Anda di halaman 1dari 9

Revitalisasi Budaya dan

Kearifan Lokal Masyarakat Hukum Adat untuk


mendukung Perhutanan Sosial Skema Hutan
Adat

SURAYA A. AFIFF
Departemen Antropologi FISIP UI

Acara Diskusi Penyusunan Kurikulum


Penguatan Kapasitas Masyarakat Hukum Adat
Diselenggarakan oleh BPDLH, 20 November 2023
Praktek Adat dapat
berubah dari
waktu ke waktu
• Relasi masyarakat dengan sumber-sumber
alam dapat berubah ketika mereka
bersinggungan dengan sistem produksi dan
perdagangan yang mendorong mereka
eksploitatif
• Perlu memahami dinamika yang membuat
institusi lokal dipertahankan, berubah,
atau ditinggalkan karena dianggap tidak
lagi relevan

Thorburn, C. (2001), The House that Poison Built: Customary Marine


Property Rights and the Live Food Fish Trade in the Kei Islands, Southeast
Maluku. Development and Change, 32: 151-180.
https://doi.org/10.1111/1467-7660.00200
Pembentukan Relasi Kapitalisme
Bottom up
Tantangan….
Top-Down Kebijakan yang mendukung
sistem Ekonomi Kapitalistik
Mama Aleta Baun • “Perempuan tidak hanya dapat melakukan
mengorganisir pekerjaan rumah seperti memasak, tetapi juga
harus gencar memerangi kerusakan alam yang
perempuan dan
menghilangkan sumber pangan. Jika tidak ada
memimpin gerakan hutan, mereka tidak mempunyai kayu sebagai
Rakyat melawan sumber bahan bakar. Jika tidak ada air, mereka juga
Pertambangan di NTT tidak dapat memasak”– Mama Aleta
Ketidakadilan seringkali dialami masyarakat

Pemboman ikan didorong demand konsumen live Orang Sama dituduh sebagai perusak.
fish yang membeli dengan harga tinggi. Padahal mereka tidak terlibat dengan
Penangakapan ikan yang destruktif difasilitasi oleh praktek yang destruktif.
pihak swasta yang membeli dari nelayan dan
mendorongnya menggunakan bom dan bius.
Praktek ini mendapat back-up dari aparat
keamanan, kepala desa dan pihak lainnya di
pemerintah.

Nelayan yang menolak praktek ini tidak berdaya


melawan. Mereka tidak terorganisir dan tidak ada
dukungan pada mereka untuk menolak praktek
yang destruktif itu Lowe, Celia. 2000. Global Markets, Local Injustice in Southeast Asian Seas: The
Live Fish Trade and Local Fishers in the Togean Islands of Sulawesi, dalam
Charles Zerner (Peny.), People, Plants, and Justice: The Politics of Nature
Conservation. New York: Columbia University Press: 234-258.
“Komunitas” bukanlah
unit yang homogenous
dan shared norms
• “community must be examined in the context of
development and conservation by focusing on
the multiple interests and actors within
communities, on how these actors influence
decision-making, and on the internal and
external institutions that shape the decision-
making process”
• Untuk memperkuat community-based Natural
Resource Management sebaiknya fokusnya
pada institusi dan bukan pada “komuniti”
• Institusi “as sets of formal and informal rules
and norms that shape interactions of humans
with others and nature” (p. 637)
Ekologi Politik – Sebagai Kerangka Berfikir
• Apa yang terjadi di tingkat lokal tidak dapat dilihat terpisah dari pengaruh proses
di tingkat regional (kecamatan/kabupaten dan provinsi), nasional, internasional
• Hanya fokus memperkuat aktor di tingkat lokal tidak dapat membantu selama
tidak ada dukungan berbagai pihak lain dan adanya kebijakan pemerintah yang
berpihak pada masyarakat
• Fokus penguatan pengelolaan hutan adat haruslah fokusnya pada community
empowerment, pendampingan, penguatan institusi, dan memastikan masyarakat
(perempuan/laki2, tua-muda, kelompok marjinal lainnya) terlibat dalam
pengambilan keputusan dan proses penentuan kebijakan.
• Posisi perempuan dan kelompok marginal perlu menjadi bagian penting yang
diperkuat.
• Aturan adat bukan sesuatu yang fix dan tidak bisa berubah.
Harga/permintaan/konsumsi Kerangka
FAKTOR DILUAR TEMPATAN (NON-PLACE BASE)
suatu komoditi/jasa Ekologi Politik
Perencanaan pembangunan, proyek
Berbagai aktor dalam pemerintah, korporasi
pembangunan, Rencana tata ruang dll… swasta, NGO, lembaga keuangan, Perguruan Tinggi,
lembaga penelitian, media, dll. – memiliki
Kapital/Modal beragam kepentingan, membangun aliansi,
ataupun saling berkontestasi.
Peraturan dan penegakan
Lingkungan = biophysical + sosial
Sejarah masa lalu sejak kolonial hingga
saat ini Pranata Sosial –
FAKTOR TEMPATAN (PLACE BASE) Desa/adat/komunitas
Aktor: individu dan kolektif memiliki interes dan kepentingan beragam. Relasi antar aktor di lokal dan dengan aktor di
non-placed base dapat memperkuat ataupun dapat pula memperlemah pengelolaaan lingkungan; akses dan kontrol
atas lahan dan sumber penghidupan
Pengetahuan dan praktek (tradisional dan non-tradisional), sistem nilai, makna, kepercayaan yang hidup dalam
masyarakat
Faktor interseksionalitas -- Kelas, etnisitas, gender, umur, strata/hirarki sosial lain
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai