Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

FORMULIR RENCANA PENELITIAN

A. IDENTITAS MAHASISWA
NAMA : RAHMIYETTI DWIRIDHA NIM : A1D018032
B. RENCANA JUDUL PENELITIAN
Uji Metabolit Sekunder Jamur Lecanicillium saksenae terhadap Aphis
crassivora pada Pakcoy (Brassica rapa L.)
C. KERANGKA PEMIKIRAN RUMUSAN MASALAH
1. KERANGKA PEMIKIRAN
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia banyak
terdapat jenis makanan yang menggunakan daun pakcoy sebagai bahan
makanan utama maupun sebagai pelengkap. Pakcoy selain sebagai
sayuran juga dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama yang
mengkonsumsinya secara kontinyu. Pakcoy dapat menghilangkan rasa
gatal ditenggorokkan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala
karena mengandung vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan
manusia (Vivonda et al., 2016 dalam Ginting et al., 2018).
Kutu daun (Hemiptera: Aphididae) adalah hama utama pada
tanaman kacang-kacangan dan telah dilaporkan di semua benua kecuali
Antartika. Spesies ini menyebabkan kerugian secara kualitatif dan
kuantitatif pada produksi kacang panjang. Kerusakannya disebabkan
oleh imago dan nimfa kutu daun yang makan secara bergerombol pada
daun, tunas, polong dan bunga kacang panjang. Serangan mampu
menurunkan produksi sebesar 65,78% (Hardianti, 2020). Intensitas
kerusakan pada tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata)
disebabkan oleh hama Aphis craccivora 43,79%, tergolong kategori
sedang (Masauna et al., 2013).
Ciri-ciri penting A. craccivora menurut Megasari et al. (2014)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

yaitu panjang kauda 0,21 mm, berwarna hitam yang mengecil di bagian
ujung dan terdapat beberapa rambut kecil, yaitu 2-5 rambut pada satu
sisi dan 3 rambut pada sisi lainnya. Sifunkuli berukuran panjang 0,38
mm, berwarna hitam dan berbentuk silinder yang mengecil di bagian
ujungnya. Kepala tempat perlekatan antena sedikit berkembang (weakly
developed). Imago kutu daun yang tidak bersayap berwarna hitam
dengan panjang tubuh 1,53 mm.
Kutu daun A. craccivora menyebabkan kerusakan dengan cara
menusuk jaringan dan menghisap cairan sel daun yang mengakibatkan
daun menjadi tumbuh tidak normal dan pada bagian daun yang
terserang akan menjadi rapuh. Pada populasi tinggi tanaman yang
terserang akan menjadi layu, daun berguguran dan sering kali tanaman
menjadi kerdil. Kutu daun mengeluarkan kotoran berupa embun madu
yang disukai oleh semut, embun madu tersebut akan menjadi media
atau tempat tumbuh cendawan berwarna kehitaman yang sering disebut
cendawan jelaga. Dengan adanya cendawan ini akan menghalangi
butiran hijau daun (klorofil) untuk mendapatkan sinar matahari,
akibatnya proses fotosintesis pada tanaman. Disamping merusak secara
langsung hama ini juga merupakan vektor 13 macam virus diantaranya
virus mosaik kedelai, virus daun kecil kacang panjang dan virus sapu
kacang tanah (Dixon, 1998, Kalshoven, 1981).
Upaya pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan hama
kutu daun yaitu dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan
pestisida dianggap lebih efektif, penggunaannya lebih praktis, dan
mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar dibandingkan dengan
teknik-teknik pengendalian hama dan penyakit lainnya. Berbagai jenis
pestisida yang telah banyak digunakan untuk membasmi hama yaitu
insektisida. Produksi pertanian sudah bergantung pada insektisida.
Ketergantangan tersebut diperkuat dengan anggapan masyarakat bahwa
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

tanpa menggunakan pestisida produksi pertanian tidak akan


menghasilkan atau akan mengalami gagal panen. Penggunaan pestisida
memberi pengaruh terhadap organisme dan lingkungan yang bukan
sasaran. Tindakan pengendalian kimia yang berlebihan dan terus
menerus dapat menimbulkan dampak negatif yang merugikan antara
lain terjadinya pencemaran lingkungan, terbunuhnya musuh-musuh
alami, terjadinya resistensi dan resurgensi hama serta timbulnya residu
pada komoditi hasil pertanian dan berbahaya bagi manusia. Selain itu,
insektisida juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia (Singkoh & Katili, 2019). Pengendalian hama tersebut
dilakukan dengan menggunakan pestisida sintesis yang cenderung tidak
ramah terhadap lingkungan. Salah satu pengendalian yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan hama yaitu menggunakan musuh
alami, seperti jamur entomopatogen (Dwiridha, 2021).
Penggunaan metabolit sekunder memiliki peluang besar untuk
digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
Harni et al. (2017) menyampaikan bahwa metabolit sekunder dapat
menjadi elisitor yang berfungsi dalam ketahanan tanaman terhadap
serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Di samping itu,
metabolit sekunder mengandung senyawa lengkap seperti antibiotik,
enzim, hormon, dan toksin yang dapat terangkut oleh air dan hara
sehingga dapat mencapai jaringan pembuluh. Metabolit sekunder
merupakan senyawa alami dengan berat molekul rendah (<3 kDa), yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang disintesis dari
metabolit primer (Vinale et al., 2014).
Jamur Lecanicillium saksenae memiliki ciri-ciri menurut Sukarno
et al. (2009) yaitu koloni pada lcA berwarna putih, dengan warna putih
krem terbalik, floccose dengan hifa udara bersujud, tanpa pigmen yang
menyebar ke dalam agar. Hifa udara memiliki lebar 1-2 m; phialides,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

soliter atau sering dalam lingkaran 2–4, ramping, meruncing ke arah


puncak, 14,5–36 × 1–2 μm. Konidia dimorfiknya makrokonidium
terbentuk lebih dahulu, mikrokonidia terbentuk kemudian.
Macroconidia falcate dengan ujung runcing, sedikit melengkung, 6–13
× 1,5–2 μm. Mikrokonidia berbentuk elips hingga fusoid dengan ujung
bulat, hampir lurus hingga sedikit melengkung, 2,5–5 × 1,5–2 μm.
Lecanicillium saksenae merupakan jamur entomopatogen yang
menghasilkan metabolit sekunder. L. saksenae menghasilkan metabolit
sekunder metil ester asam risinoleat dan selinane (Minarni et al., 2021).
Metabolit sekunder jamur L. saksenae efektif untuk mengendalikan
hama wereng batang coklat di lapang pada musim kemarau dengan
konsentrasi 5-15% dengan nilai efikasi 70,31-86,67% dan aman
terhadap keberadaan musuh alaminya (Minarni, 2021).
Uji patogenisitas L. saksenae menurut Sankar & Rani (2018)
menunjukkan bahwa spora L. saksenae bersifat infektif terhadap
walang sangit (Leptocorisa acuta) dan waktu membunuhnya sangat
singkat, sedangkan L. lecanii tidak bersifat patogen. Dewasa dan nimfa
Leptocorisa acuta yang terinfeksi L. saksenae menunjukkan gejala
yang berbeda sebelum kematian. Setelah 6-8 jam perawatan, serangga
gelisah dan terus-menerus menyisir bagian punggung tubuh, sayap dan
antena dengan kaki seolah-olah untuk menghilangkan benda asing.
Serangga tersebut kehilangan daya lekatnya, 10-14 jam setelah
perlakuan dan terlihat terus-menerus keluar dari sisi stoples. Serangga
yang jatuh menunjukkan agregasi. Setelah 20-24 jam perawatan,
serangga berada di punggung mereka, berbelit-belit dengan gerakan
menyentak kaki yang berulang dikombinasikan dengan lengkungan
perut. Kejang-kejang berangsur-angsur memudar saat serangga-
serangga itu mengalami kelumpuhan dan kematian. Serangga yang mati
menunjukkan pertumbuhan miselia putih, awalnya muncul dari kaki,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

dasar antena, membran inter segmental daerah perut dan di sekitar mata
majemuk secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh, lima hari setelah
kematian.

2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah untuk penelitian ini yaitu:
a. Apakah metabolit sekunder jamur L.saksenae efektif terhadap
A.craccivora pada pakcoy?
b. Bagaimana pengaruh metabolit sekunder jamur L.saksenae efektif
terhadap A.craccivora pada pakcoy?
c. Bagaimana cara aplikasi dan dosis metabolit sekunder jamur
L.saksenae efektif terhadap A.craccivora pada pakcoy?

D. INFORMASI PENDUKUNG
1. KEGIATAN PENELITIAN : Proyek
2. MATA KULIAH PENDUKUNG:
a. Dasar Perlindungan Tanaman (Nilai: AB)
b. Mikrobiologi Pertanian / PNA1306 (Nilai: B)
c. Perancangan Percobaan / PNA3311 (Nilai: AB)
d. Hama Penting Tanaman Utama / PNA (Nilai: BC)
e. Penyakit Penting Tanaman Utama / PNA2413 (Nilai: A)
f. Karantina Tumbuhan / PNA3535 (Nilai: A)
g. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu / PNA3520 (Nilai: AB)
h. Pengendalian Hayati / PNA 2533 (Nilai: A)
i. Metodologi Penelitian / PNA4624 (Nilai: A)
j. Klinik Tanaman / PNA4651 (Nilai: A)
k. Teknologi Laboratorium Perlindungan Tanaman dan Budidaya
Antagonis / PNA2649 (Nilai: A)
l. Praktik Kerja Lapangan (Nilai: A)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

4. Jumlah SKS yang telah lulus : 133 sks IPK : 3,64


E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah:
a. Menguji metabolit sekunder jamur L.saksenae terhadap A.craccivora
pada pakcoy.
b. Mengetahui dosis dan cara aplikasi metabolit sekunder jamur
L.saksenae yang efektif terhadap A.craccivora pada pakcoy.
2. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan peneltian ini adalah:
a. Memberikan informasi ilmiah tentang metabolit sekunder jamur
L.saksenae yang diujikan terhadap A.crassivora pada pakcoy.
b. Menambah pengetahuan tentang kemampuan metabolit sekunder
jamur L.saksenae yang diujikan terhadap A.crassivora pada pakcoy.

F. METODE PENELITIAN
1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan pertanian dan
Laboratorium Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Oktober 2021 - Februari 2022.
2. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah isolat jamur
L.saksenae, insektisida imidakloprid, kertas saring, kertas label, tisu,
tanah, kentang, agar, gula, alkohol 70%, aquades, spirtus, alumunium
foil, plastik wrap. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kurungan serangga, toples, gelas plastik, cawan petri, autoklaf,
mikroskop, erlenmeyer, pinset, LAF (Laminar Air Flow),
haemocytometer, sprayer, jarum inokulasi, bor gabus, kompor, bunsen,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

timbangan, jarum ose, batang L, scapel, alat tulis dan alat dokumentasi.
3. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial. Faktornya yaitu:
1. Cara aplikasi
A1 = disemprotkan ke tanaman
A2 = disemprotkan ke nimfa A.craccivora
2. Dosis metabolit sekunder L.saksenae
D0 = dosis metabolit sekunder L.saksenae 0 mL
D1 = dosis metabolit sekunder L.saksenae 5 mL
D2 = dosis metabolit sekunder L.saksenae 10 mL
D3 = dosis metabolit sekunder L.saksenae 15 mL
D4 = insektisida
Kedua faktor tersebut dikombinasikan sehingga terdapat 10
kombinasi dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh sebanyak 30 unit percobaan. Jumlah serangga yang diujikan
setiap unit percobaan sebanyak 20 nimfa A.craccivora.
4. VARIABEL PENGAMATAN
Variabel pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mortalitas nimfa A.crassivora, waktu kematian nimfa A.craccivora,
intensitas serangan, bobot segar dan kering tanaman.
5. ANALISIS DATA
Data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan Uji F pada
taraf kesalahan 5%, jika hasil yang didapat menunjukkan pengaruh nyata
maka dilanjutkan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf
5%.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

G. PEMBIMBING
Nama Tanda Tangan
Pembimbing I :
NIP. :
Pembimbing II :
NIP. :
H. PERTIMBANGAN PEMBIMBING
Pembimbing I:
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Pembimbing II:
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Purwokerto, September 2021


Komisi Studi Akhir Program Studi Agroteknologi

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyanto, E., & Setiawan, B.H. 2019. Intensitas serangan hama pada
beberapa jenis terung dan pengaruhnya terhadap hasil. Agrotechnology
Research Journal, 3(1): 8-12.

Dixon, A.F.G. 1998. Aphid ecology. 2nd Edition. Chapman & Hall, London.

Ginting, Y.C., Hermida, L., Rugayah., Agustian, J., & Taufiqurrahman, R.


2018. Uji aplikasi berbagai jenis pupuk urea lepas lambat terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis). Prosiding
Semnas SINTA FT UNILA, Vol.1. Bandar Lampung, 19 Oktober 2018.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

Hardianti, U. 2020. Uji efektivitas ekstrak daun mimba (Azadirachia indicajus)


terhadap Aphis craccivora tanaman kacang tunggak (Vigens unguiculata).
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Cokroaminoto Palopo. Palopo.

Harni, R., Amaria, W., Syafaruddin & Mahsunah, A.H. 2017. Potensi metabolit
sekunder Trichoderma spp. untuk mengendalikan penyakit Vascular Streak
Dieback (VSD) pada bibit kakao. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar,
4(2): 57-66.

Hautbergue, T., Jamin, E.L., Debrauwer, L., Puel, O., & Oswald, I.P. 2018.
From genomics to metabolomics, moving toward an integrated strategy for
the discovery of fungal secondary metabolites. Natural Product Reports,
35(2): 147–173.

Irawan, D. 2017. Pengaruh aplikasi insektisida terhadap serangga hama dan


musuh alami pada pertanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). Tesis.
Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, IPB.

Kaiser, D., Bacher, S., Mène-Saffrané, L., & Grabenweger, G. 2018. Efficiency
of natural substances to protect Beauveria bassiana conidia from UV
radiation. Pest Management Science, 75(2): 556–563.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. PT Ichtiar Baru,


Jakarta.

Kuswanto, Soetopo L, Afandhi A, Waluyo B. 2007. Perakitan varietas tanaman


kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Fruwirth) toleran hama aphid
dan berdaya hasil tinggi. Laporan penelitian. Fakultas pertanian,
Universitas Brawijaya. Malang.

Marhani. 2018. Frekuensi dan intensitas serangan hama dengan berbagai


pestisida nabati terhadap hasil tanaman brokoli (Brassica oleracea L.).
Iraah, 43(2): 123-132.

Masauna, E.D., Tanasale, H.L.J., & Hetharie, H. 2013. Studi kerusakan akibat
serangan hama utama pada tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata).
Jurnal Budidaya Pertanian, 9(2): 95-98.

Megasari, D., Damayanti, T.A., & Santoso, S. 2014. Pengendalian Aphis


craccivora Koch. dengan kitosan dan pengaruhnya terhadap penularan
Bean common mosaic virus strain Black eye cowpea (BCMV-BIC) pada
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

kacang panjang. Jurnal Entomologi Indonesia, 11(2): 72-80.

Minarni, E.W. 2021. Potensi metabolit sekunder jamur entomopatogen untuk


mengendalikan hama wereng batang coklat pada padi. Doctoral Thesis,
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Minarni, E.W., Soesanto, L., Suyanto, A., & Rostaman. 2021. Effectiveness of
secondary metabolites from entomopathogenic fungi for control
Nilaparvata lugens Stal. in the laboratory scale. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia, 25(1): 86-97.

Mishra, S., Kumar, P., & Malik, A. 2015. Effect of temperature and humidity on
pathogenicity of native Beauveria bassiana isolate against Musca
domestica L. Journal of Parasitic Disease, 39(4): 697–704.

Missdiani., Lusmaniar., & Wahyuni, A.U. 2020. Pengaruh pemberian pupuk


organik cair dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) di polybag. Jurnal Ilmu Pertanian
Agronitas, 2(1): 19-33.

Sankar, S.S.H. & Rani, O.P.R. 2018. Pathogenicity and field efficacy of the
entomopathogenic fungus, Lecanicillium saksenae Kushwaha, Kurihara
and Sukarno in the management of rice bug, Leptocorisa acuta Thunberg.
Journal of Biological Control, 32(4): 230-238.

Singkoh, M.F.O. & Katili, D.Y. 2019. Bahaya pestisida sintetik (sosialisasi dan
pelatihan bagi wanita kaum ibu desa Koka kecamatan Tombulu kabupaten
Minahasa. Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia, 1(1): 5-12.

Sukarno, N., Kurihara, Y., Ilyas, M., Mangunwardoyo, W., Yuniarti, E.,
Sjamsuridzal, W., Park, J.Y., Saraswati, R., Inaba, S., Widyastuti, Y.,
Ando, K., & Harayama, S. 2009. Lecanicillium and Verticillium species
from Indonesia and japan including three new species. Mycoscience, 50:
369-379.

Vinale, F., Manganiello, G., Nigro, M., Mazzei, P., Piccolo, A., Pascale, A., …
Woo, S. 2014. A novel fungal metabolite with beneficial properties for
agricultural applications. Molecules, 19(7): 9760–9772.

Vivonda, T., Armaini, & Yoseva, S. 2016. Optimalisasi pertumbuhan dan


produksi tanaman pakcoy (Brassicca rapa L.) melalui aplikasi beberapa
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

dosis pupuk bokashi. JOM Faperta, 3(2) : 1-11.

Wang, X., Gong, X., Li, P., Lai, D., & Zhou, L. 2018. Structural diversity and
biological activities of cyclic depsipeptides from fungi. Molecules, 23(1):
169.

Anda mungkin juga menyukai