Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Agung Muhammad
SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di Akhir kelak nanti. Amien..
Penulis berucap Syukur kepada Allah atas limpahan Nikmat sehat-Nya, baik fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis berhasil menyelesaikan pembuatan makalah, sebagai tugas dari mata
kulia.
Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu, penulis
mengharapkan kritik-kritik dan saran dari pembaca untuk lebih baiknya makalah ini. Demikian,
dan jika terdapat banyak kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirul kalam......
Wassalamua’laikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
اخبرنا سعيدبن سالم عن سفيان الثورى عن عبدهللا بن عقيل بن محمد ابن الحنفية عن
مفتاح الصالة الوضوء وتحريمها التكبير:ابيه ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
وتحليلها السال م.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Sa’id bin Salim dari Sofyan Ats-Tsauri dari Abdillah bin
Uqail dari Muhamad bin Hanafiyah dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Kunci
pembuka shalat adalah wudlu’, permulaan shalat adalah takbir, dan penutup shalat adalah
salam.”
اخبرنا ابراهيم بن محمد عن على بن يحي بن خالد عن ابيه عن جده رفا عة بن ما لك انه سمع
اذا قام احد كم الى الصالة فليتوضاء كما أمر هللا تعا لى ثم:رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول
ليكبر فان كان معه شئ من القران اقرأ به وان لم يكن معه شئ من القران فليحمد هللا وليكبره ثم
ليركع حتى يطمئن راكعا ثم ليقم حتى يطمئن قا ئما ثم ليسجد حتى يطمئن سا جدا ثم ليرفع رأسه
فليجلس حتى يطمعن جا لسا فمن نقس من هذه فا نما ينقص من صال ته.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Ibrahim bin Muhamad dari Ali bin yahya bin Khalad dari
ayahnya dari kakeknya yang bernama Rifa’ah bin Malik, bahwa dia telah mendengar Rasulullah
saw. Bersabda: “Apabila salah seorang diantara kamu akan mengerjakan shalat, hendaklah dia
berwudlu’ lebih dahulu sebagaimana yang telah diperintahkan Allah. Lalu dia bertakbir,
kemudian bila dia menghafal sebagian dari ayat-ayat Al-qur’an, hendaklah membacanya. Bila
tidak menghafalnya, hendaklah dia membaca hamdalah (memuji kepada Allah) dan bertakbir.
Lalu ruku’ hingga sempurna didalam ruku’. Kemudian berdiri (I’tidal) hingga sempurna didalam
berdiri. Lalu bersujud hingga sempurna didalam sujud, kemudian mengangkat kepala (bangkit),
lalu duduk hingga sempurna didalam duduk. Barang siapa mengurangi sedikit saja dari tatacara
ini, berarti dia telah mengurangi pelaksanaan shalat.”
Penjelasan Hadits
Rasulullah telah menjelaskan tentang tatacara pelaksanaan shalat, sebagaimana yang sudah
lazim dilakukan. Sabda Rasulullah: “Bila menghafal sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an,
hendaklah membacanya. Dan bila tidak menghafal, hendaklah membaca hamdalah,” adalah
sebagai perintah pada permulaan islam, ketika Al-Qur’an belum banyak diturunkan, dan belum
ada aturan bahwa didalam surat harus membaca Surat Al-fatihah, atau dalam keadaan darurat.
Misalnya ada orang awam masuk islam, kemudian dia akan melaksanakan shalat, tetapi belum
hafal bacaan Surat Al-fatihah, maka dia diperbolehkan membaca sembarang ayat Al-Qur’an
yang sudah dihafalnya, atau membaca hamdalah saja dalam pelaksanaan shalat, sebagai ganti
bacaan Surat Al-fatihah. Tentu saja dia harus terus menerus belajar membaca Surat Al-fatihah
hingga hafal.
Bila tidak dipahami demikian, maka akan memunculkan permasalahan. Sebab hadits diatas
bertentangan dengan hadis-hadis lain yang menerangkan, bahwa shalat tidak akan sah tanpa
disertai bacaan surat Al-fatihah. Namun boleh jadi yang dimaksud pada hadis diatas adalah Surat
Alfatihah, hingga dapat dipahami bahwa shalat dengan hanya membaca Surat Al-fatihah saja
sudah sah. Tetapi bila lafal sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an dimaksudkan sebagai surat-surat
pendek dalam Al-Qur’an, kemudian dibaca sesudah surat Al-fatihah, maka lebih utama. Sebab
telah kita maklumi bahwa membaca salah satu surat atau ayat Al-Qur’an didalam shalat sesudah
bacaan Surat Al-Fatihah hukumnya sunnah.
Berikut ini ada Hadis tentang Tatacara Shalat yang dilakukan Nabi Muhammad saw:
ج††اء رج††ل ليص††لى:اخبرنا ابراهيم بن محمد قال اخبرنى محمد بن عجالن عن على ابن يحيى بن خالد عن رفاعة بن رافع قال
فى المسجد قريبا من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ثم جاء فسلم على النبى صلى هللا عليه وسلم فق††ال ل††ه الن††بى ص††لى هللا علي††ه
اذا توجهت الى القبلة فكبر ثم اقرأ بام الق††ران وم††ا: ععلمنى يا رسول هللا كيف اصلى قال: فقال. اعد صالتك فانك لم تصل:وسلم
شاء هللا ان تقرأ فاذا ركعت فاجعل راحتيك على ركبتيك و مكن روعك وامدد ظهرك فاذا رفعت فاقم صلبك وارفع رأس††ك ح††تى
ترجع العظام الى مفاصلها فاذا سجدت فمكن السجود فاذا رفعت فاجلس على فخذك اليسرى ثم افعل ذل††ك فى ك††ل ركع††ة وس††جدة
ح††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††††تى تطمئن.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Ibrahim bin Muhammad, dia telah berkata: Telah
mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Ajlan dari Ali bin Yahnya dari Khalad dari Rifa’ah
bin Rafi’, dia telah berkata: “Ada seorang laki-laki mengerjakan shalat didalam masjid,
berdekatan dengan Rasulullah saw. Setelah selesai shalat, lelaki itu datang menghadap
Rasulullah saw. Sambil mengucapkan salam kepada beliau. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Ulangi Shalatmu!. Sebab sesungguhnya kamu belum melaksanakan shalat.” Kemudian lelaki itu
segera berdiri, lalu melaksanakan shalat seperti apa yang dia lakukan sebelumnya.
Rasulullah bersabda lagi: “Ulangi Shalatmu. Sebab sesungguhnya kamu belum melaksanakan
shalat.” Lelaku itu kemudian berkata: “Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku bagaimana
seharusnya aku melaksanakan shalat.” Rasulullah kemudian bersabda: “Jika engkau menghadap
kiblat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Surat Al-Fatihah dan apa yang engkau hafal dari
sebagian ayat-ayat Al-Qur’an. Apabila engkau ruku’, maka luruskanlah punggungmu. Apabila
engkau bangkit dari ruku’, maka luruskanlah tulang punggungmu dan tegakkanlah kepalamu,
hingga tulang-tulangmu kembali pada tempat semula. Apabila engkau sujud, maka tekanlah
sujudmu. Dan apabila engkau bangkit dari sujud, maka duduklah diatas telapak kaki kirimu.
Kemudian lakukanlah hal seperti itu pada setiap rakaat, dan lakukanlah sujud (yang kedua),
sehingga engkau tumakninah.”
Penjelasan Hadis
Rasulullah telah mengajarkan tatacara shalat yang sempurna, setelah sebelumnya beliau
menyaksikan ada seorang lelaki yang melakukan shalat secara sembarangan didekat beliau.
Rasulullah mengajarkan tatacara shalat setelah lelaki itu meminta kepada beliau untuk
mengajarkannya. Ini sebagai bukti betapa bijaknya Rasulullah dalam menuntun umatnya ke arah
kesempunaan ibadah.
بيننا وبين المن††افقين ش††هود العش††اء والص††بح ال:اخبرنا ما لك عن عبد الرحمن بن حرملة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
يستطيعونهما اونحوهذا.
“Telah Mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abdurrahman bin Harmalah, bahwa Rasulullah
saw. Telah Bersabda: “Perbedaan mencolok antara kami dengan orang-orang munafik adalah
menghadiri shalat jamaah isya’ dan subuh. Mereka sangat keberatan menghadiri dua shalat
jamaah tersebut.” Atau “mereka tidak sanggup melakukan kedua shalat jamaah itu.” Atau:
“Mereka ogah menuju tempat pelaksanaan shalat jamaah tersebut.”
Penjelasan Hadis
Penyebutan shalat isya’ dan subuh secara khusus pada hadis diatas, karena biasanya pada
pelaksanaan shalat tersebut kebanyakan mata manusia sudah atau masih ngantuk, hingga merasa
malas untuk melaksanakan shalat jamaah. Oleh karena itu, bagi mereka yang melaksanakannya,
maka Allah akan menyediakan pahala yang besar. Bahkan keberadaan shalat jamaah isya’ dan
subuh dijadikan pembeda antara orang munafik dengan orang islam yang sejati.
Rukun atau Fardlu shalat:
1. Niat.
2. Takbiratul ikhram.
3. Berdiri tegak bagi yang mampu ketika shalat fardlu.
4. Membaca al-fatihah pada tiap rakaat.
5. Ruku’.
6. I’tidal.
7. Sujud dua kali untuk tiap rakaat.
8. Duduk diantara dua sujud.
9. Tuma’ninah pada setiap ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud dan i’tidal sekalipun pada
shalat sunnah.
10. Tasyahud Akhir.
11. Membaca shalawat Nabi.
12. Duduk untuk tasyahud, shalawat dan salam.
13. Mengucapkan salam.
14. Tertib.
C. Shalat Jama’
Shalat jama’ adalah melaksanakan atau menggabungkan shalat wajib dalam satu waktu.
Shalat jama’ dilaksanakan pada waktu bepergian dalam jarak tempuh 90 km. pada shalat jama’,
yang bisa dijamakkan adalah shalat dzuhur, ashar, magrib dan isya’, sedangkan subuh tidak bisa
dijama’kkan.
Dalam riwayat hadis shahih muslim mengatakan:
اذا عجل عليه السفر يؤخرالمغرب حتى يجمع بينهما وبين:عن انس بن ماللك رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم
العشاء حين يغيب الشفق.
“Anas bin Malik r.a berkata: “Apabila Nabi bergegas dalam perjalanan, beliau akhirkan shalat
zhuhur ke awal waktu shalat Asar, lalu beliau menjama’ keduanya. Dan belian akhirkan shalat
maghrib, sehingga beliau menjama’kan dengan shalat isya’ ketika mega merah telah hilang.
Penjelasan Hadis
Saat memasuki shalat dzuhur, lalu masih dalam perjalanan maka shalatnya bisa dijama’ diawal
waktu shalat asar. Dan ketika waktu maghrib datang menjama’kannya shalat isya’ ketika mega
merah telah hilang.
D. Shalat Qasar
Yang dimaksud dengan mengqasar sholat adalah meringkas shalat. Shalat yang bisa diringkas
hanya shalat dengan jumlah empat rakaat. Sementara maghrib dan subuh tidak bisa diqasarkan.
Bila menqasar shalat, bisa dilakukan dengan dua rakaat saja, untuk memudahkan seorang
Musafir.
Berikut ini ada Hadis tentang Mengqasar shalat:
رايت النبى ص اذااعجله السير يؤخرالمغرب فيصليها ثالثا ثم يسلم ثم قلم يلبث حتى:عن عبدهللا بن عمر رضى هللا عنهما قال
يقيم العشاء فيصليها ركعةين ثم يسلم وال يسبح بعد† العشاء حتى يقوم من جوف اليل.
“Dari Abdullah bin Umar r.a berkata: Saya melihat Nabi saw. Apabila tergesa-gesa dalam
perjalanan beliau akhirkan maghrib. Beliau shalat tiga rakaat kemudian salam. Beliau diam
sejenak sampai masuk isya’ lalu beliau shalat dua rakaat kemudian salam, dan beliau tidak
membaca tasbih setelah isya’ sampai beliau bangun jauh ditengah malam.”
Penjelasan Hadis
Dari Hadis diatas dapat dijelaskan bahwa apabila kita tergesa-gesa dalam perjalanan pada saat
waktu maghrib, maka kita harus mengqasar shalat maghrib dan isya’. Maghrib dilakukan dengan
tiga rakaat, sedangkan isya’ dengan dua rakaat.
Dari Hadis lain Riwayat Abu Hurairah disitu Rasulullah memberi pesan kepada Umatnya,
bahwa:
وليلة ليس معها النبى ص ال يحل المراة تؤمن باهلل واليوم االخر ان تسافر مسيرة يوم:عن ابى هريرة رضى هللا عنه قال
حرمة.
“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Nabi saw. Bersabda: “Tidak halal bagi seseorang wanita yang
beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian perjalanan sehari semalam tanpa ada
muhrim (seorang yang haram dinikah atau menikah).”
Penjelasan Hadis
Dari Hadis diatas dapat dijelaskan bahwa Apabila seseorang bepergian, terutama wanita,
maka wanita itu harus didampingi muhrimnya. Seperti: ayahnya, atau saudaranya. Sehingga
wanita tersebut terhindar dari bahaya.
Hadis tersebut sebagai dalil yang menunjukkan hikmah shalat sunnah. Mengenai lafal menurut
riwayat Muslim, bahwa beliau (Nabi saw) tidak shalat setelah terbit fajar kecuali dua rakaat,
maka hadis itu dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat makruh shalat sunnah setelah terbit
fajar.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abdillah bin Jabir bin Atik bin Harits bin Atik,
dia meriwayatkan dari Jabir bin Atik: Sesungguhnya Rasulullah saw. Datang menjenguk
Abdullah bin Tsabit, kemudian beliau mendapatinya sudah sakit sangat parah. Lalu Rasulullah
memanggilnya, tetapi dia dapat menjawab. Kemudian mengucapkan Istirja’ (innalillah), lantas
bersabda: “Kami telah tertinggal untuk mengejarmu, wahai Abu Rabi’. Lantas terdengar kaum
wanita berteriak dan menangis. Ibnu Atik kemudian menyuruh mereka diam. Lalu Rasulullah
bersabda: “Biarkanlah mereka itu. Hanya saja apabila sudah benar-benar terjadi kematian, jangan
sampai ada seorang pun menangis.” Lantas Ibnu Atik berkata: “Apakah yang dimaksud Al-
Wujud itu, ya Rasulullah?” jawab Rasulullah: “Kalau sudah benar-benar meninggal.”
Penjelasan Hadis
Menangis yang hanya mengeluarkan air mata, tidak diikuti dengan jeritan dan suara keras
adalah diperbolehkan, baik sesudah meninggalnya seseorang yang ditangisi maupun sebelumnya.
Lain halnya dengan pendapat orang yang berpandangan kepada pengertian Lahiriah hadis
tersebut, mereka hanya membolehkan menangis sebelum seseorang meninggal. Sedangkan
sesudah meninggal, maka tidak diperbolehkan. Tetapi pendapat ini lemah. Dikatakan lemah
karena bertentangan dengan hadis yang menyatakan bahwa ketika Rasulullah saw.
Mengeluarkan air mata karena melihat anak shalih seorang putrinya sedang sakaratul maut, maka
Sa’d bin Ubaidah bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis?” rasulullah menjawab:
“Ini adalah rahmat yang dijadikan oleh Allah dalam hati hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
Rasulullah memberitahukan kepada Sa’d bin Ubaidah, bahwa menangis yang hanya sekedar
mengeluarkan air mata adalah tidak haram dan tidak makruh. Bahkan air mata tersebut
merupakan rahmat dan keutamaan. Sedangkan yang diharamkan adalah memanggil-manggil si
mayit, menyebut-nyebut kebaikannya, dan menampari pipi sendiri sambil menangis. Hal ini
diperkuat dengan sabda Rasulullah saw yang menegaskan: “Sesungguhnya Allah tidak menyiksa
seseorang karena air mata, dan tidak pula karena sedihnya hati.
اما انه لم يكذب ولكنه اخطأ أونسى انما مر رسول هللا صلى هللا عليه:ان الميت ليعذب ببكاء الحى فقالت عائشه رضى هللا عنها
انهم ليبكون عليها وانها لتعذ ب فى قبرها:وسلم على يهودية وهى يبكى عليها اهلها فقال.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Malik bin Anas dari Abdullah bin Abi Bakar dari ayahnya
dari Amrah: Sesungguhnya dia mendengar Aisyah berkata tatkala kepadanya diingatkan bahwa
Abdullah bin Umar telah berkata: “Sesungguhnya mayit akan disiksa karena tangisan orang yang
masih hidup.” Lantas Aisyah berkata: “Ketahuilah, Sesungguhnya Ibnu Umar Tidak Berdusta.
Akan tetapi dia keliru dan lupa. Sebab Rasulullah pernah melewati jenazah seorang perempuan
Yahudi yang ditangisi oleh keluarganaya, lalu beliau berkata: “Sesungguhnya mereka menangisi
perempuan itu, lantaran si perempuan tersebut akan disiksa didalam kuburnya.”
