GASTROENTERITIS AKUT
DAN BRONKITIS
Pembimbing :
Disusun Oleh
Andry Dzaqi Ramadhan 2017730008
Ardhani Chandra 2017730012
Chintya Lubna Cahyadi 2019730018
Hollyvia Clorinda 2019730047
Muhammad Naufan Faqih 2019730076
Medarissa Azzihra Putri 2019730062
Resi Prameswari 2019730094
Risa Ayu Lestari 2019730151
Sherina Vivi Annisa 2019730100
Syavira Amelia Risanty 2019730105
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan
tutorial 2.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan penghargaan dan terima kasih
yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan petunjuk demi
terwujudnya penyusunan refreshing ini khususnya kepada dr. Muh. Masrin, Sp.PD.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan. penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. A
Usia : 34 Tahun
Agama : Islam
Keluhan Utama
Pasien mengalami mual, muntah dan BAB cair sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Keluhan Tambahan
Keluhan disertai kembung, lemas, pusing dan terasa sesak sejak 1 minggu yang lalu.
Lalu keluhan gatal di tenggorokan, nyeri saat menelan dan batuk sejak 1 hari SMRS.
Pasien Ny. A berusia 34 tahun datang ke IGD RSUD Sayang Cianjur dengan
keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu serta keluhan BAB cair sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Muntah dirasakan sebanyak > 8 kali selama 1 minggu.
Keluhan muntah memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sebanyak 3 kali
dalam sehari dengan adanya bab cair sebanyak > 3 kali/ hari. Muntah yang keluar
hanya berupa air
5
dan makanan dan BAB berupa air bercampur ampas makanan, berbau kecut, tidak
disertai darah dan juga lendir. Pasien merasa tidak ada hal yang memperingan ataupun
memperberat keluhan mual, muntah dan BAB cairnya. Pasien juga mengeluhkan
kembung, lemas, pusing dan terasa sedikit sesak sejak 1 minggu SMRS. Keluhan tidak
membaik dengan istirahat, keluhan diperberat dengan aktivitas. Keluhan lain yang
dirasakan, gatal pada tenggorokan, nyeri saat menelan dan batuk sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan batuk dirasakan tidak terlalu sering dan tidak berhadak, biasanya batuk
membaik setelah minum air putih. Pasien menyangkal adanya keluhan demam, sakit
kepala, dan pilek.
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya (mual, muntah, nyeri ulu
hati, kembung). Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien
menyangkal adanya riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung
dan gagal ginjal disangkal.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Tidak ada
anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus (DM), Hipertensi,
penyakit jantung , autoimun, asma dan penyakit ginjal.
Riwayat Psikososial
6
Riwayat Pengobatan
Sebelum masuk IGD pasien berobat ke klinik untuk meredakan keluhan nyeri ulu
hati, kembung, mual, dan muntah. Pasien diberikan obat injeksi dan oral (omeprazole,
sucralfat, domperidon), nyeri ulu hati membaik tetapi mual dan muntah menetap.
Riwayat Alergi
Tanda vital:
• TD : 101/69 mmHg
• Nadi : 81x/menit
• RR : 21x/menit
• Suhu : 36,4 C
• SpO2 : 98%
Status Gizi :
Berat badan : 48 kg
Status Generalis:
7
Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-/-), lidah kotor (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-/-)
Paru:
Abdomen:
Ekstremitas:
Ekstremitas superior :
Akral hangat, petechie (-), sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik (+)
Ekstremitas Inferior :
Akral hangat, petechie (-), sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik (+)
8
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
9
2.5 Resume
Ny. A usia 34 tahun datang ke IGD RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan mual
dan muntah > 8 kali, serta BAB cair > 3 kali. Keluhan disertai kembung, lemas,
pusing, sedikit sesak, gatal di tenggorokan, nyeri saat menelan dan batuk. Pasien
pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien sempat berobat tetapi keluhan
mual dan muntah tidak membaik. Pasien sedang menjalani diet inttermitent, jarang
makan nasi, tidur kurang dan stress. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Tidak terdapat tanda- tanda dehidrasi. Pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil
hematologi lengkap dalam batas normal kecuali monosit tinggi dan eosinophil rendah.
Gula darah sewaktu normal.
1. Gastroenteritis akut
2. Bronkitis Akut
2.7 Assesment
Gastroenteritis Akut
Atas dasar:
● Anamnesis: Keluhan mual dan muntah > 3 kali.hari, BAB cair becampur
ampas > 3 kali/hari, lemas, kembung. Riwayat stres, kurang tidur dan
riwayat diet inttermintent.
● Pemeriksaan penunjang : eosinophil rendah (0.9%), monosit tinggi
(9.2%)
Diagnosis banding:
1. Dispepsia
2. Gastritis
3. Demam Tifoid
10
Rencana diagnosis:
Rencana Terapi
Atas dasar :
● Nyeri dan gatal pada tenggorokan
● Nyeri saat menelan
● Batuk tidak berdahak intermiten
Diagnosis banding:
1. Influenza
2. Pneumonia
11
Assessment :
Rencana Diagnosis:
Darah rutin
Foto thorax
Swab tenggorokan (bila perlu)
Rencana Terapi:
Istirahat yang cukup (tirah baring)
Kurangi aktivitas bicara
Minum air putih minimal 2 liter/hari
Rencana Edukasi :
Rencana Diet :
BB = 48 kg, TB = 165 cm
IMT = 17,64
Status Gizi = Underweight
BBI = (160-100) - 10% (160-100)
= 60 – 6
= 54 kg
KKB = 25 kkal/kgBB/hari x 54 kg
= 1.350 kkal /hari
Kebutuhan kalori koreksi
- Usia = 34 tahun skor 0 %
- Aktivitas karyawan kantor ringan +10%
- Status gizi normoweight 0%
- Status kehamilan tidak hamil 0%
12
Kebutuhan Kalori Total
KKT = KKB + % KKB aktivitas fisik - % KKB faktor koreksi
= 1350 + 135 – 0
= 1700 kkal
2.8 Prognosis
2.9 Follow Up
A:
1. Gastroenteritis Akut
2. Bronkitis Akut
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
Gastroenteritis sangat umum terjadi di masyarakat, terutama di negara
berkembang. Gastroenteritis akut adaah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
secara global terutama di negara berkembang. Secara lobal, GEA mempengaruhi
3 hingga 5 miliar anak setiap tahun, dan menyumbang 1,5 – 2,5 juta kematian per
tahun (12%) dari semua kematian anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Beda hal
nya di negara maju, seperti di amerika serikat kasus kematian GEA jarang
menyebabkan kematian. Dari data WHO menunjukkan bahwa angka kematian
anak akibat gastroenteritis sebesar 7%. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2020
14
menyebutkan bahwa prevalensi gastroenteritis di Indonesia sebesar 8,0%, dan di
Jawa Timur sama dengan prevalensi nasional yaitu 8%.
Faktor infeksi
A. Virus
1. Rotavirus
Rotavirus merupakan penyebab paling banyak dari kasus gastroenteritis,
terutama kasus rawat inap di rumah sakit. Rotavirus mengakibatkan
500.000 kematian di dunia tiap tahunnya dan tingkat keparahan infeksi
rotavirus umumnya berat sampai menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak
sering tidak terdapat gejala dan biasanya. terjadi di usia 3-5 tahun. Iklim
tropis sangat mendukung infeksi virus rotavirus.
2. Human Caliciviruses (HuCVs)
HuCVs termasuk family Calciviridae, dua bentuk umumnya disebut
norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama terbanyak
diare pada pasien dewasa. Norovirus dapat menimbulkan wabah dan
menginfeksi semu umur sedangkan sapovirus umumnya menginfeksi anak-
anak dan merupakan virus tersering kedua setelah rotavirus.
3. Adenovirus
Umumnya menyerang anak-anak dan meyebabkan penyakit system
pernapasan. Adenovirus merupakan virus DNA.
B. Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab yang cukup sering terjadi juga pada
kasus gastroenteritis akut.
a. Diarrheagenic Escherichia. coli
15
Penyebarannya berbeda-beda disetiap negara dan paling sering terdapat di
negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini tidak
menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
b. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan
dengan peternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak
matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang sangat cair dan
menimbulkan disentri.
c. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi.
d. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semunya bisa menjadi patogen pada
manusia. Hanya serogrup Cholera O1 dan O139 yang dapat menyebabkan
wabah besar dan endemik. Gejalanya yang paling sering adalah muntah
tanpa disertai demam dan fesenya yang konsistensinya sangat berair. Bila
pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok hipovolemik
dalam 12-18 jam dari timbulnya gejala awal.
e. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa
toksin telah diidentifikasi dan peran prostaglandin yang menstimulasi
sekresi aktif cairan dan elektrolit. Pada onset akut gejalanya dapat berupa
mual, muntah dan diare cair dan terkadang disentri.
C. Parasit
Giardia L, Entamoeba histolytica, dan lain-lain sangat jarang terjadi namun
sering dihubungkan dengan traveller dan gejalanya sering tidak tampak. Dalam
beberapa kasus juga dinyatakan infeksi daric acing seperti Strongiloides
stecoralis, Angiostrongylus C, Schisotoma Mansoni,S. Japonicum juga bisa
menyebabkan gastroenteritis akut.
16
Faktor non-infeksi
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorsi lemak dan protein..
b) Terapi Obat
Mengkonsumsi obat-obatan antibiotik, antasida dan terapi kemoterapi juga
bisa menyebabkan gastroenteritis akut.
17
Faktor Risiko :
1. Terapi imunosupresif
2. Infeksi HIV atau infeksi menular seksual.
3. Penyakit ginjal berat
4. Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang
5. Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat.
6. Tinggal di tempat penitipan anak
7. Riwayat berpergian ke lingkungan yang banyak mengidap diare.
8. Etnis hispanik
D. Patogenesis
1. memberikan sinyal tanda bahaya dan inflamasi pada traktus intestinal sehingga
merangsang saraf aferen organ visceral untuk mengeluarkan impuls nyeri pada
organ visceral di abdomen.
2. Racun dari patogen merangsang sekresi enteric klorida dan interaksi patogen
dengan system saraf enterik menyebabkan peningkatan sekresi cairan
18
gastrointerstinal akibatnya terjadi diare. Diare juga dapat terjadi akibat dari
perubahan aktivitas dan struktur saluran pencernaan akibat toksin,
merangsang sekresi getah usus di kripta vili usus dan menghambat penyerapan
cairan tubuh dan menyebabkan gangguan penyerapan di usus kecil, keadaan
malabsorpsi makanan atau zat yang tidak dapat diserap meningkatkan osmotic
di usus, menyebabkan hiperperistaltik air dan elektrolit di usus sehingga
menyebabkan diare. sehingga kapasitas reabsorbsi air di usus lebih berat air
dari interstisial akan berpindah ke intralumen sehingga terjadi diare. Muntah
adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Muntah dapat terjadi akibat
iritasi yang merusak mukosa gastrointestinal sehinga mengaktivasi reseptor
chemoreceptor Trigger zone (CTZ) untuk menyampaikan sinyal melalui vagal
dan saraf simpatik aferen, keadaan ini merangsang solitary tract nucleus di
medulla untuk aktivasi pusat muntah. Perubahan aktivitas dan struktur GI juga
mengaktivasi reseptor chemoreceptor Trigger zone (CTZ) yang
mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel enterochromaffin. Serotonin ini
bekerja pada reseptor 5HT3 saraf aferen vagal di saluran pencernaan, yang
kemudian ditransmisikan ke pusat muntah secara langsung atau melalui zona
pemicu kemoreseptor. Pusat muntah (CNX) kemudian mengirimkan impuls
eferen ke diafragma, otot perut, dan saraf visceral lambung dan kerongkongan
untuk menghasilkan muntah. Peristiwa ini biasanya meliputi: peningkatan air
liur; penurunan tonus lambung yang mengakibatkan sensasi mual; kontraksi
nonperistaltik di usus kecil; regurgitasi isi usus ke dalam perut; kontraksi otot
pernapasan dan perut; dan turunnya diafragma ke glotis yang tertutup
sedemikian rupa sehingga isi lambung terdorong naik ke kerongkongan dan
keluar melalui mulut. Gas yang berlebihan dan perasaan kenyang. Biasanya
pada keadaan ini klien merasa mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Hal
ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan
air dan elektrolit yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi pada pasien.
Hal ini ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan tekanan turgor kulit,
mata cekung dan mahkota (untuk bayi), selaput lendir bibir dan mulut, dan
kulit kering. Jika keadaan ini berlanjut dan pasien tidak mau makan, hal itu
menyebabkan malnutrisi dan lemas . Dehidrasi mukosa usus dan respon
inflamasi menyebabkan peningkatan suhu tubuh sehingga menyebabkan tubuh
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, sehingga terjadi penurunan
19
cairan ekstraseluler dan intraseluler. Selain itu, air dalam tubuh juga
kehilangan ion Na, K, dan karbohidrat. Jika keadaan ini berlanjut, volume
darah juga akan berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi
jaringan, dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemia dengan gejala
seperti peningkatan denyut jantung, penurunan denyut nadi, penurunan
tekanan darah, dan penurunan kesadaran pasien. Selain itu, tubuh mengalami
asidosis metabolik sebagai akibat lain dari kehilangan cairan ekstraseluler yang
berlebihan. Pada asidosis metabolik ini, pasien tampak pucat dengan takipnea
dan (pernapasan kussmaul).
3. Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Hal ini karena faktor
psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenal di bawah
kendali sistem saraf simpatik, dan tindakannya dapat merangsang sekresi
hormon yang mengatur metabolisme tubuh.
20
21
E. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala gastroenteritis tidak spesifik, yaitu:
Diare lembek atau cair, dapat disertai darah atau lendir
Mual, muntah
Demam (ringan-berat)
Hilang nafsu makan
Nyeri abdomen
Banyak gas, Kembung
Sakit kepala atau pusing
F. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah.
b. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak,
22
mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan
lidah kering atau basah.
c. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
d. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
e. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
f. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest
- Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
b) Kultur dan resistensi feses.
c) Pemeriksaan Darah Lengkap, untuk mengetahui adanya infeksi,
anemia.
d) AGD, pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam
serum untuk menentukan keseimbangan asam dan basa
e) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
f) Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation), Untuk mengetahui
jasad atau parasite secara kuantitatif dan kualitatif terutama
dilakukan pada penderita diare kronik
g) Antigen virus/protozoa/
h) Immunoassay
H. Aspek Tatalaksana
1. Terapi Suportif
23
● Rehidrasi cairan dan elektrolit
Per oral: larutan garam gula, oralit 300-400 ml atau 1200 – 2800
ml/hari.
24
Bakteri : E.Colipatogen (EPEC), toksigenik (ETEC), hemoragik (EHEC);
Enterobacteraerogenes; Shigella sp:
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg p.o, norfloksasin 2 x 400 mg
p.o,levofloksasin L x 500 mg p.o selama 3 hari
Salmonella sp:
Kloramfenikol 4 x 500 mg p.o, Tiamfenikol 50 mg/kgBB (qid) p.o
selama10-14 hari.
Vibrio cholera
Tetrasiklin 4 x 500 mg p.o selama 3 hari, Doksisiklin 4 x 300 mg p.o, dosis
tunggal- Fluorokuinolon (siprofloksasin 2 x 500 mg p.o,
norfloksasin/levofloksasin1x500 mg p.o)
Clostridium difficule
Metronidazol (POJ 4 x 250-500 mg selama 7 – 14 hari
Shigela dysentrase:
Virus : tidak diberikan antivirus, hanya terapi suportif dan simtomatik
Parasit
Giardia lamblia : metronidazole 4 x 250-500mg p.o seama 7- 14 hari
Jamur biasanya pada pasien HIV-AIDS
Flukonazol 2 x 50 mg, itrakonazol 2 x 200 mg; amfoterisin B
1mg/kgBB/hari ; nystatin 4 x 1 ml atau 1 tab
3. Terapi Simtomatik
Adsorbenf (kaolin, attapulgite, smectite, karbon aktil kolestiramin):
bekerja dengan cara mengikat dan inaktivasi toksin bakteri atau zat lain
yang menyebabkan diare.
Probiotik: terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di
saluran cerna akanmemiliki efek yang positif karena berkompetisi dengan
bakteri patogen untuknutrisi dan reseptor saluran cerna..
Antimotilitas
- Turunan opioid : Loperamid hidroklorida, Difenoksilat dengan atropin,
tinktur opium, tinktur opium camphor, paregoric, kodein): mengurangi
frekuensi BAB pada orang dewasa, tetapi tidak mengurangi volume
25
tinja. Tidak boleh diberikan pada bayi dan anak-anak dengan diare
karena dapat menyebabkan ileus paralitik berat dan memperpanjang
durasi infeksi karena menghambat eliminasi organisme penyebab. Pada
dosis tinggi dapat menyebabkan toksik megakolon. Antimotilitas yg
membuat spasme, tidak boleh diberikan pada wanita hamil (komplikasi
abortus).
- Bismuth subsalisilat: mengurangi volume tinja dan keluhan subyektif.
Diberikan setiap 4 jam, dapat mengurangi volume tinja pada diare akut
sampai 30%. Obat antidiare: kontraindikasi bila feses berdarah,
immune compromise, atau pada risiko sepsis dan bismuth
encephalopathy.
- Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase : racecadotril 3 x1
Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila
ditemukan:
1) Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebih
lanjut
2) Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38,5 oC, nyeri
abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun
3) Pasien usia lanjut
4) Muntah yang persisten
5) Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable
6) Terjadinya outbreak pada komunitas
7) Pada pasien yang immunokompromais.
I. Komplikasi
Komplikasi sistemik: hipovolemia, hiponatremia,
hipoglikemia, sepsis, kejang danensefalopati, sindroma uremik
hemolitik (HUS), pneumonia, kurang energi protein. Komplikasi
saluran cerna: perforasi, toksik megakolon
Komplikasi yang paling serius adalah dehidrasi , biasanya karena diare yang parah
tetapi terkadang diperparah karena pengobatan yang tidak tepat seperti menahan
26
cairan sampai diare berhenti. Dehidrasi parah bisa mematikan dan membutuhkan
perawatan medis segera.
Komplikasi yang paling umum, terutama pada bayi, adalah malabsorpsi gula
tertentu dalam makanan, dan intoleransi makanan . Komplikasi ini dapat bertahan
selama berminggu-minggu, selama itu menyebabkan diare ringan kembali ketika
pasien melanjutkan diet normalnya. Malabsorpsi laktosa , gula utama dalam susu ,
adalah yang paling umum.
Intoleransi susu konsekuensial disebabkan oleh defisiensi laktase , dan diare
disebabkan oleh fermentasi bakteri dari kelebihan laktosa di usus . [1] Namun, ini
bukan alasan untuk menghentikan menyusui . Pada anak dengan viral
gastroenteritis (biasanya rotavirus ), infeksi virus juga dapat
menyebabkan demam tinggi , yang selanjutnya dapat menyebabkan kejang
demam . Gastroenteritis terkadang diikuti dengan pneumonia .
Komplikasi gastroenteritis yang jarang terjadi yang disebabkan oleh bakteri
termasuk sepsis (diobati dengan antibiotik), anemia , gagal ginjal
(ginjal) , artritis , dan onset baru sindrom iritasi usus besar .
J. Prognosis
27
3.2 Bronkitis Akut
A. Definisi
Bronkitis akut adalah peradangan pada trakea dan bronkus
yang ditandai dengan adanya batuk tanpa disetai bukti adanya
pneumonia. Batuk pada bronkitis akut terjadi dengan atau tanpa
produksi sputum. Sekitar 5% orang dewasa mengalami episode
bronkitis akut setiap tahun. Bronkitis akut biasanya prevalensinya
meningkat selama musim hujan.
C. Patofisiologi
Bronkitis akut adalah akibat peradangan akut bronkus sekunder
akibat berbagai pemicu, paling sering infeksi virus, alergen, polutan, dll.
Peradangan dinding bronkus menyebabkan penebalan mukosa, deskuamasi
sel epitel, dan penggundulan membran basal. Kadang-kadang , infeksi
virus saluran pernapasan atas dapat berkembang menjadi infeksi saluran
pernapasan bagian bawah yang mengakibatkan bronkitis akut.
28
D. Manifestasi Klinis
Anamnesis :
o Batuk ( dengan atau tanpa produksi sputum)
o Sesak
o Hidung tersumbat
o Sakit kepala
o Demam pada 1/3 pasien
o Kadang-kadang terdapat nyeri dada bila batuk.
o Malaise
o Sakit tenggorokan
Pemeriksaan fisik
o Tampak sakit ringan
o Demam subfebris / tinggi
o Auskultasi : biasanya suara napas normal, kadang terdapat mengi
dan rhonki. Suara rhonki biasanya terdengar tetapi membaik
dengan batuk. Pneumonia harus dicurigai bila terdengar rales, ronki
atau egofoni
o Takikardia dapat hadir pada saat demam serta dehidrasi sekunder
akibat penyakit virus. System lainnya biasanya dalam batas normal.
E. Penunjang
29
Bronkitis akut biasanya dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik yang lengkap. Pemeriksaan tanda-tanda itas sangat
penting dilakukan dalam menilai tingkat keparahan penyakit.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
o Rontgen dada, biasanya tidak spesifik dan biasannya normal.
Membedakan rontgen thorax pneumonia akibat bronkitis akut ketika
terlihat infiltrate. American College of Chest Physicians (ACCP)
merekomdasikan pemeriksaan rongent thorax dapat dilakukan ketika
detak jantung > 100/menit, laju pernapasan >24 napas/menit, suhu
tubuh oral > 38 derajat C, dan temuan pemeriksaan dada egofoni atau
fremitus.
F. Tatalaksana
Sebagian besar kasus bronkitis akut disebabkan oleh virus oleh
karena itu penyakit ini bersifat self limiting disease. Pengobatan yang
diberikan biasanya berupa terapi terapi simtomatik dan terapi suportif.
Terapi farmakologi oral yang dapat diberikan yaitu :
- Antitusif : dekstrometorfan 3-4 x 10-30mg/hari dan kodein jarang
digunakan karena efek adiktifnya.
- Ekspektoran : Guaifenesin/ ambroxol 2-4 x 200-400 mg hari
- Bila terdapat demam : paracetamol 3 x 500 mg/ hari
- Antibiotik, hanya boleh diberikan jika terbukti adanya infeksi bakteri.
Antibioti: ampisilin
- Analgetik dan antipiretik dapat digunakan untuk mengobati malase
terkait, myalgia dan demam. Prednisone atau steroid lain dapat
diberikan jika ada peradangan.
G. Prognosis
Bronkitis akut sembuh dan sembuh dengan pengobatan simtomatik dalam
banyak kasus. Pneumonia sekunder mungkin dapat terjadi.
30
BAB IV
KESIMPULAN
Dilaporkan Ny. A usia 34 tahun datang ke IGD RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan
muntah > 3 kali, diare > 3 kali, mual, lemas, pusing dan batuk. Pasien pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien sempat berobat tetapi keluhan tidak
membaik. Pasien sedang menjalani diet inttermitent, jarang makan nasi, tidur kurang
dan stress.
Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Tidak terdapat tanda- tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan, compos mentis
(E4M5V6), tanda vital (TD: 106/76 mmHg, HR: 76x/menit, RR 20 x/menit, Suhu
36,1°C, SaO2 99%). Pemeriksaan Generalisata dalam batas normal.
31
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
Francis P, Zavala SR. Functional Dyspepsia. [Updated 2022 Apr 21]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554563/
Balachandran, Neha, et al. "Risk factors for acute gastroenteritis among patients
hospitalized in 5 Veterans Affairs Medical Centers, 2016–2019." Open
Forum Infectious Diseases. Vol. 9. No. 8. Oxford University Press, 2022.
Availablefrom: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9356693/
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 2. Rencana terapi B untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
34
Lampiran 3. Rencana terapi C untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
35
36