Anda di halaman 1dari 67

by Group 2

Anggota Kelompok

Arella Odhelia Hutagaol M Ghozi Ghaisan W


Alsya Azzahra Muhammad Hilmi AS
Grace Sella MRB Nada Tsuraya
Kenzie Caesar Nasya Armelita Rahmani
Indra Teguh Surya Simon
Definisi pajak menurut
beberapa ahli
Prof. Dr. H. Rochmat
Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Soemitro S.H.
Iuran masyarakat kepada Peralihan kekayaan dari pihak
negara (yang dapat dipaksakan) yang rakyat kepada Kas Negara untuk
terutang oleh yang wajib membiayai pengeluaran rutin dan
membayarnya menurut undang- surplusnya digunakan untuk public
undang yang gunanya untuk saving yang merupakan sumber
membiayai pengeluaran-pengeluaran utama untuk membiayai public
umum berhubung tugas negara untuk investment.
menyelenggarakan pemerintahan.
Definisi pajak menurut
beberapa ahli
Prof. S.I.
Dr. Soeparman Soemahamidjaja
Dr. P. J. A. Adriani Djajadiningrat

Iuran wajib, berupa uang atau Suatu kewajiban menyerahkan sebagian


barang, yang dipungut oleh daripada kekayaan kepada negara
penguasa berdasarkan norma- disebabkan suatu keadaan, kejadian dan
norma hukum guna menutup biaya perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman
produksi barang-barang dan jasa
dan dilakukan untuk memelihara
kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.
kesejahteraan umum.
Definisi pajak menurut UU NO 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada


negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Ciri-ciri pajak
1. Iuran wajib pada negara.
2. Bersifat memaksa
3. Dipungut berdasarkan undang-undang
4. Tidak mendapat balas jasa.
5. Digunakan untuk membiayai
kepentingan umum.
Manfaat pajak

Pembangunan sarana
Belanja pegawai meliputi
umum seperti jembatan,
ASN, Polisi, TNI
jalan raya, sekolah,
rumah sakit

Sumber pembiayaan
Memberi subsidi seperti
alat keamanan negara
dengan tujuan
subsidi pupuk, bahan
menciptakan rasa bakar, dan subsidi listrik.
aman bagi masyarakat
Manfaat pajak

Menciptakan proyek lapangan


kerja serta pembinaan dan
penyediaan modal bagi Usaha
Kecil dan Menengah
Menyediakan fasilitas
bantuan beras, kesehatan,
pendidikan gratis bagi
masyarakat kurang mampu. Membayar
utang negara
Fungsi Pajak
Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak digunakan untuk memperluas


lapangan pekerjaan, membangun
infrastruktur. Pajak sebagai sumber
dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-
pengeluaran tersebut sehingga
fungsi pajak sebagai anggaran.
Fungsi Pajak
Fungsi Mengatur (Fungsi Regulered)

• Memberikan proteksi terhadap


barang produksi dalam negeri
• Menghambat laju inflasi.
• Mendorong ekspor, misal pajak
barang ekspor 0%.
• Menarik dan mengatur investasi
modal untuk perekonomian yang
produktif.
Fungsi Pajak
Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribution)

Artinya, pajak dapat digunakan untuk


menyeimbangkan dan menyesuaikan
antara pembagian pendapatan
dengan kesejahteraan masyarakat.
Dengan kata lain, pajak berfungsi
untuk pemerataan pendapatan
masyarakat.
Tarif pajak
Digunakan untuk menentukan besarnya pajak terutang

T.P Proporsional T.P Degresif (Menurun)


(sebanding)
Tarif yang pengenaannya
Tarif pajak yang pengenaan menurun seiring peningkatan
pajaknya tetap atas berapa pun dasar pengenaan pajak.
dasar pengenaan pajaknya.
T.P Tetap T.P Progresif (Naik)

Tarif pajak yang tetap untuk


Tarif pengenaan pajak yang
setiap dasar pengenaan pajak
bertambah seiring peningkatan
atau besarnya jumlah pajak yang
dasar pengenaan pajak.
dibayarkan sama.
Perbedaan Pajak
Dengan Pungutan
Resmi Lainnya
Tujuan
Pajak: Untuk mendapatkan pendapatan
yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran publik dan layanan pemerintah.
Pungutan Resmi Lainnya: Untuk tujuan yang
lebih spesifik Wajib Pajak
Pajak: Pajak dikenakan pada individu,
perusahaan, atau entitas lain yang memiliki
penghasilan atau melakukan transaksi tertentu
sesuai dengan undang-undang pajak.
Pungutan Resmi Lainnya: Pungutan resmi lainnya
dapat ditujukan pada kelompok tertentu atau
entitas lainnya
Regulasi
Pajak: Diatur oleh UU pajak yang kompleks
dan beragam di setiap negara.
Pungutan Resmi Lainnya: Diatur oleh
undang-undang yang berbeda-beda
tergantung pada tujuan dan jenisnya. Sanksi
Pajak : Mengakibatkan sanksi hukum atau
keuangan, seperti denda atau penuntutan pidana.
Pungutan Resmi Lainnya : Memiliki sanksi yang
berbeda-beda tergantung pada jenisnya dan
aturan yang mengaturnya.
Pengunaan Dana
Pajak : Pendapatan dari pajak digunakan
untuk berbagai keperluan pemerintah.
Pungutan Resmi Lainnya : Pendapatan dari
pungutan resmi lainnya dapat digunakan
untuk tujuan yang lebih spesifik sesuai Penerima Pajak
dengan kebijakan yang ditetapkan. Pajak : Pajak diberikan kepada pemerintah untuk
digunakan dalam pengeluaran publik.
Pungutan Resmi Lainnya : Pungutan resmi lainnya
dapat diberikan kepada entitas atau lembaga lain
yang mengelola atau menggunakan dana
tersebut sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Asas
Pemungutan
Pajak
Asas Pemungutan Pajak

Prinsipnya :
Pemungutan pajak harus memperhatikan
keadilan dan kebebasan. Pemungutan pajak
hendaknya menjunjung tinggi asas-asas
pemungutan pajak yang dikemukakan oleh
Adam Smith dalam buku wealth of nation.
Adapun asas-asas sebagai berikut:
Asas-Asas
Pemungutan Pajak

Asas Equality Asas Certainty

Asas ini menekankan pentingnya Asas ini menekankan pentingnya


keseimbangan berdasarkan kemampuan kepastian pemungutan pajak, seperti
tiap subjek pajak. Tidak ada diskriminasi di kepastian hukum yang mengaturnya,
antara sesama wajib pajak. Pemungutan
kepastian subjek pajak, kepastian
pajak yang dilakukan terhadap semua
objek pajak, dan kepastian tata cara
subjek pajak harus sesuai dengan batas
pemungutannya.
kemampuan masing-masing.
Asas-Asas
Pemungutan Pajak

Asas Convenience of Asas Economics


payment
Menekankan pentingnya waktu yang tepat Asas ini menekankan pentingnya prinsip
dalam memenuhi kewajiban perpajakan. ekonomi dalam pemungutan pajak.
Sangat bijaksana jika pemotongan pajak
Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam
dilakukan pada saat wajib pajak menerima
melaksanakan pemungutan pajak tidak
penghasilan dan yang sudah memenuhi syarat
objektifnya, yaitu penghasilan di atas boleh lebih besar daripada jumlah pajak
penghasilan minimumnya. yang dipungut.
Jenis Pajak
Berdasarkan Cara
Pemungutannya

Pajak langsung Pajak tidak langsung


Pajak Langsung merupakan pajak yang Pajak Tidak Langsung merupakan
bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bebannya dapat dialihkan
pajak dan tidak dapat dialihkan kepada kepada pihak lain karena pajak jenis ini
orang lain. Dengan kata lain, proses tidak mempunyai surat ketetapan
pembayaran pajak harus dilakukan oleh
pajak.
Wajib Pajak yang bersangkutan.
Jenis Pajak
Berdasarkan Sifatnya

Pajak objektif
Pajak subjektif
Pajak objektif merupakan pungutan
Pajak subjektif adalah pajak yang yang memperhatikan nilai dari objek
berpangkal pada subjeknya pajak. Contoh pajak objektif adalah
sedangkan pajak objektif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari
berpangkal kepada objeknya. barang yang dikenakan pajak.
Jenis Pajak
Berdasarkan Lembaga
Pemungutannya

Pajak pusat Pajak daerah


Pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pajak daerah merupakan pajak-pajak
Pemerintah Pusat, sebagian besar dikelola yang dipungut dan dikelola oleh
oleh Direktorat Jenderal Pajak. Hasil dari Pemerintah Daerah baik di tingkat
pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan provinsi maupun kabupaten/kota. Hasil
untuk membiayai belanja negara seperti dari pungutan jenis pajak ini kemudian
pembangunan jalan, pembangunan sekolah, digunakan untuk membiayai belanja
bantuan kesehatan dan lain sebagainya. pemerintah daerah.
Sistem
Pemungutan
Pajak di
Indonesia
Official Assessment
System
Wewenang pemungutan pajak pada
fiscus (pemungut pajak). Fiscus berhak
menentukan besarnya utang pajak orang
pribadi maupun badan dengan
mengeluarkan surat ketetapan pajak.
Surat ini menjadi bukti timbulnya suatu
utang pajak.
Semi Self Assessment System
dan Withholding System
Semi self assessment system adalah suatu
sistem pemungutan pajak yang pelimpahan
wewenang untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh seseorang berada pada
kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan
fiscus. Mekanisme dalam pelaksanan sistem
ini berdasarkan suatu anggapan bahwa wajib
pajak pada akhir tahun menaksir sendiri
besarnya utang pajak yang harus dibayar pada
akhir tahun pajak
Full Self
Assessment System
Merupakan wajib pajak harus aktif
menghitung dan melaporkan jumlah
pajak terutangnya tanpa campur tangan
dari fiscus. Sistem ini diberlakukan untuk
memberikan kepercayaan yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat guna
meningkatkan kesadaran dan peran serta
masyarakat dalam menyetorkan pajaknya
Alur
Administrasi
Perpajakan di
Indonesia
Alur Administrasi Pajak
3
1 Mengisi Surat Pemberitahuan
Wajib pajak mendaftarkan diri (SPT) dan melaporkannya
untuk memperoleh Nomor Pokok secara langsung ke KPP atau

2
Wajib Pajak (NPWP) secara mengirimkan dokumen SSP
langsung ke Kantor Pelayanan lembar ketiga dan SPTnya.
Pajak (KPP) atau secara online
Menghitung jumlah pajak yang 4
terutang, atas dasar itu
membayarnya ke Bank yang
ditunjuk Pemerintah atau kantor Wajib pajak akan mendapat
pos dengan menggunakan Surat tanda terima penyampaian SP
Setoran Pajak (SSP).
Objek Pajak
Segala sesuatu yang menurut undang-undang
dijadikan dasar pengenaan pajak
Diatur Dalam :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan (PPh)
3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM)
Diatur Dalam :
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang
Bea Materai dan Peraturan Pemerintah No 24
Tahun 2000 Tentang Perubahan Tarif Bea Materai
Tata cara
Pemungutan
Pajak
Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel Nyata

Pemungutan pajak dapat dilaksanakan pada akhir tahun


setelah mengetahui penghasilan yang diperoleh dalam
masa pajak yang bersangkutan. Dengan begitu, penghasilan
yang sesungguhnya dapat diketahui/disebut sistem
pemungutan pajak di belakang (naheffing), di mana pajak
baru dikenakan setelah mengetahui penghasilan
sesungguhnya pada akhir tahun pajak. Kelebihannya adalah
pajak yang dikenakan lebih realistis, namun kelemahannya
adalah pemerintah membutuhkan penerimaan pajak
sepanjang tahun dan tidak hanya pada akhir tahun.
2. Stelsel Anggapan
Stelsel tersebut memungkinkan pemungutan
pajak pada awal tahun berdasarkan anggapan
pendapatan wajib pajak. Anggapan ini dapat
menggunakan perbandingan data antara
penerimaan/pendapatan wajib pada tahun
sebelumnya yang dianggap sama dengan
pendapatan yang akan diperoleh pada tahun
sekarang. Keuntungannya adalah pajak dapat
dibayar sepanjang tahun, namun kelemahannya
adalah pembayaran pajak tidak selalu
mencerminkan keadaan sesungguhnya.
3. Stelsel campuran
Stelsel campuran adalah kombinasi stelsel nyata
dan stelsel anggapan, di mana pajak dikenakan
pada awal tahun berdasarkan anggapan dan pada
akhir tahun berdasarkan kenyataan. Hal ini
memungkinkan penghitungan ulang untuk
menentukan kelebihan atau kekurangan pajak. Jika
pajak berdasarkan kenyataan lebih besar, wajib
pajak harus menambah pembayaran, sedangkan jika
lebih kecil, wajib pajak dapat meminta restitusi atau
kompensasi.
Pengenaan
Pajak
Pajak Penghasilan
(PPH)
Dikenakan pada orang pribadi atau badan (subjek pajak)
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
satu tahun pajak. Subjek pajaknya adalah orang pribadi
atau perseorangan dan warisan yang belum terbagi
sebagai suatu kesatuan. Badan yang berbentuk
perseroan terbatas, perseroan komanditer, yayasan,
badan usaha milik negara atau daerah, dan persekutuan
lainnya, juga termasuk sebagai subjek pajak. Selain
kedua pihak tersebut, bentuk usaha tetap juga
dimasukkan dalam kelompok subjek pajak.
Objek Pajak Penghasilan

1. Gaji, upah, tunjangan, honorarium, uang pensiun,


gratifikasi, komisi, bonus, dan imbalan lainnya
atas pekerjaan atau jasa
2. Hadiah yang berasal dari undian atau pekerjaan
dan penghargaan
3. Laba usaha, keuntungan yang berasal dari
penjualan atau pengalihan harta, keuntungan
atas pembebasan utang, dan keuntungan selisih
kurs mata uang
Objek Pajak Penghasilan

4. Bunga premium, diskonto, imbalan karena jaminan


pengembalian utang, dividen, dan premi asuransi
5. Royalti, sewa dan penghasilan yang berhubungan
dengan kegiatan penggunaan harta, serta
penghasilan yang berasal dari usaha berbasis
syariah
6. Tambahan kekayaan neto dari penghasilan yang
belum terkena pajak, dan sebagainya
Jumlah Penghasilan
Tidak Kena Pajak

1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar


Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah)
per tahun atau Rp4.500.000,00 per bulan
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
sebesar Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus
ribu rupiah) per tahun atau Rp375.000,00 per
bulan.
Jumlah Penghasilan
Tidak Kena Pajak
3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) sebesar Rp54.000.000,00 (lima puluh
empat juta rupiah) per tahun atau Rp4.500.000,00 per bulan
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 (tiga) orang untuk setiap keluarga sebesar Rp4.500.000,00
(empat juta lima ratus ribu rupiah) per tahun atau
Rp375.000,00 per bulan
Tarif Pajak
Penghasilan
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17, Tarif
Pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak dan besarnya
Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan PKP (Penghasilan Kena
Pajak). Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Pasal 17,
Tarif Pajak yang ditetapkan atas penghasilan sebagai berikut:
Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Badan dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

Untuk menghitung pajak ini didasarkan pada


Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
tentang Wajib Pajak Badan, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
Omzet
Peredaran bruto semua gerai/counter/
outlet atau sejenisnya baik pusat maupun
cabangnya.
Objek Pajaknya
Penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto
(omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar
dalam 1 tahun pajak, serta besarnya pajak
yang terutang dan harus dibayar adalah 1%
dari jumlah peredaran bruto (omzet).
Jenis Usahanya
Jenis usaha yang dikenakan diantaranya:
usaha dagang, industri, dan jasa, seperti
misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian,
elektronik, bengkel, penjahit,
warung/rumah makan, salon, dan lainnya. Subjek Pajaknya
Subjek pajak adalah orang pribadi dan
badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap
(BUT), yang menerima penghasilan dari
usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang
tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu)
tahun pajak.
Pajak
Pertambahan
Nilai
Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai adalah pungutan yang dibebankan atas
transaksi jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib
pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP). Jadi, yang berkewajiban memungut,
menyetor dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual.
Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah
konsumen akhir. PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dikenakan
dan disetorkan oleh pengusaha atau perusahaan yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Namun beban
PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir
Objek PPN

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan


Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
Objek PPN

4. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar


Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
5. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud
atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa
Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP)
Tarif PPN
Berdasarkan ketentuan Undang Undang
No 42 Tahun 2009 Pasal 7
Tarif PPN 0% diterapkan atas :
Tarif PPN 11% Ekspor barang kena pajak berwujud
(1 April 2022) Ekspor barang kena pajak tidak
berwujud
Ekspor jasa kena pajak

Tarif pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat 1 dapat
berubah paling rendah 5%
dan paling tinggi 15%
Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak


atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan. Subjek PBB adalah orang pribadi dan badan
yang secara nyata memiliki hal- hal berikut ini:
Subjek PBB

Mempunyai Hak Memperoleh


Memiliki bangunan
atas Bumi manfaat atas bumi

Memperoleh
Menguasai
manfaat atas
Bangunan
bangunan
Tarif PBB

Menurut pasal 77 ayat 1 UU Nomor 28 Tahun 2009, Objek Pajak


Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi
dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma
tiga persen) dari Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP).
Sedangkan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
paling rendah Rp10.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak dan Nilai
Jual Objek Pajak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tarif PBB
Bea Materai
Pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen
tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, atau diserahkan kepada pihak lain jika
dokumen itu hanya dibuat oleh satu pihak
Daftar Dokumen yang dikenai Materai
Akta akta yang dibuat
Akta akta notaris
oleh Pejabat Pembuat
Surat Perjanjian termasuk
Akta Tanah termasuk
salinannya
rangkap rangkapnya

Dokumen yang
Surat yang Surat berharga
digunakan sebagai
memuat jumlah seperti wesel,
alat pembuktian di
uang promes, aksep
buka pengendalian
Tarif Bea Materai
Surat perjanjian, akta Berdasarkan Peraturan
notaris, akta PPAT, surat Pemerintah Nomor 24
lamaran sebesar Rp6.000 Tahun 2000

Dokumen nonimal Rp250.000


sampai dengan Rp1.000.000 Cek dan bilyet grip
sebesar Rp3.000. Lebih dari sebesar Rp3.000
Rp1.000.000 sebesar Rp6.000
Penyelewengan
Terhadap Pajak
Tax Evasion
Melakukan skema penggelapan pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
mengurangi jumlah pajak yang wajib
dibayarkan.
Tax Avoidance
Skema penghindaran pajak yang dilakukan
oleh wajib pajak untuk mengurangi jumlah
pajak yang wajib dibayarkan dengan
memanfaatkan celah ketentuan
perpajakan.
Transfer Pricing
Menghindari jumlah pajak yang wajib
dibayarkan dengan merekayasa transaksi
pajaknya dimakan pejab-
Terima
Kasih!
jangan lupa bayar pajak!

Anda mungkin juga menyukai