Anda di halaman 1dari 103

i

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN INTERVENSI


PENERAPAN TEKNIK GUIDED IMAGERY UNTUK MENGURANGI
NYERI KEPALA PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT RSUD dr. T.C HILLERS
MAUMERE

RINCE KAROLINA MBENA, S.Kep


013210038

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

MAUMERE

2023

i
KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN INTERVENSI


PENERAPAN TEKNIK GUIDED IMAGERY UNTUK MENGURANGI
NYERI KEPALA PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT RSUD dr. T.C HILLERS
MAUMERE

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktik Peminatan Profesi Ners


Pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Nusa Nipa Maumere

RINCE KAROLINA MBENA, S.Kep


013210038

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

MAUMERE

2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dengan


Intervensi Penerapan Teknik Guided Imagery
Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Pasien
Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut RSUD dr. T.C Hillers Maumere
Nama Mahasiswa : Rince Karolina Mbena, S.Kep
NIM : 013210038
Peminatan : Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi : Profesi Ners
Universitas : Universitas Nusa Nipa
Dosen Pembimbing : Ns. Agustina Sisilia Wati Dua Wida, M.Kep
NIDN : 0831087801

Karya Ilmiah Akhir ini telah disetujui untuk diajukan dan


dipertahankan didepan Tim Penguji

Disetujui pada Hari/Tanggal : Jumad, 20 Januari 2023

Mengetahui,

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN INTERVENSI


PENERAPAN TEKNIK GUIDED IMAGERY UNTUK MENGURANGI
NYERI KEPALA PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT RSUD dr. T.C HILLERS
MAUMERE

RINCE KAROLINA MBENA, S.Kep


013210038

Telah disetujui dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Ilmiah Akhir dan
telah diterima sebagai bagian dari persyaratan memenuhi Tugas Akhir Praktik
Peminatan Pada Praktik Profesi Ners Program Studi Program Studi Profesi
Ners Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa Maumere

Pada Hari/Tanggal : Rabu, 25 Januari 2023

iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH AKHIR

Sebagai sivitas akademik Universitas Nusa Nipa Maumere, saya yang bertanda
tangan dibawah ini
Nama Mahasiswa : Rince Karolina Mbena, S.Kep
NIM : 013210038
Peminatan : Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi : Profesi Ners
Universitas : Universitas Nusa Nipa

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Nusa Nipa Maumere Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalti-Free Rigth) atas Karya Ilmiah Akhir saya yang berjudul :

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dengan Intervensi Penerapan Teknik


Guided Imagery Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut RSUD dr. T.C Hillers
Maumere

Dibuat : Maumere
Pada tanggal : 24 Januari 2023
Yang Menyatakan :

iv
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN INTERVENSI


PENERAPAN TEKNIK GUIDED IMAGERY UNTUK MENGURANGI
NYERI KEPALA PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT RSUD dr. T.C HILLERS
MAUMERE

Rince Karolina Mbena¹ Agustina Sisilia W. Dua Wida²


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa Indonesia,
Email : rincembena@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi merupakan meningkatnya tekanan darah dari arteri yang
bersifat sistemik atau secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama hipertensi
dapat menyebabkan nyeri kepala. Masalah keperawatan nyeri dapat di atasi dengan cara
farmakologi dan non farmakologi. salah satu cara non farmakologi adalah penerapan
teknik imajinasi terbimbing. Teknik imajinasi terbimbing yaitu teknik penggunaan
imajinasi individu yang bertujuan untuk mencapai pengendalian relaksasi, relaksasi dapat
memberikan efek secara langsung untuk fungsi tubuh yaitu efek untuk mengurangi
nyeri kepala pada pasien hipertensi. Tujuan penelitian: untuk mengetahui penerapan
teknik imajinasi terbimbing untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi
sebelum dan sesudah dilakukan teknik imajinasi terbimbingdi ruang flamboyan RSUD
dr.T.C.Hillers Maumere. Metode penelitian: penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 1 orang dewasa dengan diagnosa hipertensi. Perlakuan dilakukan secara langsung
kepada pasien hipertensi melalui tahap pengkajian pada pasien dengan hipertensi
kemudian dilanjutkan dengan pemberian intervensi teknik imajinasi terbimbing untuk
mengurangi nyeri pada pasien hipertensi. Hasil penelitian: selama 3 hari melakukan
intervensi secara berturut- turut maka diketahui adanya penurunan tingkat nyeri pada
pasien hipertensi. Maka diharapkan kepada institusi pelayanan kesehatan agar dapat
meningkatkan kualitas dalam asuhan keperawatan dengan menggunakan teknik non
farmakologi yaitu teknik imajinasi terbimbing untuk mengurangi nyeri pada pasien
hipertensi.

Kata Kunci: Hipertensi, nyeri kepala, teknik imajinasi terbimbing

v
ABSTRACT

MEDICAL SURGICAL NURSING CARE USING GUIDED IMAGERY


TECHNIQUE INTERVENTION TO REDUCE HEAD PAIN IN
HYPERTENSION PATIENS WITH ACUTE PAIN NURSING
PROBLEMS IN FLAMBOYAN ROOM RSUD dr. T.C HILLERS
MAUMERE

Rince Karolina Mbena¹ Agustina Sisilia W. Dua Wida²


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa Indonesia,
Email : rincembena@gmail.com

ABSTRACT
Background: Hypertension is an increase in blood pressure from the arteries that
is systemic or continuously for a long time, hypertension can cause headaches.
Pain nursing problems can be overcome by pharmacological and non-
pharmacological ways. one of the non-pharmacological ways is the application of
guided imagery techniques. The guided imagination technique is a technique of
using individual imagination which aims to achieve relaxation control. Relaxation
can have a direct effect on body functions, namely the effect of reducing
headaches in hypertensive patients. Research objective: to find out the
application of guided imagery techniques to reduce headache in hypertensive
patients before and after the guided imagery technique was carried out in the
flamboyant room of Dr. T.C. Hillers Hospital Maumere. Méthode pénélitienne :
This research uses a descriptive method with a case study approach. The subjects
used in this study were 1 adult with a diagnosis of hypertension. The treatment
was carried out directly to hypertensive patients through the assessment stage in
patients with hypertension and then continued with the administration of guided
imagination technique interventions to reduce pain in hypertensive patients. The
results of the study: for 3 days of intervention in a row, it is known that there is a
decrease in pain levels in hypertensive patients. It is hoped that health service
institutions can improve the quality of nursing care by using non-pharmacological
techniques, namely guided imagination techniques to reduce pain in hypertensive
patients.

Keywords : Hypertension, headache, guided imagery technique

vi
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Rince Karolina Mbena


Nama Panggilan : Rince
TTL : Peibenga, 05 September 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Peibenga
Email : rincembena909@gmail.com
No HP : 081236395137

Riwayat Pendidikan
1. SDK Peibenga, Tamat Tahun 2007.
2. SMPN 2 Detusoko, Tamat Tahun 2010.
3. Smak Frateran Ndao Ende, Tamat Tahun 2013.
4. Pendidikan S1 Keperawatan Stikes Nusantara Kupang, Tamat Tahun 2017.
5. Pendidikan Profesi Ners Universitas Nusa Nipa Maumere, Tamat Tahun
2023.
MOTTO

“KUNCI KESUKSESAN HANYALAH DENGAN DOA, KESABARAN DAN


KERJA KERAS UNTUK MENCAPAI TUJUAN YANG INDAH”

vii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR

(KEORISNALITAS)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Lengkap : Rince Karolina Mbena, S.Kep
NIM : 013210038
Nama Pembimbing : Ns. Agustina Sisilia Wati Dua Wisa, M.Kep
Nama Penguji : Ns. Melkias Dikson, M.Kep
Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Denga
Intervensi Penerapan Teknik Guided Imagery
Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Pasien
Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut RSUD dr. T.C Hillers Maumere.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah akhir yang saya tulis
ini benar-benar karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa karya ilmiah ini adalah
hasil plagiat, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia
menerima sanski atas perbuatan yang tidak terpuji tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan sama sekali.
Maumere, 26 Januari 2023
Yang Membuat Pernyataan

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat sehingga karya ilmiah akhir dengan judul “Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Denga Intervensi Penerapan Teknik Guided
Imagery Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut RSUD dr. T.C Hillers Maumere.” ini dapat
penulis selesaikan dengan baik.
Didalam penyusunan karya ilmiah akhir ini, penulis mendapat banyak

bimbingan dan dorongan baik moral maupun material sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. Ir. Angelinus Vincentius, M.Si. selaku Rektor Universitas Nusa Nipa yang

telah memberikan kesempatan dan memberi izin kepada peniliti untuk

menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Nusa

Nipa.

2. Ns. Agustina Sisilia Wati Dua Wida, M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa Maumere, sekaligus pembimbing yang

telah bersedia membimbing dan meluangkan waktu,tenaga , dan pikiran untuk

memberikan bimbingan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya

Ilmiah Akhir ini..

3. Yosefina Nelista, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Nusa Nipa, atas nasehat, motivasi dan ilmu yang diberikan selama

peneliti menempuh pendidikan di Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu-

Ilmu Keperawatan.

ix
4. dr. Clara Yosefina Francis, MPH, selaku Direktur RSUD dr.T.C.Hillers

Maumere yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan praktik profesi

Ners

5. Wilhelmina Da Wida, S.Kep., Ns selaku Kepala Ruangan Flamboyan yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil kasus kelolaan dalam

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.

6. Ns. Melkias Dikson, M.Kep, selaku penguji yang bersedia untuk menguji dan

memberikan masukan kepada penyusun untuk memperbaiki Karya Ilmiah

Akhir ini.

7. Seluruh dosen, staf, dan tenaga kependidikan di lingkungan fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Program Studi Profesi Ners yang telah memberi bantuan

kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

8. Kedua orang tua dan orang-orang terdekat yang telah memberikan doa dan

dukungan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah akhir ini.

9. Teman-teman dan semua pihak yang terlibat aktif dalam penyusunan karya

ilmiah akhir ini.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat

diharapkan oleh penyusun untuk menyempurnakan karya ilmiah akhir ini.

Maumere, Januari 2023

Penyusun

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................


HALAMAN SAMPUL DALAM DAN PERSYARATAN GELAR .......... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
LEMBER PENGESAHAN ......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH AKHIR ....................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
BIODATA PENULIS ................................................................................. vii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR
(KEORISNALITAS) ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan .............................................................................................. 4
1. Tujuan Umum ............................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1. Bagi Pasien ................................................................................. 5
2. Bagi Perawat .............................................................................. 5
3. Bagi Institusi Pendidikan ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................ 7
A. Konsep Dasar Medis ........................................................................ 7
1. Definisi Hipertensi ...................................................................... 7
2. Anatomi ...................................................................................... 8
3. Fisiologis .................................................................................... 11
4. Etiologi Hipertensi ...................................................................... 11
5. Faktor Resiko Hipertensi ............................................................ 11
6. Manifestasi Klinik Hipertensi ..................................................... 14
7. Klasifikasi Hipertensi ................................................................. 15
8. Patofisiologi Hipertensi .............................................................. 16
9. Penatalaksanaan Hipertensi ......................................................... 17

xi
10. Pathway ...................................................................................... 18
11. Komplikasi Hipertensi ................................................................ 19
12. Pendidikan Kesehatan ................................................................. 21
B. Konsep Dasar Nyeri ........................................................................ 22
1. Defenisi Nyeri ............................................................................ 22
2. Etiologi Nyeri ............................................................................. 22
3. Manifestasi Klinik ...................................................................... 23
4. Fisiologi Nyeri ............................................................................ 24
5. Skala Nyeri ................................................................................. 27
C. Konsep Guided Imagery ................................................................... 28
1. Defenisi Guided Imagery ............................................................ 28
2. Tujuan Teknik Guided Imager .................................................... 29
3. Manfaat Teknik Guided Imagery ................................................ 29
4. SOP Guided Imagery .................................................................. 29
D. Konsep Dasar Askep ........................................................................ 30
1. Pengkajian .................................................................................. 30
2. Diagnosa .................................................................................... 36
3. Intervensi .................................................................................... 36
4. Implementasi .............................................................................. 39
5. Evaluasi ...................................................................................... 41
BAB III METODE STUDI KASUS .......................................................... 42
A. Jenis/Desain Studi Kasus .................................................................. 42
B. Lokasi Dan Waktu Studi ................................................................... 42
C. Subjek Studi Kasus Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ............................ 42
D. Teknik Pengambilan Partisipan ........................................................ 43
E. Definisi Operasional ......................................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Pengumpulan Data ........ 44
G. Analisa Data ..................................................................................... 44
H. Etika Penelitian ................................................................................ 44
BAB IV GAMBARAN KASUS ................................................................. 47
A. Gambaran Lokasi Studi Kasus .......................................................... 47
B. Pengkajian ........................................................................................ 47
1. Pengkajian Tn P.S ...................................................................... 47
a. Anamnese ............................................................................. 47
b. Pemeriksaan Fisik ................................................................. 51
c. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 55
d. Klasifikasi Data .................................................................... 55
e. Analisa Data ......................................................................... 57
f. Prioritas Masalah .................................................................. 58
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 59

xii
3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 59
4. Implementasi Keperawatan ......................................................... 68
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 76
A. Pengkajian ........................................................................................ 76
B. Diagnose Keperawatan ..................................................................... 76
C. Intervensi Keperawatan .................................................................... 77
D. Implementasi Keperawatan ............................................................... 77
E. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 78
F. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 79
A. Kesimpulan ...................................................................................... 79
B. Saran ................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Anatomi Jantung ........................................................................... 10

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi .................................................................. 14

Tabel 4.1 Intervensi Keperawatan ............................................................. 57

Tabel 42 Implementasi Keperawatan .......................................................... 63

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Pathway ....................................................................................... 19

xvi
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan nama lain dari tekanan darah tinggi, dimana

tekanan darah yang tinggi tersebut dapat mengindikasikan masalah kesehatan

yang lebih serius seperti serangan jantung dan stroke. Walaupun tidak ada

gejala yang timbul dan biasanya pengidap baru menyadari setelah terjadi

komplikasi. Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan mudah melalui

pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah tinggi juga sering di sebut “Silent

Killer”karenatidak memiliki tanda dan gejala yang khas pada pasien hipertensi

stadium awal , sehingga banyak orang tidak menyadarinya,mereka biasanya

mengetahui hal tersebut saat kesehatan atau sudah timbul keadaan yang sudah

memberat (Bastin dkk,2017).Hipertensi yang berkepanjangan dapat

menyebabkan komplikasi berupa penyakit jantung koroner, stroke dan gagal

ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian (Efendi,dkk,2016).

Berdasarkan data lancet dalam Mc Marthy (2010) menyatakan bahwa

jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat .Hasil riset

kesehatan dasar tahun 2018 prevalensi hipertensi di indonesia berkisar 34,1%

prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada

penduduk di propinsi Nusa Tenggara timur adalah 27,72% (Riskesdas,2018).

Data ini menunjukan kasus hipertensi di kabupaten atau kota wilayah Nusa

Tenggar Timuryang belum tertanggulangi dengan baik, termasuk di

1
2

kabupaten Sikka data hipertensi yang bersumber dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Sikka tahun 2019 berjumlah 15.645 orang dan tahun 2020

berjumlah 13.433 orang.

Faktor yang dapat meningkat kasus hipertensi di antaranya adalah

faktor yang tidak dapat di kontrol seperti bertambahnya umur, stres psikologis,

herediter ( keturunan ),dan juga dapat di sebabkan karena penyakit lain seperti

ginjal yang tidak berfungsi dan pemakaian kontrasepsi oral sehingga

menyebabkan terganggunya keseimbangan hormone. Adapun faktor yang

dapat terkontrol adalah kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta

mengkonsumsi alkohol dan garam yang berlebihan (Husain, 2016).Tekanan

darah ditentukan oleh jumlah darah yang di pompa oleh jantung dan jumlah

resistensi terhadap aliran darah di arteri.Semakin banyak darah dipompa

jantung maka semakin sempit pula arteri. Semakin tinggi tekanan darah maka

akan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) selama bertahun-

tahun tanpa Eni Sumarliyah, Dede Nasrullah Fatin Lailatul B, Zenni Afifah :

Penurunan Tekanan Darah Dengan gejala apapun. Tekanan darah tinggi yang

tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius,

diantaranya yaitu serangan jantung dan stroke. Naik dan turunnya tekanan

darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara,diataranya yaitu

jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya sehingga mengakibatkan tekanan darah

meningkat.Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang maka

tekanan darah menurun. Hal ini menyebabkan arteri besar kehilangan


3

kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang

pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Kondisi inilah

yang membuat darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Sebaliknya, jika arteri mengalami pelebaran maka tekanan darah juga

menurun. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada

saat terjadi vasokonstriksi. Hal ini terjadi jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di

dalam darah. Sebagaimana diketahui bahwa 91% komposisi cairan dalam

pembuluh darah adalah air. Maka dengan bertambahnya cairan dalam

sirkulasi dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Mekanisme ini

terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika

banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan

menurun (Husain,2016). Maka dalam penatalaksanaan hipertensi dapat

diberikan secara farmakologi dan non farmakologi.Salah satu terapi non

farmakologi yang bisa di berikan adalah dengan teknik guided imagery.

Teknik guided imagery merupakan penyembuhan efektif dan dapat

mengurangi nyeri,kecemasan dan mempercepat penyembuhan dan membantu

tubuh mengurangi berbagai macam penyakit,selain itu juga dapat mengurangi

nyeri kronis, susah tidur, mencegah reaksi alergi dan dapat menurunkan

tekanan darah (Snyder, 2006). Oleh karena itu akan dilakukan teknik
4

tersebut meskipun hipertensi juga bisa dicegah dengan aktifitas fisik cukup,

olahraga, dan pengaturan zat makanan yang baik. Guided imagery telah

menjadi terapi standar untuk dapat mengurangi kecemasan dan memberikan

relaksasi pada orang dewasa atau juga pada anak-anak.Selain itu juga dapat

untuk mengurangi nyeri kronis, tindakan prosedural yang dapat menimbulkan

nyeri, susah tidur, mencegah reaksi alergi, dan juga menurunkan tekanan

darah (Snyder, 2006).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang di atas maka

penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “ bagaimana penerapan

asuhan keperawatan dengan intervensi teknik guided imagery untuk

mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan

nyeri akut.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan teknik guided

imagery untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi dengan

masalah keperawatan nyeri akut .

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien hipertensi

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien hipertensi


5

c. Menyusun tujuan dan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan

hipertensi

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien hipertensi

e. Melakukan evaluasi pada klien hipertensi

f. Memberikan intervensi non farmakologi dengan penerapan guided

imagery untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi dengan

maslah keperawatan nyeri akut

g. Mengevaluasi hasil setelah memberikan intervensi teknikguided

imagery.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Perawat

Agar perawat dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan serta dapat

menerapkan terapi non farmakologi teknik guided imagery dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

2. Bagi Institusi Pendidikan

Agar mampu menambah referensi terkait intervensi terapi non

farmakologi pada pasien hipertensi

3. Bagi Klien

Agar klien lebih paham mengenai masalah penatalaksaan hipertensi

dengan teknik guided imagery untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien

hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut


7

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Medis

1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi kronis dimana tekanan darah meningkat

yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, serta orang kaya

dan miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit mematikan di

dunia. Namun, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh

penderitanya, melainkan sebagai memicu terjadinya penyakit lain

memberikan dampak mematikan. Angka kejadian hipertensi dapat

berimbas juga terhadap tingginya penyakit kronis lain sebagai komplikasi

hipertensi seperti stroke ulang, gagal jantung, gagal ginjal dan

penyakit serius lainnya menyebabkan tingginya angka kesakitan dan

kematian (Simanjuntak &Situmorang, 2022).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

terjadi bila tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90

mmHg. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala sehingga

merupakan penyebab terbesar dari ketidakpatuhan melaksanakan

pengobatan (Virani et al., 2020).

7
8

2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi

Sistem kardiovaskular adalah suatu system transport (peredaran) yang

membawa gas-gas pernafasan, nutrisi hormon-hormon dan zat lain ke

dari dan jaringan tubuh. Sistem kardiovasular di bangun oleh:

1) Jantung

Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya

menyerupai piramid atau jantung pisang yang merupakan pusat

sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak dalam rongga toraks pada

bagian mediastinum, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga

dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri

antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada

tempat ini teraba adanya jantung yang disebut iktus korsdis.

Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan

beratnya kira- kira 250-300 gram. Lapisan jantung terdiri dari :

a) Endokardium

Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat,

terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir endokardium,

kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava. Terdapat

bundelan otot paralel berjalan ke depan krista, kearah ujung

aurikula dari ujung bawah krista terminalis terdapat sebuah

lipatan endokardium yang menonjol dikenal sebagai valvuva

vena kava inverior.


9

b) Pembuluh darah

(1) Pembuluh darah arteri :

Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar dari

jantung yang membawa darah ke seluruh tubuh dari

ventrikel sinistra disebut juga aorta. Arteri mempunyai 3

lapisan yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri

dari 3 lapisan, yaitu :

(a) Tunika intima/ interna : lapisan paling dalam sekali

berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan

endotel.

(b) Tunika media : lapisan tengah yang terdiri dari jaringan

otot, yang terdiri dari jaringan otot yang polos.

(c) Tunika eksterna / adventesia : lapisan yang paling luar

sekali terdiri dari jaringan ikat lembut yang menguatkan

dinding arteri.

(2) Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang

teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak

tampak kecuali dari bawah mikroskop.kepiler pembentuk

anyaman di seluruh jaringan tubuh.


10

(3) Vena pembuluh darah balik

(a) Vena cava superior

Bermuara ke dalam bagian atas atrium kanan. Muara ini

tidak memiliki katub, menembalikan darah dari separoh

atas tubuh

(b) Vena cava inferior

Lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke dalam

bagian bawah atrium kanan, mengembalikan darah ke

jantung dari separoh badan bagian bawah.

(c) Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke

jantung.

Jantung dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah

terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing

terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.

Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung

tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru

sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan

dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua

jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah

suatu proses yang berkesinamb ungan dan berkaitan

sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi

kelangsungan hidupnya.
11

Gambar anatomi jantung 2.1

b. Fisiologis

Jantung dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait

fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-

ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa

jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan

bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk

seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini

adalah suatu proses yang berkesinamb ungan dan berkaitan sangat erat

untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.

3. Etiologi dan Factor Resiko

a. Etiologi

1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab hipertensi esensial tidak jelas, dan penyebab sekunder

dari hipertensi esensial belum ditemukan. Pada hipertensi esensial,

tidak ada penyakit ginjal, gagal ginjal atau penyakit lain, genetik
12

dan etnis merupakan bagian dari penyebab hipertensi esensial,

termasukstres,minumsedang,merokok,lingkungandangaya

hidupyangtidakaktif (IlmaFitriana,2019).

2) Hipertensi sekunder

Penyebab hipertensi sekunder dapat ditentukan seperti penyakit

pembuluh ginjal penyakit (hipertiroidisme) hiperaldosteronisme,

dan penyakit substansial (Simanjuntak & Situmorang, 2022).

b. Faktor resiko

1) Usia

Faktor usia merupakan salah satu factor resiko yang berpengaruh

terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka

semakin tinggi pula resiko menderita hipertensi. Insiden hipertensi

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini karena

disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang

mempengaruhi pembulu darah ,hormone serta jantung

(Oktavianietal,2022).

2) Lingkungan (stres)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh

terhadap hipertensi .Hubungan antara stress dengan hipertensi

melalui saraf simpatis ,dengan adanya peningkatan akivitas

saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara

intermitten pada penderita (Triandini,2022).


13

3) Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan.

Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung

dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan penderita yang memiliki berat badan normal

(Oktavianietal.,2022).

4) Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan

katekolamin.Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat

menyebabkan peningkatan denyut jantung.

5) Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein

sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi

kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh darah

sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan

efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan

adenosine sehingga menstimulus system saraf simpatis dan

menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul

dengan terjadinya peningkatan tekanan darah (Triandini, 2022)

6) Genetik

Faktor genetik juga memiliki peran terhadap angka kejadian

hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80% lebih

banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot


14

(beda telur). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi

juga menjadi pemicu sseorang menderita hipertensi, oleh

sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan (Triandini, 2022).

7) Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar

untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin

plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk

mengeksresikan kadar natrium yang berlebih (Triandini, 2022).

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi klinik menurut (Merdekawati et al., 2021) muncul

setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun,

gejalanya antara lain:

a. Sistem saraf pusat rusak.

b. Sakit kepala oksipital terjadi saat bangun pagi akibat

peningkatan tekanan intrakranial disertai mual dan muntah

c. Menderita tekanan darah tinggi akibat kelainan pembuluh darah.

d. Sakit kepala, pusing dan kelelahan disebabkan oleh penurunan

perfusi darah yang disebabkan oleh vasokonstriksi.

e. Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada retina,

menyebabkan penglihatan kabur.


15

f. Nokturia (peningkatan buang air kecil di malam hari) disebabkan

oleh peningkatan aliran darah keginjal dan peningkatan filtrasi

glomerulus.

5. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolic

Klasifikasi Tekanandarah sistolik Tekanan darah diastolic

(mmHg) (mmHg)

Normal <120 mmHg <80 mmHg

Prahipertensi 120-139 mmHg 80-90 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 160 mmHg 100 mmHg

Sumber : JNC 7 dalam (Chobanian et al., 2003).

6. Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi berhubungan dengan penebalan dinding pembuluh darah

dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini menyebabkan

peningkatan resistensi perifer, yang membuat jantung berdetak lebih

kuat, dengan demikian mengatasi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya

aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal akan

berkurang atau berkurang (Medika. et al., 2020). Selain itu, mekanisme

yang mengontrol vasokonstriksi dan relaksasi terletak di pusat

vasomotor di medula otak. Dari pusat vasomotor ini, jalur saraf simpatis
16

meluas ke bawah sumsum tulang belakang dan meninggalkan kolom

saraf simpatis sumsum tulang belakang di rongga dada dan perut.

Stimulasi vasomotor sentral diberikan dalam bentuk denyut yang

berjalan ke sistem saraf simpatis untuk mencapai ganglia

simpatis. Pada saat ini, neuron preganglionik melepaskan asset

ilkolin, yang menstimulasi serabut saraf postganglionik ke

pembuluh darah, dimana pelepasan norepinefrin menyebabkan

vasokonstriksi. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstriksi. Pasien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak jelas mengapa hal ini terjadi.Sementara

sistem saraf simpatis menstimulasi pembuluh darah sebagai respons

terhadap rangsangan emosional, kelenjar adrenal juga terstimulasi,

menghasilkan aktivitas vasokonstriktor tambahan. Medula adrenal

mengeluarkan adrenalin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mengeluarkan kortisol dan steroid lain, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi

menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, yang menyebabkan

pelepasanrenin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II Angiotensin II merupakan

vasokonstriktor yang efektif, yang selanjutnya merangsang korteks

adrenal untuk mengeluarkan aldosteron. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air ditubulus ginjal, yang menyebabkan peningkatan


17

volume intravaskular. Semua factor tersebut cenderung berkontribusi

pada keadaan hipertensi (Smeltzer, S. C & Barre, 2017).Untuk

pertimbangan geriatri, perubahan struktur dan fungsi sistem

pembuluh darah perifer bertanggung jawab atas perubahan tekanan

darah di usia tua. Perubahan ini termasuk aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh

darah, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan pembuluh darah

untuk mengembang dan meregang. Akibatnya, aorta dan aorta kurang

mampu beradaptas dengan jumlah darah yang dipompa oleh jantung

(stroke volume), yang mengakibatkan berkurangnya kelainan jantung

dan peningkatan resistensi perifer (Rahayu et al., 2021).

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis menurut (Wardana

et al., 2020) yaitu :

a. Pengaturan diet

1) Diet rendah garam dan rendah garam mengurangi rangsangan

sistem renin-angiotensin, sehingga memiliki potensi anti

hipertensi. Asupan natrium yang dianjurkan adalah 50-100 mmol

atau setara dengan 3-6 g/hari.

2) Diet tinggi kalium, kandungan kalium yang tinggi dalam

makanan bisa menurunkan tekanan darah, namun

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara


18

intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang diyakini

dimediasi oleh oksidan di dinding pembuluh darah

3) Diet kaya buah dan sayuran

4) Diet rendah kolesterol dapat mencegah penyakit jantung coroner.

b. Penurunan berat badan

Pada sebagian orang, mengatasi obesitas dengan menurunkan berat

badan dapat menurunkan tekanan darah, yang dapat dicapai dengan

mengurangi beban kerja jantung dan jumlah serangan

stroke. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa obesitas

berhubungan dengan terjadinya hipertensi dan hipertrofi ventrikel

kiri. Oleh karena itu, penurunan berat badan merupakan cara yang

sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

c. Olahraga teratur

Olahraga teratur (seperti jalan kaki, lari, berenang, bersepeda) sangat

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

kondisi jantung. Sangat disarankan untuk melakukan olahraga rutin

selama 30 menit 3-4 kali seminggu. Olahraga akan

meningkatkan kadar HDL dan dapat menurunkan pembentukan

aterosklerosis akibat tekanan darah tinggi

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti

merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Karena asap rokok

diketahui.
19

e. Terapi oksigen

f. Pemantauan hemodinamik

g. Pemantauan jantung

h. Obat-obatan : Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix,

Aldactone, Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme

untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal

meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik

(tiazid) juga dapat menurunkan TPR


20

8. Patway
21

9. Komplikasi Hipertensi

Menurut Surayitno & Huzaimah (2020) komplikasi pasien

hipertensi dapat menyerang organ vital, antara lain:

a. Jantung

Hipertensi kronis dapat menyebabkan infark miokard, dan infark

miokard dapat menyebabkan kebutuhan oksigen miokard yang tidak

terpenuhi, yang dapat menyebabkan iskemia miokard dan infark

miokard.

b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan

kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada

glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga

ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian

hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh emboli yang dilepaskan dari

pembuluh darah di otak, yang dapat menyebabkan stroke. Ketika

arteri yang memasok otak menebal, terjadi stroke, yang

menyebabkan penurunan aliran darah ke otak.

d. Pendidikan Kesehatan Hipertensi

Menganjurkan pasien untuk diet gizi seimbang, mengurangi

konsumsi garam yang berlebihan tidak merokok dan menghindari

asap rokok, menghindari minuman beralkohol, melakukan aktifitas


22

fisik yang teratur, menjaga berat badan yang ideal, menghindari

stres .

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Definisi Nyeri

Definisi nyeri sendiri banyak versi menurut berbagai sumber

namun secara umum sama saja pengertian dan makna yang disampaikan

setiap sumber. Namun, disini penulis memaparkan definisi menurut

buku PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dengan definisi dan

indikator diagnostik yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitandengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadakatau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurangdari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

2. Etiologi Nyeri

Penyebab yang berasal dari nyeri ini bisa dikategorikan 3 (tiga)

yaitu menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, (2017)

yaitu:

a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).

b. Agen pencemaran kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).

c. Agen cedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan


23

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari nyeri ini menurut (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2017) dibagi menjadi gejala dan tanda yaitu mayor dan minor.

Dari masing-masing gejala dan tanda mayor dan minor memiliki sub

bagian yaitu dibagi subjektif dan objektif, diantaranya adalah :

a. Mayor

1) Subjektif :

a) Mengeluh nyeri

2) Objektif:

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

b. Minor

1) Subjektif:

a) (Tidak tersedia)

2) Objektif:

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola nafas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri
24

f) Berfokus pada diri sendiri

g) Diaforesis

4. Kondisi Klinis Terkait

Kondisi klinis yang terkait ataupun yang berhubungan dengan nyeri ini

dapat ditimbulkan atau dijumpai pada kasus penyakit atau masalah

kesehatan menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah sebagai

berikut:

a. Kondisi pembedahan

b. Cedera traumatis

c. Infeksi

d. Sindrom koroner akut

e. Glaukoma

5. Fisiologi Nyeri

Menurut Kozier & Snyder (2011) terdapat 5 fisiologi nyeri yaitu

a. Nosisepsi

Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang khusus

mendeteksi kerusakan jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan,

panas, dingin, nyeri dan tekanan. Reseptor yang menyalurkan

sensasi nyeri disebut nosiseptor. Reseptor nyeri atau nosiseptor ini

dapat dieksitasi oleh stimulus mekanis, suhu, kimia proses fisiologi

yang berhubungan dengan persepsi nyeri digambarkan sebagai


25

nosisepsi. Empat proses terlibat dalam nosisepsi: transduksi,

transmisi, persepsi, modulasi (Paice 2002 dalam Kozier 2011).

b. Tranduksi

Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jaringan)

memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya prostaglandin,

bradykinin, serotonin, histamin, zat P) yang mensensitisasi

nosiseptor. Stimulasi menyakitkan atau berbahaya juga

menyebabkan pergerakan ion-ion menembus membran sel, yang

membangkitkan nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja selama fase ini

dengan menghambat produksi prostaglandin atau dengan

menurunkan pergerakan ion-ion menembus membran sel misalnya,

anastesi lokal (Kozier 2011).

c. Transmisi

Proses nosisepsi kedua, transmisi nyeri, meliputi tiga

segmen(McCaffery & Pasero 1999). Selama segmen pertama, impuls

nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medula spinalis. Zat P

bertindak sebagai sebuah neurotransmiter, yang meningkatkan

pergerakan impuls menyeberangi sinaps saraf dari neuron aferen

primer ke neuron ordo ke dua di kornu dorsalis medula spinalis dua

tipe serabut nosiseptif menyebabkan transmisi ini ke kornu dorsalis

medula spinalis : serabut C yang menstimulasi nyeri tumpulyang

berkepanjangan dan serabut A-delta yang mentransmisikannyeri

tajam dan lokal. Segmen kedua adalah transmisi dari medula spinalis
26

dan asendens melalui traktus spinotalamikus ke batang otak dan

talamus. Segmen ketiga melibatkan transmisi sinyal antara talamus

ke kortekssensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri (Kozier

2011).

d. Persepsi

Proses ketiga, persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri

yaitudiyakini bahwa persepsi nyeri terjadi dalam struktur kortikal,

yangmemungkinkan strategi kognitif-perilaku yang berbeda dipakai

untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri

(McCaffery& Pasero, 1999) misalnya, intervensi non farmakologi

seperti distraksi, imajinasi terbimbing, dan musik dapat mengalihkan

perhatian klien ke nyeri (Kozier 2011).

e. Modulasi

Seringkali digambarkan sebagai “sistem desendens” proses

keempatini terjadi saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal

menuruni kornu dorsalis medula spinalis (Paice, 2015). Serabut

desendens ini melepaskan zat seperti opioid endogen, serotonin, dan

norepinefrin, yang dapat menghambat naiknya impuls berbahaya

(menyakitkan) di kornu dorsalis. Namun, neurotransmiter ini diambil

kembali oleh tubuh, yang membatasi kegunaan analgetiknya

(McCaffery & Pasero, 1999). Klien yang mengalami nyeri kronik

dapat diberi resep antidepresan trisiklik, yang menghambat kembali

norepinefrin dan serotonin. Tindakan ini meningkatkan fase modulasi


27

yang membantu menghambat naiknya stimulus yang menyakitkan

(Kozier 2011).

6. Skala Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk

menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan

keterangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. intensitas

nyeri harus dimulaisedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi

dan menunjukan ekspresi nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap

intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala menurut (Mubarak,

dkk., 2015) yaitu :

a. Skala nyeri numerik (numerical rating scale) Pasien menyebutkan

intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0 berarti tidak nyeri,

5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan.

NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada

skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap

terapi yang diberikan (Mubarak, dkk., 2015).

b. Skala nyeri deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut skala pendeskripsian

verbal/ Verbal Deskriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri

dari tiga sampai lima kata pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”, dan pasien diminta untuk


28

menunjukan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini

(Mubarak, dkk., 2015).

c. Skala wajah (faces scale)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama

tidaknyeri, kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan

gambar paling akhir, adalah orang dengan ekspresi nyeri yang sangat

berat. Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok

dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga

dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif (Mubarak,

dkk., 2015).

C. Konsep Guided Imagery

1. Defenisi

Guided imagery adalah: teknik relaksasi yang dapat memberikan

kontrol kepada pasien sehingga memberikan kenyamanan fisik dan mental

(wulandari, 2015).

Guided imagery adalah salah satu tindakan komplementer dengan

teknik untuk menentukan seseorang dalam membayangkan atau

berimajinasi dengan pancaindra untuk membayangkan dengan apa yang

dilihat, dirasakan, didengar, dicium,dan di sentuh atau membayangkan

pengalaman yang menyenangkan pengalaman yang menyenangkan untuk

membawa respon fiik yang diinginkan (menurunkan intensitas nyeri).


29

2. Tujuan Teknik Guided Imagery

Menurut Jhonson JY,2005 menyebutkan bahwa guided imagery akan

memberikan efek rileks dengan menurunkan ketegangan otot sehingga

nyeri akan berkurang pasien yang melakukan guided imagery ini di

haruskan berkonsentrasi terhadap imajinasi yang di sukai dengan dipimpin

oleh perawat.

3. Manfaat Teknik Guided Imagery:

Menurut Perry and Potter, 2006) imajinasi terbimbing memiliki efek

relaksasi yang bermanfaat untuk kesehatan: menurunkan nadi, tekanan

darah, dan pernapasan, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

perasaan damai dam sejahtera.

4. Standar Operasional Prosedur

Teknik Guided Imagery Menurut Synder (2006). Guided Imageri

dilakukan dalam waktu 10-15 menit yaitu:

a. Anjurkan klien dalam keadaan santai yaitu mengatur posisi yang

nyaman (duduk atau berbaring).

b. Silangkan kaki, tutup mata, fokuskan pada satu titik yang

menyenangkan, menarik napas dalam dan pelan dan tetap fokus

semakin santai dan semakin santai, jika pikiran tidak fokus bisa

diulangi lagi.
30

c. Kemudian pikirkan seolah olah pergi ke suatu tempat yang

menyenangkan dan merasa senang di tempat tersebut, kemudian

sebutkan apa yang dilihat, di dengar, dicium dan apa yang dirasakan.

kemudian ambil napas panjang beberapa kali dan nikmati baerada

dalam tempat tersebut.

d. Jika klien menunjukan tanda-tanda gelisah atau tidak nyaman,

hentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap.

e. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. setelah 15 menit klien di

pandu keluar dari bayangan

D. Konsep Dasar Askep

1. Pengkajian

a. Anamnesa:

1) Identitas pasien : (nama,umur,jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan ,agama, suku/bangsa,tanggal dan jam masuk rumah

sakit,nomor register, penanggung jawab

2) Data medik: diagnosa medis saat masuk dan saat pengkajian).

3) Keadaan umum: keadaan pasien saat sakit( sakit ringan, sedang

atau berat), tanda tanda vital pasien,

4) Riwayat sakit dan kesehatan:

a) Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien saat

melakukan pengkajian
31

b) Riwayat penyakit sekarang adalah: proses atau alur

bagaimana keluhan bisa terjadi,atau bagaimana prosesnya

pasien sampai dibawa ke rumah sakit.

c) Riwayat penyakit dahulu: mengkaji apakah pernah ada

penyakit yang diderita oleh pasien di masa lalu.

d) Riwayat penyakit keluarga:adakah riwayat penyakit yang

sama yang diderita oleh keluarga yang lain,atau riwayat

penyakit keturunan atau bawaan.

5) Pola fungsi kesehatan ( Gordon’s functional health)

a) Pola persepsi/ penatalaksanaan kesehatan: bagaimana klien

dan keluarga menangani permasalahan hipertensi yang ada,

bagaimana cara mengontrol lingkungan yang mendukung

kesembuhan pasien, apakah pasien sudah memeriksa diri

secara rutin ke fasilitas kesehatan.

b) Pola nutrisi metabolik:bagaimana kebiasaan jumlah makanan

yang di konsumsi oleh pasien,bagaimana jenis makanan dan

minuman yang di konsumsi oleh pasien, bagaimana pola

makan pasien setiap hari sebelum sakit, dan saat sakit,

apakah ada perubahan nafsu makan

c) Pola eliminasi: mengkaji kebiasaan pola BAB dan BAK

pasien hipertensi sebelum sakit dan saat sakit, apakah ada

penggunaan obat -obatan untuk ekskresi.


32

d) Pola aktivitas dan latihan: bagaimana pola aktivitas sehari

hari yang di lakukan oleh pasien baik sebelum sakit dan saat

sakit, apakah pasien suka berolahraga, bagaimana

kemampuan pasien dalam merawat diri baik sebelum sakit

dan saat pasien sakit, apakah pasien di bantu seluruh

aktivitas dan latihannya, apakah tingkat energi menurun

selama mengalami hipertensi.

e) Pola istirahat dan tidur: bagaimana kebiasaan tidur pasien

sehari- hari baik sebelum sakit dan saat pasien sakit, apakah

pasien menggunakan obat-obatan untuk istirahat atau tidur,

jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien baik

sebelum sakit dan saat sakit, apakah ada gangguan pola tidur

baik sebelum sakit dan saat pasien sakit.

f) Pola persepsi dan kognitif: keadaan sebelum sakit apakah

pasien paham atau mengerti dengan penyakit yang di

deritanya, bagaimana kemampuan pasien dan keluarga

dalam mengambil keputusan .dan dalam keadaan sakit

bagaimana reaksi pasien terhadap penyakitnya.

g) Pola persepsi dan konsep diri: mengkaji tentang bagaimana

keadaan sosial pekerjaan pasien , situasi keluarga dan

kelompok sosial, menjelaskan tentang diri sendiri serta

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki , segala sesuatu yang

berkaitan dengan tubuh yang disukai ataupun tidak disukai,


33

perasaan tentang harga diri baik sebelum sakit dan saat

pasien sakit.

h) Pola reproduksi -seksualitas : mengkaji tentang masalah atau

perhatian seksual, gambaran perilaku seksual, baik sebelum

sakit maupun saat pasien sakit

i) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres:

keadaan sebelum sakit apakah pasien merasa stres dengan

penyakitnya, bagaimana respon pasien terhadap stres yang

muncul, strategi yang di lakukan untuk mengatasi stres,

keadaan saat sakit apakah pasien merasa stres dengan

penyakit hipertensi.

j) Pola nilai dan kepercayaan: keadaaan sebelum sakit apakah

pasien rajin beribadah,, bagaimana status ekonomi, perilaku

kesehatan yang berkaitan dengan budaya atau etnik,

bagaimana dampak kesehatan terhadap spiritual

pasien,bagaiamana harapan kedepannya terkait dengan

masalah yang pasien hadapi.

b. Pemeriksaan fisik

1) Berat badan dan tinggi badan: apakah ada peningkatan berat

badan

2) Rambut dan kepala: distribusi rambut normal, apakah rambut

kuat, bersih, apakah ada lesi atau tidak di kepala, ada benjolan

atau masa di kepala, ada nyeri tekan di kepala atau tidak


34

3) Mata: simetris atau tidak kiri dan kanan, conjungtiva anais atau

tidak ,sklera ikterik atau tidak , apakah ada pemebngkakan

padakelopak mata.

4) Kulit: apakah bersih apakah ada perubahan warna kulit.

5) Hidung: simestris atau tidak kiri dan kanan, ada septum atau

tidak , apakah ada nyeri tekan.

6) Telinga: simetris atau tidak kiri dan kanan, apakah ada nyeri

tekan, apakah ada cairan yang keluar dari telinga

7) Leher: apakah ada peningkatan JVP, apakah ada pembbesaran

kelenjar tiroid.

8) Mulut : simetris atau tidak kiri dan kanan, bagaimana warna

mukosa bibir

9) Paru -paru: pada saat inspeksi apakah simetris kiri dan kanan,

Palpasi: pergerakan dada simetris atau tidak kiri dan kanan,

apakah terdapat vocal fremitus atau tidak, apakah ada nyeri

tekan

Perkusi: apakah suara paru normal (sonor),

Auskultasi: apakah ada suara napas tamabahan, apakah irama

napas normal.

10) Jantung : pada saat inspeksi simetris atau tidak , apakah ada jejas

di thoraks

Palpasi: pergerakan dada simetris atau tidak , apakah teraba

vocal fremitus, apakah ada nyeri tekan


35

Perkusi: apakah suara jantung pekak

Auskultasi: apakah detak jantung normal

11) Abdomen : apakah ada bising usus, ada pembesaran ginjal atau

tidak , adanya nyeri ketuk

12) Ekstermitas: apakah ekstermitas lemah, adanya edema atau

tidak.

c. Pemeriksaan penunjang

1) Hb atau Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel -sel terhadap

volume cairan ( viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor

resiko seperti hipokoakulabilitas dan anemia)

2) BUN atau kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau

fungsi ginjal

3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di

akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4) Urinalisasi: mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukan

adanya ddisfungsi pada ginjal

5) CT SCAN: untuk mengkaji adanya tumor serebral dan encelopati

6) EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana letak dan berapa

luasnya, peninggian gelombang P adalah slah satu tanda dini dari

penyakit jantung hipertensi

7) Foto thorak: dapat menunjukan dekstruksi klasifikasi pada area

katup dan pembesaran.


36

2. Diagnosa keperawatan ( SDKI PPNI)

a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis

b. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan

3. Intervensi keperawatan (SLKI dan SIKKI PPNI

a. Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam

diharapkan tingkat nyeri menurun.

Kriteria hasil :

1) Keluhan nyeri menurun

2) Meringis menurun

3) Gelisah menurun

4) Frekuensi nadi membaik

5) Kesulitan tidur menurun

Intervensi :

Observasi

1) Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memeperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri


37

Terapeutik

7) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri(

berikan teknik Guided Imagery/teknik imajinasi terbimbing.

Teknik guided imagery/ imajinasi terbimbing merupakan

penyembuhan efektif dan dapat mengurangi nyeri, kecemasan

dan mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh

mengurangi berbagai macam penyakit,selain itu juga dapat

mengurangi nyeri kronis, susah tidur, mencegah reaksi alergi

dan dapat menurunkan tekanan darah (Snyder.2006). imajinasi

terbimbing adalah salah satu aktifitas kognitif yang dapat

digunakan untuk menurunkan persepsi nyeri menjadi berkurang,

menurunkan tekanan darah dan memepercepat penyembuhan

serta mampu mengurangi berbagai macam penyakit .teknik

imajinasi terbimbing juga merupakan teknik penggunaan

imajinasi individu yang secara khusus bertujuan untuk mencapai

pengendalian relaksasi , relaksasi dapat membrikan efek secara

langsung fungsi tubuh efek dari relaksasi tersebut yaitu dapat

menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri pada hipertensi

(Jhonson, 2015).

8) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (seperti suhu

ruangan pencahayaan, kebisingan)

9) Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
38

10) Jelaskan penyebab , periode dan pemicu nyeri

11) Jelaskan strategi meredakan nyeri

12) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

13) Kolaborasi peeberian analgetik jika perlu

b. Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam

diharapkan toleransi aktivitas meningkat.

Kriteria hasil :

1) Frekuensi nadi meningkat

2) Keluhan lelah menurun

3) Dispnea saat aktifitas menurun

4) Dispnea setelah aktifitas menurun

Intervensi :

Observasi

1) Identifikasi gangguan funsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2) Identifikasi kelelahan fisik dan emosional

3) Monitor pola dan jam tidur

4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

Terapeutik

5) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus ( cahaya,

suara, kunjungan)
39

6) Lakukan rentang gerak pasif dan aktif

7) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah

atau berjalan.

Edukasi

8) Anjurkan tirah baring

9) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

10) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

11) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

gizi

4. Implementasi keperawatan

a. Diagnosa 1 : nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

2) Mengidentifikasi skala nyeri

3) Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

4) Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memeperingan

nyeri

5) Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri (berikan teknik Guided Imagery/teknik imajinasi


40

terbimbing.Teknik guided imagery/ imajinasi terbimbing

merupakan penyembuhan efektif dan dapat mengurangi nyeri,

kecemasan dan mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh

mengurangi berbagai macam penyakit,selain itu juga dapat

mengurangi nyeri kronis, susah tidur, mencegah reaksi alergi

dan dapat menurunkan tekanan darah (Snyder.2006).imajinasi

terbimbing adalah salah satu aktifitas kognitif yang dapat

digunakan untuk menurunkan persepsi nyeri menjadi berkurang,

menurunkan tekanan darah dan memepercepat penyembuhan

serta mampu mengurangi berbagai macam penyakit .teknik

imajinasi terbimbing juga merupakan teknik penggunaan

imajinasi individu yang secara khusus bertujuan untuk mencapai

pengendalian relaksasi , relaksasi dapat membrikan efek secara

langsung fungsi tubuh efek dari relaksasi tersebut yaitu dapat

menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri pada hipertensi

( Jhonson, 2015).

8) Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (seperti

suhu ruangan pencahayaan, kebisingan)\

9) Mengfasilitasi istirahat dan tidur

10) Menjelaskan penyebab , periode dan pemicu nyeri

11) Mengjelaskan strategi meredakan nyeri

12) Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

13) Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu


41

b. Diagnosa 2: intoleransi aktifitas b.d kelemahan

1) Mengidentifikasi gangguan funsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan

2) Mengidentifikasi kelelahan fisik dan emosional

3) Memonitoring pola dan jam tidur

4) Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus

(cahaya, suara, kunjungan)

5) Melakukan rentang gerak pasif dan aktif

6) Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat

berpindah atau berjalan

7) Menganjurkan tirah baring

8) Menganjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

9) Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

10) Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

asupan gizi.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi dilakukan berdasarkan SOAP


42

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis/ Desain Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

studi kasus.

B. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di Ruang Flamboyan RSUD dr. T.C

Hillers Maumere.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian yaitu tanggal 03-14 Januari 2023

C. Subjek Studi Kasus

Pada penelitian ini, subjeknya adalah 1 pasien hipertensi yang di rawat

di ruang Flamboyan RSUD dr. T. C. Hillers Maumere. Kriteria sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek studi kasus

Subjek pasien hipertensi terdiri dari 1 orang laki-laki

2. Kriteria inklusi

a. Pasien dengan diagnose medis hipertensi

42
43

b. Pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut

c. Pasien yang mengalami nyeri kepala (4-6)

d. Pasien yang koopeatif

3. Kriteria eksklusi

a. Pasien dengan diagnose medis bukan hipertensi

b. Pasien yang tidak mempunyai masalah keperawatan nyeri akut

D. Teknik Pengambilan Partisipan

Prosedur penelitian ini berupa studi kasus dengan metode case riview melalui

tahap sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu

maupun mencari jurnal terkait melalui internet

2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus

yang telah diperoleh.

3. Setelah disetujui oleh pembimbing, kemudian membuat riview kasus dari

1 pasien

E. Definisi Operasional

1. Teknik Guided imagery/ imajinasi terbimbingimajinasi terbimbing adalah

salah satu aktifitas kognitif yang dapat digunakan untuk menurunkan

persepsi nyeri menjadi berkurang, menurunkan tekanan darah dan

memepercepat penyembuhan serta mampu mengurangi berbagai macam

penyakit .teknik imajinasi terbimbing juga merupakan teknik penggunaan


44

imajinasi individu yang secara khusus bertujuan untuk mencapai

pengendalian relaksasi , relaksasi dapat membrikan efek secara langsung

fungsi tubuh efek dari relaksasi tersebut yaitu dapat menurunkan tekanan

darah dan mengurangi nyeri pada hipertensi (Jhonson, 2015).

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satup enyakit tidak menular yang terjadi

bila tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala sehingga merupakan

penyebab terbesar dari ketidakpatuhan melaksanakan pengobatan (Virani

et al., 2020).

F. Teknik Dan Instrument Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Adapun cara pengumpulan data yang akan digunakan pada penyusun

karya ilmiah ini, antara lain

a. Wawancara

Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan lain-

lain. Sumber data dari pasien, keluarga atau rekan medic

b. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi yang dapat dilakukan dari hasil laboratorium. Pemeriksaan

fisik dengan menggunakan : inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi pada

tubuh pasien.
45

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari pemeriksaan

diagnostik.

2. Instrument pengumpulan data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian

asuhan keperawatan medikal bedah sesuai yang digunakan oleh literature.

G. Analisis Data

Pada studi kasus, analisis data diolah menggunakan aturan-aturan yang

disesuaikan dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Dalam

analisis data, data yang dikumpulkan dikaitkan dengan konsep, teori, prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan.

Cara Analisi Data :

1. Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul.

2. Mengelompokan data berdasarkan kebtuhan bio-psoko-sosiospritual.

3. Membandingkan hasil data-data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi yang abnormal dengan konsep teori antara 1

responden.

4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang

ditemukan.
46

H. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk menghindari

terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka

dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden,

tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

2. Kerahasiaan

Yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian berdasarkan

individu, namum data dilaporkan berdasarkan kelompok.

3. Sukarela

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara

langsung dar peneliti kepada calon responden atau sampel yang akan

diteliti.
47

BAB IV

GAMBARAN KASUS

A. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Tempat studi kasus pada pasien dengan masalah medis hipertensi

yaitu di kelas III ruang perawatan Flamboyan RSUD dr. T.C Hillers Maumere,

dimana ruangan tersebut dikhususkan bagi pasien laki- laki dengan kasus

penyakit dalam. RSUD dr. T.C.Hillers Maumere berada di bawah naungan

Pemerintahan Daerah Kabupaten sikka, terletak di jalan wairklau No.1, Kota

Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Propinsi NusaTenggara Timur.

B. Pengkajian

1. Anamnese:

a. Identitas :

Tn.P.S berumur 58 tahun berjenis kelamin laki-laki , agama katolik ,

suku/bangsa Lio/Indonesia, berpendidikan SD, pekerjaan petani,

alamat Tanawawo masuk rumah sakit pada tanggal 06 januari 2023

pada pukul 17.00 wita dengan diagnose medis HIPERTENSI , dan

pada saat pengkajian tanggal 07 januari 2023 pasien mengatakan sakit

kepala dan tengkuk sakit seperti ditusuk tusuk sakit hilang timbul skala

nyeri 5 , pusing, dan susah tidur jika merasakan nyeri. Keadaan umum

pasien saat di kaji pasien sakit sedang dan berbaring lemah,

47
48

kesadaran compos mentis dengan GCS E4 V5 M6 dengan posisi tubuh

supinasi, terpasang infus NaCL 0,9% 20 Tpm . Tanda –tanda vital saat

di kaji TD:170/100 mmHg, nadi: 85 x/menit, suhu: 36,7 derajat

celcius, RR: 20x /menit, SPO2: 99%, MAP 123 mmHg, nilai

antropometri: LA 23 cm,TB 160 cm, BB 46 kg, IMT:18 kg/m2

(indeks massa tubuh pasien dalam rentang normal).

b. Data Medik :

Tn. P.S masuk dari IGD dengan diagnosa medis HIPERTENSI

EMERGENSI, pada saat pengkajian pasien didapatkan diagnosa

HIPERTENSI.

c. Keadaan Umum:

d. Riwayat sakit dan kesehatan:

1) Keluhan utama: pasien mengatakan sakit kepala dan tengkuk

2) Riwayat penyakit sekarang : Tn P.S mengatakan kepala dan

tengkuk sakit, sakit seperti ditusuk -tusuk, sakit terus menerus,

skala nyeri 5, pusing, kemudian pasien datang di antar ke IGD

lalu di anjurkan untuk rawat inap di rumah sakit. Namun saat

pengkajian pasien mengatakan masih lemah, sakit pada kepala dan

tengkuk, keluarga pasien mengatakan pasien adalah perokok aktif.

3) Riwayat penyakit dahulu: pasien mempunyai riwayat hipertensi

4) Riwayat alergi: pasien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan

maupun obat-obatan.
49

5) Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mengalami sakit sepertinya.

e. Pola Fungsi Kesehatan (gordon’s functional health)

1) Pola persepsi /pelaksanaan kesehatan: pasien mengatakan apabila

pasien sakit biasanya mereka selalu mencari pertolongan ke

puskesmas atau periksa ke dokter.

2) Pola nutrisi metabolik:

a) Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit

makan dan minum seperti biasa makan 3x sehari, jenis

makanan ( nasi,sayur, telur,ikan) sesekali makan selingan

dengan ubi dan pisang.Minum air putih kurang lebih 7 gelas

per hari kadang di selingi dengan teh atau kopi di pagi dan sore

hari.

b) Keadaan saat sakit: pasien mengatakan nafsu makan berkurang,

pasien hanya menghabiskan satu setengah porsi makan

3) Pola persepsi dan kognitif

a) Keadaan sebelum sakit: pasien tidak paham atau kurang

mengerti dengan penyakitnya sehingga tidak rutin pergi

berobat ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

b) Keadaan saat sakit: pasien hanya pasrah dengan keadaan

sakitnya, dan berdoa untuk penyembuhan sakitnya, dan

serahkan kepada perawatan medis untuk merawatnya.


50

4) Pola persepsi dan konsep diri

Keadaan sebelum sakit: pasien tinggal bersama anaknya, pasien

masih mersa bertanggung jawab untuk menafkahi anak-anaknya

pasien masih bekerja untuk kebutuhan sehari hari. Keadaan saat

sakit: pasien tidak bisa bekerja lagi karena sakitnya, semua aktifitas

pekerjaannya terhambat dan tidak bisa bekerja lagi

5) Pola reproduksi – seksualitas

a) Keadaan sebelum sakit: tidak di kaji

b) Keadaan saat sakit: tidak dikaji

6) Pola Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

a) Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan merasa stress

karena sakitnya, tetapi pasien tinggal bersama anaknya yang

selalu memeperhatikan dirinya baik dalam senang ataupun saat

susah , keluarganya yang lain juga selalu saling menyayangi .

b) Keadaan saat sakit: pasien mengatakan saat dirinya sakit

anaknya yang selalu menjaga dan merawat pasien . anak dan

keluarganya selalu memberinya motivasi dirinya agar segera

sembuh.

7) Pola nilai kepercayaan

a) Keadaan sebelum sakit: pasien adalah orang yang tekun

beragama dan selalu rajin berdoa di gereja katolik

b) Keadaan saat sakit: pasien pasrah dengan keadaan sakitnya

namun tetap berdoa minta segera disembuhkan.


51

8) Pemeriksaan Fisik

a) Rambut dan kulit kepala: rambut pendek ,hitam, kulit kepala

bersih, tidak ada luka pada kulit kepala, tidak ada benjolan

pada kulit kepala ,nyeri saat di tekan.

b) Hidrasi kulit: lembab, turgor kulit baik CRT < 2 detik

c) Mata

(1) Palpebral: tidak ada edema pada kelopak mata

(2) Conjungtiva: anemis

(3) Kornea : tidak keruh

(4) Sclera: tidak ikterik

(5) TIO: tidak ada peningkatan intra okular ( TIO kedua mata

sama)

(6) Pupil: isokor

(7) Refleks cahaya: positif kedua pupil saat di sinari cahaya

(8) Visus: tidak di kaji

d) Hidung: tidak terdapat lesi, septum hidung utuh, kedua lubang

hidung simetris. tidak ada secret hidung, tidak ada darah,tidak

ada pernapasan cuping hidung.

e) Rongga mulut: mukosa bibir lembap

(1) Gigi geligih: adanya karies gigi. ,gigi kotor

(2) Lidah: lidah kotor dan putih

(3) Tonsil: tidak ada pembesaran tonsil


52

f) Telinga:

(1) Pina: simetris lengkap kiri dan kanan, terdapat kedua

lubang telinga

(2) Canalis: ada serumen telinga, tidak ada cairan yang keluar

dari telinga

(3) Membrane timpani: utuh

(4) Tes pendengaran: pendengarannya jelas baik jarak jauh

maupun dekat

g) Leher: tidak ada benjolan atau masa pada leher

JVP: Tidak di kaji

h) Kelenjar getah bening: tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening

Tiroid: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

i) Kaku kuduk: negative

j) Thorak :

(1) Inspeksi: simetris kiri dan kanan, tidak ada tarikan dinding

ada

(2) Palpasi: ada getaran vocal fremitus kiri dan kanan sama

(3) Perkusi: terdengar suara sonor pada saat di perkusi

(4) Tidak ada bunyi napas tambahan

(5) Batas paru: di ICS 4 dan 5

Kesimpulan : tidak ada kelainan pada thorak


53

k) Jantung:

Inspeksi: tidak ada lesi, tampak ictus cordis. Teraba ictus cordis

pada ICS ke 5 ( 2 cm dari midklavikula kiri)

Batas atas jantung di ICS 2-3 kiri batas kanan jantung di line

sternalis kanan

(1) Perkusi: batas kiri jantung di ICS 5 midklavikula kiri

(2) Auskultasi : BJ II A: Tunggal di ICS 2 di line sternalis, BJ

II P: tunggal di ICS 2-3 line sternalis kiri, BJ 1 T: tunggal

di ICS 4 linea sternalis kiri, BJ1-M: tunggal di ICS

5midklavikula kiri

l) Abdomen :

(1) Inspeksi: bentuk abdomen supel , tidak ada jaringan parut

(2) Auskultasi: peristaltic usus normal: 13x /menit

(3) Palpasi: tidak ada nyeri tekan saat di palpasi

(4) Perkusi: terdengar bunyi timpani saat di perkusi

m) Ginjal: tidak ada nyeri saat di ketuk

n) Kelenjar limfe, inguinal, genital, anus: tidak di kaji

o) Lengan dan tungkai:

(1) Inspeksi: simetris kiri dan kanan, tangan kiri terpasang

infus Nacl 0,9% 20 Tpm

(2) Rentang gerak: pasien bisa menggerakan ekstermitas kiri,

sedangkan ekstermitas kanan lemah

(3) Kekuatan otot: dextra 5/5 sinistra 5/5


54

(4) Reflex fisiologis: reflex patella tungkai bawah kiri

(5) Reflex patologi: tidak di kaji

p) Payudara: kedua payudara simetris

q) Culluma vertebralis: tidak dikaji

r) Uji saraf cranial:

(1) NI: Olfaktorius: klien bisa mencium aroma minyak kayu

putih

(2) NII: Optikus: klien bisa membaca di jarak dekat , tdk bisa

dijarak jauh

(3) NIII, IV, VI: OKulomotorius, troklearis, abdusen: klien

bisa menggerakan bola mata kesegala arah

(4) NV: trigeminus

Sensorik: pada saat kapas di sentuh ke kornea mata klien

dapat berkedip

Motorik: klien dapat menggerakan rahang klien bisa

mengunyah

(5) NVII: facialis

Sensorik: mampu menjulurkan lidah

Motoric: pasien mampu mengangkat alis, mampu

mengerutkan dahi,bisa tersenyum,bisa mencucurkan lidah

(6) NVIII: Vertibulokoklearis : pasien mampu mendengar

bisikan
55

(7) NIX: Glusofaringeal: pasien bisa membedakan permen

manis dan rasa jeruk

(8) NX: Vagus: pasien mampu menelan

(9) NXI: Aksesoris: pasien mampu mengangkat kepala

(10) NXII: Hipoglosus: pasien mampu menelan

s) Sistem reproduksi: tidak di kaji

9) Pemeriksaan penunjang

No Tanggal Pemeriksaan Kriteria Hasil Nilai Satuan


pemeriksaan normal

1. 16-01- Hematologi
2023 Darah rutin:
-HGB 12.3 13.5-17.5 g/dl
- RBC 5.04 4.70-6.00
-HCT 35.7 41.0-53.0 %
-WBC 13.63 4.50-
-PCT 0.18 11.00 %
0.08-0.31
Fungsi hati
-SGPT 31 10-40 U/L
Fungsi ginjal
-Kreatinin 1.5 P:0.5-1.1 Mg/dl
L:0,7-1.3
Gula darah
-Gula darah 146 Dewasa: Mg/dl
sewaktu <200
Foto thorak
Foto
thorak,AP,
supine,simetri
s, dan kondisi
cukup
56

10) Terapi
Tanggal No Terapi Dosis (kandungan Cara Indikasi Kontraindikasi
obat) pemberian
06-01- 1 Nacl 1500 cc/24 jam IV Di gunakan Kondisi dimana
2023 0,9 % pada kondisi overhidrasi,
kekurangan edema paru,
natrium dan gangguan fungsi
klorida, ginjal,dan sirosis
pengganti hepatitis.
cairan isotonik

2 Mecoba 1X1 ampul IV Untuk Memiliki riwayat


lamin mengobati alergi terhadap
kondisi methylcobalamin
neuropati atau cobalt,
perifer dan menderita radang
anemia lambung
megaloblastik
akibat
defisiensi vit
B12

3 Captopr 3x25 mg Oral Untuk Adanya riwayat


il pengobatan hipersensitif
tekanan darah terhadap obat ini
tinggi
(hipertensi),
gagal jantung,
4 Asam 3x1 Oral Nyeri ringan Hipersensitif ,
mefena sampai sedang riwayat ulkus
mat seperti nyeri peptikum atau
kepala, nyeri perdarahan
otot, dan nyeri saluran
pasca operasi cerna,reaksi
alergi.
57

2. Klasifikasi Data:

Data subyektif:

a. Klien mengatakan sakit kepala dan tengkuk, sakit seperti ditusuk -

tusuk, sakit terus menerus

b. Klien mengatakan susah tidur jika merasakan nyeri

Data obyektif: ( termasuk hasil pemeriksaan fisik, monitoring, dan

pemeriksaan penunjang)

a. Klien tampak terbaring lemah, keadaan umum pasien composmentis

b. Klien tampak meringis kesakitan

c. Pasien tampak kurang tidur, tampak mata cekung

d. TTV: TD 170/100 mmHg, Nadi: 85x /menit, Suhu 36,7 derajat celcius,

RR: 20x /menit, SPO2: 99%

e. Tampak terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm


58

3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah /problem
1 DS: Agen pencedera Nyeri akut
Klien mengatakan Sakit pada fisiologis
kepala dan tengkuk
Sakit seperti ditusuk- tusuk,
sakit terus menerus
DO:
Skala nyeri 5
TTV: TD: 170/100 mmHg
Nadi : 85x/menit , Suhu: 36,7
derajat celcius, RR:
20x/menit , SPO2: 99%,
Skala nyeri
2 DS: Kurang kontrol Gangguan pola
Pasien mengtakan susah tidur tidur tidur
karena sakit kepala, sering
terbangun saat tidur, jika
merasakan nyeri pasien tidur
3-4 jam saja.

DO:
Klien tampak letih, klien
tampak lemah, klien tampak
mata cekung, klien tampak
tidak puas tidur
TTV: TD: 170/100 mmHg
Nadi: 85x /menit
Suhu :36,7 derajat celcius
RR: 20x/menit
SPO2: 99%
Tampak terpasang infus Nacl
0,9% 20 tpm.

4. Prioritas Masalah

Dari hasil analisa data di atas penulis dapat menentukan prioritas

masalah yaitu nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.


C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian diatas, dapat ditegakan diagnosa prioritas adalah nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi

D. Intervensi Keperawatan

Hari Pertama: Tgl 06 Januari 2023

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut b.d agen Tujuan : setelah melakukan Manajemen nyeri: 1. Untuk mengetahui tingkatan
pencedra fisiologis asuhan keperawatan selama 3 Tindakan nyeri agar mudah dalam
x 24 jam di harapkan Tingkat Observasi memberikan tindakan
Nyeri Menurun 1. Identifikasi lokasi 2. Mengetahui skala nyeri Pasien
dengan kriteria hasil: karakteristik,durasi,frekuensi, 3. Mengetahui respon non verbal
1. keluhan nyeri menurun kualitas, dan intensitas nyeri pasien
2. meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri 4. Mengetahui faktor yang dapat
3. gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri non memperberat nyeri pasien
4. kesulitan tidur verbal 5. Agar istirahat pasien tercukupi
menurun frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor yang 6. Agar dapat mengurangi nyeri
membaik memperberat dan pasien.
memperingan nyeriterapeutik 7. Agar pasien memahami
5. Fasilitas istirahat dan tidur strategi untuk meredakan
6. Kontrol llingkungan yang nyeri.
memperberat rasa nyeri 8. Agar dapat mengurangi nyeri
(misalnya suhu pasien
ruangan,pencahayaan,
kebisingan)
7. Pertimbangkan jenis dan

