Disusun Oleh :
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Rancangan Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung pada kelas X4 yang
telah menerapkan kurikulum merdeka.. Aspek yang diobservasi adalah kesesuaian proses
pembelajaran terhadap capaian pembelajaran dan karakter peserta didik. Observasi
dilakukan melalui pengamatan langsung selama proses pembelajaran untuk satu kali
pertemuan yang terdiri dari 2 Jam pelajaran.
Budaya sekolah
● Apakah suasana sekolah mendukung
pembelajaran dan interaksi yang optimal?
● Secara umum, apakah profil pelajar
Pancasila dihidupkan dalam sekolah?
3
● Apakah peserta didik aktif merespon
pertanyaan guru selama pembelajaran
berlangsung? Jelaskan
Perkembangan emosi
● Sejauh mana kelas dan ruang pembelajaran
lainnya menjadi ruang ekspresi diri yang sehat
untuk peserta didik?
● Bagaimana guru merespons peserta didik yang
belum bisa mengekspresikan diri dengan tepat?
Teori belajar
Teori belajar apa yang diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran dan bagaimana guru
menerapkannya?
4
BAB II HASIL OBSERVASI
Berdasarkan observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa guru tidak melakukan
asesmen diagnostik pada awal pembelajaran untuk mengidentifikasi kesiapan, minat dan
profil belajar peserta didik. Guru hanya memberikan apresiasi dengan mengajak peserta
didik untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Sehingga materi yang disampaikan belum disesuaikan dengan tingkat kemampaun dan
kebutuhan peserta didik. Guru juga belum mengakomodasi gaya belajar peserta didik yang
berbeda-beda. Tugas yang diberikan masih disamaratakan untuk setiap peserta didik.
Proses pembelajaran yang dilaksankan belum menerapkan diferensiasi baik dalam proses
pembelajaran, konten pembelajaran, maupun produk hasil belajar.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa suasana sekolah cukup kondusif dan
nyaman sehingga mendukung proses pembelajaran dan interaksi yang optimal di kelas.
Pada awal guru masuk kelas X4, kondisi kelas sudah cukup kondusif, setiap peserta
didik berada pada tempat duduknya masing-masing dan siap mengikuti proses
pembelajaran. Guru tidak mengajak peserta didik untuk melakukan kesepakatan kelas.
Profil Pelajar Pancasila dapat terlihat pada awal pembelajaran, dimana peserta didik
memberikan salam kepada guru. Selama proses pembelajaran guru senantiasa
memantau dan mengontrol perilaku peserta didik, apabila terdapat perilaku yang kurang
baik misalnya bertutur kata yang kurang sopan maka guru akan langsung memberikan
teguran dan nasihat kepada peserta didik. Pada tahap pembelajaran peserta didik cukup
antusias, baik dalam menyampaikan pendapat ataupun menggali informasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya peserta didik yang aktif menjawab pertanyaan yang
diberikan guru dan mengerjakan tugas yang guru berikan. Secara umum profil pelajar
Pancasila sudah dihidupkan dalam proses pembelajaran, profil pelajar Pancasila yang
dihidupkan di kelas hanya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak
5
C. Keterlibatan Peserta Didik
Pembelajaran yang dilakukan melibatkan peserta didik secara aktif. Guru memberikan
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya. Selama
proses pembelajaran guru sering kali mengajukan pertanyaan kepada peserta didik dan
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menjawab. Guru juga akan bertanya
kepada peserta didik yang terlihat kurang antusias dalam belajar. Guru juga senantiasa
memusatkan perhatian peserta didik untuk memperhatikan apa yang guru sampaikan,
guru akan memberikan teguran bagi peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Dalam proses pembelajaran guru sudah cukup baik dalam menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Guru menumbuhkan motivasi belajar dalam perspektif perilaku dengan
memberikan pujian dan pemberian nilai tambahan jika peserta didik dapat menjawab
dan mengerjakan soal di depan kelas. Selain itu, guru juga menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik dari perspektif kognitif dengan cara memberikan banyak
kesempatan dan tanggung jawab kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru
seringkali menunjuk peserta didik untuk maju ke depan atau menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran. Pada kondisi ini dapat dilihat
bahwa peserta didik cukup antusias selama mengikuti proses pembelajaran, peserta
didik aktif merespon pertanyaan-pertanyaan guru selama pembelajaran berlangsung.
Gaya guru dalam mengajar juga sangat menarik dan menyenangkan sehingga peserta
didik cukup antusias selama proses pembelajaran
6
D. Identifikasi Kesiapan Peserta Didik
Guru mengecek kondisi kesiapan peserta didik sebelum pembelajaran dimulai dengan
mengamati dan menegur siswa yang belum dalam posisi siap belajar dan memusatkan
perhatian siswa untuk dapat memulai pembelajaran. Guru tidak mengecek kesiapan
belajar peserta didik dalam hal materi karena guru tidak melakukan asesmen diagnostik
pada awal pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan guru tidak mengetahui bahwa
kompetensi awal peserta didik beragam. Selama proses pembelajaran guru
mendampingi peserta didik untuk mecapai tujuan pembelajaran dengan guru selalu
berkeliling untuk membimbing dan memantau setiap peserta didik apakah mereka
memahami materi yang dipelajari.
7
E. Perkembangan Emosi
Di ketiga kelas yang kami amati guru selalu memberikan ruang kepada peserta didik
untuk menyampaikan pendapat, guru tidak hanya memilih peserta didik yang pintar
saja, bahkan guru melakukan treatmen kepada peserta didik yang merasa malu atau
takut salah menjawab pertanyaan dengan menunjuk peserta didik tersebut untuk
menjawab, sehingga siswa mau menjawab pertanyaan walaupun tidak lengkap. Ketika
ada siswa yang menjawab pertanyaan dan belum lengkap, guru tidak langsung
menyalahkan tetapi guru mengajukan pertanyaan penuntun agar peserta didik mampu
menjawab secara lengkap. Guru akan memberikan penguatan dengan pujian dan nilai
untuk peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan.
Jika dianalisi dari teori belajar, pembelajaran yang dilakukan di kelas X4 menganut teori
belajar kontruktivisme. Dimana peserta didik dibimbing untuk mengeksplorasi
pengetahuannya dan mengonsturksi pengetahuan tersebut dan menyempurnakan
pengetahuan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan konstruktivisme yang dikembangkan
oleh Vigotsky adalah “Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh
dalam konteks sosial budaya seseorang” (M. Thobroni, 2015: 95). Melalui
pembelajaran kontruktivisme peserta didik diberi keleluasaan dalam mengeksplorasi
kemampuan dalam dirinya.
8
terkait topik tersebut, dimana guru hanya berperan untuk membimbing jalannya diskusi
dan mengarahkan siswa apabila terdapat konsep yang kurang tepat.
9
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
10