Anda di halaman 1dari 9

TERJEMAH KITAB ZADUL MA’AD FII HADYI KHAIRIL ‘IBAD

Pasal tentang Petunjuk Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dalam


Berwudhu bagian 1

Diajukan untuk Memenuhi tugas Mata Pelajaran Zadul Maad fii Hadyi Khairil Ibad

Guru Pengampu: Roni Abdurrahman, S.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Naura Mutiara Aqila
Indira Indar Parawansa
Zakhrifa Nadhifah Rahman

TARBIYATUL MU’ALLIMIN AL-ISLAMIYAH


PONDOK PESANTREN PERSATUAN ISLAM 153
AL-FIRDAUS
BANDUNG BARAT
1445 H/ 2024 M
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

Tiada kata terindah selain mengucapkan Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji
syukur kehadiran Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
Kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar bias aini untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Pasal Petunjuk Rasulullah dalam Berwudhu”. Shalawat serta
salam selalu kami haturkan kepada jungjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk
yang paling besar yakni syariat agama islam yang sempurna dan merupakan satu satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Sebagai umat islam kita pastinya tidak asing lagi dengan yang namanya wudhu karena
itu adalah salah satu syarat sahnya sholat. Maka dari itu, dengan ditulisya makalah ini untuk
menjelaskan kembali bagaimana tata cara berwudhu yang benar sesuai dengan petunjuk Nabi
saw.

Adapun penulisan makalah ini merupakan terjemahan dari kitab Zadul Maad fii Hadyi
Khairil Ibad yang ditulis oleh imam Ibnu Qoyim Al-Jaauziyyah. Beliau menulis kutipan
hadits tentang bagaimana cara Rasul dalam berwudhu.

Terakhir, kami ucapkan terimakasih banyak kepada guru pembimbing, ustadz Roni
Abdurrahman, S.Pd. atas bimbingannya selama ini, juga kepada pendampingnya (asisten)
ustadz Ghozi Abdul Aziz. Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah terbaik
dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dengan semua keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pada setiap pembaca.

Kelompok 4

Cipatat, 01 Januari 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I TERJEMAH KOSA 1

BAB II PETUNJUK RASULULLAH DALAM BERWUDHU 2

BAB III PENUTUP 6

ii
BAB I
TERJEMAH KOSA KATA

Berdasarkan apa yang disampaiakan oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah dalam kitabnya
Zadul Maad fii Hadyi Khairil Ibad pada pasal Petunjuk Rasulullah SAW dalam berwudhu,
terdapat beberapa kosa kata yang dianggap perlu dituliskan terjemahnya. Kosa kata tersebut
adalah sebagai berikut.

Bahasa Indonesia Bahasa Arab

Berkumur-kumur ‫التمضمض‬

Menghirup air ke dalam hidung ‫اإلستنشاق‬

Ubun-ubun (bagian depan rambut) ‫الناصية‬

± 1 ons/ 100 ml air dalam cidukan tangan ‫األوقية‬

Mengeluarkan air dari hidung ‫اإلستنثار‬

Telapak tangan/ pergelangan tangan ‫كٌّف‬

Membaca basmallah ‫التسمية‬

Leher ‫العنق‬

± 6 ons / 1 liter air dalam bejana ‫الُم ّد‬

1
BAB II
PASAL TENTANG PETUNJUK RASULULLAH DALAM BERWUDHU

Pada biasanya, Rasulullah SAW berwudhu untuk setiap kali shalat. Namun, terkadang
beliau melaksanakan beberapa shalat dengan sekali berwudhu. Pada suatu keadaan, beliau
berwudhu dengan air sebanyak satu mud penuh. Pada keadaan lain 2/3 mud. Kadang juga
lebih dari itu, yaitu sekitar 4 uqiyyah damaskus hingga 2-3 uqiyyah.

Beliau adalah manusia yang paling hemat dalam menuangkan air ketika berwudhu.
Beliau selalu memperingatkan umatnya supaya tidak boros dalam menggunakan air. Beliau
mengabarkan kepada umatnya bahwa akan ada seseorang yang berlaku berlebihan dalam
bersuci. Beliau bersabda: “Sesungguhnya pada setiap wudhu seseorang terdapat satu setan
yang disebut walhan (setan yang suka meniup sesuatu pada air). Maka takutlah kalian
terhadap was was (bisikan) air!”

Pada suatu saat, beliau berjalan melewati Sa’ad yang sedang berwudhu lalu beliau
berkata kepadanya: “Janganlah berlebihan dalam menggunakan air!” Lantas Sa’ad bertanya:
“Apakah dalam menggunakan air ada berlebihan juga?” Beliau menjawab: “Ya, meskipun
engkau berada di sungai yang mengalir.”

Dikutip dari hadits shohih bahwa Rasulullah SAW pernah berwudhu satu kali-satu kali,
dua kali-dua kali, tiga kali-tiga kali. Lalu pada sebagian keadaan beliau membasuh sebagian
anggota wudhu dua kali dan sebagian lainnya tiga kali.

A. Cara Berkumur dan Menghirup air

Terkadang, beliau berkumur kumur dan menghirup air dengan sekali ciduk. Terkadang
pula dengan dua dan tiga ciduk. Beliau selalu menyatukan berkumur kumur dan menghirup
air sekaligus. Setengah air dalam cidukan untuk mulutnya dan setengahnya lagi untuk
hidungnya. Tidak ada yang mungkin dilakukan ketika berwudhu dengan sekali cidukan selain
ini. Adapun dua atau tiga kali cidukan, maka mungkin saja dipisah dan disatukan sekaligus.
Hanya saja, petunjuk Rasulullah SAW itu hanya menyatukan keduanya bersamaan.
Sebagaimana dinukil dalam dua kitab shahih dari hadits Abdullah bin Zaid: “Rasulullah SAW
biasa berkumur kumur dan menghirup air dari satu telapak tangan yang sama. Beliau
melakukannya tiga kali.” Dalam lafaz lain: “Beliau berkumur dan mengeluarkan air dari
hidung dengan tiga kali cidukan tangan. Inilah Riwayat hadits paling shahih yang

2
menjelaskan perihal berkumur-kumur dan menghirup air. Tidak ada hadits shahih sama sekali
pun yang menjelaskan bahwa berkumur kumur dan menghirup air itu dipisah. Akan tetapi,
ada satu hadits Thalhah bin Musharrif yang melansir dari ayahnya dari kakeknya: “Aku
pernah melihat Rasulullah SAW memisahkan cidukan antara berkumur kumur dan menghirup
air.” Hadits ini hanya dinukil dari jalur Thalhah bin Musharrif dari ayahnya dari kakenya.
Sementara kakeknya itu tidak diketahui apakah ia termasuk sahabat Rasul SAW atau bukan.
Biasanya, beliau menghirup air ke hidung dengan telapak tangan kanannya dan
mengeluarkannya dengan tangan kirinya.

B. Cara Mengusap Kepala

Beliau biasa mengusap seluruh kepalanya. Terkadang kedua tanganya mengucap kepala
dari depan ke belakang, kemudian dari belakang ke depan. Berdasarkan praktek inilah
dipahami hadits yang menjelaskan: “Beliau mengusap kepalanya dua kali.” Yang benar
adalah beliau tidak mengulangi mengusap kepalanya. Meskipun beliau membasuh anggota
wudhu dua kali atau lebih, beliau tetap mengusap kepalanya satu kali. Seperti itulah praktik
yang dinukil dari hadits sharih (jelas). Praktek wudhu yang berbeda dengan hal ini tidak
pernah dinukil dari Rasulullah melalui jalur hadits shahih, meski beberapa ada yang shahih
tapi tidak sharih seperti perkataan salah seorang sahabat: “Beliau berwudhu tiga kali tiga
kali.” Dan “Beliau berwudhu dua kali-dua kali.” Dan beberapa hadits sharih tapi tidak shahih
seperti hadits Ibnu Al-Baylamani dari ayahnya dari Umar bahwa Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa yang berwudhu lalu mencuci tangannya tiga kali…” lalu disebutkan: “…dan
mengusap kepalanya tiga kali.” Hadits ini tidak bisa dijadikan hujjah (dalil). Sebab, Ibnu
Baylamani dan ayahnya adalah perawi dha’if meski ayahnya sedikit lebih baik keadaannya.
Begitu juga hadits Utsman yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa: “Nabi SAW
mengusap kepalanya tiga kali.”

C. Sifat Sifat Wudhu Rasulullah

Nabi SAW tidak akan pernah berwudhu melainkan beliau selalu berkumur kumur dan
menghirup air ke hidung. Tidak pernah dikutip dari hadits apapun bahwa beliau pernah
berwudhu tanpa melakukan dua hal tersebut. Demikian pula, praktek wudhu beliau selalu
berurutan dan berkesinambungan, tanpa pernah mempraktekan hal lain selain praktek wudhu.
Pada kali tertentu, beliau mengusap kepalanya, pada kali lain mengusap sorbannya, dan
terkadang mengusap ubun ubun dan sorbannya sekaligus. Adapun berwudhu dengan

3
mengusap ubun ubun saja, tidak pernah dinukil satu hadits pun dari beliau sebagaimana yang
telah dijelaskan terlebih dahulu.

Beliau biasa mencuci kedua kakinya jika tidak memakai selop atau kaos kaki.
Sedangkan bila sedang memakainya, maka beliau cukup mengusapnya saja. Biasanya, beliau
mengusap kedua telinganya bersamaan dengan mengusap kepalanya. Beliau mengusap bagian
dalam dan luar kedua telinganya. Tidak ada hadits shahih yang menetapkan bahwa beliau
menciduk air baru untuk kedua telinganya. Riwayat shahih yang mengatakan demikian hanya
dari Ibnu Umar. Demikian juga tidak pernah ada haidts shahih yang dinukil bahwa beliau
mengusap lehernya ketika mengusap kepalanya.

D. Bacaan Bacaan Wudhu Rasulullah

Tidak pernah ada hadits yang dinukil bahwa beliau mengusap sesuatu ketika berwudhu
selain tasmiyah (membaca basmalah) ketika hendak berwudhu. Setiap hadits yang
menjelaskan perihal dzikir-dzikir dan bacaan-bacaan wudhu yang membenarkan ada ucapan
lain selain basmalah adalah palsu dan hanya rekaan semata. Karena Rasulullah SAW tidak
pernah mengucapkan seusatu dalam wudhunya. Tidak juga beliau mengajarkannya kepada
umatnya. Dan tidak ada hadits shahih yang menetapkan bahwa ada bacaan lain selain
tasmiyah. Adapun ucapan Rasulullah di akhir wudhunya adalah:

‫ الَّلُهَّم اْج َعْلِنْي ِم َن الَتَّو اِبْيَن َو اْج َعْلِنْي‬,‫َأْش َهُد َأْن اَّل ِاَلَه ِإاَّل هللا َو ْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم َدا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫ِم َن الُم َتَطِّهِر ْيَن‬

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata,
tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Nya dan
RasulNya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk pada golongan orang-orang yang bertaubat
dan jadikanlah aku termasuk pada golongan orang-orang yang menyucikan diri."

Dan dalam hadits lain yang terdapat pada Sunan An-Nasa'i bahwa di antara ucapan
setelah berwudhu adalah:

‫ُسْبَح اَنَك الَّلُهَّم َو ِبَح ْم ِد َك َأْش َهُد َأْن اَّل ِاَلَه ااَّل َأْنَت َأْس َتْغ ِفُر َك َو َأُتْو ُب ِإَلْيَك‬

"Maha suci Engkau Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Engkau, Aku memohon ampunanMu dan Aku berataubat
kepadaMu."

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berwudhu adalah syarat mutlak yang harus dilakukan seorang muslim yang beriman
sebelum mendirikan shalat. Rasulullah Saw. menjadi teladan yang memberikan contoh
terbaik untuk melaksanakan syarat sahnya shalat melalui praktik beliau yang jelas dan
detail ketika berwudhu di mana pun dan dalam keadaan apapun, baik ketika safar hingga
ketika memakai sepatu pun beliau contohkan agar diteladani oleh seluruh umatnya.
B. Diskusi
Berdasarkan presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok 4, terdapat beberapa hal
yang dapat didiskusikan lebih lanjut. Di antaranya:
1. Apakah mengusap sebagian kepala itu harus ketika sedang memakai
penutup kepala saja dan wajib mengusap rambut depan kepala atau boleh
mengusap sebagian tanpa memakai penutup kepala apapun?
2.

5
6

Anda mungkin juga menyukai