan jaringan trayek, mengikutsertakan
pendapat pihak terkait, dan memenuhi persyaratan lalulintasdan angkutan laut.

Ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk mengkaji sejumlah acuan dokumen


perencanaan (RTRW, Tatranas/wil/lok, RPJP/M,Renstra, dll) pendapat
stakeholders (operator, user, public, regulator), dan juga acuan teknis yang
berlaku terkait dengan angkutan laut (UU, PP, Kepmen).

Hasil dari penelaahan tersebut menghasilkan kondisi yang diharapkan dari


transportasi laut di wilayah kajian, khususnya mengenai (1) arah peran moda
transportasi laut, (2) kondisi/kinerja transportasi laut yang diharapkan terjadi di
masa datang.

F - 10
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Gambar F.5 Konsep Kebutuhan Angkutan Laut dan Pelabuhan

F.2.2 Pendekatan Partisipatif


Partisipasi diterjemahkan dari asal kata participation, dimana oleh Pei (1976)
didefinisikan sebagai "take a part" atau ikut serta. Karenanya, partisipasi dapat
pula diterjemahkan sebagai pengikut-sertaan atau Peran Serta. Berdasarkan
pemahaman umum ini, pihak-pihak yang terlibat dalam upaya peran serta, dengan
kata lain berpartisipasi, selanjutnya melakukan kerjasama dalam mencapai suatu
tujuan yang melibatkan kepentingan-kepentingan masing-masing pihak.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of
Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak
terlibat akan saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif
pembangunan dan keputusan serta sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya.
Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam proses partisipasi tersebut disebut
sebagai stakeholder. Karenanya, pemahaman mengenai partisipasi akan selalu
berkaitan dengan pemahaman mengenai stakeholder, kepentingan-
kepentingannya, serta pelibatannya.
Upaya pendekatan partisipatif menghadirkan proses terstruktur yang terdiri dari
aspek-aspek:
1. kerjasama guna membangun konsensus,
2. komunikasi kelompok stakeholder yang efektif, serta

F - 11
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

3. proses implementasi rencana guna mengubah berbagai ide/pemikiran


menjadi kegiatan yang produktif dan penyelesaiannya yang maksimal.

Paradigma pendekatan partisipatif memperlihatkan berbagai kelebihan. Guna


memperoleh keluaran yang diinginkan dari suatu proses partisipasi, maka
dirumuskan suatu mekanisme pembangunan secara partisipatif. Dalam
mekanisme tersebut dijelaskan, langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses
pembangunan partisipatif adalah:
1. Persiapan sosial
2. Survei (permasalahan umum, potensi, dan kendala)
3. Kesepakatan prioritas permasalahan yang akan ditangani
4. Kesepakatan penggalangan dan alokasi sumber daya
5. Kesepakatan rencana
6. Proses implementasi
7. Pemanfaatan hasil
8. Evaluasi

Gambar F.6 Mekanisme Pendekatan Partisipatif

F.2.3 Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development


Aprroach)
Pendekatan pembangungan berkelanjutan merupakan suatu pendekatan yang
memandang bahwa pembangunan bukan merupakan suatu kegiatan yang sesaat
melainkan suatu kegiatan yang berlangsung secara kontinyu dan tidak pernah
berhenti seiring dengan perkembangan jaman. Pendekatan ini menekankan pada
keseimbangan ekosistem, antara ekosistem buatan dengan ekosistem alamiah.
Dalam perencanaan pembangunan kesesuaian ekologi dan sumber daya alam
penting artinya agar pembangunan yang terjadi tidak terbatas dalam tahu rencana

F - 12
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

yang disusun saja.


Pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu perencanaan yang
berwawasan lingkungan, namun bukan berarti menjadikan kepentingan
lingkungan sebagai segala-galanya. Dalam pendekatan ini yang dipentingkan
adalah keseimbangan antara pembangunan lingkungan dan non-lingkungan
(ekonomi, sosial, teknologi, dan sebagainya) sehingga dicapai suatu kondisi
pembangunan yang harmonis. Dalam pendekatanini ada tiga prinsip dasar yang
dipegang, yaitu (Haughton dan Hunter, 1994):
1. Prinsip persamaan antar generasi, yaitu pengaruh pada kemampuan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka harus
dipertimbangkan. Prinsip ini dikenal juga sebagai principle of futurity.
2. Prinsip keadilan sosial, yaitu keberlanjutan mensyaratkan bahwa
pengontrolan keseluruhan distribusi sumber daya harus merata.
3. Prinsip tanggungjawab transfontier, yaitu bahwa dampak dari aktivitas
manusia seharusnya tidak melibatkan suatu pemindahan geografis yang tidak
seimbang dari masalah lingkungan. Dalam prinsip ini terdapat perlindungan
terhadap kualitas dari lingkungan.

Dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan ini terkait juga dengan penciptaan


keberlanjutan masyarakat/komunitas (sustainable communities) tempat dimana
suatu komunitas ingin tinggal dan bekerja pada masa sekarang dan masa yang
akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan akan dapat terus berlanjut jika
terdapat masyarakat yang terus berlanjut pula. Dalam sustainable communities,
masyarakat menciptakan suatu komunitas seperti yang dikehendaki oleh
masyarakat sehingga dapat tercipta suatu keberlanjutan dalam komunitas
tersebut. Sustainable communities ini akan dapat dikembangkan dimana banyak
”pemain” dalam peran yang berbeda-beda dan dengan ketertarikan dan nilai yang
berbeda dalam suatu aliran informasi yang berharga dan mereka memiliki
kesempatan untuk bergabung dalam suatu proses pembelajaran dan respon
inovatif terhadap perubahan lingkungan dan perubahan lainnya (Innes dan
Booher, 2000).

F.2.4 Research Questions dan Lingkup Analisis


Dalam proses pelaksanan pekerjaan selalu mengacu pada KAK yang meliputi latar
belakang, tujuan, sasaran, dan ruang lingkup. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk
menentukan apa saja yang diinginkan (research-questions) oleh pemberi kerja.
Dari KAK dapat diidentifikasi research-questions studi ini yaitu:

Bagaimana menyusun “Pra Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pembangunan


Pelabuhan di Kab. Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung” yang berisikan
analisis potensi demand, analisis kelayakan ekonomi dan finansial dan

F - 13
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

implementasi pembangunan jaringan transportasi laut dan pelabuhan laut.


Untuk menjawab research-questions di atas perlu disusun metoda penyelesaian
yang terstruktur dan sistematis yang mencakup ke dalam lingkup analisis yang
mencakup:
1. Konsep perencanaan jaringan transportasi laut yang meliputi: konsep dan
standar perencanaan transportasi laut, kriteria perencanaan transportasi laut,
konsep dan metoda operasional pelabuhan laut, kriteria pemilihan lokasi
pelabuhan laut;
2. Arahan pengembangan wilayah dan transportasi di wilayah studi untuk
memperoleh detail rencana pengembangan wilayah dan transportasi sebagai
dasar dalam menentukan kebijakan perencanaan transportasi laut;
3. Identifikasi beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut yang akan
dikembangkan berdasarkan data-data sekunder dengan pertimbangan aspek
transportasi, keselamatan lalu lintas, tata ruang, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan;
4. Pengumpulan dan pengolahan data untuk memperoleh gambaran alur
pelayaran di Kab. Bangka Selatan, kegiatan transportasi di simpul-simpul
pelabuhan laut, indikasi lokasi beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut
terkait dengan kondisi fisik dan lingkungan di pelabuhan yang akan
dikembangkan, aspirasi dan kebijakan transportasi laut serta kelembagaan
transportasi disertai dengan bobot kriteria pemilihan lokasi pelabuhan laut;
5. Permintaan perjalanan dengan metoda analisis transportasi untuk
memperoleh prediksi bangkitan dan distribusi (MAT) perjalanan, prediksi
pengguna angkutan laut (orang & barang), simulasi operasi pelabuhan laut
(freq, cap, rolling stock) dan estimasi dampak kinerja jaringan;
6. Identifikasi awal terhadap dampak lingkungan yang mungkin terjadi pada saat
pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi (selama operasional
pelabuhan laut dan operasional angkutan laut);
7. Kebutuhan pengembangan pelabuhan laut terkait lokasi pelabuhan yang akan
dikembangkan dan kebutuhan sarana dan prasaranan pelabuhan laut;
8. Pra rencana desain pelabuhan laut sesuai dengan standar perencanaan desain
pelabuhan laut yang berlaku Indonesia;
9. Sistem operasional dan sistem kelembagaan pelabuhan laut untuk
memperoleh gambaran pola operasional pelabuhan laut yang akan
dikembangkan dan sistem kelembagaan dalam pengelolaan dan
pengoperasian pelabuhan laut;
10. Analisis kelayakan ekonomi dan finansial pelabuhan laut terkait dengan
indikasi rencana teknis dan perkiraan kebutuhan biaya, tingkat kelayakan
finansial (NPV, FIRR, PI, Payback Period), kelayakan ekonomi dan rekomedasi
investasi.
11. Penyusunan implementasi pembangunan jaringan transportasi laut dan
pelabuhan laut terkait dengan tahapan dan pembiayaan pembangunan.

F - 14
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Lingkup analisis yang disampaikan di atas dilakukan proses penyelesaian dengan


terkait dengan data input, metoda yang digunakan dan hasil yang akan diperoleh.
Lebih lengkap proses lingkup analisis disertai dengan proses penyelesaiannya
pada Tabel F.1.

Tabel F.1 Lingkup Analisis dan Metoda Penyelesaiannya


Penyelesaian
No. Lingkup Analisis
Input Proses Hasil
1. Konsep  Peraturan Kajian pustaka  Konsep dan standar
perencanaan perundangan dan perencanaan
jaringan terkait pelayaran perundangan transportasi laut
transportasi laut dan transportasi  Kriteria perencanaan
laut transportasi laut
 Teori pendukung  Metoda operasional
 Hasil studi pelabuhan laut
terdahulu  Strategi peningkatan
pelabuhan laut
 Kriteria pemilihan
pelabuhan laut
2. Arahan  Hasil no. 1 Analisis  Arahan
pengembangan  Dokumen kewilayahan pengembangan
wilayah dan perencanaan wilayah dan
transportasi (RTRW, RPJP, RPJM, transportasi
Renstra)  Deskripsi dan
 Dokumen prediksi kondisi
transportasi sosial ekonomi
(Sistranas,  Identifikasi potensi
Tatranas, Tatrawil, ekonomi (penduduk,
Tatralok) industri, pertanian
dlsb)
 Rencana
pengembangan
jaringan transportasi
 Rencana
pengembangan
jaringan transportasi
laut
3. Identifikasi  Hasil No. 1,2 Identifikasi  Beberapa alternatif
alternatif lokasi  Data-data awal lokasi pelabuhan laut
pelabuhan laut wilayah kajian pelabuhan eksisting
 Data sosial ekonomi  Kondisi fisik, sosial
 Data kondisi fisik ekonomi dan
(topografi dan kesesuaian
tanah pengembangan
 Peta-peta transportasi
pendukung berdasarkan data
sekunder

F - 15
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Penyelesaian
No. Lingkup Analisis
Input Proses Hasil
4. Pengumpulan dan  Hasil No. 1, 2, 3 Pengumpulan  Data alur pelayaran
pengolahan data  Metoda survey data sungai
 Formulir survey Survey  Data kegiatan
 SDM survey sekunder transportasi di
Survey simpul pelabuhan
pengamatan laut
lapangan  Indikasi lokasi
Survey beberapa alternatif
wawancara pelabuhan laut
 Kondisi fisik dan
lingkungan di
pelabuhan
 Bobot kriteria
pemilihan
 Aspirasi dan
kebijakan
transportasi laut

5. Pemintaan  Hasil 1,2,3,4 Analisis  Prediksi bangkitan


perjalanan transportasi dan distribusi (MAT)
perjalanan
 Prediksi pengguna
angkutan laut (orang
& barang)
 Simulasi operasi
angkutan laut (freq,
cap, rolling stock)
 Estimasi dampak
kinerja jaringan
6. Identifikasi awal  Hasil 1,2,3,4,5 Analisis  Dampak lingkungan
dampak dampak pra konstruksi,
lingkungan lingkungan konstruksi dan
Analisis rona  Identifikasi kondisi
lingkungan lahan
Matriks  Masukan
dampak penyempurnaan
lingkungan  Identifikasi lanjutan
Amdal
7 Kebutuhan  Hasil 1 - 6 Analisis Multi  Perbandingan
pengembangan Kriteria kondisi antar
pelabuhan laut Analisis alternatif lokasi
Kebutuhan pelabuhan laut
 Kebutuhan
pengembangan
pelabuhan laut
(faislitas utama dan
pendukung)

F - 16
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Penyelesaian
No. Lingkup Analisis
Input Proses Hasil
8 Pra rencana  Hasil 1- 7 Pra desain  Gambar rencana
desain pelabuhan  Standar desain teknis pelabuhan laut
perencanaan Desain  Perkiraan volume
 Biaya satuan pelabuhan pekerjaan
pekerjaan  Tipical desain  Perkiraan biaya
Volume dan konstruksi, biaya
estimasi biaya pengadaan lahan,OM
9. Sistem  Hasil No. 1- 8 Analisis  Fokus operasional
operasional dan operasional pelabuhan laut
kelembagaan  Jenis operasional
pelabuhan laut pelabuhan laut
 Sistem kelembagaan
10. Indikasi kelayakan  Hasil 1-9 Analisis  Tingkat kelayakan
ekonomi dan kelayakan finansial (NPV, FIRR,
finansial Benefit/revenu PI, Payback Period)
e estimation  Kelayakan ekonomi
Indikator  Rekomedasi investasi
kelayakan
11 Implementasi  Hasil 1-10 Perumusan  Rumusan strategi
pembangunan pengembangan
jaringan transportasi laut
transportasi laut  Rumusan sistem
kelembagaan
 Konsep pendanaan
dan pembiayaan
 Tahapan
pembangunan dan
pengembangan

F.2.5 Frameworks Analysis


Dengan memperhatikan research-questions dan lingkup analisis yang disampaikan
di atas, maka dapat diperlukan suatu kerangka kerja analisis (framework analysis)
yang sistematis sehingga mampu mengarahkan proses pekerjaan secara efektif,
melaksanakan semua lingkup pekerjaan dan menghasilkan rekomendasi sesuai
maksud, tujuan, dan sasaran pelaksanaan pekerjaan ini. Framework analysis yang
disusun untuk pekerjaan ini disampaikan pada Gambar F.7.