:اخبرنا ما لك عن ايوب السختيا نى عن ابن سيرين عن ام عطية ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال لهن فى غسل ابنته
اغسلنها ثال ثا اوخمسا اواكثر من ذ لك بماء وسدر واجعلن فى االخيرة كافورا اوشيئا من كفورا.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Ayub As-Sikhtiyani dari Ibnu Sirin dari Umi
Athiyah: Sesungguhnya Rasulullah saw Bersabda kepada mereka (kaum wanita) ketika
memandikan putrinya: “Mandikanlah dia tiga kali atau lima kali atau lebih banyak lagi. Jika
kamu sekalian memandang perlu, maka mandikanlah dengan air dan daun bidara. Dan pada kali
yang terakhir, gunakanlah kapur barus atau sesuatu yang serupa dengan kapur barus.”
Penjelasan Hadis
Dalam hadis ini dapat diambil kesimpulan, bahwa memandikan mayit, mengkafani, menyolati,
dan mengebumikannya hukumnya adalah fardlu kifayah. Artinya, apabila ada sebagian orang
yang telah melakukannya, maka gugurlah hukum fardhu terhadap yang lain. Tetapi jika tidak ada
seorangpun yang melakukannya, maka semua orang yang berada dalam kampung tersebut
berdosa.
Memandikan mayit sebanyak tiga kali atau lima kali atau lebih banyak lagi hukumnya adalah
sunnah, karena melebihi yang telah difardhukan. Dalam memandikan mayit disunnahkan dalam
bilangan ganjil, sebagaimana yang dipahami dari hadis diatas. Sebab dalam hadis lain Rasulullah
juga bersabda: “Sesungguhnya Allah adalah witir (Esa), dia menyukai yang witir (yang ganjil).”
Yang dimaksud adalah Esa dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Karena itu, dia menyukai hal-
hal yang serupa bilangannya dengan keadaan diri-Nya dalam hal keganjilannya.
ونهيتكم عن زيارة:اخبرنا ما لك عن ربيعة بن ابى عبد الرحمن عن ابى سعيد الخدرى ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
القبور فزوروها وال تقولوا هجرا.
“Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Rabi’ah bin Abi Abdirrahman dari Abi Sa’id Al-
Khudri: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Aku dahulu telah melarang kamu sekalian
menziarahi kubur, tetapi sekarang berziarahlah. Dan janganlah kamu mengeluarkan ratapan.”
Dalam riwayat lain ditegaskan: “Maka sekarang berziarah kuburlah kalian, karena
sesungguhnya ziarah kubur itu dapat mengingatkan kepada kehidupan akhirat,”
Tujuan utama dari ziarah kubur adalah mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa
diri orang lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak atau belum dikenal. Betapapun
kuatnya mereka dan banyaknya harta yang mereka miliki serta pengaruh yang kuat, semua itu
tidak dapat memelihara diri mereka dari kematian. Dengan demikian, hati orang yang berziarah
kubur akan menjadi sadar dari kesesatannya dan mau bertaubat, serta mudah bagi yang berharta
untuk menyedekahkan dari sebagian dari hartanya dan bertambah rajin dalam beribadah kepada
Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rukun atau Fardlu shalat:
1. Niat.
2. Takbiratul ikhram.
3. Berdiri tegak bagi yang mampu ketika shalat fardlu.
4. Membaca al-fatihah pada tiap rakaat.
5. Ruku’.
6. I’tidal.
7. Sujud dua kali untuk tiap rakaat.
8. Duduk diantara dua sujud.
9. Tuma’ninah pada setiap ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud dan i’tidal sekalipun pada
shalat sunnah.
10. Tasyahud Akhir.
11. Membaca shalawat Nabi.
12. Duduk untuk tasyahud, shalawat dan salam.
13. Mengucapkan salam.
14. Tertib.
B. SARAN
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahalli, Ahmad Mudjab, Hadis-hadis Ahkam Riwata Asy-syafi’i, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003)
Al-albani, Muhammad nashirudin, Ringkasan Shahih Muslim (Jakarta: Gema Insani,
2003)
Az-zubaidi, Zaenuddin Ahmad, dan Zuhri, Muhammad, Terjemah Hadis Shahih Bukhari
Jilid I (Semarang: CV. Toha Putra, 1986)
Muhammad, Abu Bakar, Terjemahan Subulus Salam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991)
http://abusalma.wordpress.com/2006/12/04/shalat-jama%E2%80%99-dan-qashar/
diakses tgl 09-092012 09:39
MAKALAH
SHALAT WAJIB DAN SUNAT
DISUSUN OLEH :
SITTI RAHMA