Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INTELIGENSI DAN BAKAT


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum
Dosen pengampu: Moh. Chablul Chaq, M. Psi

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Oktavia Putri Rahmadhani (1860308231264)

2. Pungki Tri Dian Sari (1860308233230)

3. Muhammad Zidan Haiba’ Azkiya (1860308233235)

4. Pramesthi Chanda Dewi (1860308233242)

5. Navida Nindy Kuswoko Putri (1860308233249)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, serta sholawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW berkat
limpahan rahmat, nikmat taufik dan hidayahnya sehingga kita bisa menjalani tugas makalah
dengan maksud dan tujuan pendidikan untuk memenuhi mata kuliah psikologi kepribadian.
Dengan terselesaikannya makalah ini tidak lupa kami dengan mengucapakan terima
kasih banyak kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Aziz, M.Pd.i. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulangagung.
2. Bapak Dr. Akhmad Rizqon Kha mami, Lc., M.H.A., selaku Dekan Fakultas Ushuludin
Adab dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Hj. Uswah Wardina, M.Si., selaku kajur psikologi islam.
4. Moh. Chablul Chaq, M.Psi, selaku dosen pengampuh Mata kuliah psikologi
kepribadian yang sudah telah mendampingi kampi dalam penyusunan makalah ini.
5. Serta dengan teman teman kami dari prodi psikologi islam tahun ajaran 2024/2025
yang sudah senantiasa memberikan semangat dan suportnya kepada penyusunan
makalah ini.

Dengan demikian makalah ini telah kami susun dengan dalam kadaan sadar
menyadari sesungguhnya makalah yang kami susun ini masih banyak kekurangannya dan
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami sebagai penyusunan makalah ini minta
maaf sebesar besarnya dan semoga makalah ini bermanfaat buat semuanya. dan oleh
karena itu kami siap menerima kritikan maupun saran sebagai bahan untu evaluasi.

Tulungagung, 5 Maret 2024


Hormat Kami

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian tentang intelegensi telah menjadi fokus dalam psikologi sejak awal abad
ke-20. Alfred Bined dan Theodore Simon merancang tes kecerdasan pertama pada
tahun 1905 sebagai upaya untuk mengukur potensi akademis anak-anak. Konsep
intelegensi mengalami perkembangan dan pengembangan melalui studi-studi oleh
para ahli seperti Charles Spearman, yang mengusulkan teori faktor G (General
intelligence), dan Louis Thurstone yang mengusulkan teori faktor-faktor primer.
Howard Gardner juga memperkenalkan teori multiple intelligences yang mengusulkan
bahwa ada berbagai jenis intelegensi yang independen satu sama lain.
Pengukuran tes inteligensi seperti tes Binet, Stanford-Binet, dan Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS) dikembangkan untuk mengukur berbagai aspek intelegensi,
termasuk pemahaman verbal, kemampuan numerik, dan pemecahan masalah.
Pengembangan tes-tes ini telah mengalami evolusi dari metode-metode tes awal
hingga penggunaan komputer dan teknologi digital dalam pengukuran intelegensi saat
ini.
Sedangkan konsep bakat telah lama menjadi perhatian dalam psikologi, terutama
dalam bidang psikologi pendidikan dan perkembangan. Teori-teori tentang bakat
mencakup pendekatan seperti teori multiple intelligences oleh Howard Gardner, teori
faktor ganda oleh Thurstone, dan pendekatan kekuatan (strength-based apporoach)
dalam pengelolaan bakat. Selain itu, pengembangan bakat dipengaruhi oleh faktor-
faktor genetik dan lingkungan. Stimulasi kognitif, kesempatan pembelajaran, dan
pengalaman yang mendukung pertumbuhan dan eksplorasi berbagai minat dan
kecenderungan alami juga memainkan peran penting dalam pengembangan bakat.
Latar belakang ini memberikan konteks yang penting dalam memahami evolusi
pemikiran dan penelitian tentang intelegensi dan bakat dalam psikologi umum.
Dengan memahami latar belakang ini, kita dapat lebih baik dalam mengeksplorasi
berbagai aspek dan implikasi dari kedua konsep tersebut dalam konteks
perkembangan individu dan interaksi dengan lingkungan.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan ciri-ciri perilaku inteligen?


2. Bagaimana hubungan inteligensi dengan kreativitas?
3. Bagaimana tes inteligensi?
4. Bagaimana perkembangan dan penggunaan tes inteligensi?
5. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan inteligensi?
6. Bagaimana pengertian bakat?
7. Siapa anak berbakat itu?
8. Bagaimana ciri-ciri anak berbakat?
9. Apa saja jenis-jenis bakat?
10. Bagaimana mengembangkan kemampuan anak berbakat?
11. Bagaimana tes bakat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri perilaku inteligen


2. Untuk mengetahui hubungan inteligensi dengan kreativitas
3. Untuk mengetahui tes inteligensi
4. Untuk mengetahui perkembangan dan penggunaan tes inteligensi
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan inteligensi
6. Untuk mengetahui pengertian bakat
7. Untuk mengetahui siapa anak berbakat
8. Untuk mengetahui ciri-ciri anak berbakat
9. Untuk mengetahui jenis-jenis bakat
10. Untuk mengetahui pengembangan kemampuan anak berbakat
11. Untuk mengetahui tes bakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Inteligensi
1. Pengertian Inteligensi dan Ciri Ciri Perilaku Inteligensi
pengertian Inteligensi ini adalah tentang kemampuan orang bagiamana cara
berfikir yang abstrak, kemudian kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dan ada juga yang mendefinisikan inteligensi itu sebagai intelek plus
pengetahuan, lalu inteligensi juga teknik untuk memproses informasi yang disediakan
oleh indera. atau bisa disebut juga pengertian inteligensi itu tentang kecerdasan
(activity) yang efisien. 1
ciri ciri perilaku inteligen lainya sebagai berikut ini :
a. Purpserful Behavior, artinya perilaku yang inteligen, selalu mengarah pada
arah tujuan yang harus jelas.
b. Organized Behavior, artinya perilaku yang terkoordinasi, seluruh tenaga dan
alat alat yang dibutuhkan dalam suatu memecahkan masalah yang sedang
berada dalam suatu koordinasi yang tidak acak acakan.
c. Physical Well Toned Behavior, artinya mempunyai sikap jasmaniah yang
bagus, penuh tenaga dan tangkas ataupun lincah.
d. Adabtable Behavior, artinya perilaku yang lebih luas fleksibel, maka tidak
akan kaku, namun selalu akan siap untuk mengadakan penyesuaian atau
perubahan pada keadaan yang baru.
e. Suceces Oriented Behavior, artinya perilku yang disadari dengan perasaan
aman, tenang, gairah, dan penuh kepercayaan yang sukses ataupun optimis.
f. Clearly Motivated Behavior, artinya perilaku yang bisa mempenuhi
kebutuhannya, dan bermanfaat bagi orang lain ataupun masyarakat.
g. Rapid Behavior, yaitu perilaku yang sangat efisien, efektif, dan cepat ataupun
singkat dalam menggunakan waktu
h. Broad Behabior, yaitu perilaku yang memilik latar belakang dan pendangan
yang luas meliputi sikap dasar berserta jiwa yang tebuka.

2. Hubungan Inteligensi dengan Kreativitas


Apa sih kreativitas itu? Kreativitas itu ialah suatu bidang kajian yang
sulit, sehingga timbulkan beberapa perbedaan pandangan. Dan biasanya
perbedaan itu terletak pada definisi kreativitas, kriteria tingkah laku
kreativitas, proses kreatif, hubungan inteligensi dan kreativitas, karakteritsik
orang kreativ, korelat-korelat kreaktivitas, dan untuk kembangkan kreativitas. 2
Dan hubungan inteigensi dengan kreativitas ini sangat berpengaruh terhadap
tingkat kreativitas individu. Kemudian kreaktivitas dapat dibedakan didalam

1
Effendi Praja, Pengantar Psikologi, Angkasa, (Bandung, 1993)
2
Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan, (Bandung, 1994)
suatu dimensi person, proses, produk, atau press. Keempat dimensi kreativitas
ini menyebutnya sebagai the Four P’s of Creativity.
Lalu sejumlah beberapa ahli psikologi dalam rangka mengetahui ciri
ciri manakah, yang menurut pendapat mereka paling cerminkan kepribadian
yang
Kreatif. 3
berikut ini ada beberapa ciri ciri tersebut:
a. Memiliki daya imajinasi yang kuat
b. Memiliki inisiatif
c. Memiliki minat yang luas
d. Bebas dalam berpikir
e. Bersifat keingin tahu
f. Selalu ingin dapatkan pengalaman yang baru
g. Percaya kepada diri sendiri
h. Penuh semangat
i. Berani ambil resiko
j. Berani dalam berpendapat dan keyakinan

Kemudian banyak tanggapan dan perdepatan tentang apa hubungan


inteligensi dan Kreativitas, hubungan keduanya memiliki perbedaan teori
guilford yang mengenai Structure of Intellect (SOI), pada dasarnya inteligensi
ini sangat menyangkutkan dengan cara berpikir konvergen (memusat),
sedangkan kreativitas sangat berkenakaan dengan cara berpikir yang divergen
(menyebar). Beberapa penelitian menjelaskan bahwa anak anak yang tinggi
kreativitasnya maka anak itu memilik taraf kecerdasaan (IQ) di bawah rata
rata IQ kelompok sesamanya. didalam konteks kebakatan (giftedness),
menyatakan bahwa IQ tidak bisa dijadikan kriteria tunggal untuk
identifikasikan orang orang yang berbakat. Lalu jika IQ saja hanya digunakan
sebagai kriteria, maka 70% orang yang tinggi kreativitasnya akan dieliminasi
dari seleksi. 4

Lalu berikut ini para peneliti membuat empat kelompok orang diantaranya:
1. Kreativitas rendah, inteligensi rendah
2. Kreativitas tinggi, inteligensi tinggi
3. Kreativitas rendah, inteligensi tinggi
4. Kreativitas tinggi, inteligensi rendah

Demikian, kreativitas dan inteligensi merupakan dua domain


kecakapan manusia yang beda. Didalam sebuah teori yang berlaku dewasa
ini, baik inteligenis ataupun kreativitas, bisa dijaikan sebuah kriteria untuk
bisa menentukan bakat orang lain.