F - 17
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

- peraturan terkait
- Text book
- Studi terdahulu

Desk study

- Informasi awal
- Lingkup dan fokus kajian
- Metodologi kerja
- Metoda dan form survey

survey

- Dokumen perencanaan
- Data sosial ekonomi
- Data transportasi
- Data fisik & lingkungan

Descriptiva analysis Land-use transport Traffic forecasting


analysis
Pendataan daerah hinterland Analisis transportasi
Analisis tataruang
- Identifikasi potensi wilayah
- Besar dan pola permintaan
hinterland - Struktur tata ruang
- perjalanan
Forecasting potensi hinterland - Pola interaksi sosial
- Perkiraan pengguna
ekonomi
pelabuhan laut di Bangka Sel

Analisis operasional

Analisis keselamatan pelayaran


- Jumlah, ukuran, dan frekuensi
lalulintas kapal
- Rencana penempatan sarana
bantu navigasi pelayaran
- Alur pelayaran
- Kolam pelabuhan
- Perairan pandu

Preleminary design

Analisis teknis
- Penetapan lokasi pelabuhan
- Rencana peruntukan lahan
- Rencana perairan pelabuhan

Feasibility analysis

Analisis kelayakan
- Indikasi kelayakan ekonomi
- Indikasi kelayakan finansial
- Indikasi kelayakan
Analisis teknis
kelayakan
- Indikasi kelayakan lingkungan

Gambar F.7 Frameworks Analysis

F - 18
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

F.3 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pada bagian ini akan dibahas mengenai metodologi yang disyaratkan dalam KAK
agar output pekerjaan Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan
Laut di Lokasi Kab. Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung dapat lebih baik.

F.3.1 Metode Analisis Kewilayahan


Aktivitas pergerakan orang, kendaraan, dan barang untuk melakukan perpindahan
dari suatu wilayah ke wilayah lain memerlukan ruang gerak di dalam jaringan
transportasi. Oleh karena itu jaringan transportasi harus menyediakan kapasitas
yang memadai agar pergerakan antar ruang/wilayah dapat dilakukan secara
efisien. Kapasitas yang disediakan oleh sistem jaringan transportasi sangat
menentukan performance indicator yang ditunjukan oleh indikator load factor,
kecepatan dan biaya transportasi. Kinerja jaringan transportasi yang baik
merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam rangka mendukung efisiensi
kegiatan sosial dan ekonomi wilayah sehingga dapat berkembang secara baik.

Dengan demikian tata ruang dan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat akan


sangat mempengaruhi pola dan besarnya permintaan perjalanan, yang tentu saja
akan mempengaruhi tingkat penggunaan dan kelayakan suatu investasi prasarana
transportasi (dalam hal ini moda angkutan laut). Hubungan antara perkembangan
wilayah dengan permintaan perjalanan dideskripsikan pada Gambar F.8 berikut
ini.

Kebijakan perencanaan Faktor Sosio Pola Tata Guna


(RTRW, RENSTRA, dll) Ekonomi Lahan

Perkembangan Jumlah dan Pola


wilayah Permintaan Perjalanan

Mekanisme pasar Biaya


(market mechanism) transportasi

REGIONAL TRANSPORT
DEVELOPMENT DEMAND

Gambar F.8 Interaksi Perkembangan Wilayah dengan Kebutuhan Transportasi

Analisis kewilayahan yang akan dilakukan meliputi:


1. Pola kecenderungan dan arahan pengembangan tata ruang wilayah yang
direncanakan dalam RTRW Nasional, Regional, maupun Kabupaten sehingga
dapat diperoleh gambaran pengembangan wilayah di sekitar wilayah studi dan
dikaitkan dengan rencana pengembangan transportasi angkutan laut ini;

F - 19
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

2. Deskripsi dan prediksi mengenai variabel sosial ekonomi wilayah studi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya sebagai basis untuk
melakukan prediksi permintaan perjalanan di masa datang;
3. Identifikasi kondisi penyediaan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi
di wilayah studi, untuk mengidentifikasi pola hubungan antar wilayah dan
kebutuhan pengembangan jaringan transportasi khususnya terkait dengan
pengembangan jaringan angkutan laut;
4. Identifikasi potensi pengembangan ekonomi wilayah dan rencana investasi
dari sektor-sektor ekonomi dominan (industri, pertanian, perkebunan,
kehutanan, dll).
5. Identifikasi awal potensi local content yang dapat digunakan dalam
pengembangan moda angkutan laut di wilayah studi, terkait dengan SDA
(lokasi dan volume quarry) dan SDM (tenaga kerja, kontraktor, maupun
konsultan lokal),
6. Rencana pengembangan jaringan transportasi sesuai dengan pengembangan
wilayah sehingga adanya sinkronisasi antara pengembangan wilayah dengan
pengembangan transportasi khususnya jairngan angkutan laut.

F.3.2 Metode Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi Pelabuhan laut


Beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut yang dikembangkan nantinya akan
dipilih dengan menggunakan sejumlah kriteria. Kriteria yang diusulkan akan
sangat mempengaruhi jenis dan detail data yang dikumpulkan. Adapun kriteria
yang diusulkan diantaranya akan berasal dari :
1. Ketersediaan pelabuhan laut yang sudah ada (eksisting): lebih baik pelabuhan
laut merupakan pelabuhan yang sudah ada (eksisting). Hal ini dilakukan untuk
mengoptimalkan potensi aset yang sudah dimiliki oleh sehingga dapat
meminimalisir biaya pembangunan pelabuhan laut;
2. Integrasi dengan moda transportasi lainnya: sebaiknya simpul pelabuhan laut
berdekatan dan terintegrasi dengan jaringan transportasi lainnya yang berada
di sekitar wilayah kajian;
3. Ketersediaan lahan: diusahakan lokasi pelabuhan laut memiliki lahan yang
sudah ada (eksisting) untuk mengurangi biaya pembebasan lahan dan
seoptimal mungkin menghindari lahan sengketa sehingga nantinya tidak
menghambat dalam proses pelaksanaan pekerjaan, khususnya dalam
pembebasan lahan.
4. Kondisi daya dukung tanah dan geologi: diusahakan bahwa lokasi pelabuhan
melewati lokasi dengan daya dukung tanah yang relatif tinggi, menghindari
daerah patahan secara geologis, menghindari daerah rawan longsor, sehingga
stabilitas konstruksi pelabuhan dapat diperoleh dengan biaya seminimal
mungkin;
5. Kondisi topografi: diusahakan lokai pelabuhan laut merupakan wilayah yang

F - 20
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

relatif datar sehingga tidak mengganggu operasional angkutan laut


dikemudian hari;
6. Potensi demand dan ekonomi: diusahakan lokasi pelabuhan laut melalui
sejumlah potensi demand dan daerah yang potensial untuk dikembangkan
secara ekonomi sehingga nantinya penempatan lokasi pelabuhan laut lebih
dioptimalkan dan dimaksimalkan sebagai simpul pengangkutan demand (baik
orang maupun barang);
7. Dampak sosial: diusahakan lokasi pelabuhan laut tidak mendekati daerah
pemukiman dan perumahan padat, daerah produktif (lahan pertanian,
perkebunan) sehingga dampak sosial sebelum, selama, dan sesudah
konstruksi dapat dihindarkan;
8. Pertimbangan lingkungan: diusahakan penentuan lokasi pelabuhan laut tidak
mendekati kawasan konservasi, hutan produktif dan sesedikit mungkin
mengganggu built and nature yang ada sehingga potensi kerusakan lingkungan
dapat diminimalisasi;
9. Ketersediaan utilitas: sebaiknya dalam menentukan lokasi pelabuhan laut
diperhatikan ketersediaan utiulitas yang baik seperti air, tenaga listrik,
telepon, buangan limbah dan bahan bakar.

F.3.3 Metode Identifikasi Alternatif Lokasi Pelabuhan laut


Untuk mengidentifikasi setiap beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut perlu
ditetapkan kriteria awal dalam menetukan alternatif lokasi pelabuhan laut yang
akan dikembangkan. Kriteria ini hanya berdasarkan sejumlah data sekunder yang
nantinya beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut ini ditindaklanjuti dengan
pengumpulan data lanjutan dan dipilih yang paling optimum berdasarkan kriteria
pemilihan lokasi pelabuhan laut). Alternatif lokasi pelabuhan laut tersebut
dikembangkan berdasarkan sejumlah data sekunder yang diperoleh dengan
pertimbangan beberapa aspek, yakni :
a. Aspek transportasi: dipilih beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut dilihat
dari:
 Berdasarkan data sekunder lokasi pelabuhan laut eksisting diusahakan
dipilih lokasi pelabuhan laut yang sudah ada/eksisting;
 Berdasarkan data sekunder lokasi pelabuhan laut yang ada di sekitar
wilayah studi diusahakan terintegrasi dengan jaringan transportasi lainnya.
b. Aspek keselamatan lalu lintas: dipilih beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut
dilihat dari:
 Berdasarkan data sekunder terkait data topografi dan geografi diusahakan
dipilih lokasi pelabuhan laut yang diperkirakan tidak melewati topografi
pegunungan dan tidak memiliki kelandaian yang tidak sesuai dengan
standar perencanaan lokasi pelabuhan laut;
 Berdasarkan data sekunder kondisi tanah dan geologi diusahakan dipilih

F - 21
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

lokasi pelabuhan laut yang tidak berada pada kawasan longsor, patahan dan
tanah yang labil.
c. Aspek tata ruang: dipilih beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut yang dilihat
dari:
 Berdasarkan data sekunder dokumen perencanaan (RTRW) di wilayah
studi diusahakan dipilih lokasi pelabuhan laut yang memenuhi arahan
pengembangan tata ruang wilayah sehingga tidak melenceng dari arahan
pengembangan wilayah disekitar wilayah studi;
 Berdasarkan data sekunder dokumen transportasi (Tatralok, studi
terdahulu yang terkait) diusahakan dipilih lokasi pelabuhan laut yang
memenuhi arahan pengembangan transportasi dan jika ada berdasarkan
dokumen pengembangan jaringan angkutan laut yang sudah dilakukan
(studi terdahulu).
d. Aspek ekonomi: dipilih beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut yang dilihat
dari:
 Berdasarkan data sekunder kawasan industri/sentar produksi dan pola
pergeralan dipilih lokasi pelabuhan laut yang berada pada potensi ekonomi
yang cukup besar, misalnya: pasar, terminal, kawasan perdagangan dlsb.
e. Aspek sosial budaya: dipilih beberapa lokasi pelabuhan laut yang dilihat dari:
 Berdasarkan data sekunder sosial budaya dipilih lokasi pelabuhan laut yang
tidak berada pada kawasan cagar budaya, kawasan pemukiman padat
penduduk dlsb;
 Harapan, keinginan dan animo pemerintah dan masyarakat selaku
pengguna sehubungan dengan rencana pembangunan lokasi pelabuhan
laut.
f. Aspek lingkungan: dipilih beberapa alternatif lokasi pelabuhan laut yang
dilihat dari:
 Berdasarkan data sekunder kawasan hutan konservasi, hutan produksi
dipilih lokasi pelabuhan laut yang tidak berada pada kawasan-kawasan
tersebut.

F.3.4 Kebutuhan Data dan Metoda Pelaksanaan Survey


Perolehan Data sekunder dilakukan untuk mendapatkan data awal yang nantinya
akan dipergunakan untuk penyelesaian pekerjaan ini. Adapun data sekunder yang
diperlukan adalah dapat dilihat di dalam Tabel F.2.

F - 22
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel F.2 Kebutuhan Data dan Kegunaannya


No. Kebutuhan Data Diperoleh Dari Kegunaan
1 Topografi Jawatan Hidro- Mendapatkan data kedalaman
Oseanografi TNI perairan untuk keperluan analisis
AL kelayakan teknis hidro-oseanografi
menggunakan model dan
keselamatan pelayaran
2 Hidrooceanografi Badan Data analisis kelayakan teknis
Meteorologi, kondisi hidro-oseanografi
Klimatologi dan menggunakan model
Geofisika (BMKG)
3 Kebijakan Kemenhub, Referensi kesesuaian kebijakan
Pemerintah Bappeda, Dishub perencanaan pelabuhan di masa
mendatang
4 Kependudukan Bappeda, Badan Referensi analisis demografi
Pusat Statistik
(BPS) Setempat
5 Perekonomian Bappeda, Badan Referensi analisis ekonomi
Wilayah Pusat Statistik
(BPS) Setempat
6 Tata Ruang Wilayah Bappeda, Badan Referensi analisis terhadap
Pusat Statistik kesesuaian peruntukan lokasi
(BPS) Setempat dengan tata ruang secara nasional
7 Hierarki Pelabuhan
8 Iklim Badan Data analisis kelayakan teknis
Meteorologi, kondisi hidro-oseanografi
Klimatologi dan menggunakan model
Geofisika (BMKG)
9 Daerah Rawan Badan Nasional Referensi analisis terhadap
Bencana Penanggulangan kesesuaian peruntukan lokasi
Bencana
10 Daerah Tertinggal, Kementerian Referensi analisis analisis
Terdepan, dan Pembangunan kelayakan ekonomi dan sosial
Terluar Daerah Tertinggal
11 Data Pelabuhan Kementerian Referensi kondisi eksisting
Perhubungan, pelabuhan di lokasi rencana studi
Dinas
Perhubungan

Selain itu, dilakukan Kegiatan pengenalan lokasi yang dilakukan meliputi:


1. Survey kondisi fisik lingkungan di sekitar lokasi rencana pelabuhan
2. Survey kondisi aksesibilitas di sekitar lokasi rencana pelabuhan
3. Survei kondisi status lahan di sekitar lokasi rencana pelabuhan

Untuk mengumpulkan data-data yang disebutkan pada Tabel F.2 di atas,

F - 23
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

diperlukan survey primer dan sekunder dengan masing-masing metodologinya


sebagai berikut:

1. Pelaksanaan survey primer yang dilakukan dengan pengamatan di lapangan


meliputi:
a. Survey pengamatan lapangan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kondisi fisik dan lingkungan (topografi, daya dukung tanah, dan
penggunaan lahan) di sekitar koridor alternatif lokasi pelabuhan laut dan
potensi ekonomi di sekitarnya sebagai masukan untuk memperkirakan
kelayakan teknis dan ekonomis dari rencana;
b. Survey reconnaissance untuk mengidentifikasi kondisi prasarana dan
pengoperasian sarana transportasi di wilayah studi;
2. Pelaksanaan survey wawancara yang dilakukan meliputi:
a. Pelaksanaan survey lingkungan dilakukan dengan mengadakan survey
lapangan untuk mengidentifikasi dampak lingkungan dan ketersedian
lahan untuk dipergunakan sebagai bahan analisis data dan pertimbangan
pemilihan lokasi pelabuhan laut. Survey lapangan yang dilakukan dengan
menggunakan kuisioner dan/atau wawancara serta diskusi dengan Pemda
dan masyarakat setempat. Survey lapangan dilakukan terhadap beberapa
aspek yang selanjutnya dapat digunakan dalam kajian awal lingkungan
yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Identifikasi awal dampak lingkungan dan sosial-ekonomi yang
mungkin timbul;
 Identifikasi ketersediaan lahan termasuk bangunan dan tanaman yang
akan dibebaskan;
 Bahan-bahan masukan yang diperlukan dalam penyempurnaan
pelabuhan laut dalam konteks ramah lingkungan;
 Identifikasi isu-isu utama sebagai masukan dalam pelaksanaan studi
Amdal.
 Pelaksanaan Survey Wawancara Stakeholders (Pemerintah,
Masyarakat, Investor, Professional) dilakukan dalam rangka:
 Mendapatkan masukan mengenai alternatif lokasi pelabuhan laut
yang dikembangkan;
 Mendapatkan bobot kriteria pemilihan lokasi pelabuhan laut yang
akan dipilih;
 Mendapatkan masukan mengenai kemungkinan dampak lingkungan
dan sosial ekonomi akibat pembangunan pelabuhan laut;
3. Pelaksanaan survey sekunder yang dilakukan dengan mengunjungi instansi
terkait untuk mendapatkan sejumlah data terkait dengan:
a. Data sosio-ekonomi, yang meliputi data jumlah, penyebaran, dan
karakteristik penduduk; PDRB dan pertumbuhannya, output (produksi)
dari kegiatan ekonomi, dan data terkait lainnya;

F - 24
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

b. Data tata ruang, yang meliputi data penggunaan lahan per jenis kegiatan
berikut intensitasnya, pola penyebaran lokasi kegiatan, besaran
penggunaan ruang dan pola kegiatannya;
c. Data lalu lintas, yang merangkum karakteristik perjalanan di daerah yang
akan di studi. Data tersebut meliputi asal-tujuan perjalanan, dan rute
pelayanan utama, baik untuk angkutan orang maupun barang;
d. Data jaringan transportasi, yang merangkum data-data mengenai kondisi
dan tingkat pelayanan jaringan transportasi yang berada di dalam daerah
studi, baik ruas maupun simpul pada moda transportasi yang
dioperasikan (jalan, sungai, laut, dan udara);
e. Data kondisi geografis/tanah, yang meliputi data topografi, keberadaan
hambatan alam (sungai, bukit, daerah rawan patahan, dll), dan daya
dukung tahan di sekitar lokasi koridor rencana lokasi pelabuhan laut.

F.3.5 Metode Analisis Transportasi


Analisis transportasi dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan laut ini
dilakukan sebagai upaya untuk menyediakan prediksi mengenai 2 hal utama,
yakni:
a. Potensi penggunaan moda angkutan laut yang akan dioperasikan, sebagai
masukan untuk analisis kelayakan finansial dan setting sistem operasi
angkutan laut;
b. Dampak/manfaat pengoperasian angkutan laut terhadap kinerja jaringan
transportasi dan perekonomian wilayah sebagai masukan dalam analisis
kelayakan ekonomi.

Untuk kedua keperluan tersebut maka dalam studi ini digunakan pendekatan
model transportasi empat tahap (four stages transport model) yang secara umum
bagan alirnya disampaikan pada Gambar F.9.

Pendekatan model dimulai dengan menetapkan sistem zona dan jaringan


transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik sosial-ekonomi di tiap
zona dan karakteristik suplai jaringan transportasi yang ada di wilayah studi,
yakni Provinsi Bangka Belitung dan sekitarnya.

Dengan menggunakan informasi tersebut kemudian diestimasi total perjalanan


yang dibangkitkan dan/atau yang ditarik oleh suatu zona tertentu (trip ends) atau
disebut dengan proses bangkitan perjalanan (trip generation). Tahap ini
menghasilkan persamaan trip generation yang menghubungkan jumlah perjalanan
orang dan barang dengan karakteristik zona yang bersangkutan.

Selanjutnya diprediksi dari/ke mana tujuan perjalanan yang dibangkitkan atau

F - 25
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

yang ditarik oleh suatu zona tertentu atau disebut tahap distribusi perjalanan (trip
distribution). Dalam tahap ini akan dihasilkan matriks asal-tujuan (MAT). Pada
tahap pemilihan moda (modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuai
dengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untuk mencapai
tujuan perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda, termasuk
pengguna moda angkutan laut yang akan dioperasikan di lintas perairan laut Di
Kab. Bangka Selatan dan sekitarnya ini.

Biaya
Data jaringan dan Trip Generation perjalanan
sistem zona

Trip ends

Trip Distribution

MAT
Feed
Karakteristik Back
Modal Split (optio
alternatif moda
Potensi
pengguna MAT per moda
angkutan
laut
Karakteristik
jaringan Route Choice
transportasi
Dampak
operasi sedimen, waktu
angkutan
laut

Gambar F.9 Bagan Alir Pendekatan Model Transportasi Empat Tahap

Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan ke


setiap ruas/link moda yang tersedia di dalam jaringan sesuai dengan kinerja rute
yang ada. Tahap ini menghasilkan estimasi arus lalu lintas dan waktu perjalanan di
setiap moda transportasi. Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis dalam
mengevaluasi dampak pengoperasian angkutan laut terhadap kinerja jaringan
transportasi secara keseluruhan di wilayah studi.

Penetapan detail sistem zona dan sistem jaringan transportasi dilakukan sebagai
kompromi antara tingkat akurasi, biaya, ketersediaan data, dan aplikabilitas
model. Berdasarkan pengalaman yang dilakukan dari studi terdahulu, maka dalam
studi ini ditetapkan bahwa:

a. Batas wilayah studi adalah batas wilayah administrasi Kab. Bangka Selatan, di
mana wilayah di sekitarnya yang berinteraksi secara transportasi dengan
wilayah studi diasumsikan sebagai zona eksternal,
b. Agregasi zona di dalam wilayah studi adalah Kabupaten, yang selanjutnya

F - 26
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

disebut sebagai zona internal,


c. Model jaringan berbasis kepada jaringan jalan, sedangkan moda transportasi
lain diintegrasikan melalui simpul stasiun, pelabuhan, dan bandara, dll.

F.3.6 Metode Analisis Rona Lingkungan


Sebagaimana telah disampaikan dalam KAK bahwa lingkup pekerjaan dalam studi
ini mencakup kegiatan kajian identifikasi awal terhadap dampak lingkungan.
Proses atau kegiatan yang dilakukan dalam kajian awal lingkungan disampaikan
pada Gambar F.10.

