Terbaru - Vincentius - Unesa - Kapal Dewanagari - LKTIM UNHAS
Terbaru - Vincentius - Unesa - Kapal Dewanagari - LKTIM UNHAS
Diusulkan oleh:
i
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1
A. PENDAHULUAN
Kedaulatan suatu negara dapat diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam
negara yang tidak berasal dari negara lainnya. Menurut Undang-Undang RI
No. 32 Tahun 2014 Pasal 5 ayat (2), kedaulatan Indonesia sebagai negara
kepulauan meliputi wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan,
dan laut teritorial, termasuk ruang udara di atasnya serta dasar laut dan tanah
di bawahnya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamya. Dua
dimensi wilayah yaitu wilayah lautan dan daratan adalah dimensi wilayah yang
harus memiliki batasan yang jelas karena sering berbatasan langsung dengan
negara lain, tidak terlepas pula bahwa kedua dimensi wilayah tersebut
merupakan bahasan yang sering menjadi persengketaan bagi negara-negara.
Persengketaan tersebut muncul akibat dari penerapan prinsip yang berbeda
terhadap penetapan batas-batas Landas Kontinen di antara negara-negara
bertetangga sehingga menimbulkan wilayah “tumpang tindih” (Sambogo,
2018).
Kepulauan Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan merupakan
salah satu dari 11 pulau yang terletak di perbatasan terluar Indonesia. Wilayah
tersebut menjadi daerah yang rawan terjadi konflik termasuk persengketaan
yang terjadi dengan China dalam penetapan batas wilayahnya. Konflik yang
terjadi semakin memanas akibat adanya klaim sepihak oleh China yang
bersikeras bahwa perairan Natuna merupakan wilayah negaranya berdasarkan
klaim Nine-Dash Line. Namun klaim kepemilikan Indonesia terhadap
Kepulauan Natuna telah sesuai dengan aturan dan kaidah hukum internasional
(Sambogo, 2018). Lebih lanjut, wilayah perairan Natuna juga sering dilalui
oleh kapal-kapal asing dan banyak nelayan ilegal dari luar negeri yang
menangkap ikan di perairan ini (Wijaya, 2022).
Maraknya penemuan wahana nirawak bawah laut (seaglider) di perairan
Indonesia oleh nelayan tidak bisa diremehkan dan menjadi salah satu alasan
eskalasi keamanan yang terjadi di Laut China Selatan serta dapat
mengindikasikan sistem pertahanan laut negara yang masih lemah. Kepala
Dinas Penerangan TNI AL juga mengakui bahwa kapasitas yang dimiliki oleh
TNI AL untuk menghadapi eskalasi keamanan di Laut China Selatan masih
2
kurang baik yang dilihat dari jumlah kapal perang, sistem radar di titik strategis,
dan teknologi pendukung lainnya (Purnamasari, 2021).
Peristiwa di Kepulauan Natuna sebagai wilayah rawan konflik perlu
mendapat perhatian khusus supaya kerugian dari potensi laut, potensi
perikanan dan hasil laut lainnya tidak akan terjadi. Berdasarkan SKPT Natuna
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, luas wilayah laut Natuna sebesar
262.197,07 Km² yang memiliki kekayaan alam melimpah (Surya, 2021).
Cadangan gas alam di kepulauan ini terbesar di Asia Pasifik, bahkan terbesar
di dunia. Cadangan minyak di Laut China Selatan diperkirakan sebesar 7,5
Barel dan saat ini produksi minyak bumi mencapai 1,3 Juta Barel/hari (Tampi,
2017). Selain itu, menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun
2017, potensi sumber daya ikan di Laut Natuna sebesar 767.126 ton dengan
sumber perikanan yang kaya akan mineral potensial sehingga tidak dapat
dipungkiri jika banyak negara-negara yang sangat tergiur untuk dapat memiliki
Kepulauan Natuna (Maulana, 2022).
Indonesia sebagai Negara yang dianugerahi kepulauan yang sangat luas,
menurut Badan Pusat Statistik (2021) terdiri dari 16.766 pulau dan memiliki
batas yang panjang maka menjadi sebuah kewajiban untuk membangun
kekuatan maritim dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara.
Upaya-upaya Indonesia yang dilakukan untuk menjaga wilayah Natuna
diantaranya adalah meningkatkan manajemen perbatasan, peningkatan
kegiatan ekonomi melalui eksplorasi minyak, dan meningkatkan kapabilitas
pertahanan di wilayah Natuna serta melakukan upaya mediasi (Ruyat, 2017).
Hal tersebut masih belum cukup untuk menyelesaikan konflik Natuna yang
semakin memanas dan adanya demo yang terjadi dari elemen masyarakat
sebagai respon untuk menolak intervensi China di wilayah Natuna (Hidayati,
2021). Menurut pakar hukum internasional dari Universitas Indonesia
menyebutkan ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga wilayah
perairan Natuna diantaranya adalah menambah kapal nelayan yang beroperasi
dan pemerintah harus konsisten untuk tidak pernah mengakui Nine-Dash Line
yang diklaim oleh pemerintah China termasuk perlu untuk memperkuat
3
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan desain konsep Kapal Dewanagari dalam melakukan
patroli untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah perairan
Natuna.
2. Menganalisis prinsip kerja Kapal Dewanagari dalam melakukan patroli
untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah perairan Natuna.
3. Menganalisis hasil simulasi komputasi Kapal Dewanagari dalam
melakukan patroli untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah
perairan Natuna.
4. Mendeskripsikan prediksi keberhasilan dan langkah implementasi Kapal
Dewanagari dalam melakukan patroli untuk memperkuat kedaulatan
Indonesia di wilayah perairan Natuna.
D. KEGUNAAN
Kegunaan atau manfaat yang didapat setelah melakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, gagasan Kapal Dewanagari dapat memberikan solusi
inovasi kapal patroli pantai dalam memperkuat kedaulatan Indonesia di
wilayah perairan Natuna dengan kemampuan akselerasi kapal yang baik.
5
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah Kepulauan Natuna
Pulau Natuna yang saat ini terletak di Kabupaten Natuna, Provinsi
Kepulauan Riau merupakan wilayah perairan yang memfasilitasi kegiatan
ekonomi di Asia. Wilayah perairan Natuna dikelilingi oleh sepuluh negara
pantai yaitu Filipina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Indonesia,
Brunei Darussalam, China, dan Taiwan (Noviryani, 2017). Natuna dengan
letak Ibu Kota di Ranai terdiri dari tujuh pulau. Pada tahun 1957,
Kepulauan Natuna awalnya masuk dalam wilayah Kerajaan Petani dan
Kerajaan Johor di Malaysia. Namun Kepulauan Natuna di abad ke 19,
akhirnya masuk ke dalam penguasaan Kesultanan Riau dan menjadi
wilayah dari Kesultanan Riau, di mana Kepulauan Natuna berada di jalur
strategis dari pelayaran internasional bagi kapal-kapal yang datang dari
Samudera Hindia yang ingin memasuki negara-negara industri disekitar
laut tersebut dan juga menuju Samudera Pasifik. Setelah Indonesia
merdeka, delegasi dari Riau ikut menyerahkan kedaulatan pada Republik
Indonesia yang berpusat di Pulau Jawa. Pada 18 Mei 1956, pemerintah
Indonesia resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna sebagai wilayah
kedaulatan ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Banyak kontraversi
yang dilakukan oleh Negara tetangga yang berbatasan langsung dengan
wilayah kedaulatan Indonesia, yakni Malaysia yang menyatakan bahwa
kepulauan Natuna secara sah seharusnya milik dari negeri Jiran Malaysia.
Namun untuk menghindari konflik lebih panjang setelah era konfrontasi
6
F. METODE PENULISAN
1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian mixed method explanatory
di mana peneliti merancang dan melakukan simulasi komputasi terhadap
Kapal Dewanagari. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dengan dua metode, yaitu studi literatur untuk mendapatkan data kuantitatif
dan kualitatif serta metode komputasi/simulasi untuk mendapatkan data
kuantitatif.
2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas 7 tahapan yang diadaptasi dari Budiasih &
Nyoman tahun 2014 seperti pada gambar di bawah ini.
G. PEMBAHASAN
1. Desain dan Konsep Kapal Dewanagari
a. Konsep dan Komponen Kapal Dewanagari
Kapal Dewanagari merupakan kapal patroli pantai yang bertugas
melaksanakan pengamanan, penyelamatan dan menindak pelaku
pelanggaran yang terjadi di wilayah Natuna. Berdasarkan hasil tinjauan
pustaka, wilayah Natuna sebagai pulau terluar Indonesia yang
berbatasan dengan negara tetangga adalah daerah yang rawan konflik
dalam penetapan batas wilayahnya dan banyaknya pelaku penangkap
ikan secara ilegal di wilayah perairan ini, dengan demikian
perancangan Kapal Dewanagari berfokus pada kemampuan akselerasi
kapal yang baik dalam pengejaran serta pelumpuhan kapal asing yang
masuk ke wilayah perairan laut Natuna. Kapal Dewanagari dilengkapi
tangki bahan bakar jarak jauh 2000 Liter yang cukup untuk
penjelajahan hingga 101,56 km sesuai dengan rute patroli yang telah
ditentukan. Pembuatan Kapal Dewanagari menggunakan bahan dasar
komposit berpenguat fiberglass yang memiliki keunggulan lebih
ringan, mudah diaplikasikan, tahan lama/kuat, dan ketersediannya yang
cukup (Kristianto, 2018). Adapun ukuran utama kapal meliputi:
Tabel 2. Ukuran Utama Kapal Dewanagari
Measurement Value Measurement Value
Length Overall 20 m Displacement 22,85 t
Lenght of Water Line 19,93 m Koefisien Blok 0,234
Beam 5m Speed 50 Kn
Depth 2m Ship Type Patrol Boat
11
kN/m2 dengan gelombang frekuensi yang mencapai 0,6 Hz. Sehingga pada
bagian kepala kapal dapat membelah gelombang laut dengan baik.
kemampuan akselerasi dari kapal dengan gerak kapal yang cepat dan
akomodatif. Oleh karena itu, Kapal Dewanagari sebagai kapal patroli
pantai di wilayah Natuna layak untuk diimplementasikan dalam
memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah perairan Natuna.
Tabel 2. Prediksi Sebelum dan Sesudah Implementasi
H. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan sintesis data, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Desain konsep utama menggunakan technology axe bow design pada Kapal
Dewanagari memiliki kemampuan beralih dari kecepatan normal ke
maksimal secara signifikan yang artinya operasional dan pergerakan kapal
menjadi lebih baik.
2. Prinsip kerja kapal Dewanagari dimulai saat mesin kapal dinyalakan dari
kendali kontrol utama yang berada pada cockpit kemudian akan
menyalurkan gerak pada propulsi water jet di mana getaran yang dihasilkan
oleh sistem penggerak water jet relatif kecil.
3. Pada hasil simulasi komputasi didapatkan bahwa gelombang yang
menabrak pada hull kapal dengan frekuensi gelombang 0,6 Hz hasilnya
kapal dapat melalui gelombang tersebut dengan baik dan dapat teratasi.
4. Prediksi keberhasilan dari Kapal Dewanagari menunjukkan bahwa alat ini
unggul dari empat objek pembanding sehingga layak untuk
diimplementasikan. Langkah-langkah strategis untuk
mengimplementasikan dimulai dari tahap pengumpulan informasi awal
hingga tahap evaluasi dan pengembangan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2021. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi,
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dhana, F. R., 2018. Analisis Alternatif Hull Form Self-Propelled Barge untuk
Meningkatkan Performa Hidrodinamika. Tesis-MN142532 ed. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Hidayati, N. N., 2021. Demo Tolak Intervensi Cina di Laut Natuna Utara, Jakarta:
Tempo.
Keuning, A. S. T. & Pinkster, J., 2005. The Effect of Bowshape on the Seakeeping
Performance of a Fast Monohull.
Kusuma, C., Ariana, I. M. & Ali, B., 2020. Redesign KCR 60m Bow with Axe Bow
Type To Reduce Ship Resistance. Maritime Safety International Conference, pp. 1-
8.
20
Maulana, A., 2018. Analisa Penambahan Stern Flap pada Kapal Hull Planing
Chine Axe Bow Pengaruhnya terhadap Tahanan Kapal. Skripsi-ME141501 ed.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Maulana, R., 2022. Potensi Besar Laut Natuna, Bogor: Forest Digest.
Oni, R. & Utama, I., 2015. Analisa Pengaruh Bentuk Lambung Axe Bow pada
Kapal High Speed Craft terhadap Hambatan Total. KAPAL, 12(2), pp. 78-87.
Prabowo, D., 2020. Pemerintah Harus Lakukan Tiga Hal ini di Peraiaran Natuna,
Jakarta: Kompas Gramedia Digital Group.
Purnamasari, D. D., 2021. Pertahanan Laut: Prioritaskan Anggaran untuk TNI AL,
Jakarta: Kompas.
Ruyat, Y., 2017. Peran Indonesia dalam Menjaga Wilayah Laut Natuna dan
Menyelesaikan Konflik Laut Tiongkok Selatan. Jurnal Kajian Lemhannas RI, Issue
29, pp. 67-75.
Sambogo, A., 2018. Penamaan Laut Natuna Utara oleh Pemerintah Indonesia dalam
Prespektif Hukum Internasional. Jurist-Diction, 1(2), pp. 381-396.
Samuel, Trimulyono, A. & Santosa, A. W. B., 2019. Simulasi CFD pada Kapal
Planing Hull. KAPAL: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan, 16(3),
pp. 123-128.
Surya, G., 2021. Mengenal Natuna, dari Letak hingga Potensi Wilayahnya, Jakarta:
KOMPASTV.
Tampi, B., 2017. Konflik Kepulauan Natuna antara Indonesia dengan China (Suatu
Kajian Yuridis). Jurnal Hukum Unsrat, 23(10), pp. 1-16.
Utama, I. K. A. P., Sutiyo & Suastika, K., 2021. Experimental and Numerical
Investigation into the Effect of the Axe-Bow on the Drag Reduction of a Trimaran
Configuration. International Journal of Technology, 12(3), pp. 527-538.
Vavasseur, X., 2020. FN Herstal And ABC Selected As Key Suppliers For RMCM
Program, Paris: Naval News.
Wijaya, A., 2022. Tak Bakal Kalah Hadapi Klaim Sepihak China, TNI AL Segera
Bangun Pangkalan Baru di Kepulauan Natuna, Jakarta: Zona Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Penulis
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Vincentius Septian Dwi Saputra
4. NIM 20050754028
22
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
(LKTM) Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2022.
A. Identitas diri
1. Nama Lengkap Salsabila Romadona
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi S1 Gizi
4. NIM 18051334038
5. Tempat dan Tanggal Lahir Surabaya, 05 Januari 2000
6. E-mail salsabila.18038@mhs.unesa.ac.id
26
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
(LKTM) Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2022.
Anggota Tim,
Salsabila Romadona
NIM. 18051334038
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Muhamad Syariffuddien Zuhrie
2. Jenis Kelamin L
3. Pangkat / Golongan III C / Penata
4. Jabatan Fungsional Lektor
5. NIP Lama 132 318 610
30
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Universitas Negeri Institut Teknologi
Perguruan Surabaya Sepuluh nopember,
Tinggi Kota Surabaya
Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro –
(Pendidikan) - Teknik Sistem
31
C. Pengalaman Penelitian
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Jml (Juta
Sumber*
Rp)
1. 2008 Pengembangan Modul Ajar Hibah 40.000.000
Instrumentasi dan Kendali Bersaing
berbasis Computer (DIKTI)
Learning dan Computer
Assisted Learning
2. 2011 Rancang Bangun Perangkat Hibah 49.000.000
Pembelajaran Robotika Pekerti
Berbasis Computer Learning (DIKTI)
dan ComputerAssisted
Learning untuk
32
Meningkatkan Keterampilan
Peserta Didik
F. Karya Buku
37
Negeri Surabaya
Ilmu Komputer
(STIKOM), Kota Surabaya
13. Juara Harapan I Kontes Direktorat Jenderal 2015
Robot Terbang Indonesia PendidikanTinggi
Divisi Fixed Wing Kementerian Pendidkan
Monitoring tingkat Nasional danKebudayaan
(sebagai
Pembina) di Universitas
Gadjah Mada(UGM), Kota
Yogyakarta
14. Juara II Kontes Robot Direktorat Jenderal 2016
Pemadam Api Indonesia PenguatanRiset dan
(KRPAI) divisi Berkaki Pengembangan
tingkat Regional 4 (sebagai Kementerian Riset,
Pembina)di Politeknik Teknologidan Pendidikan
Negeri Jember, Kota Tinggi
Jember
15. Juara III Kontes Robot Seni Direktorat Jenderal 2016
Tari Indonesia (KRSTI) Penguatan Riset dan
tingkat Regional 4(sebagai Pengembangan
Pembina) di Politeknik Kementerian Riset,
Negeri Jember, Kota Jember Teknologi dan Pendidikan
Tinggi
42
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
(LKTM) Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2022.
Dosen Pembimbing,
Video Simulasi Desain dan Gerak Kapal Dewanagari dapat diakses pada link
berikut: https://www.youtube.com/watch?v=g60VBOtK1Lo
45
46
47
48
49
Heel to
Starboard 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
deg
GZ m 0 0,19 0,34 0,46 0,56 0,655 0,73 0,798 0,86 0,918
Area under
GZ curve 0 0,49 1,84 3,89 6,49 9,55 13,02 16,84 20,99 25,442
from zero heel
m.deg
Displacement t 22,85 22,85 22,85 22,85 22,85 22,85 22,85 22,85 22,85 22,85
Draft at FP m 1,03 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96 0,92 0,88 0,82 0,73
Draft at AP m 0,98 0,97 0,93 0,87 0,79 0,7 0,58 0,44 0,27 0,07
WL Length m 19,91 19,91 19,92 19,92 19,93 19,94 19,96 19,98 20,00 15,79
Beam max
extents on 4,74 4,439 4,123 3,897 3,74 3,638 3,582 3,529 3,49 3,485
WLm
Wetted
60,063 58,94 57,791 56,83 56,142 55,605 55,112 54,695 53,98 53,24
2
Area m
6
Waterpl.
50,91 49,37 47,546 46,091 45,146 44,61 44,40 44,40 44,37 44,46
2
Area m
4
Prismatic
0,482 0,482 0,487 0,494 0,501 0,506 0,51 0,512 0,513 0,651
coeff. (Cp)
Block
0,239 0,26 0,295 0,339 0,395 0,385 0,353 0,326 0,306 0,366
coeff. (Cb)
LCB from zero
5,44 5,44 5,44 5,44 5,44 5,45 5,45 5,45 5,46 5,46
pt. (+ve fwd) m
LCF from
6 6,07 6,197 6,29 6,38 6,45 6,49 6,53 6,54 6,51
zero pt. (+ve
fwd) m
Max deck
0,13 5,00 10,02 15,00 20,00 25,00 30,01 35,01 40,01 45,01
inclination
54
deg
Trim angle
-0,13 -0,16 -0,25 -0,39 -0,55 -0,75 -0,99 -1,26 -1,57 -1,89
(+ve by stern)
deg