Anda di halaman 1dari 6

ADAB ADAB BERMUSYAWARAH

Dosen Pengampu: Solihin M.Pd.

Disusun oleh:
Farah Fachriza (2022020016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP TAMAN SISWA BIMA
T.A 2023/2024
Ajaran islam mengajarkan musyawarah sebagai lembaga untuk berunding dalam memecahkan
persoalan bersama untuk memperoleh suatu keputusan bersama.

Dalam musyawarah harus diikuti dua orang atau lebih, dan akan lebih baik lagi bila terdapat penengah
(moderator), sebab dalam musyawarah kemungkinan dapat terjadi perbedaan pendapat yang akan
menimbulkan dialog, sampai dengan debat ketika membahas sesuatu. Dengan musyawarah itu
diharapkan akan mendapatkan hikmah, kebijakan dan kebajikan bersama, serta kemaslahatan semua
pihak. Selain itu, semua anggota musyawarah mempunyai hak bicara yang sama, dan berbeda atau
sama pendapat dengan anggota musyawarah yang lain, sehingga diperlukan hujjah atau argumentasi
untuk meyakinkan pendapatnya. Suasana dinamis dan dialogis akan muncul, yang diikuti saling
memahami dan menghormati perbedaan pendapat, sehingga dapat diambil kesimpulan atas
kesepahaman bersama.

Adab dalam bermusyawarah, musyawarah dibuka dengan do’a yang diawali baca “Bismillah”, dan
sebaiknya dilanjutkan dengan baca do’a dalam Q.S. Thoha, ayat 25 – 28:” Ya Tuhanku, lapangkanlah
untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekauan dari lidahku. Supaya
mereka mengerti ( memahami ) perkataanku”

Adab adab bermusyawarah antara lain :

a. Mengendalikan Lisan, pikirkanlah secara matang apa yang akan disampaikan, apakah pendapat
yang akan disampaikan itu akan membawa manfaat atau sebaliknya membawa madlarat, kemudian
sampaikanlah pendapat anda dengan jelas, dan santun, dalam waktu yang tidak panjang. Di samping itu,
kita juga mau menyediakan diri mendengarkan pendapat orang lain dengan penuh perhatian,
kendalikan lisan, jangan sekalikali memotong pembicaraan orang lain sebelum selesai/tuntas ( Hargailah
yang sedang berbicara dalam rangka menyampaikan pendapatnya ). Meskipun ada pendapat yang
disampaikan itu berbeda bahkan bertentangan, kendalikan emosi, dengarkan dengan cermat, baru kalau
diberi kesempatan kita dapat menanggapi pendapat yang berbeda itu dengan santun, argumentatif, dan
bertujuan mereka dapat memahami lebih jelas pendapat kita.

Apabila ada yang berpendapat sama dan terlebih dahulu di sampaikan, maka kita pun lebih baik tidak
mengulangnya, diam, atau bila ingin menguatkan cukup disampaikab dengan singkat .

Dalam pengendalian lisan ini juga termasuk ketaatan kita pada pimpinan sidang, bila akan berbicara
dengan izin pimpinan sidang, dan apabila pimpinan sidang meminta kita diam atau selesai, maka kitapun
berhenti.

b. Sikap menyampaikan pendapat dalam musyawarah yang perlu di perhatikan adalah : Pembicaraan
dalam musyawarah adalah untuk mencari jalan hikmah yang terbaik-dan benar, mencari titik temu, dan
membuahkan hasil sebuah kesepakatan yang akan dijalankan bersama. Oleh karena itu, maka :

* Hindari sikap Mendominasi pembicaraan, hanya karena ingin kenal pandai bicara dan luas
wawasannya, hal ini merupakan ketamakan. Rasulullah memperingatkan bahwa “ Dan sesungguhnya
orang yang paling aku benci dan paling jauh majelisnya dari ku pada hari kiamat adalah orang-orang
yang berlebihan dalam bicara, juka suka mengungguli orang lain dengan perkataannya, dan yang
menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk menampakkan kelebihan di hadapan
orang lain” (H.R.Ahmad & Tirmidzi)

* Tawadlu’ – rendah hati, menyampaikan pendapat dengan apa adanya, jelas, mudah difahami, tidak
diucapkan dengan congkak Hargailah sesama warga musyawarah, lebih-lebih ada orang yg. Lebih ahli
dan lebih berkompeten dalam masalah yang dibicarakan, maka lebih baik kita mendengarkan dengan
tenang, dan bila perlu dapat pertanya dalam rangka menambah ilmu.

* Sedapat mungkin menghindari permusuhan, karena sering terjadi perbedaan pendapat dalam
musyawarah menjadikan panas. Untuk menghindari dominasi hafsu-emosional, maka redamkanlah
dengan banyak baca istighfar. Dalam hal Rasulullah mengingatkan bahwa, “Sesungguhnya larangan yang
ditujukan kepadaku setelah menyembah berhala adalah perdebatan yang dibarengi dengan
permusuhan “ (HR.Imam Bazar dan Thabrani, meskipun sanadnya lemah ).

* Musyawarah bukan tempat saling menjatuhkan. Pandangan yang salah yang menganggap bahwa
musyawarah sebagai ajang untuk saling menjatuhkan, saling membantai di muka umum, hal ini
perbuatan yang tidak berakhlaqul karimah, dan hendaklah wajib dihindari.

c. Memutuskan Hasil Musyawarah, dalam memutuskan hasil musyawarah dan atau menyimpulkannya
berdasarkan landasan pokok kebenaran sejati maroji’ Al Qur’an dan Sunnah, dalam suatu kesepakatan
majlis. Namun apabila terpaksa dengan melakukan pemungutan suara, maka suara terbanyak tidak
selalu dipilih, sebab kebenaran tidak selalau dapat diukur dari suara terbanyak. Apabila musyawarah
sudah sepakat menghasilkan keputusan,maka kita pun tunduk dengan ikhlas, kemudian bertawaqal
kepada Allah Swt. Meskipun pendapat kita tidak terpakai, atau hujjah kita kurang kuat dibanding dengan
hujjah peserta musyawarah yang lainnya, maka kita pun tunduk dengan keputusan musyawarah itu, dan
ikut merealisasikan dalam pelaksanaannya nanti.

d. Menutup Musyawarah, dilakukan dengan collingdown, membaca do’a mengakhiri majelis,

“ Maha suci Engkau Ya Allaah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwatiada tuhan melainkan
Engkau, aku mohon ampunanMu, dan bertobat padaMu”

1. Adab Adab berbicara/berkomunikasi

1. Menjaga lisan

Poin penting yang harus diperhatikan oleh seorang Muslim adalah menjaga lisannya dengan penuh
perhatian. Ia harus mampu menjauhkan lisannya dari perkataan yang bathil, dusta, ghibah, namimah,
perkataan kotor, dan segala yang diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW telah
memberitakan hal itu dengan sabdanya berikut ini: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu
kalimat yang dia tidak pikirkan dahulu, Dia akan menggelincirkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-
apa di antara timur.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
2. Berkatalah yang baik atau diam

Berkata yang baik atau diam merupakan salah satu adab berbicara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Karenanya, umat Islam diperintahkan untuk memperhatikan segala ucapannya, seperti berpikir
dahulu sebelum berbicara.

Intinya, apabila bermanfaat bagi orang lain, katakanlah. Tapi jika apa yang akan diucapkan itu tidak
bertujuan dan akan merugikan orang lain, lebih baik diam. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia
berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya. Siapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah
dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

3. Sedikit berbicara dalam setiap perkataan

Ada beberapa hadits yang menganjurkan untuk sedikit berbicara kecuali dibutuhkan dan ditanya. Sebab,
terlalu banyak berbicara merupakan salah satu penyebab jatuhnya seseorang ke dalam dosa.

Oleh karena itu, Islam menganjurkan umat Muslim untuk sedikit berbicara, apalagi untuk hal-hal yang
lebih banyak mudharatnya. Al-Mughirah bin Syu’bah RA meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa
beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian dari durhaka kepada orangtua, mengharamkan bakhil dan
rakus, memakruhkan katanya dan katanya (isu), banyak bertanya, dan mengamburkan harta.” (HR. Al-
Bukhari, Muslim, dan Ad-Darimi)

4. Menjauhkan terhadap perkataan dusta

Dusta adalah memberitakan sesuatu yang berbeda dengan kenyataan. Tentunya hal ini dilarang oleh
Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebab, dusta akan membawa seseorang kedalam dosa dan neraka.
Seperti yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW pada hadits berikut ini: “Sesungguhnya kejujuran
menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seorang
lelaki yang berkata jujur hingga di sisi Allah menjadi orang yang shidiq. Dan sesungguhnya dusta itu
membawa seseorang kepada dosa, dan dosa itu membawa kepada neraka. Dan seorang lelaki yang
berdusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

5. Jangan senang berdebat meski benar

Kecenderungan orang yang suka berdebat adalah mengomentari setiap perkataan orang lain dari sisi
lemah atau salahnya. Komentar tersebut biasanya berupa celaan dan kritikan yang dapat mengundang
pertikaian. Seseorang yang senang berdebat akan terjerumus ke dalam dosa dan kesesatan.

Karenanya, seorang Muslim sebaiknya menghindari banyak berdebat dengan orang lain walaupun ia
benar. Dari Abu Umamah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Aku akan menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun
dia benar. Dan aku menjamin sebuah istana di tengah-tengah surga bagi orang yang tidak berdusta
meskipun bercanda. Dan aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang berakhlak mulia.” (HR. Abu
Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

3. Adab Adab berdiskusi

1. Berpendapat sesuai pemahaman dan dasar yang kuat

Pahami topik diskusi terlebih dahulu sehingga mampu menyampaikan pendapat dengan tepat. Utarakan
pendapat sesuai kapasitas pengetahuan yang Kawan miliki dan lebih baik diam jika tak menguasainya.
Dengan begitu, Kawan akan menghindari terjadinya perdebatan tak berarah.

Tak cukup jika hanya menguasai topik pembahasan. Kawan juga harus menyertakan beberapa fakta dan
data untuk menunjang pendapat tersebut. Dengan dasar yang nyata, jelas, dan kuat, rekan diskusi akan
mudah mempercayai dan menerima gagasanmu.

2. Menggunakan kalimat dan intonasi bicara yang santun

Ciptakan suasana diskusi yang menyenangkan dan kondusif. Kehebatan pendapatmu akan percuma dan
tak berguna untuk suatu kebaikan bila penyampaiannya salah. Kawan harus mampu mengutarakan
pendapat dengan kalimat dan intonasi bicara yang santun

Kawan bisa memulai dengan kalimat pembuka atau sapaan ramah dan jangan lupa mengucapkan terima
kasih setelahnya. Tak perlu disertai kata kasar atau makian, karena selain menyakiti perasaan rekan
diskusimu, hal tersebut juga akan menunjukkan bahwa kepribadianmu buruk.

3. Menghargai dan Tidak Memotong Pembicaraan

Hal terpenting dalam diskusi adalah menghargai pendapat dan tidak memotong pembicaraan rekan
diskusi. Setiap orang yang hadir dalam diskusi mempunyai hak dan kesempatan untuk mengutarakan
pendapat. Kawan harus bisa menghargai perbedaan pendapat dan jangan selalu ingin mendominasi
pembicaraan.

Jika ingin mengutarakan atau menanggapi pendapat, tunggu hingga rekan diskusimu selesai berbicara.
Memotong pembicaraan merupakan tindakan yang tidak bijak. Hal ini memungkinkan pendapat mereka
belum tersampaikan secara keseluruhan. Kalau sudah begitu, maka dapat menyebabkan mis-informasi
atau perdebatan.

4. Tidak Memaksakan Pendapat

Etika berpendapat lainnya adalah tidak memaksakan pendapat. Setiap orang pasti mempunyai
pemikiran atau pandangan berbeda. Penolakan merupakan hal yang sangat wajar dalam sebuah diskusi,
Kawan tidak bisa memaksakan rekan diskusi untuk selalu setuju pada gagasanmu.
Tidak perlu marah jika pendapatmu kurang mendapatkan respon baik atau bahkan ditolak sekali pun.
Tetap berbesar hati, turunkan ego, dan bersikap baik. Mungkin saja pendapatmu tidak salah, tetapi ada
pendapat lain yang lebih mewakili kepentingan bersama.

Meski suasana diskusi cukup tegang atau Kawan merasa kesal dan tak sependapat, sebaiknya hindari
menyerang kehidupan pribadi rekan diskusimu. Terlebih jika tidak berhubungan dengan bahasan diskusi,
tindakan tersebut hanya akan membuat pembicaraan keluar dari jalur dan tentu memicu perselisihan

Tidak perlu ragu atau takut mengutarakan pendapat, bisa saja pemikiranmu menjadi solusi terbaik
dalam sebuah diskusi. Ingat dengan baik etika di atas karena Kawan bisa menerapkannya saat berdiskusi
di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kuliah, kantor, atau tempat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai