Anda di halaman 1dari 2

I

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan


Beberapa ahli  Ada rasa ketersandaran kepada sesuatu di luar diri/di luar jangkauan,
terekspresi dalam fenomena paham ketuhanan. Aslam Hadi (mengutip Edward B. Taylor)
animisme sampai monoteisme; Harun Nasution animisme sampai agnotisisme.
Animisme: Benda memiliki kekuatan misterius dianggap memiliki ruh disertai upacara
ritusruh2 unggul dengan karakter khusus diberi kebaktian ttt rutin (untuk dewa2 politeisme.
Oligateisme: ada beberapa dewa yang diunggulkan. Tiap2 komunitas atau kelompok akui satu
dewa saja (terunggul) Henoteisme  Monoteisme yakni satu Tuhan untuk alam semesta.
Varian2 monoteisme:
- Deisme: tuhan yg tunggal adalah transenden setelah mencipta tidak terlibat lagi dg ciptaannya.
- Panteisme: tuhan imanen menampakkan diri dalam berbagai fenomena alam.
- Teisme tuhan transenden tetapi sekaligus terlibat dengan alam ciptaannya.
Deisme berkembang menjadi naturalisme yakni alam menjadi mandiri berproses sesuai dengan
hukum2nya, manusia kuasai ilmu pengetahuan.
Tataran lebih jauh adalah ateisme: Tuhan tidak ada.
Agnotisisme: kebenaran tertinggi tak dapat diketahui shg ragu-ragu tentang adanya tuhan, tuhan
mungkin ada tetapi manusia tidak tahu secara positif.

-> M. Iqbal: a) Tuhan sebagai diri (QS Al Ikhlas) b) diri mutlak itu tak berkesudahan c)
merupakan hakikat keseluruhan yg spiritual. Jadi Tuhan sungguh ada, maha kreatif, mencipta,
membimbing, menyediakan diri bagi manusia.

B. Pembuktian adanya Tuhan


Argumen tradisional
a.Ontologikemustahilan ketiadaannya. Plato 400-an SM, Augustinus, anselmus, descartes
1500 M.
b. Kosmologi adanya kausalitas di alam pasti ada causa prima. Aristoteles 300 SM, al kindi
700 M, al Farabi, Ibnu Sina, Aquinas.
c. Teleologiwatak alam yang serba teratur dan terencana pasti ada tujuannya. Alam tidak
menentukan tujuannya sendiri, tapi dzat Tuhan.
d. Argumen moralkadang ada kesenjangan antara prinsip normatif dg fakta moral. Idealnya yg
baik dapat balasan baik, sebaliknya; tapi kenyataan kadang tdk demikian, ada balasan di
kehidupan lain di akhirat. Argumen2 tersebut dapat dikritik.

C. Tauhid: konsep ketuhanan Islam


1. makna tauhid, terungkap dalam kalimat: ‘laa ilaaha illallaah’. Laa: huruf laa nafiyah lil jinsi:
huruf nafi yang meniadakan segala macam jenis ilah. Illa adalah huruf istisna yakni
mengecualikan. Istisna ba’dal manfi bermaksud menguatkan jadi tiada tuhan yang berhak
disebut Tuhan selain Allah (Ilyas, 1989: 34).
Tauhid memuat keyakinan:
Laa khalika illa Allah Pencipta QS Al Baqarah (2): 21-22
Laa rozika illa Allah Pemberi rizki QS Fathir (35): 3
Laa mudabbira illa Allah pemelihara, penjaga, pengatur QS Yunus (10): 3
Laa hakima illa Allah Penentu hukum/aturan dan hakim adil QS. Al An am (6): 57
Laa waliyya illa Allah Pelindung QS Al Baqarah (2): 257
Laa ghayata illa Allah tumpuan harapan dan tujuan segala amal QS Al Insiyah (94): 8; al an’am
(6): 162 yang artinya “katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya
untuk Allah Tuhan semesta alam”
Laa ma’buda illa Allah sesembahan QS al annahl (16):36 “dan sesungguhnya kami telah
mengutus rosul pada tiap2 ummat (untuk menyerukan) ’ sembahlah Allah saja, dan jauhilah
toghut itu”.
Dengan demikian ada tiga dimensi tauhid: Rububiyyah (al. Khaliq, raziq, mudabbira);
Mulkiyyah (al.hakima, waliyya, ghayata), Uluhiyyah/ilahiyyah: ma’buda

2. Tauhid esensi Islamkesatuan kerangka dasar ajaran Islam


Aqidah ialah keyakinan hidup, yaitu iman dlm arti khas, yakni ikrar yg menghujam dalam hati:
mengesakan Allah SWT selanjutnya tercermin dalam arkanul iman. Menjadi
pangkal/akar/dasar/ foundamental-norm
Syariah ialah hukum yang mengatur hubungan manusia dg Tuhan (ibadah) dan antar manusia
(muamalah).
Akhlak ialah moralitas agama yang melandasi pelaksanaan syariah

3. Tauhid fitrah manusia


Manusia mendasarkan diri pada “kepercayaan” yakni membenarkan sesuatu dan agama
merupakan corak kepercayaan tertinggisumber. Kepercayaan akan adanya Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai