Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jihan Indira

Nim : 2104111586
Matakuliah : Metodelogi Penelitian IK A
Judul : Analisis Ancaman Terhadap Kelangsungan Hidup
Penyu Di Pulau Kasiak Kawasan Konservasi
Penangkaran Penyu, Sumatera Barat
Dosen Pembimbing Satu : Dr. Ir. Joko Samiaji, M.Sc
Dosen Pembimbing Dua : Dr. Dessy Yoswati, S.Pi M.Si

1. Latar Belakang
Penyu merupakan sekelompok hewan purba yang mendekati kepunahan.
Keberadaan populasi penyu pada saat ini pada perairan Indonesia sudah mengalami
penurunan karena faktor alam, aktivitas manusia secara langsung atau tidak
langsung dan ancaman kepunahan jangka panjang(Ario et al., 2016). Beberapa
ancaman terhadap penyu diantaranya penyu yang baru menetas dimangsa oleh
beberapa jenis hewan seperti biawak, kepiting, dan burung. Selain dimangsa oleh
hewan, manusia merupakan ancaman terbesar bagi populasi penyu di Indonesia.
Walaupun Penyu di Indonesia telah dilindungi oleh undang-udang, keberadaannya
tetap terancam oleh pengambilan telur, perburuan hewan dewasa dan terjerat jaring
ikan yang masih berlangsung.

Berdasarkan pengawasan Internasional, semua jenis penyu telah


dikategorikan sebagai satwa langka dan dilindungi dalam Red Data Book
International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)
dan sudah termasuk dalam Appendix 1 Convension on International Trade of
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITIES). Sedangkan secara nasional,
penyu dilindungi oleh undang-undang, misalnya UndangUndang No. 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Hayati) dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun
1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang melindungi enam dari
tujuh jenis penyu laut di dunia. Total dari tujuh jenis penyu laut di dunia, ada enam
jenis yang dilindungi di Indonesia dan lima diantaranya hidup dan bertelur di
Indonesia antara lain yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu
tempayan (Caretta caretta), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik
(Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacae), sedangkan penyu
pipih (Natator depressa) yang tidak dijumpai bertelur di kawasan pantai Wilayah
Indonesia (Rumbay, 2021).

Mengingat begitu pentingnya peranan penyu dalam ekosistem, maka berbagai


upaya dilakukan untuk penyelamatan penurunan populasi penyu. Usaha tersebut
dapat dilakukan oleh instansi yang berwenang diantaranya mengajak masyarakat
berada di sekitar habitat penyu untuk ikut menjaga dan mengurangi pengambilan
telur-telurnya serta perburuan penyu dewasa. Upaya lain yang dapat dilakukan
adalah menetapkan status perlindungan penyu secara nasional, upaya perlindungan
daerah peneluran penyu dengan menetapkan sebagai kawasan konservasi. Kawasan
konservasi penangkaran penyu merupakan salah satu tempat penangkaran penyu,
yang memiliki peran penting dalam perlindungan penyu. Kawasan penangkaran
penyu pariaman menyediakan lingkungan yang aman bagi penyu untuk bertelur,
serta melindungi telur-telur penyu dari ancaman seperti pemangsa atau perusakan
habitat.

Faktor ancaman bagi penyu terdiri atas 2 macam, yaitu ancaman alami dan
ancaman dari manusia. Ancaman alami berupa abrasi pantai, vegetasi pantai
penghalang, dan predator alami seperti biawak, sedangkan ancaman dari manusia
meliputi illegal fishing, jual beli telur dan sisik penyu, pemboman, pencemaran
habitat, dan kehilangan area peneluran (Nurhayati, 2021). Di Sumatera Barat
perburuan penyu terjadi karena nilai ekonominya yang tinggi. Bahkan dibeberapa
wilayah, ada yang memanfaatkan penyu untuk kebutuhan konsumsi dan
pemanfaatan karapas penyu untuk souvenir yang indah dan mahal harganya banyak
dijajakan di lokasi–lokasi wisata. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu
dilakukan penelitian mengenai ancaman keberlangsungan hidup penyu di Kawasan
Konservasi Penangkaran Penyu Pariaman, dalam era perubahan lingkungan dan
eksploitasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai