Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG PENGERTIAN/DEFINISI POLA ASUH,

DIMENSI POLA ASUH, BENTUK/KATEGORI POLA ASUH

Dosen Pengampuh : Tetin Rismayanti, SS,M.Pd,M.Kes

Mata Kuliah: Psikologi Dalam Praktik Kebidanan

Disusun Oleh: Kelompok 3

Kelas G2

1. Elisa Kurnia : 220607311 7. Nur Mutmainah : 220607386

2. Anita : 220607304 8. Ridha Niladitya : 220607387

3. Ega Widya Bellina : 220607310 9. DessyOkta : 220607306

4. Nasrifin : 220607337 10. Evi Suryati : 220607314

5. Ade citra : 220607297 11. Fitri Ummu R : 220607471

6. Reza Indriyani : 220607343 12. Suci saras : 220607354

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI

NUSANTARA JAKARTA

2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmadnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGERTIAN/DEFINISI POLA ASUH,
DIMENSI POLA ASUH, BENTUK/KATEGORI POLA ASUH ”. dalam penyusunsn makalah ini kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik dalam bentuk penyajian, kelengkapan
isi, dan lain–lain. untuk itu dengan senag hati kami akan menerima segala keritik dan
saran,pembaca guna memperbaiki makalah ini di kemudian hari.
pembuat makalah ini diharapkan dapat berguna. kami mengharapkan partisipasi dari
para pembaca.semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya. penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman kelompok 3
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yaitu khususnya kepada dosen
matakuliah kami, yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga
makalah kami dapat bermanfaat oleh para pembaca, sekian dan terimakasih.

Jakarta, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Tujuan Masalah ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2

A. Pengertian Pola Asuh........................................................................................ 2

B. Dimensi Pola Asuh.............................................................................................3

C. Jenis atau Bentuk Pola Asuh.............................................................................5

D. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh.....................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................... 10

A. Kesimpulan......................................................................................................... 10

B. Saran...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap),
sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat
berdiri sendiri.
menurut Baumrin berpendapat bahwa pola asuh merupakan control orang tua
kepada anak, bagaimana orang tua mengontrol, membimbing dan mendapingi anak
dalam melaksanakan tugas perkembangan menuju proses pendewasaan. Selanjutnya
menurut Kurniawan berpendapat bahwa pola asuh adalah cerminan kepribadian dan
tingkah laku orang tua dengan anak ketika berhubungan, berkomunikasi, semasa
melangsungkan aktivitas pembimbingan. Dalam aktivitas pembimbingan ini, orang tua
akan memberikan kepedulian, kaidah, ketertiban, penghargaan, sansi, serta respon
terhadap kemauan anak. Kepribadian, tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang oleh orang tua sering dipandang, diperhitungkan, serta dicontoh oleh
anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pola asuh ?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam dimensi pola asuh ?
3. Apa saja bentuk/kategori dalam pola asuh ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari pola asuh
2. Mengetahui Apa saja yang termasuk ke dalam dimensi pola asuh
3. Mengetahui bentuk/kategori dalam pola asuh

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh
mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.
Pola asuh yaitu cara orang tua bertindak sebagai suatu aktivitas kompleks yang
melibatkan banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama-sama sebagai
serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya. Sedangkan menurut Chabib
Thoha pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat di tempuh orang tua dalam
mendidik anak- anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-
anaknya. Pola asuh orang tua berarti kebiasaan orang tua, ayah atau ibu dalam memimpin,
mengasuh dan membimbing anak. Pola asuh orang tua juga dapat diartikan sebagai upaya
orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak di
lahirkan hingga remaja.
Betapa pentingnya pengaruh pola asuh orang tua dalam membentuk karakter
anak dilingkungan keluarga. Kesuksesan keluarga dalam membentuk karakter anak
tergantung bagaimana pola asuh yang diterapkan, kualitas bimbingan, dan kasih sayang yang
diberikan. Orang tua harus bisa memilih pola asuh yang tepat supaya berdampak positif
terhadap pembentukan karakter anak. Sedangkan menurut Zubaedi berpendapat bahwa pola
asuh merupakan bentuk hubungan antara anak dan orang tua dalam rangka pemenuhan
keperluan jasmani, keperluan psikologis, serta pengenalan tentang kaidah-kaidah yang
berlaku, supaya anak berjiwa seimbang dengan kondisi lingkungan.
Lain halnya menurut Baumrin berpendapat bahwa pola asuh merupakan control orang
tua kepada anak, bagaimana orang tua mengontrol, membimbing dan mendapingi anak
dalam melaksanakan tugas perkembangan menuju proses pendewasaan. Selanjutnya menurut
Kurniawan berpendapat bahwa pola asuh adalah cerminan kepribadian dan tingkah laku
orang tua dengan anak ketika berhubungan, berkomunikasi, semasa melangsungkan aktivitas
pembimbingan. Dalam aktivitas pembimbingan ini, orang tua akan memberikan kepedulian,
kaidah, ketertiban, penghargaan, sansi, serta respon terhadap kemauan anak. Kepribadian,
tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan berulang-ulang oleh orang tua sering dipandang,
diperhitungkan, serta dicontoh oleh anak. Akhirnya akan menimbulkan suatu kebiasaan.

2
B. Dimensi Pola Asuh
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua memiliki beberapa dimensi pengasuhan yang
diterapkan orang tua kepada anaknya. Penerapan pola asuh setiap orang tua berbeda-beda
hal ini tergantung bagaimana pandangan orang tua terhadap pola pengasuhan anak dan
tergantung pada faktor-faktor yang melatarbelakangi pola asuh orang tua terhadap anak.
Candra, Sofia, dan Anggraini menerangkan bahwa pola asuh yang diberikan setiap orang
tua akan memiliki pengasuhan yang berbeda-beda dan beraneka ragam dalam mendidik
anak mereka. Keberagaman pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak terlihat
dalam cara orang tua berinteraksi dan bersikap terhadap anak.
Pada dasarnya anak merupakan amanat yang harus dipelihara dan dijaga. Setiap
orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh serta memiliki
karakter yang baik. Oleh karena itu dalam membentuk karakter anak orang tua
mempunyai tanggung jawab yang harus di laksanakan, dimana orang tua harus
menggunakan cara dalam mengorganisasikan pola asuh dan dalam memotivasi anak-
anaknya untuk mencapai tujuan kehidupan yang baik.
Keluarga merupakan masyarakat pendidikan pertama yang nantinya akan
menyediakan kebutuhan biologis dan sekaligus memberikan pendidikan yang baik
kepada anak-anaknya. Islam juga memandang keluarga sebagai lingkungan pertama bagi
individu dimana ia berinteraksi untuk memperoleh unsur-unsur atau ciri-ciri dasar dari
kepribadian. Maka kewajiban orang tua lah yang bisa menciptakan pola asuh yang tepat
dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga.
Pandangan para ahli, Wood dan Zoo mengemukakan bahwa pola asuh merupakan
pola interaksi antara orang tua dan anak yaitu bagaimana cara, sikap atau perilaku orang
tua saat berinteraksi dengan anak termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan
nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan
perilaku baik sehingga dijadikan panutan atau contoh bagi anaknya.

3
2. Dimensi Kontrol
Di dalam dimensi kontrol ini orang tua mengharapkan dan menuntut kematangan
serta perilaku yang bertanggung jawab dari anak. Dimensi kontrol memiliki lima aspek
berperan yaitu :
a. Pembatasan (Restrivtiveness)
Pembatasan sebagai tindakan pencegahan yang ingin dilakukan anak. Adapun
keadaan ini di tandai dengan banyaknya larangan yang di kenakan pada anak. Orang
tua cenderung memberikan batasan-batasan terhadap tingkah laku atau kegiatan anak
tanpa di sertai penjelasan mengenai apa yang boleh di lakukan dan apa yang tidak
boleh di lakukan, sehingga anak dapat menilainya sebagai penolakan orang tua atau
pencerminan bahwa orang tua tidak mencintainya
b. Tuntutan (Demandingeness)
Adanya tuntutan berarti orang tuamengharapkan dan berusaha agar anak dapat
memenuhi standartingkah laku, sikap dan tanggung jawab sosial yang tinggi atau yang
telah di tetapkan. Tuntutan yang diberikan oleh orangtua akan bervariasi, tergantung
akan sejauh mana orang tua menjaga, mengawasi atau berusaha agar anak memenuhi
tuntutan tersebut.
c. Sikap Ketat (Strictness)
Aspek ini berhubungan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas menjaga
anak agar selalu mematuhi aturan dan tuntutan yang di berikan. Orang tua tidak
menginginkan anaknya membantah atau tidak menghendaki keberatan-keberatan yang
di ajukan anak terhadap peraturan-peraturan yang telah di tentukan.
d. Campur Tangan (Intrusiveness)
Campur tangan orang tua sebagai intervensi yang dilakukan orang tua terhadap
rencana-rencana anak, hubungan interpersonal anak atau kegiatan lainnya. Bahwa
orang tua yang selalu turut campur dalam kegiatan anak menyebabkan anak kurang
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri sehingga anak memiliki perasaan
dirinya tidak berdaya. Akibat yang di timbulkan anak berkembang menjadi apatis,
pasif, kurang inisiatif, kurang termotivasi, bahkan mungkin dapat timbul perasaan
depresif.
e. Kekuasaan yang Sewenang-wenang (Arbitrary exercise of power)
Orang tua yang menggunakan kekuasaan sewenang-wenang, memiliki kontrol
yang tinggi dalam menegakkan aturan-aturan dan batasan-batasan. Orang tua merasa
berhak menggunakan hukuman bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan yang di

4
harapkan. Hukuman yang di berikan juga tanpa di sertai dengan penjelasan mengenai
letak kesalahan. Adapun akibatnya orang tua yang menetapkan kekuasaan yang
sewenang-wenang maka anak akan memiliki kelemahan dalam mengadakan hubungan
yangpositif dengan teman sebayanya, kurang mandiri dan menarik diri

3. Dimensi Kehangatan
Selain dimensi kontrol, yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi kehangatan
sebab ketika dalam pengasuhan anak mampu menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam kehidupan keluarga. Dimensi kehangatan memiliki beberapa aspek yang berperan
diantaranya :
1. Perhatian orang tua terhadapkesejahteraan anak
2. Responsivitas orang tua terhadap kebutuhan anak
3. Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dengan anak
4. Menunjukkan rasa antusias pada tingkah laku yang di tampilkan anak
5. Peka terhadap kebutuhan emosional anak Pada dasarnya setiap orang tua tentu
memiliki prinsip kehidupan yang di terapkan dalam keluarganya. Seperti kedisiplinan,
tata aturan, hukuman serta pembiasaan yang di lakukan setiap harinya, Dalam hal ini
adanya dimensi kontrol sangat penting untuk menerapkan prinsip-prinsip kehidupan
tersebut. Namun dimensi kontrol perlu diimbangi dengan dimensi kehangatan agar
tercipta suasana yang menyenangkan dalam keluarga, sehingga ketika menjalankan
kewajiban dalam kehidupan sehari- harinya anak tidak merasa terbebani.

C. Jenis atau bentuk Pola Asuh


Jenis-jenis atau bentuk pola asuh yang digunakan orang tua dalam membimbing dan
mendidik anak. Pola asuh menjadi salah faktor penentu karakter anak. Ada banyak jenis-
jenis pola asuh yang diterapkan orang tua dalam membimbing anaknya. Jenis pola asuh
yang diterapkan orang tua tentunya mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Berkaitan dengan
jenis pola asuh Menurut Hurlock, Hardy, dan Heyes dalam Zubaedi mengatakan bahwa pola
asuh dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Pola asuh otoriter memiliki karakteristik orang tua merancang segala ketetapan, anak
wajib patuh, taat dan tidak boleh menanya. Pola asuh demokratis memiliki karakteristik
orang tua memotivasi anak memusyawarahkan segala sesuatu keinginan. Pola asuh
otoriter dengan ciri-ciri sebagi berikut:

5
a. Kekuasaan orang tua lebih menonjol
b. Anak tidak diakui sebagai pribadi
c. Pemantauan terhadap perilaku anak benar-benar ketat
d. Anak kadang-kadang diberikan sansi apabila tidak taat dengan orang tua.

2. Pola asuh permisif


Pola asuh permisif mempunyai ciri anak diberi kebebasan penuh dalam berbuat.
pola asuh permisif dengan ciri orang tua cenderung memberikan kebebasan pada anak
untuk berbuat apa saja, hal ini tentunya tidak kondusif dalam pembentukan karakter,
Walau bagaimanapun figure orang tua dalam memberi arahan sangat sangat diperlukan
supaya anak bisa membedakan mana yang buruk mana yang tidak. Pola asuh permisif
dengan ciri-ciri:
a. Anak diberi keleluasaan dalam bersikap oleh orang tua
b. Control pada anak
c. Sikap toleransi atau keleluasaan dari orang tua
d. Orang tua tidak memberikan arahan dan bimbingan pada anak
e. Tidak ada bahkan minimnya pemantauan dan kepedulian orang tua terhadap anak

3. Pola asuh demokratis


Pola asuh autoritatif atau demokratis adalah gaya pengasuhan dimana orang tua
bisa diandalkan dalam menyeimbangkan kasih sayang kepada anaknya. Orang tua seperti
ini biasanya memberikan arahan dan bimbingan kepada tindakan yang dilakukan
anak.Untuk melakukan pengasuhan seperti ini biasanya orang tua memberikan cinta dan
kehangatannya kepada anaknya. Mereka terbiasa melibatkan anak-anaknya dalam diskusi
yang bersangkutan dengan keluarga.Mendukung minat apapun yang dilakukan oleh anak
dan mendorong anak untuk membangun kepribadiannya. Pola asuh demokratis dengan
ciri-cirinya:
a. Anak dimotivasi orang tua untuk mengatakan kemauannya.
b. Orang tua dan anak saling berkerja sama
c. Anak diakui secara pribadi
d. Adanya panduan dan bimbingan dari orang tua
e. Adanya pemantauan dari orang tua tidak keras

6
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Kualitas pola asuh orang tua sangat bervariasi dalam mempengaruhi sikap dan
mengarahkan perilaku anak. Bervariasinya kualitas pola asuh itu di pengaruhi oleh latar
belakang orang tua itu sendiri seperti pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup,
keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, suku bangsa dan sebagainya.
Menurut Maccoby & Macloby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola
asuh orang tua yaitu :
1. Faktor sosial ekonomi
Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang
di bentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak dari
orang tua yang sosial ekonominya rendah cenderung tidak melanjutkan pendiidkna
ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan
sama sekali karena terkendala faktor status ekonomi.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja
terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latarbelakang
pendidikan orang tua dapat memengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun
non formal, lalu akan berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tuanya kepada
anaknya.
3. Nilai agama yang dianut orang tuanya
Nilai-nilai agama juga menjadi hal penting yang di tanamkan orang tua kepada
anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga
turut berperan di dalamnya
4. Kepribadian
Dalam mengasuh anak, orang tua tidak hanya mengomunikasikan fakta,
gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan
kepribadian anak. Pendapat tersebut berdasar pada teori humanistik yang
menitikberatkan pendidikan yang bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu
mendpaat perhatian dalam membangun sistem pendidikan, jika anak telah
menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak
menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Bila hari ini di biarkan terus menerus
akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajar pada diri anak.

7
5. Jumlah Pemilikan anak
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan memengaruhi pola asuh yang
diterapkan para orangtua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, akan ada
kecenderungan orangtua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara
maksimal.

Selain faktor di atas, di jelaskan pula elemen atau faktor yang dapat
mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu sebagai berikut :
1. Usia orang tua
Tujuan dari Undang-Undang Perkawinan sebagai salah satu upaya di dalam
setiap pasangan dimungkinkan untuk siap secara fisik maupun psikososial untuk
membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentan usia
tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Bila terlalu muda atau
terllau tua, maka tidak akan dapat menjalankan peran-peran tersebut secara optimal
karena diperlakukan kekuatan fisik dan psikososial
2. Keterlibatan orang tua
Kedekatan hubungan antara ibu dan anaknya sama pentingnya dengan ayah
dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi
makna penting hubungan tersebut. Seandainya ayah tidak dapat terlibat secara
langsung pada saat bayi baru di lahirkan, maka kedepannya harus terlibat dalam
perawatan bayi seperti mengganti popok, bermain dan berinteraksi.
3. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak
Hasil penelitian membuktikan bahwa orang tua yang telah memiliki
pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran
pengasuhan dan lebih tenang, dalam hal lain, mereka akan lebih mampu mengamati
tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
4. Stres orang tua
Stres yang di alami oleh ayah atau ibu akan mempengaruhi kemampuan
orang tua dalam menjalankan peran sebagai pengasuh, terutama dalam kaitannya
dengan strategi menghadapi masalah yang di miliki dalam menghadapi
permasalahan anak.
5. Hubungan suami istri

8
Hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri akan berpengaruh
atas kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan
merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain
dapat saling memberi dukungan dan menghadapi segala masalah dengan strategi
yang positif.

9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam aktivitas pembimbingan ini, orang tua akan memberikan kepedulian, kaidah,
ketertiban, penghargaan, sansi, serta respon terhadap kemauan anak. Kepribadian, tingkah
laku serta kegiatan yang dilakukan berulang-ulang oleh orang tua sering dipandang,
diperhitungkan, serta dicontoh oleh anak. Pada dasarnya anak merupakan amanat yang
harus dipelihara dan dijaga. Setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya menjadi
anak yang sholeh serta memiliki karakter yang baik. Oleh karena itu dalam membentuk
karakter anak orang tua mempunyai tanggung jawab yang harus di laksanakan, dimana
orang tua harus menggunakan cara dalam mengorganisasikan pola asuh dan dalam
memotivasi anak-anaknya untuk mencapai tujuan kehidupan yang baik.

B. Saran
Dengan dibuatnya beberapa kutipan diatas, Kita selaku penulis berhadap
kepada pembaca untuk memahami dan menerapkan hal tersebut dikehidupan sehari-hari
untuk mengetahui bagaimana baiknya kita dalam mengasuh anak-anak

10
DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.


Agustina. 2008. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Disiplin Anak Usia 3-5 tahun.
Skripsi.
Universitas Negeri Jakarta.
Akdon dan Hadi. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi &
Manajemen.
Bandung: Dewa Ruchi.
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahfen, M. 2011. Pola Pengasuhan Anak Usia Dini Yang Ditinggal Ibunya Bekerja Di Luar
Negeri.
Jakarta: Program Pascasarjan. Universitas Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai