Blunder

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

BLUNDER

Anton Chekhov

2017
Blunder

Diterjemahkan dari: A Blunder


karangan Anton Chekhov
terbit tahun 1886
(Hak cipta dalam Domain Publik)

Penerjemah : Ilunga d’Uzak


Penyunting : Kalima Insani
Penyelaras akhir : Bared Lukaku
Penata sampul : Bait El Fatih

Diterbitkan dalam bentuk e-Book oleh:


RELIFT MEDIA
Jl. Amil Sukron No. 47
Kec. Cibadak Kab. Sukabumi
Jawa Barat 43351
SMS : 0853 1179 4533
Surel : relift.media@gmail.com
Situs : reliftmedia.com

Pertama kali dipublikasikan pada: September 2017


Revisi terakhir: Juli 2019

Copyright © 2017 CV. RELIFT

Hak kekayaan intelektual atas terjemahan dalam buku ini adalah


milik penerbit. Dilarang mengutip dan/atau memperbanyak
seluruh atau sebagian isi buku ini dalam bentuk dan cara apapun
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Buku ini adalah karya fksi. Semua nama, karakter, bisnis,
organisasi, tempat, peristiwa, dan kejadian hanyalah imajinasi
penulis. Segala kemiripan dengan seseorang, hidup atau mati,
peristiwa, atau lokasi kejadian hanyalah kebetulan belaka.

Ebook ini adalah wujud kesungguhan kami dalam proyek


penerjemahan sastra klasik asing. Kami menyebutnya RELIFT:
Mengangkat Kembali, dari masa lalu untuk masa kini hingga
masa depan. Pembaca dapat turut mendukung kami dengan
mengunjungi iklan yang tampil di situs dan blog kami.
I lya Sergeich Peplov dan isterinya, Cleopatra Petrovna,
berdiri di luar pintu, mendengar-dengarkan. Di ruang kecil,
di sisi lain pintu, seseorang sedang membuat pernyataan cinta:
dari guru sekolah distrik, Shupkin, kepada puteri mereka,
Natasha.
“Well, dia kecantol sekarang,” bisik Peplov, gemetar tak
sabar dan menggosok-gosok kedua tangannya. “Dengar,
Petrovna, begitu mereka mulai bicara tentang perasaan
masing-masing, ambillah gambar patung suci dari dinding,
terus kita akan masuk dan memberi mereka restu... Restu
dengan gambar patung suci adalah sakral dan tak bisa
dipatahkan... Selain itu, dia takkan bisa lolos darinya, sekalipun
mengambil langkah hukum!”
Di sisi lain pintu sedang berlangsung percakapan berikut:
“Sungguh kau harus mengubah watakmu,” kata Shupkin
sambil menggesek sebatang korek api pada pantalon kotak-
kotaknya. “Aku belum pernah menulis surat untukmu seumur
hidupku!”
“Omongan apa itu! Seolah aku tak tahu tulisan tanganmu!”
Si wanita muda tertawa dibuat-buat sambil memandang dirinya
dalam cermin. “Aku langsung mengenalinya! Lucu sekali kau
ini! Guru menulis, tapi tulisanmu cakar ayam! Bagaimana bisa

5
kau mengajar menulis sementara kau sendiri menulis begitu
jelek?”
“Hm. Itu tidak penting. Yang penting dalam menulis adalah
anak-anak tidak ketiduran. Sudah pasti, kau bisa getok kepala
mereka sedikit dengan penggaris, atau lutut mereka... Itulah
menulis!... Simpel saja, sebetulnya. Nekrasov seorang penulis,
tapi malu rasanya melihat bagaimana dia menulis. Ada contoh-
contoh tulisan tangannya dalam kumpulan karyanya.”
“Nekrasov adalah satu hal, dan kau adalah lain hal.” Di sini
dia mendesah. “Dengan senang hati aku mau menikah dengan
seorang penulis. Dia akan terus menulis syair untuk meng-
hormatiku.”
“Aku akan menulis syair untukmu, kalau kau minta.”
“Tentang apa?”
“Tentang cinta... tentang perasaanku padamu... tentang
matamu... Saat membacanya, kau akan hilang akal... Kau akan
menangis terharu! Dan kalau aku betul-betul menulis bait-bait
puisi untukmu, bolehkah kucium tangan mungilmu?”
“Banyak cincong! Ini, cium saja!”
Shupkin melompat bangkit, bola matanya menonjol, dan dia
memegang tangan mungil bulat itu, yang berbau sabun wangi.
“Ambil gambar patung sucinya!” bisik Peplov, pucat

6
emosional. Dia mendorong sang isteri dengan sikunya, dan
mengancingkan jas. “Well, kami datang!”
Tanpa berlama-lama lagi dia membuka pintu.
“Anak-anak!” dia berkomat-kami, mengangkat tangan, dan
mengerutkan mata dalam tangis. “Semoga Tuhan merestui
kalian, anak-anakku... Hiduplah... jadilah subur... berkembang-
biaklah...”
“Aku juga merestui kalian,” ulang ibu sang gadis, menangis
gembira. “Berbahagialah, sayang-sayangku. Oh, kau mengambil
hartaku satu-satunya!” tambahnya, berpaling pada Shupkin.
“Cintai puteriku, dan bersikap baiklah padanya!”
Shupkin menganga keheranan dan ketakutan. Serbuan
orangtua ini begitu tak terduga dan begitu hebat sampai-
sampai dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
“Aku disergap! Aku dijebak!” pikirnya, nyaris pingsan
karena ngeri. “Langit-langit sedang runtuh menimpamu,
kawan! Percuma saja lari!”
Lalu dia menundukkan kepalanya dalam kehinaan, seolah-
olah berkata: “Bawa aku! Aku sudah takluk!”
“Merestui kalian, merestui kalian!” lanjut si ayah, berlinang
air mata. “Natasha, puteriku, berdirilah di sampingnya...
Petrovna, serahkan patung itu padaku.”

7
Tiba-tiba tangisnya berhenti, wajahnya berubah bentuk
karena amarah.
“Idiot!” teriaknya murka pada sang isteri. “Otak udang! Apa
ini gambar patung suci?”
“Oh, astaga...!”
Apa yang terjadi? Si guru tulis mendongak hati-hati dan
sadar bahwa dirinya telah selamat. Dalam ketergesaan, alih-
alih gambar patung suci, sang ibu justru mengambil gambar
penulis Lazhechnikov dari dinding. Cleopatra Petrovna berdiri
di sana sambil memegang potret itu. Dia dan pak Peplov
menunjukkan tampang bingung, karena tak tahu harus berbuat
atau berkata apa. Si guru tulis memanfaatkan kebingungan
mereka dengan mengambil langkah seribu.

Anda mungkin juga menyukai