Anda di halaman 1dari 16

Laporan 1 Praktikum Manajemen Perbibitan Ternak

MANAJEMEN PERBIBITAN TERNAK AYAM KAMPUNG


MENGGUNAKAN METODE INSEMINASI BUATAN

OLEH :

NAMA : NUR SYA IDAH (L1A117182)


MUH. ARDIANSYAH (L1A120)
FREDI MARK Y. (L1A121055)
NASRUDIN RAZAK (L1A121074)
JOVANDA DELA ROSA (L1A121207)
LA IMUN (L1A121208)
LA ODE HERMAWAN (L1A121210)
LA ODE SARFAN (L1A121213)
MISRA YADIGA RAHMA (L1A121219)
MUH. RIKSAN (L1A121221)
MUH. RESKI JUNIANDRA (L1A121224)
MUH. FAISAL ADITYA R. (L1A121227)
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : E
ASISTEN : ALIM ABID MUIN

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN KONSULTASI

Tanggal Materi Paraf

Kendari, 16 Desember 2023


Asisten Praktikum

Alim Abid Muin


NIM. L1A120
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam Kampung mempunyai peran yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat terutama di pedesaan dijadikan sebagai sumber daging, telur dan

sebagai tambahan pendapatan. Pemeliharaan ayam kampung mempunyai

beberapa keuntungan dibandingkan dengan ayam ras yaitu cenderung lebih kuat

terhadap penyakit tertentu, mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap

lingkungan dan pemeliharaan yang relatif mudah. Namun demikian ayam

Kampung juga mempunyai beberapa kelemahan seperti pertumbuhan yang

lambat, produksi rendah, masih mempunyai sifat mengeram, lambat dewasa

kelamin, maka perlu dicari terobosan dengan berbagai bioteknologi sederhana,

dan hasilnya dapat diketahui dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu

teknologi reproduksi untuk meningkatkan produktivitas ayam lokal dapat

dilakukan dengan inseminasi buatan (Safrianto, 2019).

Teknologi inseminasi buatan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu

genetik dan betina yang dapat dikawini oleh pejantan. Inseminasi buatan adalah

salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan telah berhasil untuk

meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam waktu pendek

dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan

memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya (Kusumawati, 2014)

Salah satu kelemahan spermatozoa ayam kampung yaitu volume

spermatozoa yang diejakulasikan sedikit, namun mempunyai kelebihan

konsentrasi yang tinggi. Oleh sebab itu, spermatozoa perlu diencerkan dengan
tujuan untuk memperbanyak volume spermatozoa dan agar selama proses

penyimpanan tidak terjadi penurunan kualitas secara drastis. NaCl sebagai bahan

pengencer spermatozoa ayam kampung pada suhu ruang merupakan salah satu

usaha memperbanyak volume dan mempertahankan kualitas spermatozoa (Bebas

dan Laksmi, 2015).

Berdasarkan urian latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum

Manajemen Perkawinan Inseminasi Buatan pada Ayam Kampung..

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum manajemen perkawinan inseminasi buatan pada

ayam kampung yaitu untuk mengetahui sistem perkawinan inseminasi buatan

pada ayam kampung.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum manajemen perkawinan inseminasi buatan pada

ayam kampung yaitu dapat mengetahui sistem perkawinan inseminasi buatan

pada ayam kampung.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Unggas

Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah

didosmetikasikan dengan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk

memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang, daging, telur dan pendapatan.

Termasuk kelompok unggas adalah ayam, itik, kalkum, burung puyuh, burung

merpati dan angsa. Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang

dimanfaatkan untuk daging dan telurnya. Unggas umumnya merupakan bagian

dari ordo Galliformas dan Anseriformens (Yuwanta, 2014).

Ternak unggas tergolong hewan homeothermic (berdarah panas) dengan

ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnya

tertutup bulu. Kondisi biologis seperti ini menyebabkan ternak unggas dalam

kondisi panas mengalami kesulitan membuang panas tubuhnya ke lingkungan.

Akibatnya, ternak unggas yang dipelihara di daerah tropis rentan terhadap bahaya

stres panas (Hasil, 2014).

Berdasarkan phlogenetiknya, unggas terletak setingkat dengan reptilian,

yang ditandai dengan masi adanya sisik yang dijumpai pada bagian kaki unggas.

Sistem lokomasi yang berbeda pada unggas sangat besar pengaruh terhadap

anatomi, morfologi, dan fisiologi unggas, sehingga analisis mengenai mekanisme

terbang akan mempermudah dalam memahami anatomi (Burhanuddin, 2013).

2.2. Ayam Kampung


Ayam lokal atau yang lebih dikenal dengan ayam kampung merupakan

plasma nutfah ternak unggas asli Indonesia yang potensial dan memiliki

kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Sehingga cocok untuk

dikembangkan oleh masyarakat kecil dan menengah. Potensi usaha peternakan

juga dapat dilihat dari jumlah permintaan protein hewani asal unggas oleh

masyarakat yang sadar akan pentingnya protein hewani dengan nilai gizi tinggi

dan aman untuk dikonsumsi (Suprayogi et al. 2018).

Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya

sudah lekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

ayam buras (bukan ras), atau ayam sayur. Populasi ayam buras cukup banyak

dijumpai di kota maupun di desa. Konsumsi terhadap ayam kampung sangat

tinggi, terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun (Fitriani dan Sapta, 2017).

Kelebihan dari ayam kampung adalah kualitas daging nya yang memang

lebih unggul di bandingkan dengan daging ayam lain nya, sehingga tidak heran

jika rasa nya juga jauh lebih enak. Selain kelebihan tersebut, ayam kampung juga

memiliki beberapa kelemahan, antara lain sulitnya memperoleh bibit yang baik

dan produksi telurnya yang lebih rendah dibandingkan ayam ras, pertumbuhannya

relatif lambat sehingga waktu pemeliharaannya lebih lama (Rendi et al. 2021).

2.3. Metode Perkawinan Ayam Kampung

Untuk dapat menghasilkan ternak ayam kampung yang memiliki

pertumbuhan yang cepat, umur potong cepat, dan ketersediaan bibit

berkesinambungan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar, dapat dilakukan

dengan peningkatan produktivitas melalui seleksi dan persilangan dengan


introduksi genetik ayam ras untuk memacu pertumbuhan anak ayam hasil

silangannya, dengan metode perkawinan triple crossing dengan breed yang lain.

Upaya perbaikan dan peningkatan, sifat pertumbuhan, sifat produksi dan

reproduksi ayam kampung guna menghasilkan ayam kampung unggul (Dako et

al. 2019).

Peningkatan produktivitas ayam kampung dapat dilakukan dengan

program persilangan pada pemeliharaan sistem intensif. Sistem perkawinan

buatan inseminasi buatan pada pemeliharaan sistem intensif cukup efektif

dilakukan karena cukup efisien dalam penggunaan jumlah pejantan. Ayam lokal

merupakan jenis ayam bukan ras (buras) Indonesia yang keberadaannya masih

belum sepenuhnya mendapatkan perhatian dari usaha pembibitan sehingga

produktivitasnya masih tergolong rendah (Junaedi et al. 2021).

Inseminasi buatan marupakan metode yang dilakukan dengan

mengawinkan ayam betina menggunakan sperma dan hanya membutuhkan jumlah

pejantan yang jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, dalam mendapatkan keturunan

berikutnya, maka dapat dilakukan penetasan buatan atau dilakukan penetasan

dengan menggunakan mesin penetas manual (Fitriani dan Sapta, 2017).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum manajemen perkawinan inseminasi buatan pada ayam kampung

dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Desember 2023, Pukul 15.30 WITA - Selesai.

Bertempat di Kelurahan Lepo-lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari. Sulawesi

Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat dan Kegunaan

Alat yang digunakan pada praktikum manajemen perkawinan inseminasi

buatan pada ayam kampung dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No Nama Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
2. Spoit Untuk mengambil dan memasukkan semen
3. Kamera HP Untuk mengambil dokumentasi
4. Mikrotub Untuk menyimpan semen

3.2.2. Bahan dan Kegunaan

Bahan yang digunakan pada praktikum manajemen perkawinan inseminasi

buatan lpada ayam kampung dapat di lihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan
1. Ayam kampung jantan Sebagai bahan praktikum
2 Ayam kampung betina Sebagai bahan praktikum
3. NaCI fisiologis Bahan pengencer semen
4. Semen Sampel pengamatan praktikum
I.1. Prosedur kerja

Prosedur kerja pada praktikum manajemen perbibitan ternak ayam

kampung menggunakan metode inseminasi buatan adalah berikut :

1. Menyiapkan Alat dan bahan

2. Menampung semen ayam

3. Melakukan evaluasi makroskopis semen

4. Mengencerkan semen menggunakan cairan NaCl fisiologis

5. Melakukan Inseminasi buatan pada ayam kampung betina

6. Membuat laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Metode Penampungan Semen

TAMBHKAN GAMBAR

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada manajemen

perkawinan inseminasi buatan pada ayam kampung, pengambilan semen

dilakukan pada ayam kampug jantan yang unggul dengan menyapit antara kaki

dan sayap dan kemudian satu orang bertugas untuk mengeluarkan semen.

Mengeluarkan semen yaitu dengan pengurutan dibawah tulang pubis yang

menimbulkan ejakulasi pada ayam jantan tersebut. Setelah ayam ejakulat makan

semen ditampung menggunakan mikrotup. Hal ini sesuai dengan pendapat Junaedi

et al. (2021) yang menyatakan bahwa pengoleksian semen dilakukan oleh 2

orang, 1 orang bertugas memegang ayam (orang yang akan mengeluarkan semen),

dan 1 orang lainnya bertugas menampung semen. Ayam jantan diapit diantara

lengan dan badan, orang yang bertugas mengeluarkan semen, satu tangan

digunakan untuk mengurut (massage), dan tangan yang satu memegang kedua

kaki ayam jantan. Koleksi semen dilakukan dengan pengurutan (massage) pada

bagian bawah tulang pubis dari ternak jantan. Pengurutan dilakukan dari muka ke

belakang sambil mengangkat ekor dan mengadakan sedikit tekanan pada bagian

akhir phallus untuk menimbulkan refleks ejakulatoris. Pemijatan dilakukan

beberapa kali (5-7 kali) secara cepat dan kontinyu sampai pejantan memberi

respon dengan mengeluarkan papilae. Setelah papilae keluar, jari telunjuk

menekan bagian bawah tulang pubis, dengan rangsangan tersebut ayam akan
reaksi, ditandai dengan meregangnya bulu ekor ke atas, dan pada saat yang

bersamaan tekan bagian bawah ekor maka alat kelamin akan mengeluarkan semen

berwarna putih agak kental. Saat terjadi ejakulasi, semen yang keluar segera

ditampung oleh orang kedua. Penampungan semen pada ayam jantan bias

dilakukan 2-3 kali seminggu.

4.1.2. Evaluasi Makroskopis

TAMBHAKAN GAMBAR

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum manajemen perkawinan

inseminasi buatan pada ayam kampung, setelah melakukan pengambilan atau

penampungan semen kemudian melakukan evaluasi semen secara makroskopis.

Evaluasi makroskopis semen dilakukan dengan memeriksa tingkat kekentalan,

warna semen, dan aroma (bau). Hal ini sesuai dengan pendapat Arman, (2020)

evaluasi makroskopis semen ayam kampung dapat dilakukan dengan memeriksa

warna dan bau semen ayam kampung, volume semen, konsistensi semen dan

derajat keasaman (pH). Evaluasi makroskopis dilakukan dengan tujuan untuk

memeriksa keadaan semen sebelum dilakukan pengenceran dan digunakan untuk

inseminasi buatan sehingga tidak merugikan peternak saat melakukan inseminasi

buatan.

4.1.3. Metode Inseminasi Buatan

TAMBAHKAN GAMBAR

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum manajemen perkawinan inseminasi

buatan pada ayam kampung, proses inseminasi buatan dilakukan dengan cara

memasukan spermatozoa ayam kampung jantan ke organ reproduksi betina


dengan menggunakan bantuan alat spoit. Sebelum memasukan alat inseminasi

buatan kealat reproduksi ayam betina, terlebih dahulu mengeluarkan alat

reproduksi betina (saluran reproduksi) dari dalam kloaka dengan cara mengurut

dan memijat lembut pada bagian phallus atau dibawah tulang pubis. Hal ini sesuai

pendapat Athifah, (2022) Inseminasi buatan dilakukan oleh 2 orang untuk

memudahkan dalam pelaksanaannya. Inseminasi buatan pada ayam yang dimulai

dengan pemilihan induk dan pejantan yang ideal. Pejantan kemudian di-handling

dengan memegang paha ayam jantan dan dilakukan pemijatan pada bagian

punggung ayam. Semen yang dihasilkan ditampung dan diencerkan menggunakan

NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:2. Udara dimasukkan terlebih dahulu ke

dalam alat suntik tanpa jarum sekitar 0,5 ml. Semen cair yang telah diencerkan

tersebut kemudian diambil dengan syringe tanpa jarum sebanyak 0,2-0,3 ml. Alat

suntik tanpa jarum selanjutnya dimasukkan ke dalam alat reproduksi betina yang

terletak di sebelah kiri dari inseminator. Inseminasi buatan ayam yang dilakukan

dengan metode deposisi intrauterine. Metode ini dilakukan dengan memasukkan

semen dengan syringe tanpa jarum ke dalam kloaka sedalam 7-8 cm.
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum manajemen inseminasi buatan pada ayam kampung

dapat disimpulkan bahwa inseminasi buatan merupakan metode yang baik

digunakan dalam perkawinan ayam kampung yang memiliki tingkat efisiensi

dalam penggunaan semen ayam kampung jantan. Dalam pelaksanaan inseminasi

buatan ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu melakukan penampungan

semen, evaluasi secara makroskopis mencakup pemeriksaan warna, aroma (bau)

dan kekentalan. Setelah evaluasi makroskopis kemudian dilakukan inseminasi

buatan dengan cara memasuka spermatozoa kealat reproduksi betina

menggunakan bantuan alat (spoit).

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Saran untuk laboratorium yaitu diharpakan agar lebih ditambah lagi fasilitas

laboratoriumnya,
2. Saran untuk praktikum ini yaitu diharapkan pada semua praktikkan agar

lebih teliti dalam pembuatan preparat ulas darah/sediaan apus darah tepi.

3. Saran untuk asisten agar tetap sabar dalam membimbing saat praktikum dan

pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Arman M dan N Athifah. 2022. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.: Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta
Burhanuddin. 2013. Karakter dan Manfaat Ayam Pelung di Indonesia .Wartazoa.
17 (3), 126-129
Dako S, F Ilham, N K Laya, S Fathan, S Masili, dan M Azar. 2019. Produktivitas
persilangan ayam kampung dan ayam ras leghorn strain isa brown.
Jurnal Peternakan. 16(1): 1-9.
Fadillah U, M Arifin, dan Y L R E Nugrahini. 2021. Kualitas Spermatozoa Ayam
Kampung Dalam Pengencer Larutan Lidah Buaya, Glukosa dan Natrium
Klorida Fisiologis. Journals Proceedings. 8(8): 70-75.
Fitriani MP dan A Sapta. 2017. Perkawinan Ayam Kampung dan Ayam Ras
dengan Teknologi Inseminasi Buatan terhadap Fertilitas dan Daya Tetas
Menggunakan Incubator Manual. Simki-Techsain. 1(6): 1-9.
Fitriani N dan A Sapta .2017. Produktivitas Persilangan Ayam Kampung dan
Ayam Ras Leghorn Strain Isa Brown. Jurnal Peternakan. 16 (1),129-132
Hasil M T. 2014. Stres Panas pada Unggas: Metabolisme, Akibat dan Upaya
Penanggulangannya. Wartazoa. 24(2): 57-66.
Junaedi, Khaeruddin dan A H Fattah. 2021. Peningkatan Keterampilan Budidaya
Ternak Unggas Bagi Peternak Ayam Lokal di Kabupaten Kolaka Melalui
Bimbingan Teknis Inseminasi Buatan dan Metode Persilangan. Abdimas
Galuh. Jurnal Peternakan. 3(1): 183-192.
Kusumawati. 2014. Inseminasi Buatan Ayam Kampung dalam Efisiesi
Penggunaan Semen Ayam Kampung. Jurnal Peternakan. 4 (3), 16-17
Laksmi D N D I dan Bebas W. 2015. Viabilitas Spermatozoa Ayam Hutan Hijau
dalam Pengencer Fosfat Kuning Telur Ditambah Laktosa Pada
Penyimpanan 5oC. Jurnal Veteriner. 16(1): 62-67.
Nataamijaya, A.G. 2018. Keragaan Peternakan Ayam Sentul Di Kabupaten
Ciamis Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis.
hlmn 237-253
Safrianto. 2019. Karakteristik Genetik dan Fenotip Ayam Nunukan di Pulau
Tarakan, Kalimantan Timur. Jurnal Veteriner. 15 (2): 173-181
Sartika, T. dan S. Iskandar. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan
Pemanfaatannya. Edisi pertama. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Suprayogi WPS, E Wida, dan S Dwi. 2018. Budidaya ayam kampung intensif
melalui program pengembangan usaha inovasi kampus. Inoteks. 22(1):
18-27.
Suprayogi, S Dako, F Ilham, dan N Laya, 2018. Peningkatan Mutu Genetik Ayam
Kampung Melalui Triple Crossing. Laporan Penelitian Tahap I. LPPM
Universitas Negeri Gorontalo
Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yuwanta T. 2014. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai