Anda di halaman 1dari 38

1

Tes Intelegensi Umum (TIU)

Tes Intelegensi Umum, juga dikenal sebagai TIU, adalah jenis tes

yang sering digunakan dalam proses seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil

(CPNS) di Indonesia. Fungsi utama dari Tes Intelegensi Umum adalah

mengukur kemampuan kognitif umum peserta CPNS dalam berbagai

aspek pemahaman.

Umumnya tes Intelegensi Umum dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Kemampuan Verbal -> Tes Analogi, Tes Silogisme, Penalaran

Analitis & Logis dan Tes Sinonim & Antonim.

2. Kemampuan Numerik -> Terdiri dari Operasi Hitung, Deret Angka,

Perbandingan Kuantitatif dan Aritmatika Sosial.

3. Kemampuan Figural -> Analogi Gambar, Ketidaksamaan

Gambar dan Serial Gambar.

Tes Intelegensi Umum mencakup berbagai jenis soal objektif,

seperti tes pilihan ganda atau tes tertulis. Ini mencakup berbagai

bidang seperti matematika, pengetahuan umum, logika, bahasa

Indonesia, dan aspek lain yang relevan dengan tugas dan tanggung

jawab yang akan diemban oleh calon pegawai di instansi pemerintah.

Tujuan dari semua komponen Tes Intelegensi Umum adalah

memastikan bahwa calon pegawai yang diterima memiliki

kemampuan, pengetahuan, dan kualifikasi yang sesuai dengan

tanggung jawab yang akan diemban dalam jabatan yang diincar di

sektor pemerintahan.
2

Kemampuan Verbal

Tes Analogi

Kemampuan verbal dalam tes analogi merujuk pada

kemampuan seseorang dalam memahami, menganalisis, dan

menemukan keterkaitan antara kata-kata atau konsep-konsep yang

digunakan dalam pertanyaan analogi. Tujuan dari tes analogi adalah

menguji peserta dalam menemukan kata yang cocok sesuai dengan

suatu pola, yang melibatkan pengenalan dan identifikasi hubungan

antara kata-kata dalam pasangan kata yang diberikan dalam soal.

Contoh:

Soal: BUTA : WARNA = TULI : …

A. Telinga
B. Nada
C. Kata
D. Mendengar
E. Pendengar

Jawaban: (B) Nada -> Seseorang yang buta, tidak mampu untuk

melihat warna. Seseorang yang tuli, tidak mampu untuk mendengar

nada.

Tiap rangkaian kata mencerminkan hubungan istimewa yang

berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lainnya. Agar dapat

mengenali hubungan yang sesuai dengan akurat, diperlukan analisis

yang cermat, sehingga pemahaman umum peserta menjadi sangat

krusial dalam mengikuti ujian ini.


3

Tes Silogisme

Ujian Silogisme merupakan tipe evaluasi logika yang menguji

kemampuan individu dalam mengenali keterkaitan logis antara

pernyataan, yaitu premis (premis mayor dan minor), serta menarik

kesimpulan yang akurat dari hubungan tersebut. Silogisme adalah

salah satu fondasi utama dari berpikir logis serta deduktif.

Contoh (1):

Soal: Semua yang berbentuk bulat adalah biji. Sebagian biji bisa

dimakan. Jadi …

A. Semua yang bulat tidak bisa dimakan


B. Semua yang rasanya tidak pahit adalah biji
C. Semua biji adalah bulat
D. Sebagian biji yang bulat bisa dimakan
E. Semua yang rasanya tidak pahit, tidak bulat

Jawaban: (D) -> Berdasarkan hukum silogisme maka kesimpulannya

adalah Sebagian biji yang bulat bisa dimakan. Artinya, sebagian lain

tidak bisa dimakan.

Hukum-hukum di dalam Silogisme ada tiga, yaitu:

1. Silogisme harus terdiri dari (S) subjek, (P) predikat & (M)

penengah.

2. (M) Term penengah tidak terdapat pada kesimpulan.

3. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan

pun harus bersifat partikular.


4

2. Untuk Contoh (2) -> Jika salah satu dari premisnya bersifat

negatif, maka kesimpulannya juga harus bersifat negatif.

Contoh (2):

Soal: Semua tindakan korupsi adalah buruk. Sebagian pejabat

melakukan tindakan korupsi.

Jawaban: Sebagian pejabat tidak disenangi.

3. Untuk Contoh (3) -> Jika kedua premis bersifat partikular, maka

tidak diperbolehkan untuk membuat kesimpulan.

Contoh (3):

Soal: Beberapa pegawai pemerintahan tidak jujur. Agus adalah

seorang pegawai pemerintahan.

Jawaban: Agus adalah seorang pegawai pemerintahan.

4. Untuk Contoh (4) -> Jika kedua premis bersifat negatif, maka

tidak dapat diambil kesimpulan yang valid. Ini disebabkan

karena tidak ada hubungan yang menghubungkan kedua

pernyataan premis tersebut. Kesimpulan hanya dapat ditarik jika

salah satu premisnya bersifat positif.

Contoh (4):

Soal: Badak bukan bunga matahari. Jerapah bukan bunga matahari.

Jawaban: Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan.

5. Untuk Contoh (5) -> Jika elemen penengah dalam suatu premis
5

tidak pasti, maka kesimpulan yang diambil tidak akan valid.

Contoh (5):

Soal: Semua harimau berdarah panas. Binatang ini berdarah panas.

Jawaban: Maka, binatang ini adalah harimau? Mungkin saja

binatang mamalia.

6. Untuk Contoh (6) -> Kesimpulan harus memiliki kesesuaian term

predikat dengan term predikat dalam premis. Jika tidak ada

kesesuaian, maka kesimpulan tersebut akan menjadi tidak

benar.

Contoh (6):

Soal: Bunga matahari adalah tumbuhan. Bunga akasia bukan bunga

matahari.

Jawaban: jadi, bunga akasia bukan tumbuhan?

7. Untuk Contoh (7) -> Term penengah harus memiliki makna yang

serupa, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Jika

term penengah memiliki makna ganda, maka kesimpulan akan

berbeda.

Contoh (7):

Soal: Bulan itu bersinar di langit. Agustus adalah bulan.

Jawaban: jadi, Agustus bersinar di langit?

Di dalam membicarakan silogisme, perlu mengenal dua istilah yaitu


6

absah dan benar. Absah berkaitan dengan prosedur penyimpulan, dan

valid apabila sesuai dengan patokan dari absah.


7

Penalaran Analitis & Logis

Ujian ini mengukur kapasitas individu untuk mengamati data dan

informasi dengan teliti, mengenali kaitan-kaitan yang tak terlihat, dan

mengevaluasi berbagai opsi sebelum mengambil keputusan. Dalam

kerangka Tes Intelegensi Umum, ini dapat melibatkan menyelesaikan

masalah yang rumit, mengenal pola, dan menganalisis data guna

mencapai kesimpulan yang akurat.

Pada ujian penalaran logis Tes Intelegensi Umum, kemampuan

individu untuk menerapkan logika dan prinsip-prinsip logis guna

menyelesaikan permasalahan dinilai. Ini mencakup pemahaman

terhadap hubungan sebab-akibat, penalaran deduktif, serta

kemampuan untuk mengenali pola-pola logis dalam konteks tertentu.

Di dalam penalaran analitis, individu diajarkan untuk menganalisis

kasus, objek, batas, atau petunjuk yang diberikan dan memberikan

jawaban sesuai dengan ketentuan yang ada dalam pertanyaan. Tes

penalaran analitis terdiri dari tiga bagian, termasuk:

1. Pengantar -> Bagian ini akan dijelaskan mengenai

permasalahan dapat berupa orang, tempat, benda, dan lain-

lain.

2. Pembatas atau Petunjuk -> Dari permasalahan yang diberikan,

adapun petunjuk atau batasan-batasan yang harus dipenuhi.

Hal itu bisa menyangkut boleh tidaknya, urutan dan lain-lain.

3. Pertanyaan -> Pada setiap bacaan, perlu dipahami bahwa

setiap batasan atau pertanyaan yang diberikan tiap soal hanya

berlaku pada soal itu saja. Tidak berlaku untuk soal berikutnya.
8

Contoh: Penalaran Analitis

Soal: Sebuah restoran menyajikan 5 jenis makanan utama: ayam

bakar, ikan goreng, rendang daging, sate kambing, dan sayur lodeh.

Setiap makanan utama dapat disajikan dengan 3 jenis nasi: nasi

putih, nasi goreng, dan nasi kuning. Jika Anda ingin makan di restoran

tersebut dan memilih satu makanan utama dan satu jenis nasi,

berapa banyak kombinasi yang berbeda yang dapat Anda pesan?

A. 5

B. 8

C. 10

D. 12

E. 15

Jawaban: (C) -> Untuk menentukan jumlah kombinasi yang berbeda,

kita bisa menggunakan prinsip perkalian. Ada 5 pilihan makanan

utama dan 3 pilihan nasi, sehingga jumlah total kombinasi adalah 5

(makanan utama) x 3 (jenis nasi) = 15. Namun, ini termasuk

kombinasi yang sama jika Anda memilih, misalnya, ayam bakar

dengan nasi putih atau nasi putih dengan ayam bakar. Karena itu,

kita harus mengurangkan kombinasi yang sama, yaitu 5 kombinasi

yang sama (makanan utama) x 1 (jenis nasi) = 5. Jadi, jumlah

kombinasi yang berbeda adalah 15 - 5 = 10.


9

Contoh: Penalaran Logis

Soal: Dalam suatu kelompok tumbuhan, 60% adalah bunga dan

sisanya adalah pohon. Dalam kelompok tumbuhan itu, 25% dari

bunga adalah mawar. Jika terdapat 90 tumbuhan dalam kelompok

tersebut, berapa jumlah mawar yang ada?

A. 13

B. 15

C. 18

D. 20

E. 22

Jawaban: (A) -> Pertama, kita cari tahu berapa banyak pohon dalam

kelompok tumbuhan tersebut. Diketahui bahwa 60% adalah bunga,

sehingga 100% - 60% = 40% adalah pohon. Kemudian, kita konversi

persentase ini ke jumlah tumbuhan dengan mengalikan 40% dengan

total tumbuhan dalam kelompok, yaitu 0,4 x 90 = 36 tumbuhan

adalah pohon.

Selanjutnya, kita cari tahu berapa banyak mawar di antara bunga-

bunga tersebut. Diketahui bahwa 25% dari bunga adalah mawar,

sehingga 0,25 x 60% x 90 = 13,5 tumbuhan adalah mawar. Karena

tidak mungkin memiliki setengah tumbuhan, kita akan

membulatkannya ke bawah. Jadi, ada 13 mawar dalam kelompok

tumbuhan tersebut.
10

Tes Sinonim & Antonim

Tes Sinonim dan Antonim adalah bentuk ujian bahasa yang

digunakan untuk menilai pemahaman seseorang terhadap arti kata

dan kemampuan berbicara mereka.

Pada tes Sinonim, peserta akan diberikan sebuah kata spesifik

dan harus memilih kata lain yang memiliki arti yang sama atau serupa

dengan kata tersebut. Pada tes Antonim, peserta akan diberikan

sebuah kata tertentu dan harus memilih kata lain yang memiliki arti

yang bertentangan dengan kata tersebut.

Contoh: Tes Sinonim

Soal: Tentukan sinonim dari kata “pandai”

A. Bodoh
B. Cerdas
C. Sedih
D. Gagal
E. Lemah

Jawaban: B -> sinonim dari kata “pandai” adalah “cerdas,” yang

berarti memiliki kemampuan intelektual yang baik atau pintar.

Contoh: Tes Antonim

Soal: Pilih kata yang memiliki makna yang berlawanan dengan kata

“senang.”

A. Sedih
B. Ceria
C. Gembira
D. Bahagia
11

E. Girang

Jawaban: A -> Antonim dari kata “senang” adalah “sedih,” yang

berarti merasa tidak bahagia atau murung.


12

Kemampuan Numerik

Operasi Hitung

Dalam ujian ini, peserta akan menemui pertanyaan yang

melibatkan operasi matematika dasar seperti penambahan,

pengurangan, perkalian, pembagian, eksponensial, dan operasi

serupa.

Para peserta perlu memperhatikan sifat operasi hitung, di antaranya:

● Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) memiliki

kekuatan yang sama, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri

dikerjakan terlebih dahulu.

● Operasi perkalian (X) dan pembagian (:) memiliki kekuatan yang

sama, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan

terlebih dahulu.

● Operasi perkalian (X) dan pembagian (:) memiliki kekuatan yang

lebih kuat, daripada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan

(-), artinya operasi perkalian (X) dan pembagian (:) dikerjakan

terlebih dahulu daripada operasi penjumlahan (+) dan

pengurangan (-).

Terdapat beberapa sifat di dalam operasi hitung, di antaranya:

a+b=b+a

axb=bxa

(a + b) + c = b + (a + c)

(a x b) x c = b x (a x c)

a x (b + c) = a x b + a x c
13

a x (b - c) = a x b - a x c

a+0=a

ax1=a

Contoh Soal:

a=5
b=8
c=3
Hitunglah hasil dari a x (b + c)

Jawaban: 5 x (8 +3) = 5 x 11 = 55.

2. Untuk mengkonversi pecahan biasa menjadi desimal, caranya

adalah dengan mengubah penyebut pecahan menjadi 10, 100,

1000, dan seterusnya. Setelah itu, kita bisa menghitungnya

dengan menggunakan prinsip perkalian.

Contoh (2): 3/125 = 3/125 x 8/8 = 24/1000 = 0,024

3. Untuk mengubah pecahan biasa menjadi persentase, langkah

pertama adalah mengubahnya menjadi bentuk desimal, lalu

mengalikannya dengan 100 persen.

Contoh (3): 41/50 x 100% = 82%


14

4. Mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa, rumus

untuk mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa,

yaitu

Contoh (4): C a/b = b x c + a | 3 ½ = 2 x 3 + 1 = 6 + 1 = 7


b 2 2 2

Operasi Pecahan Biasa

Bentuk umum dari Operasi Pecahan Biasa, di antaranya:

A + c = ad + bc
b d bd

a - c = ad-bc
b d bd

axc=axc
b d bxd

a:c=axd
b d bxc
15

Deret Angka

Deret angka merupakan urutan angka yang diatur berdasarkan

suatu pola khusus. Dalam mengatasi materi ini, peserta harus

menggabungkan pemikiran logis dan kemampuan perhitungan yang

cepat.

Pada soal Tes Intelegensi Umum mengenai Deret Angka,

terdapat rangkaian angka yang harus dilanjutkan oleh peserta. Fokus

utama adalah untuk mengenali pola yang digunakan dalam deret

angka tersebut.

Selain Deret Angka, terdapat juga ujian Deret Huruf, di mana

urutan huruf abjad yang diatur sesuai dengan pola tertentu, bukan

angka.

Tes Deret Angka memiliki variasi jenis, termasuk:

1. Fibonacci -> Deret bilangan di mana dua angka pertama

merupakan angka awal yang nantinya akan dijumlahkan pada

angka ketiga.

Contoh Fibonacci

Soal (1): Deret angka Fibonacci dimulai dengan 0 dan 1, kemudian

setiap angka berikutnya adalah hasil penjumlahan dua angka

sebelumnya. Jika kita ingin menemukan angka ke-10 dalam deret

Fibonacci, berapakah nilainya?

A. 13

B. 21

C. 34
16

D. 55

E. 89

Jawaban: (C) -> Deret Fibonacci dimulai dengan 0 dan 1: 0, 1, 1, 2, 3, 5,

8, 13, 21, 34, …

Untuk menemukan angka ke-10, kita bisa menjumlahkan angka ke-8

(21) dengan angka ke-9 (34), karena angka ke-10 adalah hasil

penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Jadi, 21+34=55.


17

2. Tingkat -> Deret bilangan yang aturannya bertingkat. Deret

tingkat relatif cukup sulit dibandingkan dengan tipe deret yang

lain.

Contoh Tingkat

Soal (2): Dalam deret berikut ini, aturan tingkatnya adalah setiap

angka ditambah dengan bilangan asli berikutnya. Temukan angka

yang hilang dari: 2, 5, …, 12, 18, …

A. 8
B. 6
C. 9
D. 7
E. 10

Jawaban: (C) -> Aturan tingkat dalam deret ini adalah

menambahkan bilangan asli berikutnya ke setiap angka

sebelumnya.

2+ 3 = 5
5 + 7 = 12
12 + 6 = 18

Jadi, untuk menemukan angka yang hilang, tinggal menambahkan 7

ke 18 = 25

Sehingga deret lengkapnya adalah: 2, 5, 9, 12, 18, 25 -> jawaban yang

benar adalah 9, yang merupakan angka yang hilang dalam deret

tersebut.
18

3. Larik -> Deret bilangan yang terdiri dari beberapa subderet

(dapat berupa beberapa larik).

Contoh Larik

Soal (3): 2, 4, 6, 8, 10, 12 …

Jika aturan pembentukan larik ini adalah dengan menambahkan 2

ke setiap angka sebelumnya, berapa angka berikutnya dalam larik

ini?

A. 14
B. 16
C. 18
D. 20
E. 22

Jawaban: (B) -> Aturan pembentukan larik ini adalah dengan

menambahkan 2 ke setiap angka sebelumnya. Jadi, untuk

menemukan angka berikutnya, kita tinggal menambahkan 2 ke

angka terakhir dalam larik, yaitu 12 + 2 = 14.


19

4. Kombinasi -> Deret bilangan yang aturannya merupakan

kombinasi dari deret Fibonacci, Tingkat dan Larik.

Contoh Kombinasi

Soal (4):
Deret A: 2, 4, 6, 8, …

Deret B: 3, 6, 9, 12, …

Jika kita menggabungkan kedua deret ini, berapa angka pertama

yang muncul dalam kombinasi deret tersebut?

A. 2
B. 3
C. 4
D. 6
E. 8
Jawaban: (A) -> Kombinasi deret ini adalah hasil dari

penggabungan deret A dan deret B. Deret A adalah deret angka

genap yang dimulai dari 2 dengan selisih 2 antara-angka. Deret B

adalah deret angka ganjil yang dimulai dari 3 dengan selisih 3

antara-angka.

Untuk menemukan angka pertama dalam kombinasi deret ini, kita

bisa melihat angka pertama dari deret A (2) dan angka pertama dari

deret B (3), lalu memilih yang lebih kecil. Jadi, angka pertama dalam

kombinasi deret ini adalah 2.

Kombinasi deret lengkapnya adalah: 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 12.


20

Perbandingan Kuantitatif

Perbandingan adalah usaha untuk membandingkan dua atau

lebih objek yang memiliki kesamaan sifat. Contoh umum dari

perbandingan termasuk tinggi, umur, berat, nilai, dan sejenisnya.

Dalam konteks matematika, rumus perbandingan dapat

dinyatakan dalam bentuk pecahan, notasi rasio, atau secara

konvensional. Permasalahan atau soal yang melibatkan perbandingan

dapat dipecahkan melalui pemikiran logis.

Beberapa materi terkait perbandingan kuantitatif, di antaranya:

1. Perbandingan senilai -> Merupakan perbandingan di mana dua

unsur yang dibagikan akan senilai, yaitu jika satu unsur naik,

maka unsur lainnya pun akan naik, begitu pula dengan

sebaliknya jika unsur turun, maka nilai unsur lainnya pun turun

atau berkurang.

Contoh Soal Perbandingan Senilai

Soal (1): Dalam sebuah perusahaan, jumlah pegawai pria lebih dari

jumlah pegawai wanita. Jika terdapat 60 pegawai pria dan 40

pegawai wanita, berapa perbandingan jumlah pegawai pria

terhadap jumlah pegawai wanita dalam perusahaan tersebut?

A. 3:2
B. 2:3
C. 4:3
D. 3:4
E. 5:4

Jawaban: (A) -> Untuk menentukan perbandingan jumlah pegawai


21

pria terhadap jumlah pegawai wanita, kita tinggal membagi jumlah

pegawai pria dengan jumlah pegawai wanita.

Jumlah pegawai pria adalah 60, dan jumlah pegawai wanita adalah

40. Jadi, perbandingannya adalah: 60:40.

Kita bisa menyederhanakan perbandingan ini dengan membagi

kedua angka dengan faktor bersama terbesar, yaitu 20: 60 ÷ 20 : 40 ÷

20 = 3 : 2 -> jadi perbandingan jumlah pegawai pria terhadap jumlah

pegawai wanita adalah 3:2.


22

2. Perbandingan berbalik -> Merupakan perbandingan dari dua

nilai yang berkebalikan, jika salah satu unsur naik atau

bertambah, maka unsur lainnya turun atau berkurang, begitu

pula dengan sebaliknya.

Contoh Soal Perbandingan Berbalik:

Soal (2): Jika harga 8 apel adalah Rp24.000, maka berapa harga dari

12 apel?

A. Rp16.000
B. Rp24.000
C. Rp32.000
D. Rp36.000
E. Rp48.000

Jawaban: (D) ->Dalam soal ini, kita diberikan informasi bahwa 8 apel

memiliki harga Rp 24.000. Kita harus mencari tahu harga 12 apel

dengan menggunakan perbandingan yang berlawanan.

Kita bisa menyusun perbandingan sebagai berikut: 8 apel = Rp24.000,

kemudian mencari tahu harga 12 apel dengan Rp X (harga yang

dicari)

8 Apel = Rp24.000

12 Apel = Rp X (harga yang dicari)

Selanjutnya membuat perbandingan nilai dengan cara: 8/12 =

24.000/x

Kemudian, cross-multiply dan mendapatkan:

8X = 24.000 x 12

8x = 288.000
23

Terakhir, bagi kedua sisi dengan 8 untuk mendapatkan nilai X:

X = 288.000/8

X = Rp36.000

Jadi, harga 12 apel adalah Rp36.000.


24

3. Skala -> Perbandingan ukuran pada peta atau gambar dengan

ukuran yang sebenarnya.

Contoh Soal Skala:

Soal (3): Seorang arsitek sedang merancang sebuah model rumah.

Dalam rencana aslinya, tinggi pintu masuk adalah 2 meter. Namun,

dalam model tersebut, tinggi pintu hanya 15 sentimeter. Jika arsitek

ingin menjaga skala yang sama untuk modelnya, berapa tinggi

rumah dalam model tersebut jika tinggi rumah aslinya adalah 6

meter?

A. 30 centimeter
B. 45 centimeter
C. 60 centimeter
D. 90 centimeter
E. 120 centimeter

Jawaban: (B) -> Untuk menjaga skala yang sama, kita dapat

menggunakan perbandingan tinggi pintu dalam model dengan

tinggi pintu asli: Tinggi pintu dalam model / Tinggi pintu asli = Skala.

Kita tahu tinggi pintu dalam model (15 centimeter) dan tinggi pintu

asli (2 meter atau 200 sentimeter). Mari kita sebut skala sebagai "x":

15 / 200 = x

Sekarang kita dapat mencari nilai x dengan membagi 15 dengan 200:

x = 15 / 200

x = 0,075

Sekarang kita tahu skala adalah 0,075. Untuk menentukan tinggi

rumah dalam model, kita bisa mengalikan tinggi rumah asli (6 meter
25

atau 600 sentimeter) dengan skala:

● Tinggi rumah dalam model = Tinggi rumah asli x Skala

● Tinggi rumah dalam model = 600 x 0,075

● Tinggi rumah dalam model = 45 sentimeter

Jadi, tinggi rumah dalam model tersebut adalah 45 sentimeter.


26

Soal Cerita atau Aritmatika Sosial

Soal cerita aritmetika sosial adalah jenis pertanyaan

matematika yang menggunakan situasi-situasi sosial atau kehidupan

sehari-hari sebagai latar belakang dalam perhitungannya. Tipe soal ini

dibuat untuk menguji pemahaman seseorang terhadap konsep dasar

aritmatika dan kemampuan mereka dalam mengaplikasikannya

dalam situasi dunia nyata.

Soal cerita aritmetika sosial seringkali menggambarkan situasi-

situasi seperti keuangan, manajemen waktu, perbandingan, atau

masalah praktis lain yang sering terjadi dalam keseharian. Siswa atau

peserta ujian diminta untuk membaca cerita atau masalah yang

diberikan, mengenali informasi yang relevan, dan menggunakan

konsep matematika untuk mencari solusi atau jawaban yang benar.

Contoh-contoh soal cerita aritmetika sosial melibatkan topik-

topik seperti menghitung biaya belanja, mengelola waktu,

membandingkan harga barang, atau menyelesaikan masalah

keuangan pribadi. Tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan

seseorang dalam menerapkan matematika dalam konteks kehidupan

sehari-hari, yang sering diperlukan dalam pengambilan keputusan

yang bijak dan pemecahan masalah praktis.


27

1. Perhitungan untung & rugi

Contoh Soal Perhitungan Untung & Rugi

Soal (1): Seorang pedagang membeli 100 unit barang dengan harga

Rp 50.000 per unit. Setelah beberapa waktu, dia menjual semua

barang tersebut dengan harga Rp 70.000 per unit. Selain itu, dia juga

harus membayar biaya pengiriman sebesar Rp 2.000. Berapa total

untung atau rugi yang diperoleh pedagang?

A. Rp10.000 untung
B. Rp10.000 rugi
C. Rp20.000 untung
D. Rp20.000 rugi
E. Tidak untung dan tidak rugi

Jawaban: (C) ->


1. Harga beli per unit barang adalah Rp 50.000, dan dia membeli

100 unit barang. Jadi, total biaya beli adalah:

Total Biaya Beli = Harga Beli per Unit x Jumlah Unit

Total Biaya Beli = Rp 50.000 x 100 = Rp 5.000.000

2. Harga jual per unit barang adalah Rp 70.000, dan dia menjual

100 unit barang. Jadi, total pendapatan dari penjualan adalah:

Total Pendapatan = Harga Jual per Unit x Jumlah Unit

Total Pendapatan = Rp 70.000 x 100 = Rp 7.000.000

3. Biaya pengiriman sebesar Rp 2.000 harus dikurangkan dari

total pendapatan:

Total Pendapatan Setelah Biaya Pengiriman = Total Pendapatan -

Biaya Pengiriman
28

Total Pendapatan Setelah Biaya Pengiriman = Rp 7.000.000 - Rp 2.000

Total Pendapatan Setelah Biaya Pengiriman = Rp 6.998.000

4. Untuk menghitung untung atau rugi, kita kurangkan total biaya

beli dari total pendapatan setelah biaya pengiriman:

Untung atau Rugi = Total Pendapatan Setelah Biaya Pengiriman -

Total Biaya Beli

Untung atau Rugi = Rp 6.998.000 - Rp 5.000.000

Untung atau Rugi = Rp 1.998.000

Jadi, pedagang mendapatkan untung sebesar Rp1.998.000 atau

Rp20.000.
29

2. Presentase untung & rugi

Contoh Soal Presentase untung & rugi

Soal (2): Seorang pedagang membeli sebuah barang dengan harga

Rp 800.000 dan menjualnya dengan harga Rp 1.200.000. Berapa

presentase untung atau rugi yang diperoleh pedagang dari transaksi

ini?

A. 25% untung
B. 33,33% untung
C. 50% untung
D. 33,33% rugi
E. 50% rugi

Jawaban: (C) ->


1. Harga beli barang adalah Rp800.000

2. Harga jual barang adalah Rp1.200.000

3. Untuk menghitung untung atau rugi dalam bentuk presentase,

kita perlu menghitung selisih antara harga jual dan harga beli,

lalu membaginya dengan harga beli, dan dikalikan dengan

100%:

Presentase Untung atau Rugi = [(Harga Jual - Harga Beli) /

Harga Beli] x 100%

Presentase Untung atau Rugi = [(1.200.000 - 800.000) / 800.000]

x 100%

Presentase Untung atau Rugi = (400.000 / 800.000) x 100%

Presentase Untung atau Rugi = 0.5 x 100%

4. Kalkulasikan hasilnya:
30

Presentase Untung atau Rugi = 50%

Jadi, pedagang memperoleh untung sebesar 50% dari

transaksi ini
31

3. Perhitungan bunga

Contoh Soal Perhitungan Bunga

Soal (3): Seorang nasabah menyimpan uang di bank dengan suku

bunga tahunan 6%. Jika dia menyimpan uang sebesar Rp 10.000.000

selama 2 tahun, berapa jumlah bunga yang akan diterima dari bank?

A. Rp600.000
B. Rp1.000.000
C. Rp1.200.000
D. Rp1.400.000
E. Rp1.600.000
Jawaban: (C) ->
1. Suku bunga tahunan adalah 6% atau 0,06 dalam bentuk

desimal

2. Jumlah uang yang disimpan oleh nasabah adalah

Rp10.000.000

3. Waktu simpanannya adalah 2 tahun

Untuk menghitung jumlah bunga yang akan diterima, menggunakan

rumus:

Bunga = (jumlah uang) x (suku bunga) x (waktu)

Bunga = Rp10.000.000 x 0,06 x 2

Bunga = Rp1.200.000

Jadi, jumlah bunga yang akan diterima nasabah dari bank adalah

Rp1.200.000
32

4. Rabat (diskon), bruto, netto, tara

Contoh Soal Rabat (diskon), bruto, netto, tara

Soal (4): Seorang pelanggan berbelanja di sebuah toko pakaian. Dia

memilih beberapa item yang memiliki total harga bruto sebesar Rp

1.200.000. Di toko tersebut, ada diskon sebesar 20% untuk pembelian

di atas Rp 1.000.000. Pelanggan juga dikenakan tarif pajak sebesar

10% dari harga netto. Berapa total yang harus dibayar pelanggan

setelah mengambil manfaat dari diskon dan membayar pajak?

A. Rp960.000
B. Rp1.056.000
C. Rp1.160.000
D. Rp1.200.000
E. Rp1.240.000

Jawaban: (B)
Pertama-tama, menghitung diskon yang diberikan kepada

pelanggan:

Diskon = 20% dari Rp1.200.000 = 0.20 x 1.200.000 = Rp240.000

Jadi, setelah mendapatkan diskon, harga netto yang harus dibayar

pelanggan adalah:

Harga netto = Harga bruto - Diskon = Rp1.200.000 - Rp240.000 =

Rp960.000

Selanjutnya, menghitung pajak yang harus dibayar oleh pelanggan:

Pajak = 10% dari harga netto = 0,10 x Rp960.000 = Rp96.000

Jadi, total yang harus dibayar pelanggan adalah:

Total = Harga netto + Pajak= Rp960.000 + Rp96.000 = Rp1.056.000


33

5. Jarak, waktu & kecepatan

Contoh Soal Jarak, Waktu & Kecepatan

Soal: Seorang pengemudi pergi dari kota A ke kota B yang berjarak

300 kilometer. Dia melakukan perjalanan dengan kecepatan rata-

rata 60 kilometer per jam. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk

mencapai kota B?

A. 2 jam
B. 3 jam
C. 4 jam
D. 5 jam
E. 6 jam

Jawaban: Untuk menghitung waktu yang diperlukan, dapat

menggunakan rumus, waktu = jarak : kecepatan

Dalam kasus ini, jarak antara kota A dan kota B adalah 300 kilometer

dan kecepatan rata-rata pengemudi adalah 60 kilometer per jam.

Waktu = 300 km : 60 km/jam = 5 jam

Jadi, waktu yang diperlukan untuk mencapai kota B adalah 5 jam.


34

Kemampuan Figural
Tes figural adalah alat pengukuran kemampuan seseorang

dalam memahami pola-pola dalam bentuk gambar, figur, atau

bentuk-bentuk tertentu. Tes ini dibuat untuk menilai kapasitas dalam

menyelesaikan masalah, kemampuan pemahaman ruang, berpikir

abstrak, dan logika.

Tes figural di dalam TIU CPNS biasanya mencakup berbagai jenis

pertanyaan seperti mengidentifikasi hubungan antar-gambar,

melanjutkan urutan gambar, memilih gambar yang sesuai dengan

pola tertentu, dan lain sebagainya. Kemampuan figural ini penting

karena bisa mencerminkan sejauh mana peserta mampu berpikir

visual, menganalisis data visual, dan menyelesaikan masalah dalam

konteks gambar-gambar atau bentuk-bentuk visual yang diberikan.

Pentingnya tes figural dalam Tes Intelegensi Umum CPNS terletak pada

kemampuannya untuk mencerminkan kemampuan peserta dalam

berpikir logis, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

Keterampilan-keterampilan ini merupakan aset yang diperlukan oleh

Calon Pegawai Negeri Sipil.


35

Analogi Gambar

Di dalam tes ini para peserta akan diminta untuk mencari satu

gambar yang diperoleh dari hubungan yang sama antarkelompok

gambar 1 dan 2. Tes ini digunakan untuk menguji kemampuan

seseorang dalam menemukan pola yang tepat dari suatu kelompok

gambar, sehingga dua buah kelompok tersebut memiliki hubungan

yang sama.

Contoh Analogi Gambar:

Soal (1):

Jawaban: (C) -> Sebuah gambar dilingkari oleh gambar tambahan

dengan penambahan satu sisi, sehingga kedua gambar tersebut

bersinggungan pada ujung bagian atasnya.


36

Ketidaksamaan Gambar

Dalam ujian perbedaan gambar, peserta akan disajikan

sekelompok gambar di mana beberapa di antaranya memiliki variasi

yang mencolok dibandingkan yang lainnya. Tantangannya adalah

bagi peserta untuk menemukan dan mengidentifikasi perbedaan-

perbedaan tersebut. Perbedaan dalam gambar-gambar tersebut bisa

melibatkan berbagai aspek, seperti bentuk, ukuran, posisi, jumlah

elemen, atau hal-hal lain yang menonjol.

Tes perbedaan gambar digunakan untuk menilai kemampuan

berpikir visual, perseptual, dan kemampuan memperhatikan detail

dengan teliti. Ini juga dapat mengukur keterampilan peserta dalam

berpikir cepat dan tepat ketika mengenali perbedaan dalam situasi

yang berlangsung cepat.

Contoh Ketidaksamaan Gambar:

Soal (2):

Jawaban: (C) -> Di dalam gambar C, jumlah daun di bagian atas

tidak sama dengan jumlah daun di bagian bawah gambar.


37

Serial Gambar

Tes ini dibuat untuk mengevaluasi kapasitas peserta dalam

mengenali pola atau hubungan antara gambar-gambar yang ada

dalam suatu urutan atau rangkaian. Dalam ujian ini, peserta akan

diberikan sejumlah gambar atau pola yang disusun dalam urutan atau

rangkaian tertentu. Tugas peserta adalah mengidentifikasi pola atau

peraturan yang mengaitkan gambar-gambar tersebut dan kemudian

melanjutkan urutan dengan memilih gambar yang tepat untuk

mengisi ruang kosong berikutnya.

Contoh Serial Gambar:

Soal(3):

Jawaban: (B)

Kepala panah akan menghadap ke arah yang berlawanan dalam

gambar selanjutnya. Posisi panah juga akan sedikit lebih rendah.

Oleh karena itu, gambar yang diminta adalah B.


38

Daftar Pustaka
● Tim Tenton ASN. 2023. Modul Resmi Taktis CPNS 2003. Yogyakarta:

Penerbit Garda Cendekia

● Bakry, noor M.S. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:

Penerbit Pustaka Pelajar

Sumber Internet

● https://soalcpns.infoasn.id/contoh-soal-cpns-twk-uud-1945/

● https://infoasn.id/contoh-soal-cpns/soal-twk-hots-bhinneka-

tunggal-ika.html

● https://www.haidunia.com/soal-figural-cpns-jawabannya/

● https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5727978/11-soal-

figural-cpns-2021-dan-pembahasannya-bisa-untuk-latihan

● https://kesbangpol.palangkaraya.go.id

● https://umsi.ac.id

● https://belajarbro.id

Anda mungkin juga menyukai