59
60

sumber nyeri dalam pemilihan


strategi dalam meredakan
nyeri
8. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri( teknik
nonfarmakologi tersebut
penulis menggunakan Teknik
Guided Imagery.
a. Prosedur : menurut
synder ( 2006) guided
imageri dilakukan dalam
waktu 10-15 menit:
Anjurkan klien dalam
keadaan santai yaitu
mengatur posisi yaang
nyaman (duduk atau
berbaring), silangkan
kaki, tutup mata,
fokuskan pada sutu titik
yang menyenangkan,
menarik napas dalam dan
pelan dan tetap fokus
semakin santai dan
semakin santai, jika
pikiran tidak fokus bisa
diulangi lagi, kemudian
pikirkan seolah olah pergi
ke suatu tempat yang
menyenangkan dan
merasa senang di tempat
61

tersebut, kemudian
sebutkan apa yang dilihat,
di dengar, dicium dan apa
yang dirasakan. kemudian
ambil napas panjang
beberapa kali dan nikmati
baerada dalam tempat
tersebut. Jika klien
menunjukan tanda-tanda
gelisah atau tidak
nyaman, hentikan latihan
dan memualainya lagi
saat klien sudah
siap.Relaksasi akan
mengenai seluruh tubuh
setelah 15 menit klien di
pandu keluar dari
bayangannya.
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu.
62

Intervensi Hari Kedua Tgl 07 Januari 2023

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri: 1.Untu mengetahui
pencedera fisiologis keperawatan selama 3x24 jam Tindakan tingkatan nyeri agar
diharapkan Tingkat Nyeri Observasi mudah dalam
Menurun dengan kriteria 1. Identifikasilokasi,karakteristi memberikan tindakan
hasil: k,durasi,frekuensi,kualitas, 2.mengetahui skala nyeri
1. keluhan nyeri menurun dan intensitas nyerI Pasien
2. meringis 2. Identifikasi skala nyeri 3.mengetahui respon non verbal
3. menurun 3. Identifikasi respon nyeri non pasien
4. gelisah menurun verbal 4.mengetahui faktor yang dapat
5. kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri pasien
6. frekuensi nadi membaik memperberat dan 5. agar istirahat pasien tercukupi
memperingan nyeri terapeutik 6. agar dapat mengurangi nyeri
5. Fasilitas istirahat dan tidur pasien.
6. Kontrol lngkungan yang 7.agar pasien memahami strategi
memperberat rasa nyeri ( untuk meredakan nyeri.
misalnya suhu 8. agar dapat mengurangi nyeri
ruangan,pencahayaan, pasien
kebisingan)
7. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi dalam
meredakan nyeri
8. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik
nonfarmakologi tersebut
penulis menggunakanteknik
63

imajinasi terbimbing/guided
imagery.
Prosedur : menurut synder
(2006) guided imageri
dilakukan dalam waktu 10-15
menit: Anjurkan klien dalam
keadaan santai yaitu
mengatur posisi yaang
nyaman (duduk atau
berbaring), silangkan kaki,
tutup mata, fokuskan pada
sutu titik yang
menyenangkan, menarik
napas dalam dan pelan dan
tetap fokus semakin santai
dan semakin santai, jika
pikiran tidak fokus bisa
diulangi lagi, kemudian
pikirkan seolah olah pergi ke
suatu tempat yang
menyenangkan dan merasa
senang di tempat tersebut,
kemudian sebutkan apa yang
dilihat, di dengar, dicium dan
apa yang dirasakan. kemudian
ambil napas panjang
beberapa kali dan nikmati
baerada dalam tempat
tersebut.
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
64

10. Ajarkan teknik non


farmakologi untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu.
65

Intervensi Hari Ketiga Tgl 08 Januari 2023

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui tingkatan
pencedera fisiologis keperawatan selama 3x24 jam Tindakan nyeri agar mudah dalam
diharapkan tingkat nyeri Observasi memberikan tindakan
menurun dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, 2. Mengetahui skala nyeri pasien
hasil: karakteristik, durasi, 3. Mengetahui respon non verbal
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, dan pasien
2. Meringis \ intensitas nyeri 4. Mengetahui faktor yang dapat
3. Menurun 2. Identifikasi skala nyeri memperberat nyeri pasien
4. Gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri non 5. Agar istirahat pasien tercukupi
5. Kesulitan tidur verbal 6. Agar dapat mengurangi nyeri
6. Menurun frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor yang pasien.
membaik memperberat dan 7. Agar pasien memahami
memperingan nyeri strategi untuk meredakan
Terapeutik nyeri.
5. Fasilitas istirahat dan tidur 8. Agar dapat mengurangi nyeri
6. Kontrol lingkungan yang pasien
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
7. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi dalam
meredakan nyeri
8. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik
non farmakologi tersebut
66

penulis menggunakan teknik


imajinasi terbimbing/guided
imagery.
Prosedur : menurut synder
(2006) guided imageri
dilakukan dalam waktu 10-15
menit:
Anjurkan klien dalam
keadaan santai yaitu mengatur
posisi yaang nyaman ( duduk
atau berbaring), silangkan
kaki, tutup mata, fokuskan
pada satu titik yang
menyenangkan, menarik
napas dalam dan pelan dan
tetap fokus semakin santai
dan semakin santai, jika
pikiran tidak fokus bisa
diulangi lagi, kemudian
pikirkan seolah olah pergi ke
suatu tempat yang
menyenangkan dan merasa
senang di tempat tersebut,
kemudian sebutkan apa yang
dilihat, di dengar, dicium dan
apa yang dirasakan. kemudian
ambil napas panjang
beberapa kali dan nikmati
baerada dalam tempat
tersebut.
9. Jelaskan strategi meredakan
67

nyeri
10. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu.
68

E. Implementasi Keperawatan

Hari/ Tgl Jam Implementasi keperawatan Jam Evaluasi

Jumad,06 14.00 Mengidentifikasi 19.30 S : Klien mengatakan masih merasa nyeri kepala tapi
januari karakteristik,durasi,lokasi,frekuensi,kualitas dan sudah berkurang
2023 intensitas nyeri
O : Klien tampak sedikit gelisah, skala nyeri 4
H/: klien mengatakan sakit kepala dan tengkuk,
sakit dirasakan terus menerus,seperti ditusuk TTV: TD: 160/80 mmhg,nadi :87x/mnt
tusuk,skala nyeri 5 ( nyeri sedang)
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
TTV: TD: 170/90 mmhg, Nadi:87x/menit.
P : Intervensi dilanjutkan
14.15 Mengidentifkasi respon nyri non verbal

H/: klien meringis kesakitan

14.30 Mengidentifikasi factor yg memperberat an


memperingan nyeri

H/: klien mengtakan nyeri bertmbah bila


beraktiftas dan kebisingan.

Memfasilitasi istirahat tidur


15.00
H/:Perawat membantu klien untuk tidur dan
istirahat
15.30 Memberikan teknik non farmakologi untuk
mnegurangi rasa nyeri.teknik tersebut penulis
menggunakan teknik guided imagery.
69

H/: perawat mengajarkan kepada klien tentang


cara untuk mengurangi nyeri dengan teknik
guided imagery/imajinasi terbimbing selama 10-
15 menit yaitu

1. Menganjurkan klien dalam keadaan santai


yaitu mengatur posisi yang nyaman (duduk
atau berbaring
2. silangkan kaki, tutup mata, fokuskan pada
satu titik yang menyenangkan, menarik
napas dalam dan pelan dan tetap fokus
semakin santai dan semakin santai, jika
pikiran tidak fokus bisa diulangi lagi
3. kemudian pikirkan seolah olah pergi ke
suatu tempat yang menyenangkan dan
merasa senang di tempat tersebut, kemudian
sebutkan apa yang dilihat, di dengar, dicium
dan apa yang dirasakan. kemudian ambil
napas panjang beberapa kali dan nikmati
baerada dalam tempat tersebut.
4. Jika klien menunjukan tanda-tanda gelisah
atau tidak nyaman, hentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien telah siap.
5. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh.
setelah 15 menit klien di pandu keluar dari
bayangannya dan klien mengikuti apa yang
di ajarkan oleh perawat
16.00 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
H/: perawat mengajarkan menarik npas
dalam untuk mengurangi nyeri dan klien
mengikutinya
70

Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu


H/: Perawat memberikan obat oral asam
16.30 mefenamat 1 tablet
71

Hari /Tgl Jam Implementasi keperawatan Jam Evaluasi

Sabtu, 07 08.00 Mengidentifikasi 13.30 S : Klien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang ,
januari karakteristik,durasi,lokasi,frekuensi,kualitas dan klien mengatakan merasa tenang, badan terasa
2023 intensitas nyeri lebih enak,

H/: klien mengatakan sakit kepala dan tengkuk O : Klien tampak rileks, Skala nyeri 3 (nyeri ringan)
sudah berkurang, sakit dirasakan terus
menerus,seperti ditusuk tusuk, skala nyeri 4 ( TTV: TTD: 150/70 mmhg. Nadi: 80x/ menit
nyeri sedang)
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
TTV: TD: 160/80 mmhg, Nadi: 87x/menit
P : I ntervensi dilanjutkan
09.00 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

H/: klien meringis kesakitan berkurang

10.00 Mengidentifikasi factor yg memperberatan


memperingan nyeri

H/: klien mengtakan nyeri bertambah bila


beraktiftas dan kebisingan

Memfasilitasi istirahat tidur

H/:Perawat membantu klien untuk tidur dan


istirahat

Memberikan teknik non farmakologi untuk


10.15 mnegurangi rasa nyeri.teknik tersebut penulis
menggunakan teknik guided imagery.

H/: Perawat mengajarkan kepada klien tentang


72

cara untuk mengurangi nyeri dengan teknik


guided imagery selama 10-15 menit yaitu

1. Menganjurkan klien dalam keadaan santai


yaitu mengatur posisi yang nyaman (duduk
atau berbaring
2. silangkan kaki, tutup mata, fokuskan pada
satu titik yang menyenangkan, menarik
napas dalam dan pelan dan tetap fokus
10.30 semakin santai dan semakin santai, jika
pikiran tidak fokus bisa diulangi lagi
3. kemudian pikirkan seolah olah pergi ke
suatu tempat yang menyenangkan dan
merasa senang di tempat tersebut, kemudian
sebutkan apa yang dilihat, di dengar, dicium
dan apa yang dirasakan. kemudian ambil
napas panjang beberapa kali dan nikmati
baerada dalam tempat tersebut.
4. Jika klien menunjukan tanda-tanda gelisah
atau tidak nyaman, hentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien telah siap.
5. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh.
setelah 15 menit klien di pandu keluar dari
bayangannya dan klien mengikuti apa yang
di ajarkan oleh perawat
11.00 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
H/: perawat mengajarkan menarik napas dalam
untuk mengurangi nyeri dan klien mengikutinya
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
11.30 H/: Perawat memberikan obat oral asam
mefenamat 1 tablet
73

Hari / Tgl Jam Implementasi Keperawatan Jam Evaluasi

Senin, 09 08.00 Mengidentifikasi 13.30 S : Klien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang ,
Januari karakteristik,durasi,lokasi,frekuensi,kualitas dan klien mengatakan merasa tenang, badan terasa
2023 intensitas nyeri lebih enak dan terasa lebih segar.

H/: klien mengatakan sakit kepala dan tengkuk O : Klien tampak rileks, klien tampak segar, Skala
sudah berkurang, sakit dirasakan sesekali bila nyeri 2 (nyeri ringan )
pasien kurang tidur
TTV: TD: 140/80 mmhg, Nadi: 80x/ menit
TTV: TD: 150/60 mmhg, Nadi: 87x/menit, Skala
nyeri 3 ( nyeri ringan) A : Masalah nyeri teratasi

Mengidentifikasi respon nyeri non verbal P : Intervensi di hentikan


09.00
H/: klien tidak meringis kesakitan lagi, tampak
rileks.
09.30
Mengidentifikasi factor yg memperberatan
memperingan nyeri

H/: klien mengtakan nyeri bertambah bila


beraktiftas dan kebisingan

Memfasilitasi istirahat tidur


10.00
H/:Perawat membantu klien untuk tidur dan
istirahat
11.00 Memberikan teknik non farmakologi untuk
mnegurangi rasa nyeri.teknik tersebut penulis
74

menggunakan teknik guided imagery.

H/: Perawat mengajarkan kepada klien tentang


cara untuk mengurangi nyeri dengan teknik
guided imagery selama 10-15 menit yaitu

1. Menganjurkan klien dalam keadaan santai


yaitu mengatur posisi yang nyaman (duduk
atau berbaring
2. silangkan kaki, tutup mata, fokuskan pada
satu titik yang menyenangkan, menarik
napas dalam dan pelan dan tetap fokus
semakin santai dan semakin santai, jika
pikiran tidak fokus bisa diulangi lagi
3. kemudian pikirkan seolah olah pergi ke
suatu tempat yang menyenangkan dan
merasa senang di tempat tersebut, kemudian
sebutkan apa yang dilihat, di dengar, dicium
dan apa yang dirasakan. kemudian ambil
napas panjang beberapa kali dan nikmati
baerada dalam tempat tersebut.
4. Jika klien menunjukan tanda-tanda gelisah
atau tidak nyaman, hentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien telah siap.
5. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh.
setelah 15 menit klien di pandu keluar dari
bayangannya dan klien mengikuti apa yang
11.30 di ajarkan oleh perawat
Menjelaskan strategi meredakan nyeri
H/: perawat mengajarkan menarik napas dalam
untuk mengurangi nyeri dan klien mengikutinya
75

12.00 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu


H/: Perawat memberikan obat oral asam
mefenamat 1 tablet.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dari hasil anamnese di dapatkan bahwa pasien atas nama Tn.P.S jenis

kelamin laki-laki, berumur 54 tahun agama katolik, pekerjaan petani, masuk

rumah sakit pada tanggal 06-01-2023 tanggal pengkajian 06-01-2023 dengan

diagnosa medis hipertensi, kesadaran compos mentis, GCS (15) E4 V5M6,

tekanan darah :170/100 mmhg, nadi 85x/menit, suhu 36,7 derajat celcius, RR:

20x/menit, SPO2 99% saat melakukan pengkajian pasien mengeluh sakit

kepala dan tengkuk, sakit seperti ditusuk- tusuk, sakit terus menerus, skala

nyeri 5, sakit saat beraktifitas dan saaat mengganggu aktifitas pasien susah

tidr jika pasien merasakan nyeri. Data yang di dapatkan dari keluarga pasien

bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi, dan pasien riwayat perokok aktif.

B. Diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian dan keluhan dari pasien TN P.S ditemukan

diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi dan gangguan pola tidur b.d

kurang kontrol tidur.tetapi penulis dapat mengangkat diagnosa prioritas /

utama berdasarkan buku SDKI adalah nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi.

76
77

C. Intervensi keperawatan

Intervensi yang penulis ambil dari studi kasus ini adalah berdasarkan

diagnosa nyeri akut yaitu manajemen nyeri yang di ambil berdasarkan buku

SIKI dan untuk rumusan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan buku SLKI .

Dalam penatalaksanaan nyeri dapat di lakukan dgn 2 cara yaitu dengan cara

farmakologi berupa pemberian obat-obatan yaitu obat asam mefenamat

sebagai obat pereda nyeri.. Tetapi pada studi kasus ini selain pemberian obat-

obatan penulis juga dapat menerapkan intervensi mandiri yaitu dengan

menerapkan teknik guided imagery, karena mampu mengurangi nyeri yang

dirasakan oleh pasien.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada pasien TN.P.S adalah selama 3

hari berturut-turut dengan intervensi mandiri teknik Guided Imagery dgn

jeda waktu antara perlakuan pertama,kedua dan ketiga adalah 1 hari. Pasien

Tn.P.S pada hari pertma dengan skla nyeri 5 nyeri sedang setelah dilakukan

teknik Guided Imagery selama 10-15 menit skala nyeri turun menjadi skala

nyeri 4, dan pada hari kedua sebelum dilakukan teknik Guided Imagery skala

nyeri pasien 4 setelah dilakukan teknik Guided Imagery skala nyeri turun

menjadi 3, dan hari ketiga sebelum di lakukan teknik tersebut skala nyeri

pasien 3 dan stelah dilakukan teknik Guided Imagery skala nyeri kembali

turun menjadi skala nyeri 2.


78

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Dan

setelah di evaluasi dari intervensi mandiri selama 3 hari bahwa terdapat

penurunan skala nyeri pada pasien TN. P.S dimana pada hari pertama dengan

skala nyeri 5 (nyeri sedang) setelah dilakukan teknik Guided Imagery selama

10-15 menit skala nyeri turun menjadi skala nyeri 4, dan pada hari kedua

sebelum dilakukan teknik Guided Imagery skala nyeri pasien 4 setelah

dilakukan teknik Guided Imagery skala nyeri turun menjadi 3, dan hari ketiga

sebelum di lakukan teknik tersebut skala nyeri pasien 3 dan stelah dilakukan

Guided Imagery skala nyeri kembali turun menjadi skala nyeri 2 (nyeri

ringan). Dari intervensi mandiri yang dilakukan penulis dapat menyimpulkan

bahwa nyeri yang dirasakan oleh pasien TN.P.S teratasi.

F. Keterbatasan studi kasus

Dalam pelaksanaan karya ilmiah akhir ini penulis mengalami hambatan

dimana:

1. Jumlah responden hanya 1 orang, tentunya masih kurang untuk

menggambarkan keadaan yang sebenarnya

2. Dalam melakukan intervensi mandiri Teknik Guided Imageri terkadang

terganggu oleh keadaan di sekitarnya


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam penerapan teknik Guided Imagery kepada pasien TN. P.S selama 3 hari

diruang Flamboyan terdapat penurunan skala nyeri pada pasien TN. P.S

dimana pada hari pertma dengan skla nyeri 5 nyeri sedang setelah dilakukan

teknik Guided Imagery selama 10-15 menit skala nyeri turun menjadi skala

nyeri 4, dan pada hari kedua sebelum dilakukan teknik Guided Imagery skala

nyeri pasien 4 setelah dilakukan teknik Guided Imagery skala nyeri turun

menjadi 3, dan hari ketiga sebelum di lakukan teknik tersebut skala nyeri

pasien 3 dan setelah dilakukan teknik Guided Imagery skala nyeri kembali

turun menjadi skala nyeri 2 ( nyeri ringan).

B. Saran :

1. Bagi pasien /masyarakat: agar pasien atau masyarakat dapat memahami

cara nonfarmakologi yaitu teknik Guided Imagery yang dapat di lakukan

dirumah untuk mengurangi rasa nyeri kepala pada pasien hipertensi

2. Bagi rumah sakit/puskesmas/komunitas

Agar dapat menerapkan teknik Guided Imagery dalam melakukan asuhan

keperawatan secara nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri kepala pada

pasien hipertensi
80

3. Bagi institusi pendidikan

Agar dapat menjadi pedoman atau menambah referensi bagi mahasiswa

dalam melakukan penelitian

4. Bagi penulis

Agar dapat menerapkan ilmu atau pengalaman yang sudah di teliti dalam

asuhan keperawatan

5. Bagi peneliti selanjutnya

Agar menjadi pedoman dan referensi untuk peneliti selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknis Analisis Data.


Jakarta : Salemba Medika.
Ilma Fitriana. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Rawat Jalan
Di RSUP Wahidin Sudirihusodo Makasar. Artikel Penelitian Makasar :
Universitas Hasanuddin

Jhonson. (2015). Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:


Gramedia.

Kozier & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep,


Proses &Praktik. 7 ed., Vol. 1 Jakarta : EGC.

Mubarak, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (hlm. 3-24).
Jakarta: Salemba Medika
Medika., N., Schumann, Jessica, A., & Pfleghaar, N. (2020). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Merdekawati et al. (2021). Mengatasi Gangguan Pola Tidur Pada Pasien


Hipertensi : Studi Literatur. 9(2), 225–233
Oktaviani et al. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada PraLansia Di Puskesmas Bojonggede Tahun 2021.
Promotor, 5(2), 135. https://doi.org/10.32832/pro.v5i2.6148
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Indikator
Diagnostik , edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018) .Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan , edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Tindakan
Keperawatan ,edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rahayu et al., (2021). Sebagai Faktor Komorbiditas Utama Terhadap Mortalitas


Pasien Covid-19 : Sebuah Studi Literatur Tinjauan Pustaka Hypertension
, Diabetes Mellitus , And Obesity As The Main Comorbidity Factors Of
Mortality In Covid-19 Patients : A Literature Review

Simanjuntak & Situmorang. (2022). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan
Darah Tinggi. Yogyakarta: Citra AjiParama
Simanjuntak & Situmorang. (2022). Pengetahuan Dan Sikap Tentang Hipertensi
Dengan Pengendalian Tekanan Darah .Indogenius, 1(1) (01), 10– 17.
https://genius.inspira.or.id/index.php/indogenius/article/view/57/31
Smeltzer, S. C & Barre. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Jakarta: EGC

Surayitno, E., &Huzaimah, N. (2020). Pendampingan lansia dalam pencegahan


komplikasi hipertensi. 10 (januari), 518–521.
Snyder. (2006). Complementary/Alternative Therapies in nursing (4th ed) New
York Springer Publishing Company Penyakit

Triandini. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan kejadian hipertensi


Di Puskesmas Dua Puluh Tiga Ilir Kota Palembang Tahun 2021. JIUBJ:
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(1), 308–313.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i1.1805

Tim Pokja SDKI DPP PPNI . (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi I. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional
Indonesia.
Virani et al. (2020). Heart disease and stroke statistics—2020 update: A report
from the American Heart Association. In Circulation.
https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000757
Wardana, I. E., Sriatmi, A., & Kusumastuti, W. (2020). Analisis Proses
Penatalaksanaan Hipertensi Jakarta: Salemba Medika
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

No Uraian Kegiatan Bulan


Januari
4 6 7 9 14 16 17 18 19 20 25
1 Konsultasi judul
2 Pengkajian
3 Penyusunan dan konsultasi
karya ilmiah akhir
4 Seminar karya ilmiah akhir
5 Revisian karya ilmiah akhir
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING ( GUIDED
IMAGERY)

Pengertian Terapi Guided Imagery merupakan teknik yang menggunakan


imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu

Tujuan 1. Mencapai kondisi relaksasi


2. Menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat
3. Mengurangi nyeri

Prosedur Langkah Kerja


1 Persiapkan lingkungan yang nyaman dan tenang
2 Jelaskan tujuan dari prosedur
3 Berikan privasi pada klien
4 Bantu klien ke posisi yang nyaman yaitu posisi bersandar
dan minta klien untuk menutup mata selama prosedur
5 Meminta klien untuk menarik napas dalam dan perlahan
sebanyak 3 kali untuk merelaksasikan semua otot dengan
mata tetap terpejam
6 Meminta klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman dengan mata tetap terpejam
yang membantu penggunaan semua indra dengan suara yang
lembut
7 Saat klien membayangkan dengan mata tetap terpejam , klien
dipandu untuk menjelaskan bayangannya dengan di tanya:
a) Apa yang di bayangkan
b) Dilakukan bersama siapa bayangan yang menyenangkan
tersebut
c) Kapan bayangan menyenangkan dilakukan
d) Dimana bayangan menyenangkan itu terjadi
e) Seberapa sering hal menyenagkan dilakukan
f) Jika klien menunjukan tanda-tanda gelisah atau tidak
nyaman ,hentikan latihan dan memulainya lagi saat klien
bersedia
g) Relaksasi akan mengenakan seluruh tubuh.Setelah 15
menit klien dipandu untuk keluar dari bayangannya.

Anda mungkin juga menyukai