DISUSUN OLEH :
1
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. H. E. A Mokodompit, Kampus Baru Tridharma Anduonohu Kendari
KARTU ASISTENSI
KELOMPOK : 1 KELAUTAN
MATA KULIAH : KUNJUNGAN PRAKTEK LAPANGAN (KPL)
Dosen Pembimbing,
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
2.3 Gelombang....................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Tembok pada Pengaman Pantai Tipe Seawall
Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian Ketiga Tipe pemecah Gelombang
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
ditinjau dari aspek lingkungan, konstruksi, dan efektifitasnya dalam menjaga
keseimbangan pantainya.
Penurunan keseimbangan pantai, akibat pemanfaatan potensi di daerah
pesisir, dapat dihindari dengan penerapan teknologi bangunan pengaman pantai.
Perencanaan bangunan pengaman pantai harus mempertimbangkan kemampuan
pantai mempertahankan keseimbangannya. Maka perlu dilakukan evaluasi kinerja
bangunan pengaman pantai yang telah ada ditinjau dari aspek lingkungan,
konstruksi, dan efektifitasnya dalam menjaga keseimbangan pantainya.
Wakatobi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi
sulawesi tenggara. Wakatobi, merupakan daerah taman nasional, yang memiliki
pantai terluas. Wanci sebagai ibu kota daerah, yang merupakan icon daerah
memiliki potensi terjadinya gelombang dan arus yang dapat mengakibatkan
masyarakat di sepanjang pantai dan ekosistem serta ekonomi pantai terancam.
Oleh karena itu, dibutuhkan bangunan pengaman pantai berupa break water dan
sea wall pada studi kasus pantai matahora dan pantai waha.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
1.5 Ruang Lingkup Kunjungan Lapangan
Adapun ruang lingkup kunjungan lapangan yang penulis kaji dalam laporan
ini, hanya terkait apa yang penulis lihat dan amati pada saat kunjungan praktek
lapangan pada bangunan pengaman pantai waha dan pantai matahora tanpa.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
2.2 Pengertian dan Jenis-Jenis Bangunan Pelindung Pantai
Alam pada umumnya telah menyediakan mekanisme perlindungan
pantai secara alamiah yang efektif (Yuwono N, 1982).
1. Pantai Pasir
Lindungan alamiah berupa hamparan pasir yang dapat berfungsi
sebagai penghancur energi gelombang yang efektif, serta bukit pasir
(sand dunes) yang merupakan cadangan pasir dan berfungsi sebagai tembok
laut. Sand Dunes berfungsi sebagai dinding tempat penyimpanan pasir
selama air pasang dan juga berfungsi sebagai semacam
tanggul/perlindungan untuk menghalangi air pasang dan gelombang yang
merusak kawasan backshore. Sand Dunes adalah salah satu pengaman
pantai non rigid (tidak kaku) yang terbentuk secara alami oleh kombinasi
gerakan pasir, angin, dan tumbuhan pantai. Jika tidak terganggu oleh
aktivitas manusia, sand dunes seringkali membentuk sistem perlindungan
kontinyu yang dapat diandalkan dari waktu ke waktu.
2. Pantai Lumpur
Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana terdapat banyak
muara sungai yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut.
Selain itu, kondisi gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak
mampu membawa sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas.
Sedimen suspensi tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yang
luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal.
Kemiringan dasar laut/pantai sangat kecil.
Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah
rawa yang terendam air saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat
subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove
dengan akar tunjang dan akar pernapasannya dapat menangkap lumpur
sehingga terjadi sedimentasi. Guguran daun dan ranting menjadi serasah
organik sehingga mempersubur perairan pantai. Hutan ini dapat berfungsi
sebagai peredam energi gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari
bahaya erosi.
5
3. Pantai Karang
Gelombang sebelum mencapai pantai akan pecah di batu karang
(reef), dan energinya berkurang atau hancur. Dengan demikian pada saat
gelombang tersebut mencapai tepi pantai sudah relatif kecil sehingga tidak
punya daya untuk menghancurkan pantai. Karang pelindung yang bagus
bilamana masih tumbuh dan dengan demikian bila terjadi kerusakan
akibat gempuran gelombang (musim gelombang), terumbu karang tersebut
dapat tumbuh dan pulih kembali pada saat musim tenang.
Apabila tidak ada lindungan alamiah pantai, atau sudah tidak efektif
karena rusak/punah, maka dapat dibuat perlindungan buatan. Ada lima
pendekatan dalam perencanaan perlindungan buatan pada pantai, yaitu :
1. Mengubah laju angkutan sedimen sejajar pantai (dengan bangunan
groin).
2. Mengurangi energi gelombang yang mengenai pantai (dengan
bangunan breakwater).
3. Memperkuat tebing pantai sehingga tahan terhadap gempuran
gelombang (dengan bangunan revretment atau seawall).
4. Menambah suplai sedimen ke pantai (dengan cara “sand by passing”
atau “beach nourishment”).
5. Melakukan penghijauan daerah pantai (dengan pohon bakau, api-api,
atau nipah).
Surf Zone merupakan lokasi terjadinya angkutan sedimen di daerah
pantai. Maju mundurnya posisi garis pantai sangat tergantung pada laju dan
arah angkutan sedimen di surf zone. Untuk mengurangi energi gelombang
dan intensitas arus sejajar pantai akibat induksi gelombang, diperlukan suatu
bangunan pemecah gelombang.
Erosi pantai dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar dengan
rusaknya kawasan pemukiman dan fasilitas-fasilitas yang ada di daerah
tersebut. Untuk menanggulangi erosi pantai, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mencari penyebab terjadinya erosi. Dengan mengetahui
penyebabnya, selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya
6
yang biasanya adalah dengan membuat bangunan pelindung pantai atau
menambah suplai sedimen
Revretment / Seawall
Revretment/Seawall adalah bangunan berupa dinding penahan gempuran
gelombang yang ditempatkan di sepanjang kawasan yang akan dilindungi.
Penggunaan revretment dimaksudkan untuk memperkuat tepi pantai agar tidak
terjadi pengikisan pantai akibat gempuran gelombang. Tetapi bila dinding
penahan tidak direncanakan dengan baik, dapat mengakibatkan kerusakan yang
terjadi menjadi relatif cepat. Karena itu pada bagian dasar perlu dirancang suatu
struktur penahan erosi yang cukup baik (Sub Direktorat Rawa dan Pantai, 2008).
Revretment/seawall memiliki 2 jenis yaitu tipe masif (kaku) dan tipe
tidak masif atau fleksibel. Masing-masing tipe memiliki kelebihan dan
kekurangan, yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Tembok pada Pengaman Pantai Tipe Seawall
Jenis
Keuntungan Kerugian
Tembok
Tipe Masif 1. Bahan bangunan relatif 1. Tidak fleksibel
(Kaku) sedikit 2. Pada pelaksanaan memerlukan
2. Bangunan terlihat rapi pengawasan yang seksama
3. Bila terjadi kerusakan, sulit
untuk diperbaiki
Tipe Tidak 1. Bangunan yang fleksibel 1. Memerlukan banyak material
Masif 2. Bila terjadi kerusakan 2. Kurang terlihat rapi
(Fleksibel) mudah untuk
memperbaiki
3. Pengawasan dalam
pelaksaan relatif mudah
Sumber : Yuwono N, 1998, Pedoman Perencanaan Teknis Tanggul dan Tembok
Laut.
7
Jenis-jenis Revretment :
1. Quarrystone Revretment
Struktur ini termasuk struktur fleksibel dengan bahan material batu
alam. Struktur yang fleksibel ini juga dapat memberikan perlindungan yang
baik sekali dan dapat tahan terhadap konsolidasi minor atau penurunan
tanpa menyebabkan truktur runtuh. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2
berikut ini.
8
Groin
Groin adalah bangunan pengendali sedimen yang ditempatkan menjorok
dari pantai ke arah laut lepas. Groin biasanya berbentuk I, L, atau T. Bangunan ini
juga bisa digunakan untuk mencegah masuknya transpor sedimen sepanjang
pantai ke pelabuhan atau muara sungai. Groin yang ditempatkan di pantai
akan menahan gerak sedimen. sehingga sedimen akan mengendap di sisi
sebelah hulu. Di sebelah hilir Groin angkutan sedimen masih tetap terjadi,
sementara suplai dari sebelah hulu terhalang oleh bangunan, akibatnya daerah di
hilir Groin akan mengalami defisit sedimen sehingga pantai mengalami erosi.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai yang akan terus
berlangsung sampai tercapai suatu keseimbangan baru. Keseimbangan baru
tersebut tercapai pada saat sudut yang dibentuk oleh gelombang pecah terhadap
garis pantai baru adalah nol, dimana tidak terjadi lagi angkutan sedimen sepanjang
pantai.
Keuntungan dari pemakaian Groin antara lain :
1. Efektif menahan angkutan sedimen searah memanjang pantai.
2. Groin dapat dibangun dengan penempatan peralatan di darat.
3. Groin tidak mengubah karakter surf zone.
4. Groin dapat dirancang dengan menggunakan bahan yang berbeda-
beda, misalnya rubble mound, sheet pile baja, sheet pile beton, dan
sebagainya.
5. Dengan mengatur dimensi dan permeabilitasnya, Groin dapat
dirancang menahan angkutan sedimen sejajar pantai secara baik atau
memperkenankan pelepasan pasir ke laut lepas (sand by passing).
Kerugian dari pemakaian Groin antara lain.:
1. Tidak efektif mencegah kehilangan pasir ke laut lepas (offshore sand
losses)
2. Groin dapat mengakibatkan rip-current yang berkembang di sepanjang
sisinya, sehingga dapat menimbulkan kehilangan pasir ke laut lepas.
3. Dapat menimbulkan gerusan pantai di sebelah hilirnya (down drift)
9
Gambar 2.4 Konfigurasi umum garis pantai untuk Groin tunggal
Sumber : Sub Direktorat Rawa dan Pantai, 2008
Breakwater
Breakwater atau pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang
dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan
ini direncanakan untuk melindungi pantai yang terletak di belakangnya dari
serangan gelombang. Tergantung pada panjang pantai yang dilindungi,
breakwater dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan
oleh celah. Perlindungan oleh breakwater terjadi karena berkurangnya energi
gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Berkurangnya energi
gelombang di daerah terlindung akan mengurangi transpor sedimen di daerah
tersebut. Transpor sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di
sekitarnya akan diendapkan di belakang bangunan. Pengendapan tersebut
menyebabkan terbentuknya tombolo. Pembentukan tombolo memerlukan waktu
yang cukup lama. Selain itu, breakwater juga bermanfaat untuk menahan
sedimen yang terbawa arus pasang surut ke arah laut.
10
Gambar 2.5 Formasi Tombolo
Sumber : Sub Direktorat Rawa dan Pantai, 2008
Jetty
Jetty adalah bangunan yang teak lurus pantai yang diletakkan pada kedua
sisi muara sungai. Fungsi utama bangunan ini ialah untuk menahan berbeloknya
muara sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan
untuk bisa mengerosi endapan, sehingga pada awal musim penghujan
dimana debit besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah terbuka. Selain itu
Jetty juga berfungsi untuk mencegah pendangkalan di muara oleh sedimen
pantai.
Sand/Beach Nourishment
Sand/Beach Nourishment adalah tindakan pengisian kembali dengan bahan
material sedimen (biasanya pasir) untuk menggantikan sedimen yang terbawa
air laut. Biasanya pengisian dilakukan tiap tahun, sehingga cara ini kurang
efisien. Bahan pengisi pasir dapat diambil dari pasir laut maupun pasir darat,
tergantung ketersediaan bahan di lapangan dan kemudian pengangkutannya dari
lokasi pengambilan ke lokasi pengisian.
11
2.3 Gelombang
Gelombang merupakan fenomena alam penaikan dan penurunan air secara
periodik dan dapat dijumpai disemua tempat di seluruh dunia. Beberapa definisi
gelombang antara lain :
1. Garrison (1993), mendeskripsikan tentang sebuah gelombang hingga kini
belum jelas dan akurat, oleh karena permukaan laut merupakan suatu
bidang yang kompleks dengan pola yang selalu berubah dan tidak stabil
2. Gross (1993), mendefinisikan gelombang sebagai gangguan yang terjadi
dipermukaan air.
3. Svedrup et al (1946) mendefinisikan gelombang sebagai sesuatu yang
terjadi secara periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh adanya
peristiwa pasang surut.
Gelombang dilaut dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung
pada gaya pembangkitnya antara lain yaitu:
1. Gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin dipermukaan laut
2. Gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit
3. Gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung atau gempa di laut
4. Gelombang yang dibangkitkan oleh kapal, dan sebagainya.
Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang
pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai
(Triatmodjo, 1999).
1. Puncak gelombang (Crest) adalah titik tertinggi dari sebuah gelombang.
b. Lembah gelombang (Trough) adalah titik terendah gelombang,
diantara
2. dua puncak gelombang.
3. Panjang gelombang (Wave length) adalah jarak mendatar antara dua
puncak gelombang atau antara dua buah gelombang.
4. Tinggi gelombang (Wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan
lembah gelombang.
12
5. Periode gelombang (Wave period) adalah waktu yang diperlukan oleh dua
puncak gelombang yang berurutan untuk melalui satu titik.
13
Gelombang yang mencapai batas kecuraman (limited steepness)akan mulai pecah
yang mengakibatkan sebagian energinya hilang.
14
merupakan fetch yang sangat penting untuk digambarkan dengan membandingkan
gelombang yang terbentuk pada kolam air yang relatif lebih kecil seperti danau
dengan yang terbentuk di lautan bebas.
15
Dasar pertimbangan bagi perencanaan breakwater (pemecah gelombang)
adalah (Ditjen Perikanan Tangkap, 2002):
1. Bisa meredam energi gelombang, baik di mulut maupun di kolam
pelabuhan,sehingga aman untuk manuver kapal masuk maupun keluar,
maupun bongkarmuat ikan/ barang.
2. Mampu memperkecil sedimentasi di mulut dan kolam pelabuhan.
3. Pemecah gelombang harus mampu menahan gelombang rencana.
4. Kegiatan kapal dalam bongkar berada pada kolam pelabuhan yang aman
terhadap gangguan gelombang.
5. Tipe konstruksi mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan
bahan dan harga.
6. Ramah lingkungan, khususnya terhadap morfologi pantai.
Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan
bangunan yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat
dibedakan menjadi :
1. Pemecah gelombang sisi miring
2. Pemcah gelombang sisi tegak
3. Pemecah gelombang campuran
Pemecah gelombang dapat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa,
turap dan sebagainya.
16
Gambar 2.8 Pemecah Gelombang Sisi Tegak
Sumber : Bambang Triatmodjo, 2003
17
Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian Ketiga Tipe pemecah Gelombang
No. Tipe Keuntungan Kerugian
1 Pemecah 1. Elevasi puncak bangunan 1. Dibutuhkan material yang
gelombang 2. Gelombang refleksi besar
Siss Mirin kecil/meredam energi 2. Pelaksanaan pekerjaan lama
gelombang 3. Kemungkinan kerusakan pada
3. Kerusakan berangsur-angsur waktu pelaksanaan besar
4. Perbaikan mudah 4. Lebar dasar besar
5. Murah
2 Pemecah 1. Pelaksanaan pekerjaan cepat 1. Biaya relatif besar
Gelombang 2. Kemungkinan kerusakan 2. Elevasi puncak gelombang
Sisi Tegak pada waktu pelaksanaankecil besar
3. Luas perairan 3. Tekanan gelombang besar
pelabuhanlebih besar 4. Diperlukan tempat pembuatan
4. Sisi dalamnya bisa kaison yang luas
digunakan sebagai 5. Jika rusak sulit diperbaiki
dermagaatau tempat 6. Diperlukan peralatan berat
tambatan 7. Erosi kaki pondasi
5. Biaya perawatan kecil
3 Pemecah 1. Pelaksanaan pekerjaan cepat 1. Biaya relatif besar
Gelombang 2. Kemungkinan kerusakan 2. Diperlukan peralatan berat
Campuran pada waktu pelaksanaan 3. Diperlukan tempat pembuatan
kecil kaison yang luas
3. Luas perairan pelabuhan
besar
Sumber : Bambang Triatmodjo, 2003
18
dalam perencanaan. Pemecah gelombang harus mampu menahan gaya-gaya
gelombang yang bekerja.
Pada pemecah gelombang sisi miring, butir-butir batu atau blok beton harus
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak runtuh oleh serangan gelombang.
Demikian juga, pemecah gelombang dinding tegak harus mampu menahan gaya-
gaya pengguling yang disebabkan oleh gaya gelombang dan tekanan hidrostatis.
Resultan darigaya berat sendiri dan gaya-gaya gelombang harus berada pada
sepertiga lebar dasarbagian tengah. Selain itu tanah dasar juga harus mampu
mendukung beban bangunan diatasnya.
Bebarapa bentuk batu buatan ini jenisnya adalah :
1. Tetrapod : Mempunyai empat kaki yang berbentuk kerucut terpancung.
2. Tribar : terdiri dari 3 kaki yang saling dihubungkan dengan lengan
3. Quadripod : mempunyai bentuk mirip tetrapod tetapi sumbu-sumbu dari
ketiga kakinya berada pada bidang datar.
4. Dolos : terdiri dari dua kaki saling menyilang yang dihubungkan dengan
lengan. Berikut adalah gambar dari berbagai jenis batu pelindung pemecah
gelombang yang biasa digunakan.
Berikut adalah gambar dari berbagai jenis batu pelindung pemecah
gelombang yang biasa digunakan.
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
Gambar 3.2 Lokasi KPL di Pantai Waha Dengan Bangunan Pengaman
Pantai Seawall dan Break Water
Sumber : Google Earth, 2021
21
Bangunan pengaman pantai breakwater di Pantai Matahora ini disusun
secara random. Hal tersebut dikarenakan terinspirasi dari bentuk akar tanaman
mangrove yang juga bentuk dari akar tanaman tersebut juga tidak beraturan.
Disusun secara random agar gelombang yang datang nantinya akan terpencar ke
segala arah dan tidak langsung ke pemukiman warga serta ditempatkan sebuah
tiang disetiap bagian breakwater yang gunanya untuk melihat pergeseran susunan
blok beton yang diakibatkan oleh gelombang yang datang.
22
dipisahkan beberapa bagian yang gunanya untuk sebagai jalur masuk dan keluar
nelayan serta menambatkan kapal kapal nelayan sekitar.
Pada gambar 3.5 terdapat tiang yang terbuat dari pipa yang berfungsi
sebagai kontrol dari besar atau tidaknya gelombang yang datang. Tiang yang
miring merupakan bentuk dari besarnya gelombang yang datang yang dimana
bertemu dengan balok-balok beton breakwater. Sehingga semakin besar
gelombang yang datang akan semakin mempengaruhi tiang tersebut juga kinerja
dari breakwater tersebut, hal tersebut menandakan bahwa perlu dilakukannya
pemeliharaan secara berkala untuk mengembalikan posisi bangunan breakwater
yang terjadi pergeseran posisi. Pada gambar 3.5 juga terdapat celah antar
breakwater yang dibuat khusus untuk jalur nelayan dan jalur masuknya air laut ke
bibir pantai.
23
Gambar 3.6 Tiang Pipa Pengontrol Besarnya Gelombang
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2021
24
Bangunan pengaman pantai breakwater di Pantai Waha ini disusun rapi
dengan bentuk hexagonal. Breakwater yang ada pada Pantai Waha ini sudah tidak
terlihat dan tertutupi oleh tingginya air laut. Hal tersebut menyebabkan diperlukan
adanya bangunan pengaman pantai yang baru. Sehingga dibangun bangunan
pengaman pantai berupa dinding penahan atau seawall.
Dinding penahan yang dibangun pada pantai Waha ini tepat berada pada
bibir pantai. Hal ini dikarenakan sudah tidak dapat dibangun breakwater didekat
pantai karena tingginya gelombang air laut yang sudah sangat mengancam
pemukiman warga setempat.
25
seawall ini karena menggangu nilai estetika dari pantai serta tidak bisa lagi
menambatkan kapalnya dibibir pantai.
26
Gambar 3.10 Bangunan Seawall Setinggi 5 m dan Sepanjang 600 m
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2021
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapatkan dari Kunjungan Praktek Lapangan
yang telah kami lakukan yaitu dengan adanya Kuliah Lapangan semacam ini
sangat diperlukan untuk menambah wawasan dari mahasiswa mengenai dunia
pekerjaan. Kuliah Lapangan ini juga memberikan banyak informasi dan wawasan
bagi mahasiswa dalam melakukan observasi dilapangan. Selama ini mahasiswa
hanya mengetahui informasi secara teoritis ketika di bangku perkuliahan terkait
bangunan pengaman pantai, tetapi belum mendapat informasi dengan melihat
praktik secara langsung sekaligus hasil kerja setelah digunakannya bangunan
pantai pada tempat yang kami kunjungi.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari Kunjungan Praktek Lapangan
pada bangunan pengaman pantai yang kami lakukan ini yaitu semoga untuk
kunjungan-kunjungan selanjutnya dapat melakukan kunjungan diberbagai tempat
yang lebih banyak lagi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Bhat , Garisson dan Gross. 1993, Oceanography 6th edition. New Jersey:
PrenticeHall.
Yuwono N., 1998, Kriteria Kerusakan Pantai dalam Rangka Penentuan Prioritas
Pengamanan dan Perlindungan Daerah Pantai, Jurnal Media Teknik No. 2
Edisi Mei, p. 69-74, Yogyakarta.
29
L
A
M
P
I
R
A
N
30
Foto Bersama Kelompok
31
32
Hasil Kunjungan Bangunan Pengaman Pantai Waha
33
34