Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬


Segala puji serta syukur bagi Rabb Yang Maha Ghafur, Sang pemilik nikmat yang tidak
akan pernah terukur oleh siapapun. Shalawat serta salam bagi Nabi yang mulia, serta bagi para
keluarga dan para pengikutnya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ustadz Abu
Abdurrahman dalam mata pelajaran Fiqih 2. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang petunjuk Rasulullah SAW. dalam sholat bagi para pembaca dan penulis.
Tulisan ini merupakan terjemahan dari kitab Zadul Maad … yang ditulis oleh Imam Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah. Beliau mengutip hadits-hadits tentang kebiasaan Rasulullah SAW. dalam
sholat yang dilaksanakan Rasullah Saw. Selain daripada itu, dalam kitab ini juga disebutkan
tentang aturan membaca surat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, serta berbagai hal
terkait sholat yang dilakukan oleh manusia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Abu Abdurrahman selaku guru dalam
mata pelajaran Fiqih 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari,makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cipatat, 2 Januari 2024

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................................ 1

BAB II ........................................................................................................................................... 2

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………………....5

ii
BAB I
TERJEMAH KOSA KATA
Berdasarkan apa yang disampaiakan oleh Ibnu Qayyim dalam kitabnya Zadul Maad ...
pada Fasal Petunjuk Rasulullah SAW. saat buang hajat. Terdapat beberapa kosa kata yang
dianggap perlu dituliskan terjemahnya. Kosa kata tersebut adalah sebagai berikut.

Bahasa Indonesia Bahasa Arab

Sholat Sunnah ‫النافلة‬

Hentakan kaki ‫وقع قدم‬

Beberapa kemungkinan ‫ااحملتمل‬

Menutupi ‫عوضا‬

1
BAB II
PASAL TENTANG SHOLAT
A. Nabi Tidak Menetapkan Surat Tertentu
Nabi tidak menetapkan surat tertentu untuk dibaca dalam shalat,kecuali pada shalat
Jum’at dan shalat Id (hari raya). Adapun shalat-shalat lain, maka disebutkan oleh Abu Dawud,
dar Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata, “Tidak ada satu surat pun dari
kelompok Al-Mufashal, baik pendek maupun panjang, melainkan aku pernah mendengarnya
dibaca Rasululloh Saw. mengimami orang pada shalat-shalat wajib.
Di antara petunjuk beliau adalah membaca satu surat secara lengkap, terkadang
membaca satu surat untuk dua rakaat, dan adakalanya membaca awal surat. Adapun membaca
akhir surat atau pertengahannya tidak dinukil dari beliau. Sedangkan membaca dua surat
dalam satu rakaat pernah beliau lakukan pada shalat sunnah. Tapi, perbuatan ini tidak oernah
dinukil dari beliau pada shalat fardhu.
Mengenai hadits Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya aku mengetahui beberapa surat yang
setara dan biasa digandengkan oleh Rasululloh Saw. dalam satu raka’at, Ar-Rahman dan An-
Najm dalam satu raka’at, Iqtirabat dan Al-Haqqah dalam satu raka’at, Ath-Thur dan Adz-
Dzariyat dalam satu raka’at, serta Idza Waqa’at dan Nun dalam satu raka’at.”
Ini adalah berita tentang perbuatan beliau tanpa keterangan lebih lanjut mengenai
tempatnya, apakah pada shalat fardhu ataukan pada shalat sunnah? Maka ia tergolong dalil
muhtamal.
Adapun membaca satu surat untuk dua raka’at sangat jarang beliau lakukan. Abu
Dawud menyebutkan dari seorang lelaki dari Juhainah, bahwa dia mendengar Rasululloh
membaca surat Al-Zalzalah pada shalat subuh dalam dua raka’atnya. Dia berkata, “Akku
tidak tahu apakah Rasululloh lupa ataukah sengaja membaca surat itu.”

B. Memperpanjang Raka’at Pertama daripada Raka’at Kedua


Biasanya beliau lebih memanjangkan raka’at pertama daripada raka’at kedua, baik
pada shalat shubuh maupun pada shalat-shalat lain, adakalanya beliau memanjangkannya
sampai tidak mendengar bunyi hentakan kaki. Umumnya beliau lebih memanjangkan shalat
shubuh dibanding shalat-shalat lainnya.

C. Sebab-Sebab Nabi Memperpanjang Shalat Shubuh


Sebab utama bagi hal ini, bahwa shalat shubuh itu disaksikan, yakni disaksikan Alloh
dan para Malaikat-Nya. Sebagian mengatakan, disaksukan oleh para malaikat malam dan

