Anda di halaman 1dari 30

Tatkala Ronin, Samurai Kekaisaran Jepang Tak Bertuan Hilang Jati

Diri

Ronin, seorang samurai Kekaisaran Jepang tanpa tuan, sering kali menghadapi
perjalanan penuh gejolak dalam menemukan kembali jati dirinya. Didorong oleh kebutuhan
untuk menghidupi diri mereka sendiri, para pejuang tak berdaya ini menjelajahi Kekaisaran
Jepang menawarkan keahlian mereka sebagai tentara bayaran atau pengawal bagi orang kaya.

Namun, pencarian rezeki ini terkadang membuat mereka berada pada batas antara
kehormatan dan keburukan, bahkan ada yang terpaksa bergabung dengan geng atau terlibat
dalam kegiatan kriminal lainnya. Meskipun kode samurai, atau bushido, mengizinkan mereka
untuk melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang dianggap tidak hormat dari
kalangan sosial yang lebih rendah, tetapi merupakan kesalahpahaman bahwa mereka
mempunyai hak penuh untuk memenggal kepala siapa pun sesuka hati. Sebaliknya, keadaan,
norma masyarakat, dan hukum setempat memainkan peran penting dalam menentukan
tindakan tersebut.

Aspek sosial lain dari kehidupan ronin adalah kebebasan baru mereka dalam memilih
perkawinan. Mereka bisa menikah dengan orang di luar strata sosial mereka dan kebebasan
sering kali dibatasi bagi samurai yang dipimpin oleh seorang majikan. Namun, pernyataan
bahwa mereka dapat memilih siapa ayah dari anak-anak mereka tampaknya tidak berdasar.

Selain itu, setelah menjadi ronin menjual pedang adalah aspek yang paling menyayat
hati dalam upaya penebusan mereka. Pedang bukan hanya senjata bagi seorang samurai tetapi
juga perwujudan jiwa mereka. Berpisah dengannya sama saja dengan memutuskan sebagian
dari diri sendiri, sering kali dipandang sebagai tindakan yang sangat memalukan.
Pada abad ke-19, beberapa ronin memainkan peran penting dalam membentuk masa
depan Jepang. Mereka bukan sekadar pengembara tanpa tujuan, tetapi menjadi tokoh
berpengaruh dalam gerakan yang menentang pengaruh asing dan menganjurkan pemulihan
keluarga kekaisaran.

Hasrat mendalam mereka akan penebusan dan Jepang yang lebih baik menjadikan
mereka pendukung sekaligus penentang perubahan. Keterlibatan mereka dalam pembunuhan
politik dan perlawanan terhadap ideologi Barat memperkuat ketegangan transisi suatu negara,
yang pada akhirnya memicu Restorasi Meiji dan penurunan hak istimewa masyarakat kelas
samurai.

Pengaruh Ronin
Sosok ronin telah lama merasuki budaya Kekaisaran Jepang, meninggalkan jejak yang
tak terhapuskan dalam sastra, teater, �ilm, dan bahkan pemikiran �iloso�is. Posisi mereka yang
unik, tertatih-tatih antara kehormatan dan status terbuang, melambangkan kompleksitas yang
melekat dalam pengalaman manusia, sehingga memungkinkan mereka menjadi karakter
simbolis dalam berbagai narasi budaya.
Dalam sastra dan teater, kisah Ronin dicontohkan oleh karya-karya seperti
Chū shingura, kisah 47 Ronin. Kisah mereka tentang kesetiaan, balas dendam, dan

www.alterna�fa.com
pengorbanan terakhir merangkum kon�lik antara keinginan pribadi dan kewajiban sosial,
menawarkan materi yang kaya untuk pertunjukan Kabuki dan Bunraku. Pertunjukan teatrikal
ini membantu memperkuat citra ronin sebagai sosok yang bergulat dengan dilema internal,
dan bergema secara mendalam di kalangan penonton yang melihat re�leksi perjuangan mereka
dalam diri para protagonis.

Penggambaran sinematik semakin memperluas pengaruh budaya ronin. Film-�ilm


ikonik seperti “Yojimbo” dan “Sanjuro” karya Akira Kurosawa menampilkan ronin sebagai
pahlawan dan anti-pahlawan, menavigasi dunia yang penuh dengan korupsi, intrik, dan
ambiguitas moral. Meskipun berlatarkan konteks sejarah, �ilm-�ilm ini sering kali menyentuh
isu-isu kontemporer, sehingga ronin dapat menjadi simbol perlawanan, ketahanan, dan re�leksi
yang dapat ditafsirkan dalam perubahan zaman.
Terlebih lagi, berbagai wacana budaya telah mengeksplorasi implikasi �iloso�is dari
keberadaan ronin. Sebagai individu yang telah kehilangan tempatnya dalam masyarakat,
mereka menantang hierarki Konfusianisme yang kaku di Jepang yang feodal, sehingga memicu
diskusi tentang otonomi, tujuan, dan esensi kehormatan di luar validasi masyarakat. Seiring
berjalannya waktu, representasi budaya ronin telah berevolusi, tetapi tetap menjadi simbol
tajam dari sifat kehormatan, tugas, dan individualisme yang beragam.

Akhir Era Ronin dalam Sejarah Kekaisaran jepang

Ketika Jepang bertransisi ke zaman Edo dan kemudian ke Restorasi Meiji, peran dan
status sosial ronin mengalami transformasi yang signi�ikan. Hierarki kelas yang ketat yang
pernah membentuk masyarakat feodal Jepang secara sistematis dibongkar, mengurangi
penghinaan masyarakat yang pernah ditujukan kepada para samurai tak bertuan ini.

Restorasi Meiji pada akhir abad ke-19 menandai titik balik yang kritis. Ketika Jepang
berupaya memodernisasi dan mereformasi struktur sosial dan politiknya, kelas samurai, yang
merupakan bagian dari ronin, mulai kehilangan status eksklusifnya. Pemerintah mengeluarkan
serangkaian dekrit yang menghapuskan satu-satunya hak samurai untuk memanggul senjata
dan menghapuskan tunjangan tradisional yang mereka terima, yang secara efektif mengakhiri
status khusus mereka sebagai kelas prajurit.
Di era baru ini, banyak ronin yang beradaptasi dengan perubahan zaman. Beberapa
diantaranya memainkan peran penting sebagai pemimpin dan aktivis dalam gerakan
modernisasi Jepang. Mereka mencari pendidikan dalam pengetahuan dan teknologi Barat dan
memasuki berbagai profesi, sehingga berkontribusi terhadap munculnya negara modern.

Berakhirnya era Ronin dalam sejarah Kekaisaran Jepang bukan sekadar kisah
kehilangan, tetapi juga kisah adaptasi dan transformasi. Ketahanan dan keterampilan yang
dikembangkan para ronin selama bertahun-tahun mengembara memungkinkan banyak dari
mereka unggul dalam konteks masyarakat baru ini. Ketika zaman samurai dan ronin semakin
dekat, dampak budaya dan warisan semangat mereka terus menjadi bagian yang dinamis dari
identitas Jepang yang terus berkembang.

www.alterna�fa.com
Incubus, Iblis yang Gemar Merudapaksa di Mitologi Abad
Pertengahan

Incubus adalah iblis berwujud laki-laki yang berupaya melakukan hubungan seksual
dengan wanita yang sedang tidur. Dia juga dikenal sebagai makhluk mitologi dari Abad
Pertengahan yakni ruh yang bersesuaian dalam wujud perempuan disebut succubus. Di Eropa
abad pertengahan, persatuan dengan incubus dianggap oleh beberapa orang akan
mengakibatkan lahirnya penyihir, setan, dan keturunan manusia yang cacat.

Makhluk-makhluk ini mungkin tampak menggelikan, namun sebenarnya cukup


berbahaya karena dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan atau bahkan
kematian. Kata incubus berasal dari bahasa Latin incubus yang berarti mimpi buruk dan
incubare atau berbaring, menimbang, merenung. Dalam penggunaan psikologi modern, istilah
ini diterapkan pada jenis mimpi buruk yang memberikan perasaan beban berat atau tekanan
pada dada dan perut.
Seperti banyak penjahat makhluk mitologi, Incubus telah menjadi terkenal dalam
beberapa dekade terakhir. Saat ini, dalam penggambaran modern mereka tampil sebagai pria
muda dengan otot yang tergores sempurna, sayap yang kuat, dan ekor yang panjang dan
menarik—tetapi di masa lalu, monster malam ini sama sekali tidak menarik.
Incubus asli adalah makhluk mitologi berukuran kecil dengan wajah seperti monyet.
Biasanya memiliki kulit atau bulu berwarna gelap, cakar, tanduk, dan sayap seperti kelelawar.
Saat mereka tidak terbang melewati tengah malam, mereka merangkak, memanjat, dan duduk
dalam posisi membungkuk. Tidak mengherankan, mereka juga memiliki alat kelamin yang
berlebihan.
Kepribadian Incubus sebagai Makhluk Mitologi Abad Pertengahan
Incubus terkenal karena nafsunya yang tak terpuaskan. Iblis-iblis ini sangat tergila-gila
pada seks sehingga pasangan manusianya bisa mati kelelahan setelah terlalu banyak kencan di
tengah malam. Incubus juga bisa membuat korban mengalami kekerasan. Banyak
penggambaran bahwa setan-setan itu duduk di dada atau menutup mulut mereka (para wanita
yang menjadi korban), sehingga mereka tidak bisa bernapas.

Saat Incubus datang untuk menemui seorang wanita, dia mungkin membuatnya
kesurupan, sehingga dia tidak bisa bangun, atau melumpuhkannya sepenuhnya sehingga dia
bahkan tidak bisa berteriak minta tolong. Selama pertemuan tersebut, Incubus mungkin
mencoba menghamili wanita tersebut. Menariknya, Incubus sendiri tidak mampu
bereproduksi sehingga menggunakan sperma yang dikumpulkan dari manusia laki-laki.

www.alterna�fa.com
Luhut Sebut Biaya Pensiun Dini PLTU Butuh Rp 1.529 Triliun

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan


mengatakan, pemerintah berencana akan memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) sebagai upaya mengurangi polusi udara serta peralihan transisi energi. Namun, untuk
melakukan hal tersebut tentunya tidak mudah karena membutuhkan biaya cukup besar
mencapai 100 miliar dollar AS atau Rp 1.529 triliun. "Sekarang sedang dikaji dengan baik.
Seperti saya katakan tadi, early retirement (pensiun lebih awal) akan kita lakukan.

Tapi siapa yang bayar?" katanya ditemui dalam CEO Forum of ASEAN Bloomberg,
Jakarta, Rabu (6/9/2023). "Jika Anda melihat kembali hasil G20, dana (transisi energi dari JETP
ke RI) 20 miliar dollar AS. Tapi kenyataannya, menurut saya bisa mencapai 100 miliar dollar
AS. Lalu bagaimana kita menghadapi yang satu ini, bahkan yang 20 miliar dollar AS hingga saat
ini kami belum melihat banyak kemajuannya," sambung Luhut.
Luhut menambahkan, China membutuhkan waktu 20 tahun untuk proses transisi
energi dan Indonesia akan mencontohnya. "Lihat China itu, 20 tahun baru bisa selesaikan.
Terakhir itu 2013 sampai 2017, 4 tahun itu mereka intensif sekali, kita juga akan nanti begitu,"
ucapnya. Indonesia, bersama negara G20 telah menyepakati skema pendanaan transisi energi
yang disebut sebagai Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (Just Energy Transition
Partnership atau JETP) dengan target nilai investasi 20 miliar dollar AS yang setara dengan Rp
300 triliun.

Rencana investasi dan detil PLTU mana yang akan dipensiunkan dini melalui skema
JETP masih akan dirampungkan dalam 6 bulan. Untuk itu, sangatlah penting memastikan
proses ini akan berjalan secara transparan dan partisipatif agar tidak mencederai prinsip
utama kerja samanya yaitu, berkeadilan.

Skema pendanaan JETP terdiri atas 10 miliar dollar AS yang berasal dari pendanaan
publik berupa pinjaman lunak dan hibah dan 10 miliar dollar AS lainnya berasal dari
pendanaan swasta yang dikoordinatori oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ),
yang terdiri atas Bank of America, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, and Standard
Chartered.

www.alterna�fa.com
Para Perempuan Kuat yang Mencoba Bertahan Hidup di Kerasnya
Terminal Jombor Jogja

Ada kisah perempuan yang berjuang untuk hidup di sudut-sudut Terminal Jombor.
Sebuah terminal kelas dua yang jadi gerbang Jogja dari sisi utara. Terminal Jombor mungkin
kalah pamor ketimbang Terminal Giwangan. Maklum, statusnya hanya terminal Tipe B. Kendati
begitu, banyak denyut kehidupan serta kenangan yang tersimpan di area seluas 9.200 meter
persegi ini.

Saya mencoba menelusuri geliat kehidupan di sana pada Rabu (6/9/2023) pagi.
Perjalanan ini sekaligus mengorek memori lama yang banyak tercipta di tempat tersebut.
Sebab, semasa sekolah di Jogja, ketika hendak pulang kampung saya kerap menaiki bus menuju
Magelang dari sana.

Pada lawatan kali ini saya sengaja memarkirkan motor di luar terminal. Harapannya
agar bisa berjalan masuk layaknya calon penumpang. Benar saja, saat masuk saya mendapat
tawaran dari kondektur untuk naik bus jurusan Magelang atau Semarang. “Semarang yuk mari,
Mas, masih longgar,” bujuk seorang kondektur perempuan Bus Ramayana. Kondektur
perempuan itu bersemangat menyambut setiap orang yang berjalan masuk ke dalam terminal.
Pagi sekitar pukul sembilan, bus yang berangkat dari Terminal Giwangan itu baru isi sepertiga
sehingga perlu berhenti agak lama di Jombor.

Di dalam terminal lebih banyak banyak bus kecil dan armada Trans Jogja yang lalu
lalang. Kendati belum banyak penumpang yang tampak berseliweran, orang-orang yang
mengadu nasib di terminal ini sudah mondar-mandir sedari tadi. Mulai dari kondektur,
pengamen, pengasong, hingga penjual makanan yang sedang menata dagangan di lapak
mereka. Setelah mengamati sejenak geliat kehidupan di sekitar, saya mampir ke salah satu
lapak penjual makanan. Di antara lapak yang berderet di sisi selatan terminal, saya tertarik
pada seorang pedagang perempuan paruh baya. Di saat sudah ada satu dua pembeli yang
sedang duduk di lapak lain, tempat itu masih kosong.

Kisah penjual paruh baya di Terminal Jombor


Selanjutnya, saya lantas memesan segelas es teh tawar untuk teman merokok pagi ini.
Saat mengantar pesanan, perempuan bernama Sumiati (61) itu lantas menunjuk bungkusan
nasi rames, “Sarapan sekalian lho Mas. Monggo,” ujarnya. “Tak habiskan rokok dulu Bu,” sahut
saya sambil tersenyum. Tak berselang lama, ada seorang perempuan lain yang datang
menghampiri penjual di hadapan saya. Terdengar percakapan soal tenggat pembayaran sewa
lapak bulan ini yang maju menjadi tanggal sepuluh.

Sumiati lalu mengangguk menerima instruksi tersebut. Selanjutnya, perempuan tadi


melenggang ke lapak lain dan mengingatkan pesan serupa soal pembayaran lapak. Sambil
menaruh botol yang belum sepenuhnya tertata rapi, Sumiati bercerita kalau ia sudah berjualan
di sini sejak masa awal peresmian lokasi. Sebagai informasi, Terminal Jombor Jogja mulai
beroperasi sejak 1996 silam. “Dodolan kawit jamanku iseh enom (jualan dari zamanku masih
muda),” kenangnya.

www.alterna�fa.com
Kini, setelah lebih dari dua dekade terlewati, Sumiati masih berjualan di tempat yang
sama. Ia ditemani suaminya yang juga punya pekerjaan sampingan di terminal yang jadi
gerbang Jogja dari sisi utara. “Nggoleki botol, Mas (mencari botol),” ujarnya sambil menunjuk
dua tas plastik berisi sampah botol di samping lapaknya. Pagi itu suaminya belum datang.
Setelah menata lapak, ia mengupas sepotong ubi rebus. Ia makan perlahan sebagai
menu sarapan. Perempuan ini tinggal di Gedongan, Sinduadi, Mlati, Sleman. Tidak jauh dari
tempat ia berjualan. Ia melapak dari jam delapan pagi sampai lima sore.
Belakangan, menurutnya suasana terminal sudah beranjak pulih dari sepi yang
mendera selama masa pandemi. Namun, secara umum, sepinya penumpang bus terutama
untuk kategori angkutan dalam provinsi membuat pembeli di lapak-lapak ini menjadi
berkurang.
“Kemarin saja pas pandemi tetap jualan meski sepi. Kalau nggak jualan mau ngapain
lagi?” tuturnya. Bagi Sumiati, tidak banyak yang bisa ia ubah dari hidupnya. Ia mengaku pasrah
dan tidak terlalu banyak berharap. “Manut kersane Gusti. Manut kancane podo kepie. Sing
penting diusahani,”

Seorang perempuan yang hidup dari Terminal Jombor sejak usia 11 tahun
Setelah mengisi perut, saya ingin bertemu dengan pengasong makanan ringan seperti
arem-arem dan gorengan yang tadi sempat saya lihat. Namun, setelah mengelilingi ruang
tunggu penumpang, batang hidung mereka tak tampak lagi. Di saat itulah, saya melihat seorang
perempuan membawa ukulele sedang berjalan menuju bus Sumber Waras yang sedang
menunggu penumpang. Dari kejauhan ia tampak mulai memainkan gitar kecil tersebut di muka
pintu masuk bus.
Rampung membawakan satu lagu, pengamen itu melenggang masuk berharap ada satu
dua penumpang yang berbagi uang kecil. Bus berukuran sedang itu terisi tak sampai sepuluh
penumpang sehingga hanya sekitar satu menit pengamen berjilbab hitam itu sudah keluar
kembali.
Saya mencoba mencegatnya saat ia hendak melintas di ruang tunggu. Ia sempat kaget
dan curiga. Raut khawatir terlihat di wajahnya. “Wah takut aku Mas,” ujarnya. Ia mengira saya
kepanjangan tangan dari Satpol PP yang hendak menjaring sasaran razia. Beruntung, usai
menjelaskan sejenak niat saya untuk mendengar cerita, perempuan ini berkenan untuk
berbincang. Sebut saja namanya Siti* (31), ia mengaku tak ingin nama aslinya termuat di
tulisan.

Terminal Jombor dalam hidup Siti adalah tempat yang begitu penting dan penuh
makna. Sepertiga hidup ia habiskan dengan mencari rezeki di tempat ini. “Terminal Jombor
udah jadi tempatku mencari makan sejak usia sebelas tahun,” kenangnya. Perempuan asal
Pingit, Jogja ini terpaksa harus hidup di jalan sejak belia lantaran permasalahan yang kedua
orangtuanya alami. Kondisi itu terjadi karena bapak dan ibunya bercerai. Keduanya sama-sama
berasal dari latar belakang ekonomi tidak mampu. “Jadi ya aku harus cari makan sendiri,”
ucapnya.

Keras kehidupan terminal

www.alterna�fa.com
Siti tak lulus SD. Sehingga ia pun tak punya banyak pilihan lain untuk bekerja.
Mengamen dari jam delapan pagi sampai tiga sore ia pertahankan sebagai salah satu sumber
pemasukan bagi dua buah hati yang ia miliki saat ini. Namun, sepulang bekerja ia kadang
mengerjakan pesanan jahitan di rumah kontrakannya yang terletak di Turi, Sleman. “Kalau
cuma ngamen ya nggak cukup. Sehari paling dapat 30 ribu,” ujarnya.

Selain mengamen, Siti juga sesekali membantu mengurus kebersihan di area Terminal
Jombor Jogja. Menyapu dan mengepel beberapa ruangan. Bertahun-tahun hidup di terminal
membuatnya kuat. Ia tak memungkiri bahwa ada banyak hal yang awalnya membuat hati tak
nyaman. “Kadang ada yang saru. Instingnya nakal. Maklum kan isinya laki-laki, orang jalanan,
jadi omongannya suka ceplas-ceplos,” ujarnya.

Namun, demi bertahan, ia mencoba menyesuaikan diri dengan beragam watak orang
yang ia temui di kawasannya mencari na�kah. Siti sudah tahu caranya menjaga diri di
lingkungan yang didominasi para lelaki.

