Anda di halaman 1dari 4

SELEKTIF DALAM MEMILIH GURU

Ummatal muslimin jamaah jum’at rahimakumullah,


Puja dan puji syukur hanya pantas kita panjatkan kepada Allah swt, tuhan yang maha
esa, tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, tuhan yang menciptakan siang
dan malam tuhan yang menciptakan alam semesta, rabbul ‘alamain, Dan tentunya kita
bersyukur kepada Allah swt atas nikmat yang masih diberikan kepada kita baik itu berupa
nikmat umur, nikmat sehat dan nikmat sempat, Sehingga pada hari ini kita masih dapat
berkumpul di dalam masjid yang berbahagia ini yaitu untuk melaksanakan ibadah rutin kita
setiap pekan yaitu ibadah sholat jum’at.
Pada kesempatan ini juga khatib ingin berpesan baik itu untuk diri pribadi maupun
jamaah sekalian, agar marilah kita Bersama-sama saling mengingatkan yaitu untuk
meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT, takwa dalam arti melaksanakan semua
perintahnya serta menjauhi semua yang dilarangnya. Juga takwa yang berarti berusaha
meningkatkan kualitas ibadah kita yaitu dengan cara terus belajar serta memperdalam ilmu
agama kita. Jangan mudah kita puas dengan ilmu yang kita miliki, jangan merasa terlampau
bangga dengan gelar, jabatan dan kedudukan yang saat ini kita tempati, karena sesungguhnya
semua itu bersifat fana, semua itu hanyalah sementara dan Ketika kita sudah tiada maka
tinggallah semua itu di dunia melainkan amalan soleh yang diterima yang akan kita bawa.
Jamaah jum’at rahimakumullah,
Sesungguhnya setiap amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini kelak akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT di akhirat, terlebih lagi yang berkaitan dengan
ibadah, karena sesungguhnya Ketika kita berbicara tentang akhirat, maka ibadah lah yang
menjadi kata kuncinya.
Ketika ibadah tersebut kita kerjakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan serta
yang diajarkan oleh teladan kita Rasulullah Muhammad SAW, maka insyaAllah ibadah itu
akan menjadi penolong kita di hari penimbangan amal kelak, serta menjadi wasilah kita untuk
mendapatkan syafaat dari Rasulullah Muhammad SAW.
Akan tetapi jama’ah apabila sebaliknya, Ketika ibadah kita lakukan semau kita tanpa
memperhatikan apakah sudah sesuai dengan tuntunan dan yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW. Atau tidak, Maka ibadah tersebut akan tertolak dan lebih parahnya lagi akan menjadi
mala petaka untuk kita apabila yang kita lakukan sudah sampai pada derajat bid’ah,
sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadits nya yang berbunyi :
‫ َو ُك ّل َض َالَلِة ِفي الّناِر‬، ‫َو ُك ّل ِبْد َع ٍة َض َالَلًة‬
Yang artinya : “dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka”
Dari potongan hadits ini dapat kita ketahui bahwa betapa menakutkannya ancaman
apabila ibadah yang kita lakukan tidak sesuai dengan perintah dan yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW sehingga pelakunya diancam dengan neraka.
Ummatal muslimin Jamaah jumat rahimakumullah,
Lantas bagaimana sikap kita setelah mengetahui Bersama tentang konsekuensi apabila
kita salah atau keliru dalam melakukan ibadah terlebih lagi apabila ibadah yang kita lakukan
malah jauh dari tununan Rasulullah? Maka sudah tentu jawabannya adalah kita harus berhati-
hati dan selektif dalam memilih guru atau ustadz yang akan kita ambil ilmunya sehingga
ibadah yang kita lakukan akan terjaga dan bergerak lurus sebagaimana tuntunan nabi kita
Muhammad SAW. Mengingat, Siapapun guru kita kepada siapapun kita mengambil ilmu,
yang akan mempertanggung jawabkan amalan-amalan kita, bukan guru kita, bukan ustadz
kita melainkan adalah diri kita sendiri.
Allah Ta’ala berfirman:

‫َّم ِن ٱْهَتَد ٰى َفِإَّنَم ا َيْهَتِد ى ِلَنْفِس ِهۦ ۖ َو َم ن َض َّل َفِإَّنَم ا َيِض ُّل َع َلْيَها ۚ َو اَل َتِزُر‬
‫َو اِزَر ٌة ِو ْز َر ُأْخ َر ٰى ۗ َو َم ا ُكَّنا ُم َع ِّذ ِبيَن َح َّتٰى َنْبَع َث َر ُس واًل‬
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat
itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul” (QS. Al
Isra: 15).
Ummatal muslimin Jamaah jumat rahimakumullah,
Lantas, Bagaimanakah kriteria orang yang bisa kita ambil ilmunya? Sehingga kita
tidak khawatir Ketika belajar atau mengambil ilmu darinya.

Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan:


‫ َو‬،‫ َو ِإَلى َسْمِتِه‬،‫ َنَظُروا ِإَلى هديه‬،‫َك اُنوا ِإَذ ا َأَتْو ا الَّرُج َل ِلَيْأُخ ُذ وا َع ْنُه‬
‫ ثم أخذوا عن‬,‫صالته‬
“Para salaf dahulu jika mendatangi seseorang untuk diambil ilmunya, mereka
memperhatikan dulu bagaimana akidahnya, bagaimana akhlaknya, bagaimana shalatnya, baru
setelah itu mereka mengambil ilmu darinya” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan-
nya, no.434).
Dari penjelasan beliau di atas, secara garis besar ada 3 kriteria yang perlu diperhatikan
dalam memilih guru atau mengambil ilmu dari seseorang:
1. Akidahnya benar, sesuai dengan akidah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para
sahabatnya
2. Ilmunya mapan, bukan orang jahil atau ruwaibidhah. Diantara cerminannya adalah
cara shalatnya benar, sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
3. Akhlaknya baik
Selanjutnya Imam Malik rahimahullah berkata :

‫ َو َص اِح ِب َهَو ى َيْدُع و‬, ‫ َسِفْيٍه ُم عِلِن الَّس َفِه‬:‫َال ُيْؤ َخ ُذ اْلِع ْلُم َع ْن َأْر َبَعٍة‬
‫ َو َر ُج ٍل َم ْع ُرْو ٍف ِباْلَك ِذِب ِفْي َأحَاِد ْيِث الَّناِس َو ِإْن َك اَن َال َيْك ِذ ُب‬, ‫ِإَلْيِه‬
‫ َو َر ُج ٍل َلُه َفْض ٌل َو َص َالٌح َال‬, ‫َع َلى الَّر ُسْو ل َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

‫َيْع ِرُف َم ا ُيَح ِّد ُث ِبِه‬


“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata
kebodohannya, (2) Shahibu hawa’ (ahlul bid’ah) yang mengajak agar mengikuti hawa
nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan
manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, (4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui hadits yang dia sampaikan”
(At Tamhid, karya Ibnu Abdil Barr, 1/66, dinukil dari Min Washayal Ulama, 19).

Ummatal muslimin jama’ah jum’at rahimakumullah,


Tugas para guru agama atau ustadz adalah sekedar menyampaikan dan mengarahkan
orang kepada kebenaran dan tugas kita sebagai penuntut ilmu adalah mengikuti kebenaran
yang disampaikannya, bukan mengikuti orangnya. Kita tidak boleh taqlid buta kepada para
ulama dan para ustadz.
Imam Malik rahimahullah berkata:

‫ فانظروا في رأيي؛ فكل ما وافق‬،‫إنما أنا بشر أخطئ وأصيب‬


‫ وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة؛ فاتركوه‬،‫الكتاب والسنة؛ فخذوه‬
“Saya ini hanya seorang manusia, kadang salah dan kadang benar. Cermatilah
pendapatku, tiap yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, ambillah. Dan tiap yang tidak
sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah..” (Diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al
Jami 2/32, Ibnu Hazm dalam Ushul Al Ahkam 6/149. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi,
27).
Selanjutnya Imam Abu Hanifah berkata:

‫ال يحل ألحد أن يأخذ بقولنا؛ ما لم يعلم من أين أخذناه‬


“Tidak halal bagi siapapun mengambil pendapat kami, selama ia tidak tahu darimana
kami mengambilnya (dalilnya)” (Diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al Intiqa 145,
Hasyiah Ibnu ‘Abidin 6/293. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 24).
Jama’ah jum’at rahimakumullah,
Maka penting sekali untuk kita menyeleksi guru yang mengajarkan ilmu kepada kita
agar kita bisa beramal sesuai dengan kebenaran, sesuai dengan apa yang Allah tunjukkan
dalam Al Qur’an dan yang Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tuntunkan dalam sunnahnya.

Anda mungkin juga menyukai