Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR AKUNTANSI

PENGERTIAN PIUTANG USAHA, PANGAKUAN PIUTANG USAHA,


PENILAIAN PIUTANG USAHA, DAN METODE PENCATATAN
PIUTANG TAK TERTAGIH

Disusun Oleh :

Syaila Mutiara Sara (23 111 047)


Andi Nurhikma R. (23 111 017)
Dion C. Ferdinandus (23 111 025)

UNIVERSITAS YAPIS PAPUA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM MANAJEMEN

TAHUN AKADEMIK

2023
KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan
untuk menyusun makalah ini. Makalah ini membahas tentang “Pengertian piutang usaha,
Pengakuan piutang usaha, Penilaian piutang usaha, dan Metode pencatatan piutang tak
tertagih” sebagai bagian dari tugas akademis dalam mata kuliah PENGANTAR
AKUNTANSI di Program Studi Manajemen Universitas YAPIS PAPUA.

Makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Entar Sutisman, SE., M.Ak sebagai pembimbing
kami dan juga kepada teman-teman sekelas yang telah memberikan inspirasi dan diskusi
yang berharga.
A. Pengertian Piutang Usaha
Piutang Usaha. “Piutang usaha atau piutang dagang merupakan piutang atau
tagihan yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Piutang
dagang biasanya diberikan penjual kepada pembeli barang dagang atau jasa dasar
kepercayaan, tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal. Selain piutang dagang,
ada juga piutang yang timbul bukan dari penjualan barang dan jasa, misalnya piutang
wesel, piutang kepada pemegang saham, piutang deviden, dan lain-lain”. (Sari
2015:11). “Piutang merupakan aktiva lancar atau kekayaan perusahaan yang timbul
karena ada penjualan secara kredit. Cara penjualan kredit ini merupakan cara yang
biasanya dilakukan dalam dunia bisnis untuk dapat menarik para pelanggan pembeli
barang dan jasa dalam perusahaan. Piutang (receivable) adalah klaim uang, barang,
atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan
keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar (jangka pendek) atau tidak lancar
(jangka panjang)”. “Piutang adalah seluruh uang yang diklaim terhadap entitas
lainnya, mencakup perorangan, perusahaan, dan organisasi lainnya. Piutang meliputi
semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,
perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan
dari aktiva lancar perusahaan”. Menurut Kieso, dkk (2013:346).

Piutang yang timbul dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
Dalam kegiatan normal perusahaan, piutang usaha biasanya akan dilunasi dalam
tempo kurang dari satu tahun, oleh karena itu piutang usaha dikelompokan ke dalam
aktiva lancar. Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk melakukan
pembayaran atas barang yang telah dijual dan jasa yang diberikan yang timbul dari
piutang barang atau jasa yang merupakan usaha pokok entitas. Piutang usaha biasanya
diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relative pendek, biasanya
dalam waktu 30 hari hingga 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca
sebagai aktiva lancar (Admin_ojs, 2020).
Menurut Skousen dan Stice (2012:361) Piutang Usaha adalah Piutang yang
dihubungkan dengan aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit
barang atau jasa untuk pelanggan. Piutang usaha adalah suatu jumlah pembelian kredit
dari pelanggan, atau piutang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa
yang di lakukan secara kredit. Pada umumnya Piutang biasanya di perkirakan akan
tertagih dalam waktu 30 sampai 60 Hari. Secara Umum, jenis piutang ini merupakan
piutang terbesar yang di miliki perusahaan.

B. Pengakuan Piutang Usaha


Menurut Kieso (2015) piutang usaha umumnya muncul sebagai akibat dari
pengaturan pendapatan. Prinsip pengakuan piutang usaha berkaitan erat dengan
prinsip pengakuan pendapatan, prinsip pengakuan pendapatan menyatakan bahwa
perusahaan harus mengakui pendapatan ketika memenuhi kewajiban kinerjanya
dengan memberikan barang atau jasanya kepada pelanggan. Begitu juga dengan
prinsip pengakuan piutang usaha, piutang yang berasal dari penjualan barang
diakui saat hak milik berpindah atau beralih ke pembeli tergantung bagaimana
syarat dan perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak pada saat awal
dilakukanya penjualan. Sedangkan untuk pengakuan piutang usaha yang berasal
dari penjualan jasa kepada pelanggan diakui pada saat jasa tersebut dilakukan.

Menurut Weygandt, et al (2011:369), pengakuan piutang usaha relatif


mudah. Pengakuan piutang sering berhubungan dengan pengakuan pendapatan,
karena pengakuan pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses 12
menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat direalisasi. Oleh
sebab itu, piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu
hak milik atas barang beralih ke pembeli, sedangkan penjualan jasa umumnya
diakui pada saat penyerahan jasa atau jasa itu dilaksanakan, karena saat peralihan
hak dapat bervariasi sesuai dengan syarat-syarat penjualan maka piutang lazimnya
diakui pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan atau pada saat jasa itu
dilaksanakan. Piutang usaha hanya diakui kriteria atas pengakuan telah dipenuhi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 50, piutang diakui oleh
entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai
pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal transaksi.

C. Penilaian piutang Usaha


Kieso et.al sebagaimana di tulis dalam Sulaeman (2012) menyatakan
bahwa semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari
perkiraan penerimaan kas di masa datang. Oleh karena piutang usaha berjangka
pendek, biasanya ditagih dalam jangka waktu 30 hingga 90 hari, bagi piutang
jangka pendek yang dikenakan bunga, bunganya akan relatif lebih kecil dari
jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari penilaian piutang usaha pada nilai sekarang
yang didiskontokan, piutang usaha dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net
realizable value), yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa piutang
usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih dan
potongan dagang. Tujuannya adalah untuk melaporkan sejumlah klaim piutang
dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan dapat diterima secara tunai (Andi
Maujung Tjodi, David Paul Elia Saerang, 2017).

Hery (2013:187) menyatakan bahwa terdapat dua metode akuntansi untuk


mencatat piutang yang di perkirakan tidak akan tertagih, yaitu:
a. Metode Penyisihan (allowance method)
Metode penyisihan (allowance method), yaitu metode dimana perusahaan
memperkirakan jumlah piutang tak tertagih dengan menggunakan
presentase penjualan maupun menggunakan presentase jumlah piutang.
Dalam metode ini, estimasi tersebut sudah dibuat diawal dan terdapat akun
baru di neraca yang merupakan kontra akun dari piutang sehingga
mengurangi jumlah piutang .
b. Metode Penghapusan Langsung (direct write-off method)
Metode penghapusan langsung (direct writte – off method), yaitu prosedur
yang mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana suatu piutang
dinyatakan tidak dapat tertagih. Dalam prosedur tidak membuat ayat jurnal
sampai suatu piutang benar – benar dinyatakan tidak dapat tertagih karena
dalam metode ini perusahaan berpendapat bahwa yang dicatat haruslah
fakta, bukan estimasi. Selanjutnya kerugian tersebut akan dicatat dengan
mengkreditkan “piutang usaha” dan mendebet akun “beban piutang tak
tertagih”.
D. Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih
• Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method).
Menurut Hery (2015:211) “Metode penghapusan langsung
diterapkan ketika besarnya kredit macet atau piutang usaha adalah sangat
kecil, sehingga berdasarkan prinsip-prinsip materialitas maka metode yang
simpel ini diperbolehkan dipakai meskipun untuk tujuan pembukuan”.
Namun secara keseluruhan, menurut prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, metode penghapusan langsung tidaklah diperkenankan
untuk tujuan pembukuan (book purposes). Berbeda untuk tujuan
perhitungan pajak penghasilan (income tax purposes), dimana metode
penghapusan langsung ini justru merupakan metode yang wajib
(diharuskan).

• Metode Pencadangan (Allowance Method).


Menurut Hery (2015:213) “Metode pencadangan digunakan
sepanjang periode dimana penjualan kredit terjadi untuk mengestimasi
mengenai besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih dibuat, karena
perusahaan belum dapat mengetahui mana dari pelanggannya yang tidak
bisa membayar maka perusahaan tidak akan mengkredit (menghapus)
piutang usahanya secara langsung” (Kiay Demak et al., 2018).

➢ Contoh Kasus

Agar lebih memahami bagaimana cara melakukan penghapusan piutang, berikut contoh
kasusnya.

PT X merupakan perusahaan manufaktur di bidang peralatan dapur. PT X memiliki


piutang usaha sebesar Rp. 100.000.000 yang sudah jatuh tempo. PT W sebagai pihak
debitur tidak dapat melunasi utang tersebut pada jangka waktu yang telah disepakati.
Berikut ilustrasi PT X untuk menghapus piutang tersebut.

Beban penghapusan piutang: Rp100.000.000,00

Piutang usaha Rp100.000.000,00


Cadangan kerugian piutang: Rp100.000.000,00

➢ Jurnal penghapusan piutang metode direct

PT X mencatatkan jumlah tersebut seperti berikut

Debit Kredit

Beban penghapusan piutang Rp100.000.000,00

Piutang usaha Rp100.000.000,00

Pada saat terjadi pelunasan piutang dari PT W, PT X mencatatkan pelunasannya sebagai


berikut

Debit Kredit

Piutang Rp100.000.000,00

Beban penghapusan piutang Rp100.000.000,00

PT X pun mencatatkan penghapusan piutang tersebut setelah terjadinya pelunasan oleh


PT W. Berikut pencatatannya yang menambahkan kas perusahaan.
Debit Kredit

Kas Rp100.000.000,00

Piutang Rp100.000.000,00

➢ Jurnal penghapusan piutang metode allowance

Pencatatan beban kerugian piutang PT X dicatatkan sebagai berikut

Debit Kredit

Beban kerugian piutang Rp100.000.000,00

Cadangan kerugian piutang Rp100.000.000,00

PT X menghapus piutang yang didapatkan dari PT W saat memperkirakan utang tidak


mampu dibayar oleh PT W. Berikut pencatatannya

Debit Kredit
Cadangan kerugian piutang Rp100.000.000,00

Piutang Rp100.000.000,00

Setelah selang beberapa waktu, PT W berniat dan melunasi utangnya terhadap PT X. PT


X mencatat pelunasan tersebut sebagai berikut.

Debit Kredit

Piutang Rp100.000.000,00

Cadangan kerugian piutang Rp100.000.000,00

Proses pelunasan piutang tersebut diartikan sebagai penghapusan piutang PT W, sehingga


akan menambah kas PT X dan dicatatkan seperti berikut ini.

Debit Kredit

Kas Rp100.000.000,00

Piutang Rp100.000.000,00
➢ Kesimpulan

Piutang merupakan bagian aktiva lancar yang relatif aktif dalam suatu perusahaan
guna membantu kelancaran kegiatan perusahaan, untuk itu maka penerapan akuntansi
piutang yang baik dan relevan sangat diperlukan agar memberikan dampak terhadap
laporan keuangan sesuai prinsip kehati-hatian atau konservatisme, sehingga
perusahaan diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar serta
berpedoman dengan teori yang mengacu pada konsep akuntansi yang berlaku
khususnya yang berhubungan dengan masalah piutang usaha. Artinya piutang
mempunyai resiko besar kemungkinan tidak tertagih.

Piutang usaha perusahaan perbankan dalam aktivitas penyaluran kredit merupakan


bagian terbesar dari aktiva lancar serta menjadi salah satu bagian yang paling dominan
dalam keseluruhan aktiva perusahan. Syakur (2015:104) menyatakan piutang
menunjukkan adanya klaim perusahaan kepada pihak (perusahaan) lain akibat
kejadian di waktu sebelumnya dalam bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk
aktiva non kas lainnya yang harus di lakukan penagihan (collect) pada tanggal jatuh
temponya. Berdasarkan hal tersebut perbankan tidak lepas dengan namanya risiko
akan piutang yang tak tertagih (bad debt), piutang tak tertagih ini menjelaskan bahwa
adanya klaim atas kas oleh perusahan kepada pihak nasabah yang realisasinya belum
dipenuhi. Mengingat kredit perbankan sangat berkaitan dengan likuiditas dan secara
langsung berpengaruh terhadap modal kerja yang dimiliki oleh bank, maka hal
tersebut harus mendapat pengawasan yang lebih. Besarnya jumlah piutang usaha
dalam sebuah perusahan mengindikasikan bahwa sistem pengelolaan keuangan yang
semakin kompleks dan harus adanya sistem pengendalian internal yang memadai.

➢ Saran

Perusahaan diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar serta


berpedoman dengan teori yang mengacu pada konsep akuntansi yang berlaku
khususnya yang berhubungan dengan masalah piutang usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Admin_ojs, A. (2020). Analisis Akuntansi Piutang Usaha Terhadap Laporan Keuangan
Cv. Linggar Perdana Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 6(2), 210–217.
https://doi.org/10.35972/jieb.v6i2.348

Andi Maujung Tjodi, David Paul Elia Saerang, M. Y. B. K. (2017). Analisis Sistem
Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada Pt. Bank Sulutgo Kcp Ranotana. Jurnal
EMBA, 5(2), 857–866.

Kiay Demak, Y., Tinangon, J. J., & Mawikere, L. (2018). Analisis Piutang Tak Tertagih
Berdasarkan Umur Piutang Pada Pt. Air Manado. Going Concern : Jurnal Riset
Akuntansi, 14(1), 347–355. https://doi.org/10.32400/gc.13.04.21151.2018

Anda mungkin juga menyukai