Acuan Normatif
UU, PP, Keppres, Kepmen,
Pedoman terkait

Rona Lingkungan Hidup yang Terpengaruh

- Aspek Geofisika-Kimia

- Aspek Biologi

Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan

Dampak besar dan penting pada:

- Tahap pra konstruksi,

- Tahap konstruksi

Analisis Dampak

- Analisis Kualitatif

Gambar F.10 Metodologi Pelaksanaan Kajian Awal Lingkungan

1. Acuan Normatif
Pelaksanaan kajian lingkungan di bidang jalan di Indonesia harus mengikuti
sejumlah acuan normatif sebagai berikut:
 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
 PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
 Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
 Kep Meneg LH No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen

F - 27
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

AMDAL;
 Kep Meneg LH No. 17 Tahun 2000 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Pelibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

2. Identifikasi Rona Lingkungan Hidup


Rona lingkungan hidup yang akan terpengaruh oleh kegiatan pembangunan
pelabuhan laut Di Kab. Bangka Selatan ini terdiri dari:
a. Aspek Geofisik-Kimia, yang terdiri dari:
 Komponen iklim;
 Komponen kualitas udara;
 Komponen kebisingan dan getaran;
 Komponen fisiografi dan tanah;
 Komponen hidrologi;
 Komponen kualitas air;
 Komponen ruang dan lahan.
b. Aspek Biologi, yang terdiri dari:
 Komponen hayati aquatik (biota perairan);
 Komponen hayati teresterial (flora dan fauna).
c. Aspek Sosial Ekonomi Budaya (Sosekbud), Kesehatan Masyarakat dan
Hukum, yang terdiri dari:
 Komponen sosekbud;
 Komponen kesehatan masyarakat;
 Komponen hukum.

3. Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan pembangunan pelabuhan laut Di Kab. Bangka Selatan ini
nantinya akan meliputi kegiatan pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca-
konstruksi yang semuanya memiliki potensi untuk menghasilkan dampak
terhadap lingkungan hidup.

Dampak pada Tahap Pra-Konstruksi diantaranya adalah:


a. Dari aspek geofisik-kimia, diantaranya adalah kerusakan tanah akibat
survey pengukuran dan penelitian tanah, gangguan aliran air, dan kondisi
udara, kebisingan dan getaran akibat alat penelitian tanah,
b. Dari aspek Biologi, diantaranya gangguan terhadap flora dan fauna akibat
survey;
c. Dari aspek sosek, sosbud, kesmas, dan hukum diantaranya adalah:

F - 28
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

keresahan pembebasan lahan, konflik sosial dan hukum

Dampak pada Tahap Konstruksi diantaranya adalah:


a. Dari aspek geofisik-kimia, diantaranya adalah:
 Kerusakan tanah (akibat penyiapan tanah dasar, cut and fill,
pengangkutan material, pelaksanaan perkerasan, dan struktur),
 Gangguan hidrologi dan kualitas air (kualitas air, permeabilitas tanah,
sistem drainase dan fasilitas air bersih,
 Perubahan udara, getaran dan kebisingan akibat alat berat
 Peningkatan lalulintas yang menyebabkan rawan kecelakaan
b. Dari aspek Biologi, diantaranya gangguan terhadap flora dan fauna akibat
alih fungsi lahan dan pembangunan pelabuhan laut Di Kab. Bangka
Selatan, misalnya: gangguan bagi nekton, plankton, dan bentos akibat
pelaksanaan pembangunan,
c. Dari aspek sosek, sosbud, kesmas, dan hukum diantaranya adalah:
persepsi terhadap penyerapan tenaga kerja, gangguan keamanan dan
keterlibatan masyarakat, konflik sosial dan kesehatan masyarakat

Dampak pada Tahap Pasca Konstruksi disebabkan oleh pengoperasian


pelabuhan laut Di Kab. Bangka Selatan ini, diantaranya adalah:
a. Dari aspek geofisik-kimia terdiri dari kebisingan, emisi kapal, getaran,
perubahan guna lahan,
b. Dari aspek biologi berupa gangguan terhadap flora dan fauna akibat
kegiatan operasi pelabuhan laut Di Kab. Bangka Selatan,
c. Dari aspek sosek, sosbud, kesmas, dan hukum diantaranya adalah
permasalahan pengembangan bidang kerja, keterpaduan rencana (RTRW),
tramtib masyarakat.

Hasil identifikasi dampak rencana kegiatan pembangunan pelabuhan laut Di


Kab. Bangka Selatan ini kemudian disusun dalam matriks dampak kegiatan
terhadap komponen lingkungan hidup sesuai dengan matriks sebagaimana
disampaikan pada Tabel F.3.

4. Metoda Analisis Dampak Lingkungan


Metode yang yang digunakan dapat berupa:
 Analisis Kuantitatif, jika ukuran besar dan pentingnya dampak lingkungan
dapat dihitung dengan cara matematis, misalnya; kebisingan, emisi, dlsb
 Analisis Kualitatif, jika ukuran besar dan pentingnya dampak lingkungan
berupa kualifikasi relatif mengenai suatu kondisi dampak, misalnya:
dampak terhadap masyarakat.

Sedangkan metode yang dipakai dalam penelaahan besarnya dampak meliputi:

F - 29
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

 Metode formal, berdasarkan perhitungan matematik dan statistik dengan


menggunakan rumus-rumus empiris.
 Metode informal, berdasarkan atas pendekatan analogi, baku mutu
lingkungan atau penilaian para ahli (professional judgement).

Tabel F.3 Matrik Evaluasi Dampak Kegiatan Pembangunan Pelabuhan laut Di Kab.
Bangka Selatan
Kegiatan Proyek I II III
Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
I Fisik Kimia
1. Iklim mikro
2. Kualitas Udara / Kebisingan
3. Fisiografi / Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Ruang, Lahan, Tanah
II. Biologi
7. Flora Darat
8. Fauna Darat
9. Flora Air
10. Fauna Air
III. Sosekbud
11. Demografi
12. Pendapatan & kesempatan
kerja
13. Sarana & Prasarana
Perekonomian
14. Adat istiadat & Pola
Kebiasaan Penduduk
15. Sikap dan Persepsi
Masyarakat
16. Kesehatan Masyarakat
Keterangan :
A : Dampak Positif Penting Komponen Kegiatan
A : Dampak Negatif Penting I. Tahap Pra Konstruksi
1 : Survei Lapangan
B : Dampak Positif Tidak Penting 2 : Pengadaan Lahan
B : Dampak Negatif Tidak Penting II. Tahap Konstruksi
3 : Pencemaran udara, suara dan air
4 : Terjadinya erosi
5 : Mobilisasi Alat Berat dan Bahan
6 : Pematangan Lahan
III. Tahap Pasca Konstruksi
7 : Berkurangnya darah resapan
8 : Pengoperasian Jalan
9 : Meningkatnya perekonomian

F - 30
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

F.3.7 Metode Analisis Kebijakan Tata Ruang


Lingkup kesesuaian tata ruang yang dimaksud dalam sub bab ini adalah
kesesuaian terhadap Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) dan kesesuaian
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di masing-masing lokasi.

Rujukan RIPN adalah berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan, Nomor: KP


414 Tahun 2013, Tanggal 17 April 2013, tentang Penetapan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional. RIPN telah disusun sebagai kerangka kebijakan untuk
memfasilitasi tercapainya visi sistem kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan
responsif yang mendukung perdagangan internasional dan domestik serta
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah. RIPN adalah acuan
bagi pembangunan bidang kepelabuhanan di Indonesia. Di dalam RIPN juga
terdapat prediksi lalu-lintas pelabuhan, kebutuhan pengembangan fisik pelabuhan,
kebutuhan investasi dan strategi pendanaan, program modernisasi pelabuhan dan
integrasinya dengan pembangunan ekonomi dalam kerangka sistem transportasi
nasional.

Dokumen RTRW Kabupaten/Kota yang dijadikan sebagai acuan adalah dokumen


RTRW yang materi muatannya harus sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 16 dan 17 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Kabupaten dan RTRW Kota, yaitu sekurangnya harus memuat:
1. Pendahuluan (berisi profil lengkap tata ruang Kabupaten/Kota)
2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten/Kota
3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota
4. Arahan Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota
5. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota

Latar belakang kesesuaian perencanaan kawasan pelabuhan dengan RTRW adalah


sebagai berikut.
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, pasal 11 menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
memiliki wewenang dalam penyelenggaraan penataan ruang yang antara lain
meliputi pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota dan
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum, pasal 7 menyatakan bahwa pengadaan
tanah untuk pembangunan kepentingan umum diselanggarakan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Pembangunan Nasional/Daerah,
Rencana Strategis dan Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.
3. Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum, pasal 4 menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk
pembangunan kepentingan umum hanya dapat dilaksanakan berdasarkan

F - 31
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

pada RTRW.
4. Ketentuan sanksi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang pasal 69 sampai dengan pasal 75 mengikat semua
pihak, baik pelanggar ketentuan RTRW maupun aparat pemberi ijin
pemanfaatan ruang, termasuk didalamnya adalah institusi yang berwenang
memberikan persetujuan substansi.

F.3.8 Metode Analisis Alternatif Pemilihan Lokasi Pelabuhan


Pelaksanaan kegiatan Pra Studi Kelayakan khususnya dalam rangka penentuan
metodologi pelaksanaan kegiatan perlu diperhatikan dominasi peran pelabuhan
pada potensi lokasi apakah berorientasi pada sisi ekonomi atau sosial-politik
karena tahapan penilaian/pembobotan pada kedua jenis lokasi tersebut berbeda.
Adapun secara filosofis perbedaaan kedua fungsi pelabuhan tersebut sebagai
berikut :
a. Untuk mendorong Pembangunan Bidang Ekonomi;
Peran pelabuhan sebagai pendorong bidang ekonomi lebih berorientasi pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Belakang/Hinterland, Volume Perdagangan,
Dukungan Aksesibilitas (Jalan, Kereta Api, Bandara), Pendapatan Per-Kapita.
b. Untuk mendorong Pembangunan Pada Bidang Sosial Politis.
Peran pelabuhan sebagai pendorong bidang sosial politis menekankan pada
dua hal, yakni:
• Sebagai Fungsi keperintisan, adalah pembangunan pelabuhan direncanakan
dalam rangka membuka daerah isolasi, membangkitkan dan meningkatkan
perdagangan antar-pulau/ekonomi daerah, meningkatkan mobilitas
penduduk, mengurangi kesenjangan/disparitas, meningkatkan pelayanan
sosial, dan mewujudkan stabilitas regional.
• Adapun Fungsi Kemiliteran, adalah pembangunan pelabuhan direncanakan
untuk meningkatkan sistem ketahanan dan keamanan nasional.

Selanjutnya pada kedua jenis fungsi dan peran pelabuhan diberikan penilaian dan
pembobotan sesuai dengan karakteristik wilayahnya masing-masing sebagai
berikut :
1. Penilaian masing-masing Kawasan Rencana Pelabuhan
Variabel dan indikator penilaian dengan orientasi fungsi ekonomi sebagai
berikut :
Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
1. Rencana Rencana 1 Dekat dengan sub sub pusat kota / pusat
Tata Ruang Struktur pelayanan lingkungan
dan Ruang 2 Dekat dengan sub pusat kota / pusat pelayanan
Kebijakan kawasan

F - 32
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
3 Dekat dengan pusat kota / pusat kegiatan lokal
/ wilayah / nasional

Kawasan 1 Tidak berada pada Rencana Pengembangan


Strategis Kawasan Strategis
2 Dekat dengan pengembangan Kawasan
Strategis Provinsi atau Kabupaten (Agropolitan,
Pariwisata, Kota Terpadu-Mandiri, dsb)
3 Dekat dengan pengembangan Kawasan
Strategis Nasional (MP3EI, KEK, Sislognas,
Kawasan Perbatasan, Terluar dan Terdepan,
Kawasan Penanganan Musibah Bencana, dsb)
Rencana 3 Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi pada RIPN,
Jaringan RTRW Propinsi, Tatrawil, RTRW Kabupaten dan
Tatralok.
2 Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem
Jaringan Prasarana Transportasi pada RIPN,
RTRW Propinsi/Tatrawil atau RTRW
Kabupaten/Tatralok saja (hanya salah dua atau
satu)
1 Pelabuhan tidak disebutkan dalam Rencana
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi pada
RIPN, RTRW Propinsi/Tatrawil atau RTRW
Kabupaten/Tatralok.
2 Transportasi Aksesibilitas 1 Merupakan kawasan yang sulit dijangkau
Wilayah Darat dengan akses darat (Terisolir)
2 Merupakan kawasan yang cukup sulit dijangkau
dengan akses darat (Terlayani jaringan jalan
dengan kondisi perkerasan kurang memadai)
3 Merupakan kawasan yang mudah dijangkau
dengan akses darat (Terlayani jaringan jalan
dengan kondisi perkerasan memadai)
Aksesibilitas 1 Merupakan Kawasan yang belum dijangkau
Laut pelayanan angkutan laut
2 Merupakan Kawasan yang telah dijangkau oleh
pelayanan angkutan laut tramper (ojek kapal,
dsb)
3 Merupakan Kawasan yang telah dijangkau oleh
pelayanan angkutan laut penumpang liner
(perintis dan lainnya)
Bangkitan 1 Berlokasi pada kawasan dengan Bangkitan dan
dan Tarikan Tarikan Pergerakan yang Kecil
Pergerakan 2 Berlokasi pada kawasan dengan Bangkitan dan
Tarikan Pergerakan yang Sedang
3 Berlokasi pada kawasan dengan Bangkitan dan
Tarikan Pergerakan yang Besar
Sebaran 1 Berlokasi pada kawasan yang terhubung
Pergerakan dengan garis Keinginan Pergerakan (desire line)
yang tipis/kecil
2 Berlokasi pada kawasan yang terhubung
dengan garis Keinginan Pergerakan (desire line)
yang sedang

F - 33
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
3 Berlokasi pada kawasan yang terhubung
dengan garis Keinginan Pergerakan (desire line)
yang tebal/besar
3 Aspek Potensi 1 Kawasan hinterland memiliki potensi
Ekonomi Hinterland komoditas yang rendah (tidak memiliki daya
Sosial saing dan bukan sektor basis) LQ < 1
2 Kawasan hinterland memiliki potensi
komoditas yang sedang (kurang memiliki daya
saing dan bukan sektor basis) LQ = 1
3 Kawasan hinterland memiliki potensi
komoditas yang tinggi (memiliki daya saing dan
merupakan sektor basis) LQ > 1
Kependuduk 1 Kawasan hinterland memiliki jumlah penduduk
an 0-40% dari rata-rata total penduduk di wilayah
studi
2 Kawasan hinterland memiliki jumlah penduduk
>40% s/d 100% dari rata-rata total penduduk
di wilayah studi
3 Kawasan hinterland memiliki jumlah penduduk
> rata-rata total penduduk di wilayah studi
Indeks 1 Indeks Pembangunan Manusia berada pada
Pembanguna tingkat rendah (<60)
n Manusia 2 Indeks Pembangunan Manusia berada pada
tingkat menengah (60-70)
3 Indeks Pembangunan Manusia berada pada
tingkat tinggi (>70)
4 Lingkungan Komponen 1 Berada pada lokasi dengan hambatan
Fisik-Kimia komponen fisik-kimia yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling besar)

2 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan


komponen fisik-kimia yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan cukup besar)
3 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen fisik-kimia yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
Komponen 1 Berada pada lokasi dengan hambatan
Biologi- komponen biologi-hayati yang berpotensi
Hayati menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling besar)
2 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen biologi-hayati yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan cukup besar)
3 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen biologi-hayati yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
5 Teknis Topografi 1 Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang
dan rendah
Kelerengan 2 Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai
sedang

F - 34
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
3 Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang
tinggi
Bathimetri 1 Hasil Pemodelan Bathimetri memiliki nilai yang
rendah
2 Hasil Pemodelan Bathimetri memiliki nilai
sedang
3 Hasil Pemodelan bathimetri memiliki nilai yang
tinggi
Hidro- 1 Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki
Oceanografi nilai yang rendah
2 Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki
nilai sedang
3 Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki
nilai yang tinggi

Variabel dan indikator penilaian dengan orientasi fungsi sosial politis sebagai
berikut :
Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
1 Rencana Rencana 1 Dekat dengan pusat kota / pusat kegiatan lokal
Tata Ruang Struktur / wilayah / nasional
dan Ruang 2 Dekat dengan sub pusat kota / pusat pelayanan
Kebijakan kawasan
3 Dekat dengan sub sub pusat kota / pusat
pelayanan lingkungan
Kawasan 1 Dekat atau berada pada kawasan strategis
Strategis ekonomi
2 Dekat atau berada pada kawasan strategis
budidaya atau bukan kawasan strategis
3 Dekat atau berada pada kawasan strategis
lingkungan
Rencana 3 Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi pada RIPN,
Jaringan RTRW Propinsi, Tatrawil, RTRW Kabupaten dan
Tatralok.
2 Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem
Jaringan Prasarana Transportasi pada RIPN,
RTRW Propinsi/Tatrawil atau RTRW
Kabupaten/Tatralok saja (hanya salah dua atau
satu)
1 Pelabuhan tidak disebutkan dalam Rencana
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi pada
RIPN, RTRW Propinsi/Tatrawil atau RTRW
Kabupaten/Tatralok.
2 Transportasi Aksesibilitas 1 Merupakan kawasan yang mudah dijangkau
Wilayah Darat dengan akses darat (Terlayani jaringan jalan
dengan kondisi perkerasan memadai)
2 Merupakan kawasan yang cukup sulit dijangkau
dengan akses darat (Terlayani jaringan jalan
dengan kondisi perkerasan kurang memadai)
3 Merupakan kawasan yang sulit dijangkau
dengan akses darat (Terisolir)
Aksesibilitas 1 Merupakan Kawasan yang belum dijangkau
Laut pelayanan angkutan laut

F - 35
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
2 Merupakan Kawasan yang telah dijangkau oleh
pelayanan angkutan laut tramper (ojek kapal,
dsb)
3 Merupakan Kawasan yang telah dijangkau oleh
pelayanan angkutan laut penumpang liner
(perintis dan lainnya)
Bangkitan 1 Berlokasi pada kawasan dengan Bangkitan dan
dan Tarikan Tarikan Pergerakan yang Besar
Pergerakan 2 Berlokasi pada kawasan dengan Bangkitan dan
Tarikan Pergerakan yang Sedang
3 Berlokasi pada kawasan dengan Bangkitan dan
Tarikan Pergerakan yang Kecil
Sebaran 1 Berlokasi pada kawasan yang terhubung
Pergerakan dengan garis Keinginan Pergerakan (desire line)
yang tebal/besar
2 Berlokasi pada kawasan yang terhubung
dengan garis Keinginan Pergerakan (desire line)
yang sedang
3 Berlokasi pada kawasan yang terhubung
dengan garis Keinginan Pergerakan (desire line)
yang tipis/kecil
3 Aspek Potensi 1 Kawasan hinterland memiliki potensi
Ekonomi Hinterland komoditas yang rendah (tidak memiliki daya
Sosial saing dan bukan sektor basis) LQ < 1
2 Kawasan hinterland memiliki potensi
komoditas yang sedang (kurang memiliki daya
saing dan bukan sektor basis) LQ = 1
3 Kawasan hinterland memiliki potensi
komoditas yang tinggi (memiliki daya saing dan
merupakan sektor basis) LQ > 1
Kependuduk 1 Kawasan hinterland memiliki jumlah penduduk
an > rata-rata total penduduk di wilayah studi
2 Kawasan hinterland memiliki jumlah penduduk
>40% s/d 100% dari rata-rata total penduduk
di wilayah studi
3 Kawasan hinterland memiliki jumlah penduduk
0-40% dari rata-rata total penduduk di wilayah
studi
Indeks 1 Indeks Pembangunan Manusia berada pada
Pembanguna tingkat tinggi (>70)
n Manusia 2 Indeks Pembangunan Manusia berada pada
tingkat menengah (60-70)
3 Indeks Pembangunan Manusia berada pada
tingkat rendah (<60)
4 Lingkungan Komponen 1 Berada pada lokasi dengan hambatan
Fisik-Kimia komponen fisik-kimia yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling besar)
2 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen fisik-kimia yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan cukup besar)

F - 36
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Sub
No Variabel Nilai Indikator
Variabel
3 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen fisik-kimia yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
Komponen 1 Berada pada lokasi dengan hambatan
Biologi- komponen biologi-hayati yang berpotensi
Hayati menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling besar)
2 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen biologi-hayati yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan cukup besar)
3 Tidak berada pada lokasi dengan hambatan
komponen biologi-hayati yang berpotensi
menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
5 Teknis Topografi 1 Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang
dan rendah
Kelerengan 2 Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai
sedang
3 Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang
tinggi
Bathimetri 1 Hasil Pemodelan Bathimetri memiliki nilai yang
rendah
2 Hasil Pemodelan Bathimetri memiliki nilai
sedang
3 Hasil Pemodelan bathimetri memiliki nilai yang
tinggi
Hidro- 1 Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki
Oceanografi nilai yang rendah
2 Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki
nilai sedang
3 Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki
nilai yang tinggi

2. Pembobotan masing-masing Kawasan Rencana Pelabuhan

Sub
NO. Aspek Bobot Sub Aspek
Bobot
Struktur Ruang 5%
Aspek Tata Ruang dan
1 10% Kawasan Strategis 5%
Kebijakan
Aksesibilitas Darat 7%
Aksesibilitas Laut 7%
Bangkitan dan Tarikan
Aspek Transportasi
2 30% Pergerakan
Wilayah
(Trip Generation) 8%
Sebaran Pergerakan
(Trip Distribution) 8%
Potensi Hinterland 8%
Aspek Sosial Ekonomi Jumlah Penduduk 8%
3 23%
Wilayah Indek Pembangunan Manusia
(IPM) 7%

F - 37
Usulan Teknis – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Sub
NO. Aspek Bobot Sub Aspek
Bobot
Komponen Fisik-Kimia 5%
Komponen Biologi-Hayati 5%
4 Aspek Lingkungan 15% Rawan Bencana 5%
Topografi dan Kelerengan 7%
Bathymetri 8%
5 Aspek Teknis 22% Hidro-Oceanografi 7%
TOTAL BOBOT 100% TOTAL SUB BOBOT 100%

F - 38

Anda mungkin juga menyukai