3
Rodes, An Analysis of Creativity, Phi Delta Kappan, 1961
4
Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (PT Gramedia, Jakarta : 1987)
3. Tes inteligensi
Tes inteligensi merupakan tes yang bertujuan untuk mengukur inteligensi,
sedangkan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.5 Pada tahun
1933 Cyril Burt, yaitu seorang ahli psikologi berkebangsaan Inggris menulis:
"Melalui inteligensi, ahli psikologi bisa memahami kemampuan Intel
keseluruhan yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut paling tidak bawaan
atau diwariskan, tidak ada kaitannya dengan pengajaran atau pelatihan.
Kemampuan itu intelektual bukan moral atau emosional dan tidak dipengaruhi
oleh semangat atau kerajinan. Kemampuan tersebut umum dan tidak khusus, yaitu
tidak terbatas pada jenis pekerjaan tertentu, tetapi masuk ke dalam semua yang
kita lakukan atau kita katakan atau kita pikirkan. Dari semua kualitas mental kita,
inilah yang paling jauh jangkauannya. Untunglah kemampuan itu bisa diukur
dengan tepat dan mudah."
Untuk menghasilkan kualitas tes yang baik, diperlukan metode pengukuran
yang signifikan dan hasilnya harus tidak bersifat kebetulan. Tes inteligensi modern
kurang lebih 95% reliable dalam bahasa statistik dikatakan memiliki reliability
coefficient 95. Tes yang baik juga harus valid. Untuk menentukan hal ini, kita
harus membandingkannya dengan ukuran yang kriteria atau standar. Tes
inteligensi kasar yang dipakai oleh orang awam memiliki validity coefficient yang
sangat rendah, seperti kemampuan mencari uang, kemampuan bersekolah
bertahun-tahun, dan kemampuan mengingat fakta-fakta bukanlah tes inteligensi
yang sangat valid. Hasil tes inteligensi itu bermacam-macam bisa berupa angka
dalam skala yang bermacam-macam atau bisa pula dalam bentuk angka yang
menunjukkan keadaan aspek-aspek dengan penjabaran dalam bentuk hasil
"evaluasi psikologis" dengan psikogram. Karena itu, tidak setiap angka hasil tes
inteligensi yang ditulis dalam lembaran hasil pemeriksaan adalah angka IQ.
Sternberg (1985) seperti yang dikutip oleh Rita L. Atkinson dan kawan-kawan,
dalam upaya menggeneralisasikan pendekatannya, berpendapat yang jauh lebih
besar dari yang ditemukan oleh ahli psikologi masa lalu. Sternberg menyatakan
bahwa komponen yang lebih besar ini berhubungan bukan hanya dengan
"inteligensi akademik" tetapi berhubung juga dengan ‘inteligensi praktis’.
Komponen ini dapat disusun dalam empat kelompok sebagai berikut:

a. Kemampuan untuk berpikir dan mengambil pelajaran dari pengalaman


b. Kemampuan untuk berpikir dan menalar secara abstrak
c. Kemampuan untuk beradaptasi dengan hal-hal yang timbul dari dunia yang
selalu berubah dan tidak pasti
d. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri guna menyelesaikan secara
tepat tugas-tugas yang perlu diselesaikan
Sebagian besar inteligensi yang digunakan sekarang cukup efektif dalam
menilai dua kemampuan pertama, tetapi kurang berguna dalam menilai dua
kemampuan yang terakhir. Atkinson berkata bahwa metode baru harus

5
Silva & Hunt, Tes-Tes Inteligensi (Inggris; 1986)
dikembangkan dalam menilai motivasi dan kemampuan pemecahan masalah
praktis untuk meningkatkan kekuatan prediksi tes inteligensi.
4. Perkembangan dan Penggunaan Tes Inteligensi
Orang pertama yang mengembangkan tes untuk menilai kemampuan
inteligensi intelektual adalah Sri Francis Galton. Galton tertarik pada perbedaan
individu dari teori evolusi sepupunya yang bernama Charles Darwin. Galton
meyakini bahwa keluarga tertentu secara biologis adalah unggul lebih kuat dan
lebih cerdas dibandingkan keluarga lain. Menurutnya inteligensi adalah masalah
keterampilan sensorik - perseptual yang luar biasa, yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Karena semua informasi didapatkan melalui
indra, semakin sensitif dan akurat alat persepsi seseorang, maka semakin cerdas
orang itu. Galton mendasarkan tes inteligensinya pada keunggulan kekuatan fisik,
dengan demikian variabel yang diukur adalah ukuran batok kepala, ketajaman
penglihatan, ingatan terhadap bentuk visual, kemampuan bernafas, dan kekuatan
genggaman tangan. Galton merasa kecewa karena pada kenyataannya ukuran
batok kepala dan genggaman tangan para cendekiawan yang tersohor di Inggris
itu tidak dapat dibedakan dengan batok kepala dan genggaman tangan orang biasa.
Meskipun tes tersebut tidak bermanfaat, setidaknya Ia telah meletakkan tonggak
dalam sejarah tes inteligensi dan Ia tercatat telah menerapkan koefisien korelasi
yang memiliki peran penting dalam psikologi.
Sementara itu, seorang dokter dan juga ahli psikologi berkebangsaan Prancis
yang bernama Alfred Binet mengajukan tes pertama yang mendekati tes
inteligensi kontemporer dan dibantu oleh temannya yang bernama Theophile
Simon, sehingga tes tersebut terkenal dengan nama Tes Binet-Simon. Binet
merancang tes tersebut dengan cara Ia memperhatikan anak-anak memecahkan
berbagai persoalan yang berbeda dan membentuk serangkaian pertanyaan atau
item yang tipikal dari prestasi anak yang memiliki usia berbeda-beda dan yang
membedakan anak-anak cemerlang dan bodoh. Binet mengeluarkan skala soal tes
dengan kesulitan yang meningkat yang mengukur jenis-jenis perubahan
inteligensia yang biasanya berkaitan dengan peningkatan usia. Butir soal tes yang
dikembangkan oleh Binet kemudian diadaptasi untuk anak sekolah Amerika oleh
Lewis Terman di Stanford University. Di samping itu Terman menerapkan indeks
inteligensi praktis yang disarankan oleh ahli psikologi Jerman, William Stern.
Indeks ini adalah IQ (Intellegence quotient). Indeks ini mengekspresikan
inteligensi sebagai rasio usia mental (MA) terhadap usia kronologis (CA):
IQ = MA/CA × 100
Keterangan:
MA (mental age) = usia mental, kemampuan anak menjawab soal secara tepat
CA (chronological age) = usia kronologis anak yang ditentukan dari tanggal
lahirnya
100 = digunakan sebagai pengali, jadi jika nilai 100 itu nilai MA sama dengan
nilai CA
Stanford-Binet berbagai jenis soal campuran untuk menguji inteligensi.
Revisi tahun 1986, semua soal campuran tersebut berperan sama besar
terhadap nilai total IQ karena bisa jadi seorang anak mengerjakan secara baik
tes perbendaharaan kata (vocabulary test), namun tidak baik pada tes yang
memerlukan penggambaran bentuk-bentuk geometrik. Kelebihan dan
kelemahan itu mungkin diketahui oleh pemeriksa tetapi tidak tercermin dalam
nilai IQ. Revisi tahun 1986 tersebut mengelompokkan tesnya menjadi empat
bidang luas kemampuan intelektual, yakni penalaran verbal, penalaran
abstrak/visual, penalaran kuantitatif, dan memori jangka pendek. 6

Distribusi Normal Tingkat Kecerdasan:


IQ (Intelligence Deskripsi Verbal
Quotient/Tingkat
Kecerdasan)
0 - 19 Idiot
20 - 49 Embicile
50 - 69 Moron
70 - 79 Inferior
80 - 89 Bodoh
90 - 109 Normal
110 - 119 Pandai
120 - 129 Superior
130 - 139 Sangat Superior
140 - 179 Gifted
180 ke atas Genius

5. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perubahan Intelegensi\

a. Faktor Genetik

6
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: 1987)
Genetika memainkan peran penting dalam menentukan tingkat
intelegensi seseorang. Penelitian pada kembar identik dan non-identik telah
menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki pengaruh signifikan terhadap
kecerdasan. Namun, penting untuk dicatat bahwa gen tidaklah satu-satunya
penentu; interaksi antara gen dan lingkungan juga berperan dalam
perkembangan kognitif.

b. Faktor Llingkungan
Lingkungan keluarga, sekolah, dan sosial memainkan peran penting
dalam membentuk dan mengembangkan kecerdasan seseorang. Faktor-faktor
seperti stimulasi kognitif, akses terhadap pendidikan yang berkualitas, pola
asuh, dan paparan terhadap bahasa dan budaya dapat memengaruhi
perkembangan kognitif.

c. Pendidikan dan Stimulasi Kognitif


Pendidikan formal memberikan kesempatan bagi individu untuk
mengembangkan keterampilan kognitif dan pengetahuan. Kualitas pendidikan,
akses terhadap sumber daya pendidikan, serta motivasi untuk belajar dapat
memengaruhi perubahan intelegensi. Partisipasi dalam aktivitas yang
membutuhkan pemikiran kritis, belajar, dan berpikir kreatif dapat
meningkatkan kapasitas kognitif seseorang.

d. Kesehatan dan Gizi


Nutrisi yang cukup dan sehat sangat penting untuk perkembangan otak
yang optimal. Kekurangan gizi atau masalah kesehatan yang tidak ditasi dapat
memengaruhi fungsi kognitif dan pembelajaran. Penyakit yang memengaruhi
otak atau sistem saraf juga dapat berdampak negatif pada kecerdasan.

e. Faktor Psikologis
Aspek psikologis seperti motivasi, ketekunan, kepercayaan diri, dan
keterlibatan dalam aktivitas yang memerlukan pemikiran yang kompleks dapat
memengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Individu yang memiliki motivasi
tinggi dan sikap mental yang positif terhadap pembelajaran cenderung
memiliki kemampuan belajar dan penyesuaian diri yang lebih baik.

f. Penuaan
Proses penuaan alami dapat memengaruhi kinerja kognitif seseorang.
Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan intelegensi terkait dengan
penuaan tidak selalu mengarah pada penurunan; ada juga penelitian yang
menunjukkan bahwa beberapa aspek kecerdasan tetap stabil atau bahkan
meningkat seiring bertambahnya usia. Cara yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir penurunan kognitif terkait usia yaitu dengan menerapkan gaya
hidup sehat, melakukan aktivitas kognitif yang teratur, serta melakukan
interaksi sosial.
Faktor-faktor ini seringkali saling berkaitan dan kompleks, dan
interaksi diantara mereka sangat bervariasi antar individu. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh beberapa
faktor tersebut guna memahami perubahan intelegensi individu.

B. Bakat
1. Apakah Bakat itu?
Bakat adalah kemampuan atau kecenderungan alami seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas atau tugas dengan baik atau lebih mudah dibandingkan
dengan orang lain. Bakat dapat bervariasi dari bidang ke bidang; seperti bakat
dalam seni, musik, olahraga, matematika, bahasa, dan sebagainya.
Bakat seringkali muncul secara alami pada individu, meskipun bisa juga
dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Orang yang memiliki bakat dalam
suatu bidang cenderung menunjukkan minat yang kuat dan kemajuan yang cepat
ketika terlibat dalam aktivitas tersebut. Bakat dapat menjadi aset yang berharga
dalam mencapai kesuksesan dan kepuasan dalam kehidupan individu.

2. Siapa Anak-anak Berbakat itu?


menurut undang-undang tentang pendidikan untuk anak berbakat Amerika Serikat,
anak berbakat adalah anak-anak yang di tingkat pra-sekolah, sekolah dasar, dan
sekolah menengah, diidentifikasi memiliki kemampuan yang tinggi, baik yang
sudah nyata maupun yang potensial dalam bidang-bidang seperti intelektual,
kreatif, kepandaian khusus, kepemimpinan, atau seni. 7

3. Identifikasi Bakat menurut Joseph S. Renzulli


Joseph S. Renzulli memperkenalkan beberapa pendekatan dalam upaya
mengidentifikasi keberbakatan seseorang, termasuk pendekatan psikometri,
pendekatan perkembangan, penilaian berdasarkan penampilan, dan pendekatan
sosiometri.

a. Pendekatan Psikometri
Pendekatan psikometri melibatkan penggunaan tes dan alat evaluasi lainnya
untuk mengukur berbagai aspek kemampuan; termasuk kecerdasan,
kreativitas, dan faktor lain yang terkait dengan keberbakatan. Ini termasuk
penggunaan tes IQ, tes prestasi, dan tes kreativitas untuk mengukur berbagai
dimensi bakat seseorang secara objektif.

b. Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan melibatkan pengamatan terhadap perjalanan
perkembangan anak dari waktu ke waktu. Ini mencakup melihat
perkembangan kognitif, emosional, sosial, dan fisik anak dalam konteks
identifikasi keberbakatan. Faktor-faktor seperti minat yang mendalam,
ketertarikan pada subjek tertentu, dan pencapaian tertentu dapat menjadi
indikator penting dalam pendekatan perkembangan ini.

c. Penilaian berdasarkan Penampilan

7
Alex Sobur, Psikologi Umum, (1987)
Pendekatan ini menilai keberbakatan seseorang berdasarkan apa yang
mereka capai atau tunjukkan dalam karya atau prestasi mereka. Ini bisa
mencakup pengamatan terhadap karya seni, musik, sastra, atau prestasi
akademis dalam bidang tertentu. Penampilan yang luar biasa atau karya yang
orisinil dapat menjadi indikator penting dari keberbakatan.

d. Pendekatan Sosiometri
Pendekatan sosiometri melibatkan pengamatan terhadap interaksi sosial
dan dinamika hubungan antara individu dalam kelompok. Ini bisa mencakup
mengamati bagaimana seseorang berinteraksi dengan rekan-rekan sejawatnya,
bagaimana mereka mempengaruhi kelompok, dan apakah mereka
menunjukkan kepemimpinan atau pengaruh yang kuat dalam lingkungan
sosial mereka. Interaksi sosial yang baik, kemampuan kolaborasi, dan
kebersihan dalam mempengaruhi orang lain dapat menjadi indikator dalam
pendekatan sosiometri.
Dengan menggabungkan berbagai pendekatan ini, praktisi dapat
memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang keberbakatan
seseorang dan memberikan dukungan yang sesuai untuk pengembangan bakat
mereka.

4. Ciri – Ciri Anak Berbakat


Dalam para ahli sudah menemukan banyak sekali ciri anak bakat . para ahli
telah menyusun daftar ciri-ciri anak yang berbakat yang bervariasi , baik dalam
jumlah maupun isinya . bahwa anak berbakat itu memiliki semua ciri-ciri tersebut,
sebab setiap individu itu unik dan tidak ada dua kepribadian yang persis yang
sama .
Ada beberapa kecenderungan atau ciri-ciri umum yang sama pada mereka,
meskipun perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda
keunggulan mental, anak-anak yang berbakat sekurang-kurangnya normal dalam
perkembangan fisik dan motorik lalu para peneliti menjelaskan anak-anak itu
berbakt sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungan .
dalam pengeculian – pengenculian selalu ada , misalnya beberapa anak yang
tersebut berbakat , lambat dalam perkembangan motorik.
Renzzuli dan kawan kawanya dalam penelitiannya , menyimpulkan bahwa
yang menentukan bakat seseorang pada pokoknya dapat merujuk pada tiga
kelompok ciri – ciri yang berbakat yaitu :
a. Kemampuan diatas rata – rata
b. Kreativitas
c. Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugasnya .
Sejauh anak yang bakat saat ini disebut sebagai yang berbakat sebenarnya
bergantung pada ketertiban antara ketiga kelompok. Ciri-ciri setiap kelompok
mempunyai peran yang sama tetapi tidak hanya kemampuan rata-rata tetapi
kreativitas dan tanggung jawab atau pengikutan diri terhadap tugasnya (task
commitment) pun juga sama pentingnya itu.
Didalam rata –rata tidak berarti bahwa kemampuan itu harus Tunggal unggul.
yang pokok adalah kemampuan yang harus cukup bisa diimbangi oleh kreativitas
dan tanggung jawab terhadap tugasnya . yang bisa dimaksud dengan kemampuan
umum adalah bidang–bidang kemampuan umum yang bisa diukur dengan tes
integensi , tes prestasi ( achievement test), tes bakat ( aptitude test ), atau tes
kemampuan mental. ktreativitas pernah disinggung adalah kemampuan yang
untuk bisa memberikan gagasan-gagasan baru yang menerapkan dalam
pemecahan masalah . kreativitas meliputi , baik ciri – ciri aptitude, seperti
kelancaran, keluwesan ( fleksibilitas ), dan keaslian ( orisinalitas ) dalam
pemikiran maupun ciri-ciri non aptitude ) seperti rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman yang baru.8
Ciri – ciri anak berbakat seperti berikut ini :
a. membaca pada usia yang berelatif lebih muda.
b. membaca yang lebih cepat dan lebih banyak .
c. memiliki perbendaharaan kata yang luas
d. mempunyai rasa ingin tahu yang kuat .
e. mempunyai minat yang luas
Dalam kosepnya Renzuli mengenai bakat itu terpautran antara tiga
kelompok ( cluster ) ciri yaitu kemampuan intektual diatas rata – rata (untuk
anak yang berbakat intelektual ) , kreativitas , dan pengikatan diri yangb
terhadap tugas atau bermotivasi , dalam masing- masing dimensi ( matral )
ciri tersebut bisa dijabarkan menjadi ciri – ciri perilaku yang dapat kita amati.

Ciri – ciri anak berbakat :


a. Dimensi ciri- ciri intelektual :
 Mudah kita menangkap pemelajaran
 Beingatan baik
 Perbendaraan kata luas
 Penalaran tajam ( berfikir logis , kritik , memahami hubungan sebab
akibat )
 Daya berkonsentrasi yang baik ( perhatian yang tidak mudah )
b. Dimensi ciri – ciri kreativitas :
 Dorongan yang ingin tau besar .
 Sering mengajukan pertanyaan yang sungguh baik .
 Mempunyai pendapatan sendiri dan dapat mengungkapan. tidak
mudah terpengaruhi seorang lain.
 Yang dapat mempunyai keindahan
 Yang bebas dari dalam menyatakan pendapat .
c. Dimensi ciri – ciri motivasi
 Yang tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus – menerus
dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai )

8
R.A Martison, The Identification of Gifted Talented (1974)
 Dapat ulet menghadapi kesulitan ( tidak lepas putus asa)
 Tidak memelukan dorongan dari luar untuk berprestasi
 Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang dapat kita
berikan.
 Senang dapat mencari dan memecahkan soal – soal.

5. Jenis – jenis Bakat .


Jenis bakat atau kemampuan yang menurut fungsi atau yang beraspek-aspek
terlibat dan menurut prestasinya. Fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam
berbagai macam – macam prestasi.9
Jenis – jenis bakat :
a. Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis yang diatas itu adalah kemampuan yang berakar pada
jamaniah sebagai dasar dan fundamen bakat , seperti kemampuan
pengindaraan , ketangkasan atau ketajaman pancaindra , kemampuan
motoric , kekuatan badan , kelincahan jamani , keterampilan jari -jemari .,
tangan , dan anggota.

b. Bakat kejiwaan yang bersifat umum


Jenis bakat diatas ini adalah kemampuan keingatan daya khayal atau
imajinasi dan inteligensi . daya ingat adalah kemampuan yang menyimpan
isi kesadaran pada satu sama dan membawanya Kembali ke permukaan
pada saat yang lain . ingatan jiwa itu bersifat menerima dan reproduktif .
daya khayal merupakan isi kesadaran yang berasal dari dunia dalam diri
kita sendiri . pada gambaran khayalan dan ide-ide kreatif sehingga jiwa itu
bersikap spontan dan produktif. inteligensi adalah kemampuan yang
menyusaikan diri pada keadaan dengan mengunakan alat pemikiran yang
berbeda dengan penyusaian diri karena kebiasaan atau sebagai akibat
Latihan ( dril) dan coba – coba ( trial and error ). karena kebiasaan drill,
dan trialand eror, bersifat mekanis, kadang-kadang secara kebetulan
memerlukan banyak waktunya.

c. Bakat – bakat kejiwaan khas dan majemuk


Bakat khas atau bakat yang dalam pengertian sempit adalah bakat yang
sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas ,
seperti bakat Bahasa , bakat nelukis , bakat melukis , bakat musik, bakat
seni , bakat ilmu dan lain – lainya .

d. Bakat-bakat yang lebih berdasatkan pada alam perasaan dan kemauan.


Berdasarkan sifat yang berprestasi, bakat dapat kita golongkan dalam :

9
Ahmad, Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia (Bandung: 1963)
 Bakat reproduktif adalah kemampuan untuk kita memproduksir
yang hasil pekerjaan lain dan menguraikan Kembali dengan tepat
pengalaman- pengalaman yang sendiri.
 Bakat aplikatif adalah kemampuan memiliki, mengamalkan ,
mengubah, dan menerangkan , pendapat , buah pemikiran, dan
metode yang berasal dan orang lain.
 Bakat interpretative adalah bakat yang menerapkan dan menangkap
hasil pekerjaan orang lain sehingga disamping sesuai dengan
maksud penciptaannya , dalam penjelaskan itu juga tampil
pendapat atau pendirian pribadi .
 Bakat produktif adalah kemampuan menciptakan hal – hal baru
yang berupa sumbang an dalam ilmu pengetahuan, Pembangunan ,
dan lapangan kehidupan lain yang berharga .

6. Mengembangkan Kemampuan Anak Berbakat


Pada dasarnya anak memang harus dapatkan kesempatan sebanyak yang
mereka butuhkan dan inginkan. Lalu anak anak yang berbakat itu kebanyakan bisa
menemukan lebih banyak kesempatan dibanding dengan anak anak biasanya, dan
secara aktif anak anak itu pasti akan mencari kesempatan tersebut. kemudian
didalam hubungan bakat ini, orang tua yan bijaksana pasti akan membimbing anak
agar mempunyai bakat yang bagus.10

Berikut ini cara mengembangkan bakat anak:


a. Pertama perlu di ingat adalah bahwa anak berbakat tetaplah seorang anak
dengan kebutuhan seorang anak.Meskipun memiliki berbagai kemampuan
mental yang lebih unggul di bandingkan dengan anak-anak lain pada
umumnya.Mereka bisa di liputi perasaan jengkel,marah,atau menangis,dan
mengucapkan kata-kata seperti anak lain.Jangan mengharapkan agar setiap
pernyataan atau pertanyaan senantiasa mencerminkan keunggulannya.Anak
yang berbakat membutuhkan kasih sayang dan pembinaan.
b. Apabila dalam keluarga terdapat anak-anak lain,jangan kemudian
membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.Setiap
anak mempunyai keunikan tersendiri.Kadang-kadang anak berbakat juga
membutuhkan perhatian khusus,misalnya mengalami kesulitan di sekolah
karena kurang mendapatkan perhatian atau penerimaan dari guru atau anak-
anak lain.Setiap anak dalam keluarga pada dasarnya memerlukan perhatian
dan kasih sayang dari orang tua
c. Jangan membandingkan anak berbakat dengan anak tetangga,misalnya
‘memamerkan’’keunggulanya di depan orang tua atau dengan orang-orang
yang di sekitar. Lama-kelamaan bisa menjadi bosan jika terus-menerus
mendengarkan cerita-cerita mengenai keunggulan anak berbakat.
d. Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaannya. Anak berbakat sering mengajukan lebih banyak pertanyaan
yang membutuhkan pemikiran untuk di jawab.Pupuklah rasa ingin tahu
dengan memberikan jawaban dengan jawaban yang jujur.
10
Connie, Eales, Rasing Your Talented Child, (London: 1983)
e. Berikan kepadanya aneka ragam buku,majalah,surat kabar,serta bahan-bahan
yang lain untuk menambahkan pengalaman nya. ajaklah ia mengunjungi
museum,perpustakaan ,tempat-tempat bersejarah.beri dia kesempatan untuk
bertemu dengan orang lain dan melihat tempat-tempat yang dapa memuaskan
rasa ingin tahu dan menenantang kecerdasan serta kreativitas nya.
f. Berilah dia kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahu
dengan menjajaki berbagai macam bidang, namun jangan memaksakan minat-
minat tertentu.Contohnya Orang tua berpendapat bahwa anak laki-laki penting
untuk mengetahui soal teknik,lalu dalam memberikan bahan-bahan bacaan
atau permainan tertentu,yang mungkin lebih mencerminkan minat atau ambisi
orang tua.
g. Anak berbakat ingin mendalami salah satu bidang yang di amati ,berilah dia
kesempatan karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.Tentu anak
perlu di lihat apakah minat itu asli atau hanya mengikuti minat sekelompok
anak tertentu ,dan sejauh mana keuangan keluarga memungkinkan hal itu.
h. Apabila anak mengatakan ingin dan dapat melakukan sesuatu sendiri, berilah
kesempatan tersebut. Dengan demikian ,orang tua memumpuk
kemandirian ,kepercyaan diri ,dan rasa tanggung jawab anak.
i. Anak berbakat itu kreatif, tetapi itu tidak berarti bahwa ia selalu kreatif, ia
tidak perlu setiap hari sibuk dengan kegiatan mental . Orang tua hendaknya
berhati-hati jangan sampai berlebihan dalam memberikan “santapan mental”.
Berilah juga waktu untuk kegiatan fisik (olaraga)dan untuk melamun atau
berkhayal.Anak berbakat berbakat dalam kegiatan harus berselang-seling
antara kerja dan bermain,antara sibuk dan santai.
j. Orang tua hendaknya tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik
dari anak.Hal ini berlaku untuk semua anak ,bagi anak berbakat kadang
memerlukan dukungan agar mau dan berani melakukan hal-hal yang
sulit ,dengan resiko dengan membuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
k. Anak berbakat, harus belajar menyesuaikan diri dengan berbagai aturan serta
norma yang berlaku dalam lingkungan nya, yaitu lingkungan
keluarga ,sekolah ,dan masyarakat.Karena ia di karuniai bakat-bakat unggul ,
anak berbakat pun memerlukan pengarahan dan belajar disipilin.
l. Orang tua anak berbakat harus berhati-hati agar tidak tidak memproyeksikan
minat dan aspirasi mereka sendiri terhadap anak. Contohnya ayah terdahulu
mempunyai cita=cita menjadi dokter ,sekarang anak harus mewujudkan
cita=cita tersebut . Seorang anak berbakat berhak menolak,karena anak berhak
menemukan tujuan hidupnya dan mempunyai kehidupan sediri.11

7. Tes Bakat
Pada dasarnya, tes bakat atau yang lazim dikenal sebagai apemude-test, diput
membantu seseorang untuk mengerti sesuatu yang mungkin dapat u tidak dapat
berhasil dikerjakannya Tes bakat itu meliputi banyak bidang seperti bidang seni,
11
Ginsberg & Harison, How To Help Your Gipted Child, Monarch Press, (New York: 1977)
ilmu pengetahuan, profesi tertentu, dan bidang-bidang ang memerlukan skall yang
tidak begitu tinggi. Seseorang yang ingin meyakinkan dinnya apakah akan
berhasil dalam pekerjaan yang bersifat mekanis, dapat menempuh tes bakat
mekanis hanical aptitude test). Beberapa persoalan dalan tes ini ialah (Mahmud.
1990-102)
Pertama, testee (orang yang dites) diminta menarik garis vertikal lewat gam
horisontal pada huruf H besar secepat-cepatnya (makin tidak baik vudinasi
motoriknya, masih besar kemungkinannya tester menyinggung aris samping huruf
H tersebut).
Kedua, testee disuruh memilih salah satu dari beberapa alat yang aunjukkan,
yang akan digunakannya pada pekerjaan tertentu (kalau untuk zumotong papan,
testee lebih menyukai tanah, bukan gergaji, ia tidak akan memperoleh banyak
manfaat dari latihan mekanis).
Ketiga, tester diminta menyusun bagian-bagian bergambar tertentu secara
teratur. Mewujudkan benda tertentu secara teratur, dan mewujudkan benda urtentu
(di sini testee dapat menunjukkan kemampuannya untuk memahami lukisan-
lukisan mekanis, dan kemampuannya untuk berpikir mekanis). Tugas-tugas seperti
di atas dapat mengukur minat khusus seseorang serta keterampilan dan kecepatan
berpikirnya.12

KESIMPULAN
Intelegensi merujuk pada kemampuan kognitif seseorang untuk memahami informasi,
memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan lingkungan. Intelegensi sering diukur melalui

12
Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, Edisi 1, (Yogyakarta: 1990)
tes kecerdasan yang mengevaluasi kemampuan verbal, numerik, dan spasial seseorang.
Intelegensi memiliki komponen yang kompleks, termasuk kemampuan verbal, kecepatan
pemrosesan informasi, memori, pemecahan masalah, dan kreativitas. Faktor genetik,
lingkungan, budaya, dan pengalaman berkontribusi pada perkembangan dan variasi
intelegensi individu.
Bakat merujuk pada kemampuan alami atau potensi yang dimiliki seseorang dalam
bidang tertentu, seperti seni, musik, olahraga, atau bidang akademis. Bakat sering muncul
sebagai minat yang kuat atau kecenderungan alami dalam suatu aktivitas atau domain
tertentu. Bakat dapat dikembangkan melalui latihan, pembelajaran, dan pengalaman, namun
individu yang memiliki bakat alami cenderung menunjukkan kemajuan yang lebih cepat dan
lebih besar dalam bidang tersebut. Faktor genetik dan lingkungan juga memainkan peran
penting dalam pengembangan dan ekspresi bakat seseorang.

Hubungan Antara Intelegensi dan Bakat:


Meskipun intelegensi dan bakat sering dianggap sebagai konsep yang terpisah,
keduanya sering berkaitan dan saling memengaruhi. Tingkat intelegensi yang tinggi dapat
mendukung pengembangan dan ekspresi bakat yang lebih efektif, karena kemampuan untuk
memahami dan memecahkan masalah secara cepat dan efisien. Sebaliknya, individu dengan
bakat yang kuat dalam suatu bidang tertentu mungkin menunjukkan kecenderungan yang
lebih tinggi dalam aspek-aspek tertentu dari intelegensi, seperti kreativitas atau pemecahan
masalah yang terkait dengan bidang tersebut. Penting bagi individu untuk mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan intelegensi dan ekspresi bakat mereka untuk mencapai
potensi maksimal dalam kehidupan. Dengan memahami kedua konsep ini dan bagaimana
mereka saling berinteraksi, kita dapat membantu individu untuk mengembangkan potensi
mereka secara optimal dalam berbagai bidang kehidupan, baik itu dalam konteks pendidikan,
karier, atau pengembangan pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Usman dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Angkasa, bandung, 1993.
Supriadi, Dedi, Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta, Bandung, 1994.
Rhodes, M. Dawam, Ensiklopedi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998.
Munandar, S.C.U., Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi
Para Guru dan Orang Tua, PT. Gramedia, Jakarta 1987.
Hunt & Silva, Tes Tes Psikologi, Inggri, 1986.
Sobur, Alex, Butir Butir Mutiara Rumah Tangga, psikologi Umum, PT BPK Gunung Mulia,
jakarta, dan kanisius, Yogyakarta, 1987.
Vernon, P.E., et al., The Phyicologi and Education of Gifed Chilidren, Methuen Co., London,
1997
Martison, R.A. The Identification of Gifed and Talented, ventura, California, 1974.
Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1997
Eales, Connie, Rising Your Talented Child, Angus & Eobertson, London, 1983.
Ginsberg, J. & Ch. H. Harrison, How to Help Your Gifted Child, Monarch Press, New York
1977.
Mahmud, M. Dimayati, Psikologi Suatu Pengantar, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta, 1990

Anda mungkin juga menyukai