Kejujuran adalah kunci bertahan


Baginya, salah satu kunci bertahan di kehidupan terminal adalah berlaku jujur dan
tidak banyak tingkah. Ia mencoba untuk bergaul dengan sebanyak mungkin orang untuk
mendapat kepercayaan. “Pokoknya jujur. Aku begini ini nggak ngemis. Nggak maksa kalau
ngamen. Kalau ada barang ketinggal di bus pun aku cari pemiliknya,” paparnya. “Jujur itu jadi
tenang hatinya. Bagaimana pun ini tempat kerjaku, kalau aku nggak bener nggak bisa awet di
sini,” imbuhnya.

Terkadang, Siti mengaku sedih kalau saat mengamen ada yang merekamnya tanpa izin.
Ia sebetulnya tak keberatan secara personal. Namun, ia khawatir jika video itu terunggah ke
media sosial. Hal itu lantaran anak pertamanya kini duduk di bangku SMP. Sebenarnya sang
anak tahu bahwa sang ibu berprofesi sebagai pengamen. Namun, anggapan orang di
lingkungan anaknya tak bisa Siti kontrol.

“Aku kasihan sama anakku kalau teman-temannya tahu. Pernah ada yang ngerekam
terus upload ke YouTube,” curhatnya. Siti mengaku ingin berhenti mengamen setelah bisa
menyekolahkan anaknya sampai lulus SMA. Dulu cukup banyak pengamen di Terminal Jombor.
Namun, saat ini, menurut Siti, tinggal ia dan satu temannya yang masih bertahan. “Lainnya
sudah tua, pada berkeluarga terus berhenti,” ucapnya.

Di tengah perbincangan, sebuah bus kembali datang. Siti harus segera menghampiri
untuk memainkan lagu dengan ukulele miliknya. Saat hendak beranjak, saya mengulungkan
sedikit uang dengan maksud mengganti sedikit waktunya yang teralihkan dari mengamen.
Namun Siti hanya menggeleng dan tersenyum, lalu berujar, “Nggak usah. Tadi Masnya sudah
jujur menyampaikan maksud untuk ngobrol. Di terminal, semua harus saling bantu.” Kalimat
yang membuat saya terhenyak dan menatap matanya. Ia membalasnya dengan senyum,
mengajak salaman, lalu melenggang pergi.

www.alterna�fa.com
Punya Perjalanan Karier yang Unik, Pramaditya Wicaksono Jadi
Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun

Perjalanan karier guru besar termuda Universitas Gadjah Mada (UGM), Pramaditya
Wicaksono, tergolong unik. Laki-laki yang kerap disapa Prama itu bisa menjadi guru besar di
usia yang relatif muda, 35 tahun 11 bulan. Banyak akademisi yang berambisi menjadi guru
besar, jenjang tertinggi di dunia akademik. Prosesnya tentu tidak mudah dan memakan waktu.
Oleh karena itu, mereka yang menjadi guru besar biasanya berusia tidak lagi muda.

Akan tetapi, itu tidak berlaku untuk Prama. Ia mencapai jenjang tertinggi itu di usia 35
tahun 11 bulan. Ia menjadi guru besar di bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di
Fakultas Geogra�i UGM terhitung mulai tanggal 1 Juni 2023. Rencananya Prama akan
menyampaikan pidato pengukuhan guru besar tahun depan, tepatnya Maret 2024.

Prama memang bercita-cita menjadi guru besar di usia muda. Namun, tidak
menyangka keinginannya itu tercapai saat ini. Apa yang diraih Prama menjadikannya guru
besar termuda sepanjang sejarah UGM. Ia melampaui rekor sebelumnya yakni 36 tahun 9
bulan. Catatan itu dipegang oleh Prof. apt. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D. “Targetnya bisa
di usia sebelum 40 tahun jadi guru besar, tetapi tidak pernah menyangka menjadi guru besar
termuda di UGM di usia 35 tahun,” ungkap Prama melansir dari UGM.ac.id, Selasa (5/9/2023).
Jalan karier akademis yang unik
Perjalanan karier Prama di dunia akademis memang tergolong unik. Ia loncat jabatan
dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki posisi lektor kepala terlebih dulu.
Loncatan tersebut memungkinkan karena angka kredit dosen yang dipersyaratkan sebagai
profesor telah terpenuhi. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang mempercepat Prama
menjadi guru besar, di samping kerja kerasnya yang luar biasa.
Angka kredit terpenuhi melalui jabatan-jabatan yang diemban Prama. Saat ini, ia
menjabat sebagai Ketua Program Studi Kartogra�i dan Penginderaan Jauh, Departemen Sains
Informasi Geogra�i di Fakultas Geogra�i UGM. Selain sebagai ketua program studi, ia juga
mengembang empat jabatan lain di fakultas. Di level internasional, Prama menduduki posisi
sebagai Wakil Ketua WG V/5 – Education and Awareness in Blue Economy and Coastal Marine
Environment, Commission V ISPRS (The International Society for Photogrammetry and
Remote Sensing).
Sebelum menduduki jabatan-jabatan di atas, ia perah menjadi Sekretaris Unit Kerja
Sama Dalam Negeri (UKDN) Fakultas Geogra�i dan Sekretaris Departemen Sains Informasi
Geogra�i (SaIG). “Kalau cuma dari mengajar dan membimbing mahasiswa belum tentu bisa
mencapai jumlah angka kredit dosen terkait pelaksanaan pendidikan yang dipersyaratkan jadi
guru besar,” jelas dia.

Produktif penelitian dan publikasi ilmiah

Selain loncat jabatan, Prama produktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah.
Setiap tahunnya ia menerbitkan rata-rata 5 publikasi ilmiah. Hingga saat ini, lelaki kelahiran
Semarang 6 Juli 1987 itu sudah membuat 55 publikasi pada jurnal ilmiah nasional dan

www.alterna�fa.com
internasional bereputasi. Ia juga menghasilkan 76 tulisan yang terbit di prosiding, book
chapter, buletin, serta media massa. Produktivitasnya melakukan penelitian dan publikasi
terdorong oleh kesenangan melakukan riset dan menulis. Ia mengaku senang-senang saja
menjalaninya. “Lalu, saya berusaha fokus pada bidang ilmu yang saya tekuni, sehingga bisa
produktif menghasilkan sesuatu untuk bidang keilmuan tersebut,” imbuh Prama.

Sejak menempuh pendidikan doktoral, bapak satu anak itu banyak meneliti terkait
pengembangan metode penginderaan jauh untuk pemetaan padang lamun sebagai penyerap
karbon. Konon, padang lamun mampu menyerap karbon hingga 35 kali lebih e�isien daripada
hutan tropis. Indonesia sebenarnya punya potensi padang lamun, tapi belum ada data pasti
terkait luasan padang lamun di Tanah Air. Ketidakpastian data itu berakar dari setiap institusi
melakukan pemetaan dengan cara dan metode masing-masing.
Berangkat dari situ, Prama sebenarnya ingin melihat potensi dan kondisi tersebut. Saat
ini menjadi koordinator pemetaan padang lamun nasional berkolaborasi dengan BRIN, KKP,
BIG, Universitas Hasanuddin, serta The University of Queensland. Saat ini, ia juga sedang
mengembangkan metode otomatisasi pemetaan stok karbon atas permukaan padang lamun
dengan menggunakan citra satelit Sentinel-2.
Riwayat akademis guru besar termuda

Prama menempuh pendidikan S1 di program studi Kartogra�i dan Penginderaan jauh


di Fakultas Geogra�i UGM pada 2004. Ia berhasil lulus dalam waktu 3 tahun 11 bulan atau pada
2008. Setelah lulus sarjana, ia langsung melanjutkan S2 di program studi Geogra�i dengan
minat MPPDAS di Fakultas Geogra�i UGM pada 2008. Prama memanfaatkan Beasiswa Unggulan
Dikti.

Sembari S2, ia bergabung menjadi asisten di Pusat Pendidikan Interpretasi Citra dan
Survei Terpadu (PUSPICS). Setelah lulus, ia mendapatkan tawaran beasiswa doktoral dari
program CNRD (Centers for Natural Resources and Development) melalui pendanaan dari
DAAD Jerman. Prama kemudian melanjutkan program Doktor Geogra�i minat Penginderaan
Jauh di Fakultas Geogra�i joint program dengan Cologne University of Applied Sciences, Jerman.

“Jadi saya melamar jadi dosen di Fakultas Geogra�i saat ditengah menempuh
pendidikan S3,” ujarnya. Keputusan itu diambilnya karena suka melakukan eksplorasi. Tak
hanya itu, ia juga gemar bercerita dan berbagi pengalaman, serta senang bertemu dengan
orang-orang baru.
Setelah perjalanan panjang hingga menduduki jenjang tertinggi, Prama cenderung
melihat menjadi guru besar di usia muda adalah sebuah anugerah. Ia tidak akan menjadikan
jenjang baru sebagai akhir perjalanan kariernya. Ini justru awal mengembangkan keilmuan
untuk lebih maju. “Guru besar ini kan jadi lokomotif mengembangkan ilmu di institusi.
Sehingga, peluang untuk pengembangan ilmu pun menjadi lebih besar, sehingga bisa lebih
kencang lagi dalam meliterasi masyarakat,”paparnya.gi.

www.alterna�fa.com
Jombang, Tempat Asal Cak Imin yang Terkenal karena Santri dan
Kasus Kriminal

Cak Imin atau Muhaimin Iskandar yang tengah ramai diperbincangkan berasal dari
Jombang, Jawa Timur. Sebuah kabupaten yang terkenal sebagai daerah santri dan tempat
terjadinya kasus-kasus kriminal yang sempat viral. Manuver Cak Imin yang tiba-tiba merapat
ke Anies Baswedan sebagai bakal cawapres di Pemilu 2024 mengejutkan banyak pihak.
Dampaknya, segala sesuatu terkait Cak Imin menjadi perhatian, termasuk latar belakang Cak
Imin yang berasal dari Kabupaten Jombang.
Sudah bukan rahasia, Cak Imin berangkat dari keluarga terpandang. Keluarganya
punya banyak keterkaitan dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ma’arif Denanyar.
Ayahnya, Muhammad Iskandar, merupakan seorang guru di pondok pesantren itu. Sementara,
ibunya yang bernama Muhasonah Iskandar adalah pemimpin dari pondok pesantren tersebut.

Daerah santri dengan beberapa kasus kriminal yang sempat viral


Sebenarnya, pondok pesantren di Jombang tidak hanya Pesantren Mamba’ul Ma’arif
Denanyar. Melansir data Kementerian Agama (Kemenag) per 2022, setidaknya ada 203 pondok
pesantren di Jombang. Ratusan pondok itu tersebar di 19 kecamatan. Padahal jumlah
kecamatan di Jombang tercatat 21 saja, dengan kata lain hanya 2 kecamatan di Jombang yang
tidak memiliki ponpes. Ratusan pondok itu bisa menampung ribuan santri setiap tahunnya.
Di antara ratusan ponpes di Jombang, terdapat beberapa nama yang terkenal seperti
Ponpes Tebuireng yang didirikan K.H. M. Hasyim Asy’ari pada 1899. Selain itu ada beberapa
nama lain seperti Ponpes Tambak beras, dan Ponpes Darul Ulum (Rejoso). Ponpes Denanyar,
yang berkaitan dengan keluarga Cak Imin, juga termasuk terkenal di sana.
Tidak hanya terkenal dengan daerah santri, Jombang juga menjadi tempat kelahiran
tokoh-tokoh ternama yang kebanyakan berlatar belakang ponpes. Sebut saja, mantan Presiden
Indonesia yaitu KH Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid
Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib.

Akan tetapi citra Jombang sebagai daerah Santri yang melahirkan sosok-sosok hebat
sempat terkubur oleh kasus-kasus kriminal. Sebut saja kasus Ryan Jombang alias Very Idham
Henyansyah yang menggegerkan Tanah Air pada 2008. Ryan melakukan pembunuhan dan
mutilasi terhadap 11 orang korban. Sebanyak 10 korban disembunyikan di halaman belakang
rumahnya di Jombang.

Belum lama ini Jombang juga menjadi sorotan karena kasus pencabulan santri yang
dilakukan oleh Moch Subchi Azal Tzani alias Bechi (41). Penyelesaian kasus ini berlarut-larut
karena Bechi merupakan putra petinggi Pengasuh Ponpes Shiddiqiyyah, Jombang, KH
Muhammad Mukhtar Mukhti.

Asal-usul Jombang

Jombang berasal dari dua kata yakni ijo-ijo atau hijau dan abang atau merah. Hijau
mewakili kaum santri (agamais) dan merah mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen).
Kedua elemen ini juga tercermin dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang.

www.alterna�fa.com
Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Kabupaten Jombang. Nilai
tersebut terus terbawa hingga sekarang. Walau lebih dari 90 persen warganya memeluk agama
Islam, mereka tetap bisa hidup berdampingan dengan agama dan kepercayaan lain.

Kalau menilik sejarahnya, Jombang termasuk kabupaten yang muda. Kabupaten yang
berada di tengah-tengah Provinsi Jawa Timur itu berdiri pada 1910 setelah memisahkan diri
dari Kabupaten Mojokerto. Pada awal berdiri Jombang dipimpin oleh Raden Adipati Ario
Soerjo Adiningrat.
Kendati baru berdiri sejak 1910, kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya sudah
berjalan sejak sebelum 1880. Pada tahun itu Jombang sudah terkelola dengan baik terbukti
dari adanya asisten resident dari pemerintahan Belanda di daerah itu. Bukti lain, adanya
laporan dari Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang
tentang Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling) pada 1880.

www.alterna�fa.com
Tidak Ada Penjual Bunga di Pasar Kembang Jogja

Pasar Kembang di Jogja tidak menjajakan bunga. Pasar Kembang atau yang lebih
terkenal dengan istilah Sarkem merupakan lokalisasi tertua di Jogja. Setiap ada teman yang
merayakan wisuda atau momen bahagia, saya kerap menghadiahi bunga dari kawasan
Kotabaru. Selain lokasi yang terjangkau, kios-kios di sana menjajakan berbagai jenis bunga
dengan harga yang ramah di kantong. Mereka juga menyediakan jasa merangkai bunga untuk
berbagai kebutuhan.

Setidaknya ada 15 kios penjaja bunga yang terletak di Jalan Ahmad Jazuli, Kotabaru,
Yogyakarta. Tepatnya di sepanjang jalan sisi barat RRI. Belakangan baru saya tahu, kawasan itu
bernama Pasar Bunga Kotabaru. Selama ini saya mampir tanpa memikirkan nama lokasinya.
Bagi yang pertama kali mengunjungi Jogja, jangan salah menyebut kawasan ini dengan
Pasar Kembang atau Sarkem. Pasar Kembang adalah lokalisasi prostitusi yang berdekatan
dengan Stasiun Tugu. Namun, melihat asal-usulnya, kedua pasar ini ternyata memiliki
keterkaitan.

Dahulu terdapat banyak penjual bunga di sekitar Malioboro. Lokasinya tersebar, mulai
dari depan kantor DPRD DIY hingga pintu masuk Stasiun Tugu. Sekitar 1955-an Pemerintah
Kota Yogyakarta membuatkan kios-kios di Taman Kota atau yang sekarang menjadi parkiran
Abu Bakar Ali. Selain membangun kios, Pemkot juga memberi pelatihan merangkai bunga
kepada para penjual bunga. Lokasi itu kemudian lebih dikenal dengan nama Pasar Kembang
Taman Kota Malioboro.
Kini tidak ada penjual bunga di Pasar Kembang

Seiring makin ramainya Malioboro, pada 1990-an Pemerintah Kota Yogyakarta


kemudian memindahkan penjaja bunga dari Taman Kota Malioboro ke Kotabaru. Tidak ada
penolakan dari para pengerajin bunga, padahal kawasan Kotabaru pada saat itu belum seramai
sekarang. Bahkan, masih sering terjadi kasus kriminalitas.
Para penjual bunga di Taman Malioboro bersedia pindah ke Kotabaru dengan satu
catatan, kawasan yang baru bisa menampung seluruh perangkai bunga. Pada saat itu ada
kurang lebih 12 perangkai bunga yang dipindahkan. Taman Kota Malioboro sudah bersih dari
para penjual bunga, tapi identitas Pasar Kembang masih melekat di sekitar sana. Identitas itu
menguat dengan penamaan Jalan Pasar Kembang yang membentang di sisi selatan Stasiun
Tugu Yogyakarta. Nama itu kemudian menjadi sebutan untuk lokalisasi yang berada di sisi
selatan jalan, Sarkem yang merupakan singkatan dari Pasar Kembang.
Penamaan lokalisasi dengan nama Pasar Kembang baru melekat sejak 1990-an. Jauh
sebelum itu, lokalisasi tertua di Jogja itu lebih dikenal dengan nama Balokan. Menilik
sejarahnya, lokalisasi di dekat Stasiun Tugu itu memang sudah ada sejak masa penjajahan
Belanda. Kemunculan lokalisasi di Jawa memang bebarengan dengan pembangunan jalur rel
kereta api oleh Belanda pada 1884. Begitu pula dengan Balokan yang muncul seiring dengan
hadirnya Stasiun Tugu yang beroperasi pada 1887.

Lokalisasi hadir untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. Sumber lain menyebut,
lokalisasi sengaja dibentuk agar mata uang gulden yang digunakan pekerja dan tentara

www.alterna�fa.com
Belanda berputar di kawasan yang sama. Ternyata lokalisasi sejak zaman penjajahan itu masih
bertahan hingga sekarang. Sudah ada beberapa wacana untuk melakukan pembubaran
kawasan tersebut. Namun, rencana itu berkali-kali gagal karena kondisi ekonomi warga sekitar
mayoritas bergantung pada keberadaan lokalisasi ini.

www.alterna�fa.com
Jupiter MX, Motor Komeng yang Jadi Saksi Kehidupan Banyak Orang

Jupiter MX 135 adalah salah satu motor bebek yang paling membekas di masyarakat
Indonesia. Selain citranya yang lekat dengan komedian Komeng, motor bebek yang satu ini
ternyata menemani lika-liku kehidupan banyak orang. Saat pertama kali menonton iklan
Yamaha Jupiter MX saya terheran-heran. Iklan kocak seperti itu berani menggandeng
pembalap internasional Valentino Rossi. Terlebih, iklan tersebut memadukan Rossi dengan
komedian Tanah Air, Komeng, dalam satu layar. Bisa dibayangkan betapa absurd.

Akan tetapi, konsep absurd dan kocak justru membekas di benak penonton. Iklan itu
juga yang membuat motor Jupiter MX lekat dengan citra Komeng hingga muncul sebutan Motor
Komeng. Walau memang, kalau mau menelisik lebih jauh, Komeng sebenarnya sudah menjadi
bintang iklan motor Yamaha jauh sebelum Jupiter MX hadir.

Komedian bernama asli Al�iansyah Bustami itu awalnya terpilih jadi bintang iklan
Jupiter pada 2002. Setelahnya, Yamaha masih mempercayai dia sebagai bintang iklan untuk
Yamaha Jupiter Z (2003-2011), Jupiter MX (2005-2012), Jupiter Z1 (2012-2013). Di luar
Jupiter, ia membintangi iklan Yamaha Mio pada 2003-2006.
Berbeda cerita dengan yang saya temui ketika berselancar di dunia maya. Bagi netizen,
Jupiter MX bukan sekadar motor dengan iklan yang membekas. Motor bebek yang mengaspal
sejak 2005-2012 itu selayaknya kawan yang menyaksikan seluk-beluk hidup pengendaranya.
Mulai dari memboncengkan gebetan yang kini menjadi pasangan hidup, menemani proses
melamar kerja, hingga kenangan sebagai motor pertama.
Tidak sedikit pula netizen yang memberikan testimoni selama mengendarai Motor
Komeng. Tidak melulu testimoni positif, beberapa menyampaikan kekurangan-kekurangan
Jupiter MX. Namun pada akhirnya, mereka tetap memaa�kan karena motor bebek itu telah
banyak berjasa dalam kehidupan.\

Jupiter MX jebolan kompetisi


Kemunculan Jupiter MX 135 di industri motor Tanah Air berawal dari sebuah kompetisi
bernama Jakarta Motorcycle Show 2004. Pada saat itu, Jupiter MX masih sebatas konsep motor
bebek dengan gaya sport. Bodinya serba tajam dengan mesin yang lumayan terekspose.
Bentuknya ramping dengan suspensi monosok atau suspensi tunggal di bagian belakang
semakin menegaskan kesan sport daripada motor bebek lain di zamannya. Desain bodi seperti
itu memudahkan pengendara untuk bermanuver di jalanan lurus maupun berkelok.