2
malaikat siang. Kedua pendapat itu dubangun di atas permasalahan, apakah turunnya Alloh
(ke langit dunia) berlangsung terus sampai selesainya shalat subuh ataukah hanya sampai
terbitnya fajar? Kedua-duanya telah dinukil dalam riwayat.
Di samping itu, panjangnya shalat shubuh didukung oleh faktor-faktor berikut:
Pertama, jumlah rakaatnya tergolong sedikit dibandingkan shalat-shalat lain, maka
pelaksanaannya diperpanjang untuk menutupi kekurangannya dari segi jumlah raka’at.
Kedua, shalat shubuh itu dilangsungkan stelah tidur, dan manusia saat itu dalam
kondisi prima.
Ketiga, manusia belum disibukkan oleh pekerjaan dan urusan-urusan dunia.
Keempat, shalat shubuh dilaksanakan saat telinga, lisan, dan hati, terkonsentrasi secara
penuh, tidak terganggu oleh kesibukan, sehingga dapat memahami Al-Qur’an dan
merenungkannya.
Kelima, shalat shubuh itu adalah dasar dan awal dari amalan. Oleh karena itu, diberi
perhatian lebih dan lebih dipanjangkan.
Rahasia-rahasia sesungguhnya hanya dapat diketahui oleh orang yang memiliki
perhatian terhadap rahasia syari’at serta maksud dan hilmah-hikmahnya. Hanya kepada Alloh
tempat memohon pertolongan.

Ruku’
Setelah menyelesaikan bacaan, beliau berhenti sejenak, sekadar untuk mengatur
pernafasannya. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya—sebagaimana telah
dikemukakan—dan bertakbir lalu ruku’. Beliau meletakkan kedua telapak tangannya di atas
kedua lututnya seperti orang yang memegang keduanya. Merenggangkan kedua tangannya
seraya menjauhkan dari sisi badannya. Membentangkan punggungnya dan meluruskannya
serta bersikap seimbang. Tidak mengangkat kepalanya dan tidak merendahkannya, akan tetapi
diposisikan sejajar punggungnya dan rata dengannya.
Beliau membaca: “Mahasuci Rabbku Yang Mahaagung.”
Adakalanaya mencukupkan dengan itu saja,dan terkadang menambahkan dengan:
“Mahasuci Engkau Ya Alloh, wahai Rabb kami dan dengan MemujiMu, ya Alloh ampunilah
aku.”
Panjang ruku’ beliau biasanya setara dengan membaca sepuluh kali tasbih, begitu pula
sujudnya. Adapun hadits Al-Bara’ bin Azib, “Aku mencermati sepintas lalu shalat di belakang
Nabi ternyata berdirinya, rukunya, I’ridalnya, sujudnya, dan duduknya di antara dua sujud
hampir sama.

3
Sebagian orang memehami hadits bahwa Nabi ruku’ setara dengan berdirinya, sujud
sama seperti itu, dan demiian juga itidalnya. Namun, pemahaman ini perlu ditinjau kembali.
Sebab beliau biasa membaca pada shalat shubuh sebanyak 100 ayat atau sekitar itu. Telah
dikemukakan pula bahwa beliau pernah membaca pada shalat Maghrib surat Al-A’raf, Ath-
Thur, dan Al-Mursalat. Telah dimaklumi bahwa ruku’ dan sujud beliau tidak sama dengan
lama bacaan surat-surat itu. Dalil yang menunjukkan hal itu adalah hadits Anas seperti dikutip
para penulis kitab-kitab As-Sunan bahwa dia berkata, “Aku tidak pernah Shalat di belakang
seseorang setelah Rasululloh yang paling serupa shalatnya dengan Rasululloh kecuali pemuda
ini.” Yakni Umar bin Abdul Aziz. Beliau berkata, “Kami menghitung lama ruku’ nya sepuluh
kali tasbih dan lama sujudnya sepeuluh kali tasbih. Demikianlah,padahal Anas berkata bahwa
beliau mengimami mereka dengan membaca surat Ash-Shaffat.
Maka maksud Al-Bara’ bahwa Shlat Rasululloh seimbang, jika beliau memperpanjang
berdiri, maka ruku’ dan sujudnya juga diperpanjang, dan jika berdirinya dipersingkat, maka
ruku’ dan sujudnya juga dipersingkat. Dan sesekali beliau melakukan ruku’ dan sujud setara
dengan berdirinya. Akan tetapi, perbuatan ini sesekali beliau lakukan pada shalat malam
ketika sendirian. Serupa dengannya perbuatan beliau pada shalat kusuf (gerhana). Adapun
petunjuk beliau yang umum adalah menyeimbangkan shalat dan menyesuaikannya.
Beliau biasa juga membaca dalam ruku’: “Mahasuci dan Mahanersih Rabb para
Malaikat dan ruh.”
Terkadang beliau membaca: “Ya Alloh kepada-Mu aku ruku’, kepada-Mu aku
beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, dan
urat-uratku telah tunduk kepada-Mu.”
Namun,dzikir ini dinukil dari beliau hanya pada shalat malam.

4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan rukun kedua dari rukun Islam yang harus kita laksanakan. Maka sudah
sepatutnya kita mengikuti shalatnya Rasululloh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku (Nabi) shalat.”. Maka dengan ini,semoga
shalat kita sudah sesuai dengan shalat Nabi.
B. Diskusi
Berdasarkan presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok terdapat beberapa hal yang
dapat didiskusikan lebih lanjut. Diantaranya:
1. Apakah boleh membaca surat yang sama dalam 2 rakaat atau lebih?

Anda mungkin juga menyukai