Konsep motor bebek dengan pendekatan sport tergolong baru dan segar. Hasilnya, saat
mengaspal pada 18 September 2005, respon pasar begitu positif. Permintaan motor bebek ini
bisa mencapai 30.000 unit per bulan. Padahal pihak PT Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing hanya mampu memenuhi 20.000 unit per bulan saja.

Konsep yang segar terbantu dengan promosi iklan yang absurd tapi membekas,
semakin mengokohkan posisi Jupiter MX di industri motor pada zaman itu. Melihat besarnya
minat terhadap produk ini, tidak heran kalau kemudian banyak orang memiliki dan punya
kenangan dengan Jupiter MX generasi awal.

www.alterna�fa.com
Indonesia Mengajar Jejak Anies Baswedan di Dunia Pendidikan
selain Jadi Rektor dan Menteri

Indonesia mengajar adalah salah satu jejak Anies Baswedan di bidang pendidikan.
Sebelum terjun sebagai pejabat publik dan politisi, Anies terlebih dahulu membangun karir
sebagai akademisi.
Anies Baswedan salah satu bakal calon presiden (capres) di Pemilu 2024. Sebelum
mengincar posisi nomor satu di Indonesia, Anies pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta
periode 2017-2022. Gubernur bukanlah pengalaman Anies sebagai pejabat publik yang
pertama, sebelumnya Anies pernah sempat dipercaya oleh Presiden RI Joko Widodo
mengemban posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Anies resmi dilantik
pada 2014 dan kena reshu�lle pada 2016.

Sebelum sibuk menjadi pejabat publik, pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat itu terlebih
dahulu membangun karir sebagai akademisi. Ia pernah menjadi rektor Universitas Paramadina
selama delapan tahun. Anies diangkat menjadi rektor pada 15 Mei 2007. Di usianya yang masih
38 tahun, ia menggantikan posisi rektor sementara, Sohibul Iman, ini menjadikan Anies
sebagai rektor termuda di Indonesia pada saat itu. Ia kembali diangkat menjadi Rektor
Universitas Paramadina pada 5 Mei 2011 hingga 2015.
Kepercayaan Yayasan Wakaf Paramadina menunjuk Anies sebagai Rektor bukan tanpa
alasan, Anies menang cemerlang di bidang akademik. Setelah menyelesaikan pendidikan
jenjang sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Anies melanjutkan pendidikan
S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat. Sementara
jenjang S3 ia tempuh di Northern Illinois University, Department of Political Science, Dekalb,
Illinois, Amerika Serikat. Pendidikannya di luar negeri ia tempuh dengan beasiswa.

Karirnya di bidang pendidikan tidak sebatas itu. Pria kelahiran 54 tahun silam itu juga
menggagas adanya Indonesia Mengajar. Indonesia Mengajar adalah lembaga nirlaba yang
merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda ke berbagai daerah di Indonesia untuk
mengabdi sebagai pengajar muda di sekolah dasar selama satu tahun.
Melanjutkan gagasan rektor UGM

Rancangan ide Indonesia Mengajar sebenarnya sudah muncul sekitar 1990-an. Saat itu
Anies masih menjadi mahasiswa UGM yang banyak berguru dan belajar dari Koesnadi
Hardjasoemantri atau Pak Koes, rektor Universitas Gadjah Mada periode 1986–1990.

Pak Koes sempat membuat gagasan bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa atau PTM
sekitar 1950-an. Program itu bertujuan mengisi kekurangan guru SMA di daerah-daerah
terpencil, khususnya di luar Pulau Jawa. Tidak sebatas mengisi kekurangan guru, dalam
beberapa kasus, PTM juga membangun sekolah baru di suatu daerah.

Pak Koes merupakan salah satu angkatan awal program ini. Pada saat itu ia pergi ke
Kupang selama beberapa tahun. Saat pulang dari Kupang, Pak Koes mengajak beberapa siswa
paling pandai untuk berkuliah di UGM. Salah satunya Adrianus Mooy yang kemudian pernah
menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 1988–1993.

www.alterna�fa.com
Program inilah yang menginspirasi Anies mendirikan Indonesia Mengajar. Ia tidak
ingin kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti itu hanya jadi sebatas program. Ia ingin
menjadikannya sebuah gerakan.

Indonesia Mengajar justru belajar dari masyarakat


Indonesia Mengajar lahir pada 2009. Selain terinspirasi dari apa yang dilakukan
Koesnadi Hardjasoemantri, landasan Indonesia mengajar adalah janji kemerdekaan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Seluruh masyarakat Indonesia belum merasakan janji ini.
Padahal dengan pendidikan yang mereka raih, mereka bisa mencapai kehidupan yang lebih
baik untuk diri dan keluarganya. Pendidikan yang layak bisa mengangkat sisi ekonomi dan
sosial keluarga.

Sementara di luar sana banyak sekali pemuda potensial yang memiliki kepedulian pada
bangsanya. Indonesia Mengajar berupaya mengajak para pengajar muda menyelami
kehidupan di penjuru Indonesia dengan tinggal, hidup, dan belajar dari masyarakat setempat
selama satu tahun. “Hal itu hal mengantarkan kami untuk merekrut mereka, mengetuk pintu
hatinya, dan mengajak mereka terlibat langsung untuk melunasi janji kemerdekaan. Kami
menyebut mereka sebagai Pengajar Muda,” mengutip dari laman resminya Indonesia Mengajar.
Sejak berdiri hingga 2022, setidaknya Indonesia Mengajar sudah mengirim 1.157
pengajar muda ke 38 kabupaten di 25 provinsi di Indonesia. Mereka yang diterjunkan
bukanlah pahlawan yang datang dengan jutaan harapan dan kemampuan untuk
menyelamatkan suatu daerah. Indonesia Mengajar percaya, semua orang adalah guru dan
semua tempat adalah sekolah. Mereka meyakini masyarakat sebenarnya telah berdaya
terhadap dirinya sendiri, kehadiran pengajar muda lebih sebagai pemantik untuk aksi-aksi
lokal.
Selain program Pengajar Muda, Indonesia Mengajar menginisiasi program-program
kerelawanan lain seperti Kelas Inspirasi, Ruang Berbagi Ilmu, Tembokpedia, Taman Teman
Bermain, Indonesia Mengajar Learning Institute (IMstitute), dan Lab Gerakan.

www.alterna�fa.com
Menelusuri Sumur di Bulaksumur yang Sudah Berubah Menjadi
UGM

Universitas Gadjah Mada (UGM) berdiri di wilayah bernama Bulaksumur. Bukan tanpa
makna, penamaan kawasan itu ternyata memiliki sejarah panjang. Civitas UGM mungkin tidak
asing dengan wilayah Bulaksumur. Namun, tidak semua mengetahui sejarah di balik
penamaannya. Melansir berbagai sumber, inspirasi penamaan Bulaksumur berasal dari sumur
jumbo yang berada di kawasan tersebut di masa lalu. “Bulak” merupakan bahasa jawa yang
artinya jalan panjang yang terapit persawahan. Sementara “Sumur” berarti mata air. Konon
dahulu, di salah satu sudut di mana seakrang UGM berdiri, terdapat sumur besar yang menjadi
sumber air untuk perkebunan tebu yang berada di sekitarnya.
Sedikit gambaran, saat masih dalam masa penjajahan Belanda, sekitar 1915, daerah
yang saat ini menjadi Jalan Kaliurang dipenuhi oleh tebu. Hasil kebun digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pabrik gula di sebuah kampung yang kini bernama Muja-Muju. Pabrik
gula di Muja-Muju mungkin tidak selegendaris pabrik Madukismo. Namun, pabrik ini sempat
berperan penting sebagai tempat pengumpulan senjata saat perang 1946-1949. Begitu pula,
pabrik-pabrik gula kecil lainnya seperti pabrik gula Gejayan dan pabrik gula Demak Ijo.

Menelusuri sumur di Bulaksumur


Belanda tidak ingin kebun tebu yang luas kekurangan air. Oleh karena itu, mereka
membuat sebuah sumur besar. Sumur itu berdiameter 7,5 meter dengan kedalaman 11 meter.
Pompa berkekuatan setara mesin mobil terpasang untuk menaikkan air ke permukaan.
Pengerjaan sumur jumbo berada di bawah tanggung jawab Kartoredjo bersama tiga
temannya. Kartoredjo adalah sesepuh daerah setempat yang pernah menjadi penjaga sumur
tersebut. Setelah pengerjaan selesai, mantri klongsir atau seseorang yang bertanggung jawab
di bidang agraria mengumpulkan lurah dan penduduknya setempat untuk melakukan
peresmian.
Penduduk yang datang pada waktu itu adalah mereka yang tinggal di kampung Ngaglik
dan Tegalrejo. Pada momentum peresmian itulah tercetus nama Bulaksumur atas saran
seorang lurah bernama Hardjo Sentono. “Ndoro, niki saene dinamaken mBulaksumur!” kata
dia ketika mantri klongsir menanyakan persetujuan tentang nama. Saran itu mendapat
persetujuan yang datang. Penamaan itu masih bertahan hingga saat ini.
Sayangnya, jejak sumur jumbo itu tidak berbekas sekarang. Pada 1951 pembangunan
�isik UGM dimulai. Universitas yang sebelumnya menempati lingkungan Kraton Yogyakarta
kemudian berpindah ke kawasan Bulaksumur. Pada 1960-an, sudah terbangun berbagai
fasilitas mulai dari rumah sakit, pemancar radio, serta sarana lain yang mendukung proses
pembelajaran bagi mahasiswa juga untuk melayani kepentingan masyarakat.

Saat ini ada berbagai versi yang menjelaskan letak sumber air itu. Ada yang
menyebutkan sumur terletak di sisi timur Boulevard UGM yang kini sudah berdiri banyak
bangunan. Sumber lain menyebutkan, sumur itu berada di sekitar kampus kehutanan UGM.

www.alterna�fa.com
Masa Kecil Prabowo: Anak Kebayoran yang Tumbuh dalam Pelarian
di Lima Negara

Masa kecil Prabowo Subianto berbeda dengan dua bakal calon presiden lain yang akan
maju di 2024. Prabowo memang tumbuh besar dan bersekolah di luar negeri. Namun, itu tidak
menandakan kehidupannya yang nyaman. Ia ke luar negeri dalam kondisi pelarian. Bakal calon
presiden 2024 sudah mengerucut ke tiga nama. Mereka adalah Prabowo Subianto, Ganjar
Pranowo, dan Anies Baswedan. Berbeda dengan dua bakal capres lain yang tumbuh besar dan
bersekolah di Indonesia, Prabowo tumbuh besar di lima negara. Akibatnya, Prabowo kerap
berpindah sekolah sejak pendidikan dasar hingga menengah.

Sebelum hidup di luar negeri, pria kelahiran Jakarta 17 Oktober 1951 itu besar di Jalan
Sisingamangaraja, Kebayoran hingga usianya menginjak 5 tahun. Kehidupan setelahnya,
Prabowo selalu berpindah-pindah karena ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo. Soemitro
bukan orang sembarangan. Ia adalah ekonom dan politisi kawakan dari Partai Sosialis
Indonesia (PSI). Ia juga tergabung dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
dan Perjuangan Semesta (Permesta).
Gerakan yang diikuti bertentangan dengan Orde Lama, pemerintahan yang dipimpin
Presiden Soekarno pada saat itu. Akibat keterlibatannya dalam gerakan, Soemitro pindah ke
luar negeri dan selalu berpindah dari satu negara ke negara lain agar terhindar dari
penangkapan. Dalam pelariannya itu, ia memboyong istri dan empat anaknya, termasuk
Prabowo Subianto
Prabowo kecil hidup di lima negara

Malansir dari Historia, Prabowo pernah hidup di lima negara selama kurang lebih 9
tahun masa pelarian. Negara-negara itu adalah Singapura, Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan
Inggris. Masing-masing negara tidak pernah ditempati selama lebih dari dua tahun. Kondisi ini
berpengaruh pada pendidikan Prabowo. Ia akhirnya ikut pindah sekolah seperti Elementary
School (Hongkong), Victoria Institution (Malaysia), International School (Swiss). Hingga
akhirnya menyelesaikan pendidikan setara Skolah Menengah Atas (SMA) di American School
In London, United Kingdom.

Bersekolah di luar negeri tidak selamanya memberikan pengalaman yang baik bagi
Prabowo kecil. Walau tergolong anak yang pintar atau punya intelegensi tinggi, ia sering kena
diskriminasi karena berbeda. Ia juga kerap menerima ejekan karena berasal dari Indonesia.
Pengalaman hidup sebagai minoritas di negara orang membentuknya sebagai sosok yang
berwatak keras.

Ayah Prabowo, Soemitro, baru kembali ke Indonesia pada 1967 setelah diundang oleh
Soeharto untuk menjadi salah satu menterinya. Kepulangan ini disusul oleh keputusan
Prabowo untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah
pada 1970. Kepulangan Prabowo tidak lepas dari saran ayahnya yang mengingingkan Prabowo
membangun jaringan di Indonesia. Padahal, sebelum memasuki akademi ini, Prabowo sudah
terlebih dahulu diterima di tiga universitas di Amerika, salah satunya Colorado University.

www.alterna�fa.com
I Gusti Ngurah Suthasoma, Pencipta Himne Gadjah Mada yang
Belajar di Fakultas Sastra UGM

“Himne Gadjah Mada” pertama kali berkumandang di Dies Natalis Universitas Gadjah
Mada (UGM) pada 19 Desember 1952. Hampir 71 tahun berlalu, himne yang terdiri dari dua
bait itu masih sering dinyanyikan di acara-acara resmi UGM hingga saat ini. Melansir laman
Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), I Gusti Ngurah Suthasoma atau yang lebih
akrab dipanggil Pak Sut adalah sosok di balik himne berusia puluhan tahun itu. Pak Sut
menciptakan lagu tersebut saat awal menjadi mahasiwa Fakultas Sastera, Ilmu Paedagogik dan
Filsafat UGM. Asal tahu saja, Pak Sut masuk Fakultas Sastera pada 1952.

Saat itu Pak Sut ingin membuat sebuah lagu untuk mendorong semangat belajar untuk
dirinya dan mahasiswa-mahasiswi lain di UGM. Dalam proses kreatif, Pak Sut membayangkan
sosok Patih Gadjah Mada seperti yang ditulis Muhammad Yamin dalam bukunya. Ia ingin
siapapun yang menyanyikan lagu itu merasa menjadi seseorang yang besar dan gigih seperti
sosok Patih Gadjah Mada.

Proses penciptaan himne tidak memakan waktu lama. Ia menggunakan piano merek
Niendorf buatan Jerman dalam prosesnya. Piano itu kini berada di kediaman putri sulungnya,
I Gusti Ayu Irafani, di Jakarta. Piano masih dalam keadaan baik dan berfungsi normal hingga
saat ini, walau memang sudah beberapa kali mengalami perbaikan dan renovasi.

Ia menggandeng komposer terkenal Kusbini untuk aransemen. Sebenarnya, ia sempat


ditawari bekerja sama dengan komposer Rusia, tapi ia merasa lebih suka bekerja dengan
kawan sebangsa. Asal tahu saja, Kusbini bukanlah komposer main-main, salah satu karyanya
adalah lagu nasional “Padamu Negeri”.
“Himne Gadjah Mada” memang sudah diciptakan puluhan tahun lalu, tapi baru resmi
menjadi statuta UGM pada 1992. Dua tahun setelahnya, di acara Dies Natalis UGM 19 Desember
1994, Pak Sut dan Kusbini mendapat penghargaan atas karya tersebut. Piagam penghargaan
diserahkan langsung oleh Rektor UGM saat itu Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprojo, M.Com.

Pak Sut belajar musik otodidak


Sepanjang hidupnya, pria kelahiran Bangli, Bali, 16 Oktober 1921 itu tidak pernah
mengenyam pendidikan musik secara formal. Bahkan, kemampuan bermusiknya sama sekali
tidak tersalurkan sewaktu kecil. Ia sering dianggap nakal dan mendapat hukuman karena
ketahuan mencuri berbagai alat musik seperti gitar, biola, dan mandolin untuk berlatih musik
sendiri. Bisa dikatakan, kemampuan bermusik Pak Sut murni karena darah seni yang mengalir
dalam dirinya. Keluarga besar Pak Sut, baik dari pihak ayah maupun ibu, memang berbakat di
berbagai bidang seni seperti musik, tarik, ukur, kerajinan tangan, maupun drama.
Tidak hanya menciptakan “Himne Gadjah Mada”, Pak Sut ternyata banyak menggubah
puluhan lagu anak-anak. Salah satu gubahan yang terkenal berjudul “Burungku”. Ia juga
mengajar musik bagi anak-anak di rumahnya yang terletak di Mrican Baru. Sesekali konser
bersama anak didiknya juga digelar di rumah itu.

www.alterna�fa.com
Pak Sut menghembuskan napas terakhir pada 1996 dan dimakamkan di Kuncen,
Yogyakarta. Kini beliau sudah tiada, tapi karya-karyanya akan dikenang untuk selamanya.
Tidak terkecuali, karya “Himne Gadjah Mada” bagi sivitas akademika UGM.

Bagi kalian yang penasaran bagaimana lirik “Himne Gadjah Mada” yang diciptakan oleh
Pak Sut, di bawah ini kutipannya:

Bakti kami mahasiswa Gadjah Mada semua

Kuberjanji memenuhi panggilan bangsaku


Di dalam Pancasilamu jiwa seluruh nusaku

Kujunjung kebudayaanmu kejayaan Indonesia

Bagi kami almamater kuberjanji setia


Kupenuhi dharma bakti tuk Ibu Pertiwi

Di dalam persatuanmu jiwa seluruh bangsaku

Ku junjung kebudayaanmu kejayaan Nusantara

www.alterna�fa.com
PPSMB UGM, Satu-satunya Kegiatan Orientasi Maba Tanpa
Keterlibatan BEM

Rangkaian PPSMB UGM resmi ditutup. Ada fakta unik di balik penyelenggaran ini, UGM
jadi satu-satunya kampus yang tak melibatkan BEM. Sejak Senin (31/7/2023), UGM mulai
kedatangan 10.000-an Gadjah Mada Muda (Gamada). Mereka adalah peserta Pekan Pembelajar
Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB), semacam “ospek”, yang dilaksanakan seminggu hingga
Sabtu (5/8/2023) kemarin.

“Ini memang keunikan kami [tidak di bawah organisasi mahasiswa]. Barangkali satu-
satunya di Indonesia,” kata drg. Hendri Susanto, Kepala Task Force, sekumpulan dosen sebagai
dewan pengarah untuk garis besar PPSMB UGM.
Memang, soal ini, UGM adalah anomali. Simak saja Universitas Indonesia yang
menempatkan kegiatan orientasinya, OKK UI, di bawah Dewan Perwakilan Mahasiswa. Atau
tetangga sedaerah, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta yang terang-
terangan menulis di bio Instagram PKKBN (nama kegiatan orientasinya): “part of BEMKM”.

BEM Pernah Terlibat


Ingatan Hendri samar-samar ketika saya tanyakan soal keterlibatan BEM KM dalam
PPSMB. “Pada 2012, ketika belum ada Task Force, rasanya mahasiswa itu sudah punya struktur
tersendiri dalam menyelenggarakan PPSMB,” papar Hendri. Tya, Koordinator Acara PPSMB
perdana tersebut, memperjelasnya. Berdasarkan keterangannya, saat itu alurnya adalah Ketua
BEM menunjuk Koordinator Umum yang kemudian memilih Koordinator Divisi. “Setelah itu,
baru oprec,” tuturnya via WhatsApp.

Keterlibatan BEM KM juga masih menonjol di edisi kedua PPSMB pada 2013.
Berdasarkan keterangan Yanuar Pahlevi selaku Ketua BEM KM 2013, lembaganya berperan
sebagai konseptor dan menginisiasi Tim Pengarah atau Steering Committee; tidak jauh yang
dikatakan Tya. “Sempat ingin diambil alih Ditmawa saat itu, namun urung,” tambahnya. Lebih
jauh, saat penutupan, Ketua BEM KM yang dahulu disebut Presiden Mahasiswa (Presma)
diberikan sesi orasi di panggung utama. “Orasi Presma hanya sampai 2015, setelahnya tidak
pernah ada lagi,” kata Vicky, alumni Fakultas Hukum angkatan 2013.

Sementara itu, Dr. Sindung Tjahyadi membenarkan. Dosen Filsafat UGM yang sekarang
menjabat Direktur Kemahasiswaan ini tidak ingat persis namun yakin bahwa dulu memang
pernah ada orasi semacam itu dari BEM KM. “Sekarang sudah diganti, bukan dari Presma
melainkan Mapres [Mahasiswa Berprestasi],” katanya.
Situasi sekarang
Sekarang, keterlibatan BEM KM makin tidak kelihatan di PPSMB. “Secara
organisasional, tidak ada. Bahkan saya lupa terakhir kali mereka terlibat di sini [PPSMB],” kata
Sindung yang diikuti anggukan dari Hendri. Kemudian, Hendri yang sudah bercokol di Task
Force sejak edisi pertama PPSMB menjelaskan secara singkat soal kepanitiaannya. “Task Force
menunjuk Koordinator Umum lewat serangkaian seleksi yang melibatkan beberapa panelis.

www.alterna�fa.com
Setelah itu, Koordinator Umum inilah yang membentuk Tim Teknis yang diisi mahasiswa,”
paparnya.
Seleksi Tim Teknis sangat ketat yang, berdasarkan keterangan keduanya, jumlah
peminatnya sampai 2.500 padahal kebutuhannya hanya 700 anggota. “Tim teknis yang terdiri
dari mahasiswa inilah yang kemudian membentuk komunitas ‘Palapa,’” ujar Hendri. Komunitas
ini, tuturnya, tidak berbeda dengan organisasi pada akhirnya-punya kepengurusan dan alumni
yang masih terjaga komunikasinya hingga sekarang. Adanya kesinambungan ini, lewat Palapa,
yang membuat keduanya percaya betul PPSMB akan terus berjalan meski tanpa keterlibatan
organisasi kemahasiswaan secara langsung sama sekali.

www.alterna�fa.com
Mahfud Minta Indobuildco Kosongkan Lahan Hotel Sultan karena
Masa HGB-nya Habis

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD


meminta PT Indobuildco mengosongkan lahan Hotel Sultan yang terletak di kawasan Gelora
Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Sebab, PT Indobuildco sudah tidak memiliki hak lagi atas
tanah seluas lebih kurang 13 hektar itu, setelah masa Hak Guna Bangunan (HGB) Indobuildco
No. 26/Gelora dan GBK Indobuildco No. 27/Gelora habis.

HGB No. 26/Gelora sudah berakhir tanggal 4 Maret 2023 dan HGB No. 27/Gelora
berakhir 3 April 2023. Pengelolaan lahan selanjutnya dikuasakan kepada Kementerian
Sekretariat Negara sesuai dengan HPL 1/Gelora Tahun 1989 yang dikeluarkan Kementerian
ATR/BPN. "Ya kita harap agar itu dikosongkan dengan baik-baik. Nanti proses pengosongan itu
akan dilakukan melalui penegakan hukum secara persuasif," kata Mahfud di Kantor Kemenko
Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2023).
Mahfud menuturkan, penyerahan pengelolaan atas lahan tersebut harus dilakukan
lantaran pemerintah sudah memenangi gugatan di pengadilan. Berdasarkan putusan
pengadilan, PT Indobuildco kalah meski sudah mengajukan gugatan perdata ke pengadilan
hingga Peninjauan Kembali (PK) sampai empat kali. Bahkan, perusahaan kembali mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di tahun ini.

"Sudah berkali-kali, sudah kalah sudah tidak mungkin lagi masuk ke PTUN. Dan
saudara, kita berpendapat bahwa urusan PTUN itu biar jalan karena ini urusan
keperdataannya sudah selesai," ucap Mahfud. "(Namun) dalam pikiran logika hukum kami,
yang PTUN itu sama juga, buang-buang waktu, mengulur waktu seperti yang sebelumnya,
meskipun harus kita hormati. Tetapi, yang perdatanya sudah lewat tiga (hingga) empat bulan
yang lalu," imbuh Mahfud.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, masih banyak aset negara yang selama ini dikuasai oleh
pihak swasta ataupun perorangan secara melawan hukum. Oleh karena itu, masalah hari ini
bisa menjadi momentum untuk menjelaskan kepada publik bahwa negara memberi tugas
kepada semua pejabat terkait untuk menyelamatkan semua aset negara yang selama ini
dikuasai oleh swasta.

"Kita sudah berkali-kali mengingatkan untuk dikembalikan secara baik-baik," ungkap


Mahfud. Sebelumnya, pemerintah melalui Kemensetneg telah memutuskan akan mengelola
sendiri Blok 15 Kawasan GBK yang menjadi lokasi Hotel Sultan. Sekretaris Menteri Sekretariat
Negara (Mensesneg) Setya Utama mengatakan, keputusan pengelolaan tersebut seiring
dengan habisnya masa hak guna bangunan (HGB) pada 3 Maret 2023 ini.
"Pimpinan telah memutuskan dengan berakhirnya HGB Nomor 27/Gelora dan Nomor
26/Gelora akan mengelola sendiri. Jadi, Kemensetneg akan mengelola sendiri dalam hal ini
Pengawas Pengelolaan Komplek (PPK) GBK," ujar Setya dalam konferensi pers di Kemensetneg
pada Jumat (3/3/2023). Meski demikian, Setya menjelaskan bahwa pihak Kemensetneg tetap
bisa menjalin kerja sama dengan pihak lain yang memiliki kompetensi untuk mengelola Hotel
Sultan.

www.alterna�fa.com
Namun, Kemensetneg nantinya akan terlebih dahulu mengecek kondisi �isik Hotel
Sultan. Kemudian, nantinya Badan Pengawasan dan Keuangan Pemerintah (BPKP) dan Kantor
Jasa Penilai Publik (KJPP) akan melakukan audit aset-aset di Hotel Sultan. Terakhir,
Kemensetneg akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mencari
modal. "Kita bersama-sama dengan Kemenkeu mencari modal kerja sama terbaik untuk
mendapatkan nantinya manfaat seoptimal mungkin bagi hasil negara ini," ungkap Setya.ali.

www.alterna�fa.com
Sebelum Ditemukan Tinggal Tulang, Ibu-Anak di Depok Disebut
Jarang Bersosialisasi

Seorang ibu bernama Grace Arijani Harahapan (68) dan anaknya, David Ariyanto
Wibowo (38), yang ditemukan tewas di Depok, disebut jarang bersosialisasi dengan tetangga.
Adapun jasad Grace dan David ditemukan tinggal kerangka di kediaman mereka, Perumahan
Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023).

Tetangga korban, Ratna Ningsih Trinyoto (71), menyebutkan, bahkan ada tetangga
yang tak mengenal keluarga korban. "Selama bertahun-tahun, beliau tidak pernah
bersosialisasi dengan tetangga. Jadi dengan tetangga, ada yang kenal, ada yang enggak," sebut
Ratna saat ditemui di Perumahan Bukit Cinere, Jumat (8/9/2023).
Padahal, menurut Ratna, Grace sekeluarga telah tinggal di perumahan tersebut sejak
sekitar 1986 atau 1987. Sementara itu, Ratna tinggal di sana sejak 1988. Saat itu, suami Grace
masih hidup. "Dia sekeluarga memang tinggal cuma bertiga," tutur Ratna. Ratna mengaku tetap
menyapa Grace meski satu keluarga itu jarang bersosialisasi. Biasanya, Ratna menyapa Grace
saat jalan pagi.
Ratna juga mengaku sering mengajak Grace untuk ikut lari pagi. Akan tetapi, Grace
disebut tak pernah mau ikut. "Karena saya suka jalan pagi, saya sering lewat sini. Beliau (Grace)
lagi di depan mau buang sampahlah, nyapu. Karena sebagai tetangga dekat, rumah saya di
depan situ, saya sapa dia," tutur Ratna.

Adapun jenazah ibu dan anak laki-laki itu pertama kali ditemukan di kediaman mereka
pada Kamis siang. Jasad ibu dan anak itu ditemukan dalam kondisi membusuk dan hanya
tinggal tulang belulang. Tetangga terakhir kali melihat keduanya sudah lebih dari sebulan lalu.
Jenazah keduanya kini berada di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Belum ada pihak keluarga
yang datang ke kepolisian atau ke rumah sakit.li.

www.alterna�fa.com
Ibu dan Anak Tewas Tinggal Tulang Belulang di Depok, Polisi:
Sangat Mirip Kasus di Kalideres

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengki
Haryadi mengatakan, kasus ibu berinisial GAH (68) dan anaknya DAW (38) yang ditemukan
tewas dalam kondisi tinggal tulang belulang di Cinere, Depok mirip dengan kasus satu keluarga
tewas di Kalideres, Jakarta Barat.

Seperti diketahui, satu keluarga di Kalideres yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan
paman ditemukan tewas dengan keadaan membusuk di dalam sebuah rumah di Perumahan
Citra Garden 1, Kalideres, pada Kamis (10/11/2022). "(Kasus ibu dan anak tewas membusuk
di Depok) ini sangat mirip dengan kejadian yang di Kalideres. Oleh karenanya, polanya kita
sama, ditemukan jenazah sudah rusak," kata Hengki kepada awak media, Jumat (8/9/2023).

Hengki menjelaskan, pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP)
dan sterilitas dari awal. Hal itu dilakukan agar kepolisian bisa tahu apakah tewasnya GH dan
DAW memang mirip dengan kasus di Kalideres. "Sehingga tim labfor (laboratorium forensik)
bisa menganalisis apakah ada jejak-jejak orang di luar dua jenazah ini sebelum kejadian," ujar
Hengki.

Hengki menuturkan, laboratorium forensik juga melakukan analisis di seputar TKP


untuk mencari tahu apakah ada jejak-jejak racun dan sebagainya atau tidak. "Kemudian, juga
dari Ina�is berusaha mendapatkan identitas dari pada korban," tuturnya. Sebelumnya
diberitakan, ibu berinisial GAH (68) dan anak laki-lakinya yang berinisial DAW (38) ditemukan
tewas dalam keadaan tinggal tulang belulang di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere,
Depok, Kamis (7/9/2023).
Kepala Urusan Humas Polres Metro Depok Iptu Made Budi berujar, penemuan jenazah
itu bermula saat warga setempat melapor kepada satpam perumahan bernama Jafar bahwa
GAH dan DAW sudah lama tak terlihat. Jafar kemudian mengajak ketua RT setempat, Sony
Wicaksono, untuk mengecek kediaman GAH dan DAW.

Jafar dan Sony masuk secara paksa melalui pintu garasi rumah ibu dan anak itu. "Saksi
(Jafar-Sony) mencoba masuk ke dalam pagar, lalu membuka garasi rumah, dan mencium bau
tidak sedap dari ruang kamar mandi," ungkap Made. Jafar dan Sony tak langsung membuka
ruang kamar mandi tersebut. Keduanya membuat laporan ke Polsek Cinere. Pihak kepolisian
bersama Jafar dan Sony lalu membuka pintu kamar mandi dan menemukan jenazah GAH dan
DAW.
Menurut Made, kedua korban dalam keadaan bersandar ke dinding kamar mandi.
"Kedua korban ditemukan di ruang kamar mandi yang tidak terkunci dalam keadaan sudah
tidak bisa diidenti�ikasi, tinggal tengkorak," ucap Made.

www.alterna�fa.com
Ada Surat Berbahasa Inggris dalam Rumah Jasad Ibu-Anak di Depok,
"Mungkin Saya dan Ibu Sudah Meninggal..."

Jasad seorang ibu berinisial GAH (68) serta anak laki-lakinya berinisial DAW (38)
ditemukan telah membusuk di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis
(7/9/2023). Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Kepolisian Daerah (Polda)
Metro Jaya Hengki Haryad berujar, kepolisian menemukan sebuah tulisan seperti pesan yang
tertulis dalam sebuah laptop. "Jadi di sana tertulis, 'siapa pun yang membaca tulisan ini ini,
mungkin pada saat melihat tulisan ini saya dan ibu saya sudah meninggal dunia'," lanjut Hengki,
Jumat (8/9/2023).

Kendati demikian, Hengki enggan menyimpulkan bahwa tulisan itu merupakan pesan
atau wasiat. Tulisan itu masih didalami oleh tim forensik digital. "Lengkap ya isinya. Tetapi,
kami enggak akan katakan sekarang. (Tulisannya) dalam bahasa Inggris ya, yang kami
terjemahkan belum sempurna," ucap Hengki. Hengki mengatakan, kepolisian masih harus
mendalami pesan tersebut apakah benar ditulis salah satu orang di antara jenazah itu.

"Apakah memang ini tulisannya jenazah ini atau mungkin merupakan desepsi, kami
enggak tahu. Mungkin ada orang juga yang menulis, kami enggak tahu," ucap Hengki. Baca juga:
Tim Forensik Cari Unsur Racun di Kerangka Ibu-Anak di Depok Adapun tulisan itu nantinya
akan menjadi alat bukti yang akan menjadi petunjuk kepolisian soal apa yang terjadi sebelum
kedua orang dalam rumah itu sampai akhirnya tewas. "Apakah ini matinya alami, natural.
Apakah accident, kecelakaan? Apakah suicide, bunuh diri? Atau homicide, pembunuhan?
Apakah gabungan dari berbagai analisis ini," tutur Hengki.

Kepolisian, ucap Hengki, bakal melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) ulang
dan melibatkan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) untuk menganalisis secara
retrospektif otopsi psikologi. "Karena nanti dari tulisan itu, dalam bahasa Inggris ya tulisannya.
Akan terlihat apakah memang ini adalah tulisan daripada jenazah, apa motivasinya," kata
Hengki.

Seperti diketahui, penemuan mayat ini geger setelah salah satu warga setempat
melapor kepada satpam perumahan bernama Jafar bahwa GAH dan DAW sudah lama tak
terlihat. Jafar kemudian mengajak ketua RT setempat, Sony Wicaksono, untuk mengecek
kediaman GAH dan DAW. Jafar dan Sony tak langsung membuka ruang kamar mandi tersebut.
Keduanya membuat laporan ke Polsek Cinere. Kepolisian bersama Jafar-Sony lalu
membuka pintu kamar mandi dan menemukan jenazah GAH dan DAW. Di dekat jasad itu
terdapat botol minuman kaca dan cokelat. Adapun kondisi cokelat itu hanya tersisa
bungkusnya. Kedua korban dalam keadaan bersandar di dinding kamar mandi yang pintunya
tidak terkunci. Keduanya disebut terakhir kali dilihat pada pertengahan Juli lalu.

www.alterna�fa.com
Asal Muasal Sengketa Lahan Hotel Sultan, Seteru Pemerintah Vs
Pontjo Sutowo

Sengketa lahan atas Blok 15 Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) yang kini berdiri Hotel
Sultan di Jakarta Pusat belum berakhir. Terbaru, Kementerian Sekretariat Negara
(Kemensetneg) dan Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPK GBK) mengajukan
permohonan intervensi kepada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.

Permohonan intervensi ini diajukan atas gugatan perkara nomor


71/G/2023/PTUN.JKT oleh PT Indobuildco terhadap pembatalan Hak Pengelolaan (HPL)
1/Gelora. Ajuan permohonan intervensi telah dilaksanakan Kemensetneg dan PPK GBK pada
13 April 2023, yang bertujuan agar Pemerintah sebagai pemilik aset mendapatkan haknya.
Tujuan permohonan intervensi PPK GBK adalah agar Badan Layanan Umum (BLU)
yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengelolaan,
pemanfaatan, dan pengusahaan aset tersebut bisa mempertahankan haknya. Hal ini
disampaikan oleh Kuasa Hukum PPK GBK dari Assegaf Hamzah & Partners (AHP) Chandra
Hamzah dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (26/5/2023).
Kemudian, intervensi Kemensetneg dan PPK GBK diwakili oleh Jaksa Agung Muda
Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun). Lalu, PPK GBK selaku BLU dari
Kemensetneg juga menunjuk AHP untuk mengajukan permohonan intervensi. "Alhamdulillah,
pengadilan mengabulkan permohonan kami pada tanggal 8 Mei (2023).

Ini permohonan ini kita ajukan 13 April, 8 Mei menyatakan bahwa Kemensetneg
dengan kuasa Jamdatun ini diterima sebagai pihak yang mempertahankan haknya, begitu juga
PPK GBK," tambah dia. Setelah diterima, Kemensetneg dan PPK GBK mengajukan eksepsi dan
jawaban pada Senin (22/5/2023).

www.alterna�fa.com
Kualitas Udara Jakarta Minggu Pagi Tidak Sehat, Terburuk Ke-3 di
Dunia

Kualitas udara Jakarta pada Minggu (3/9/2023) pagi masih masuk dalam kategori
tidak sehat. Kualitas udara Ibu Kota per pukul 07.48 WIB bahkan menduduki peringkat ketiga
terburuk di dunia. Dikutip dari laman pengukuran kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara
di DKI Jakarta tercatat pada angka 155.

Angka tersebut membuat kualitas udara di Jakarta menjadi salah satu yang paling
buruk dibandingkan kota-kota besar lain di seluruh dunia. Sementara itu, peringkat pertama
diduduki oleh kota Kampala di Uganda yang memiliki indeks kualitas udara 162. Kemudian,
peringkat kedua diduduki oleh kota Lahore di Pakistan yang memiliki Indeks kualitas udara
157.

Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5, dengan
nilai konsentrasi 63.6 mikrogram per meter kubik. Konsentrasi tersebut 12.7 kali nilai
panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Dengan data di atas, artinya kualitas udara di Jakarta tetap buruk meskipun sebagian
besar masyarakat ibu kota tidak berangkat kerja pada hari Minggu pagi ini. Jika dibandingkan
dengan hari-hari sebelumnya, tingkat keparahan kualitas udara di Jakarta cenderung
�luktuatif. Pasalnya, pada Kamis (31/8/2023) dan Jumat (1/9/2023), indeks kualitas udara di
Jakarta berada pada angka 161 dan 162.

Sedangkan, pada Sabtu (2/9/2023), indeks kualitas udara di Jakarta cukup rendah,
yakni 153. Meski demikian, sejak Kamis, kualitas udara di Jakarta masih masuk dalam kategori
tidak sehat. Merespons buruknya kualitas udara Jakarta, situs IQAir merekomendasikan
masyarakat untuk mengenakan masker, menghidupkan penyaring udara, menutup jendela,
dan hindari aktivitas luar ruangan.

www.alterna�fa.com
Tips Lolos Tilang Uji Emisi, Jangan Beli Bensin Eceran

Menyikapi diberlakukannya tilang uji emisi yang dimulai sejak Jumat (1/9/2023),
masyarakat diimbau lebih memperhatikan kondisi kendaraan, khususnya di sektor mesin dan
pembakaran. Ada beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan supaya lolos tilang uji
emisi, seperti misalnya membersihkan ruang pembakaran mesin, melakukan �lushing oli, atau
memeriksa komponen catalytic converter. Selain langkah di atas, Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) juga membagikan tips supaya emisi tetap rendah, yakni tidak membeli BBM yang dijual
di pinggir jalan, alias eceran.
A. Hariadi, Kepala Suku Dinas DLH Jakarta Barat menjelaskan, masyarakat tidak bisa
menjamin komposisi BBM yang dijual eceran, karena boleh jadi, sudah ada bahan campuran
lain. “Ada kemungkinan BBM eceran itu sudah ada campuran residual lainnya, seperti minyak
tanah. Atau dijual namanya Pertamax, tapi ada campuran Pertalite,” ucapnya kepada
Kompas.com, Kamis (7/9/2023). Jika kendaraan menenggak BBM dengan kualitas tersebut,
besar kemungkinan proses pembakaran jadi tidak maksimal, dan berakibat pada tingginya
kadar emisi gas buang.
“Pastinya akan berpengaruh sekali saat dites uji emisi, kemungkinan besar akan
melebihi ambang batas (tidak lolos uji),” ujarnya. Ayuby Lumintang, Pengawas Tim Uji Emisi
Enviro yang bekerjasama dengan DLH, juga memastikan hal tersebut. Menurutnya, kadar emisi
yang sesuai biasanya dicapai melalui penggunaan BBM RON 92. “Karena BBM RON 92 itu sudah
sesuai dengan standardisasi Euro 4, jadi emisinya terbilang baik. Kalau pakai jenis RON di
bawah itu, ada kemungkinan tidak lolos tilang uji emisi,” ucapnya.

www.alterna�fa.com

Anda mungkin juga menyukai