Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN

REMEDIAL DI SD NEGERI 19 PATENGGANGAN AIR TAWAR BARAT


KECAMATAN PADANG UTARA

Diajukan sebagai salah satu Tugas Akhir Mata Kuliah


Diagnostik Kesulitan Belajar dan Remedial

Dosen Pembimbing:

Dra. Yulidar Ibrahim, M.Pd., Kons.

Oleh,

NENENG CAHYANA
NIM. 17006060

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan segala hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan diagnosis kesulitan belajar dan

pembelajaran remedial ini. Shalawat dan salam selalu penulis ucapkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW yang selalu penulis nantikan syafa’atnya di yaumil qiamah.

Penyusunan laporan diagnosis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan salah satu mata

kuliah yaitu Diagnostik Kesulitan Belajar dan Remedial Jurusan Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Laporan diagnosis ini berjudul “Diagnosis

Kesulitan Belajar dan Remedial di SD Negeri 19 Patenggangan Air Tawar Barat Kec.

Padang Utara”.

Laporan diagnosis ini disusun tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih

yang tulus kepada:

1. Dra. Yulidar ibrahim, M.Pd., Kons. selaku pembimbing mata kuliah Diagnosis Kesulitan

Belajar dan Remedial yang telah membimbing serta memberikan masukan pada penulis

dalam menyeselaikan laporan diagnosis ini.

2. Bapak Kepala Sekolah dan Rahmanita Aril, S. Pd selaku Wali Kelas IV SD N 19

Patenggangan Air Tawar Barat, Padang Utara, yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar di SD N 19 Air Tawar Barat, Padang Utara.

3. Orangtua siswa yang terlibat dan mendukung kegiatan diagnosis

4. Titania Aurelina Putri dan Muhammad Zulhazil sebagai siswa yang penulis bimbing dalam

kegiatan diagnosis kesulitan belajar dan remedial


5. Elicha Angelina dan Aprilia Yolanda sebagai teman kelompok yang telah bekerja sama

dengan penulis dari awal kegiatan sampai kegiatan diagnosis ini selesai

6. Teman-teman BK khusunya angkatan 2017 yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan laporam diagnosis ini.

Semoga kegiatan diagnosis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bimbingan dan konseling. Tidak lupa

penulis ucapkan terima kasih atas saran dan kritikan yang diberikan untuk kesempurnaan laporan

diagnosis ini.

Padang, 15 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar.......................................................................4
C. Tujuan Diagnosis Kesulitan Belajar.............................................................................8
D. Mamfaat/Kegunaan Diagnosis Kesulitan Belajar.......................................................10
E. Gambaran Umum Tempat Pelaksanaan......................................................................11

BAB II RENCANA KEGIATAN...............................................................................................13

A. Studi Kelayakan..........................................................................................................13
B. Penetapan Kasus.........................................................................................................14

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR...............16

A. Langkah 1 Identifikasi Kasus.....................................................................................16


B. Langkah 2 Identifikasi masalah..................................................................................18
C. Langkah 3 Faktor Penyebab Kesulitan Belajar..........................................................20
D. Langkah 4 Rencana Bantuan /Pelaksanaan Bantuan..................................................29

BAB IV HASIL (PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH.......................................31

A. Remedial (Bantuan dan Bentuk Perbaikan)................................................................31


B. Non Materi (Perubahan dan Kemajuan).....................................................................34
C. Tindak Lanjut.............................................................................................................36
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................37

A. Simpulan.....................................................................................................................37
B. Saran ..........................................................................................................................38

KEPUSTAKAAN........................................................................................................................39

LAMPIRAN.................................................................................................................................40
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Robbins, 2007).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai visi yang mulia untuk

menciptakan suasana belajar yang kondusif guna mengembangkan potensi siswa dalam

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya fungsi dan tujuan pendidikan di

Indonesia adalah untuk mengembangkan potensi siswa, seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut, layanan bimbingan dan

konseling mengupayakan berbagai bantuan bimbingan kepada siswa agar siswa dapat

berkembang secara optimal. Orang tua dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk

mengembangkan semua kemampuan para peserta didik, baik itu kemampuan intelektual

maupun kemampuan dalam mengatasi masalah yang ada pada dirinya sendiri, dan masalah
yang ditemuinya dalam proses interaksi sosial dengan lingkungan sekitar, sehingga apa yang

dinginkan dapat tercapai dengan baik.

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai

kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa

siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar

belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok

antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Perbedaan tersebut mempengaruhi aktivitas

belajar siswa.

Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas termasuk dalam belajar merupakan

dambaan setiap orang. Berhasil berarti terwujudnya harapan (Asmidir, dkk. 2019: 1).

Apabila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi

pada setiap orang. Beberapa wujud ketidakberhasilan siswa dalam belajar yaitu memperoleh

nilai dibawah rata-rata untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus

sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir. Kegagalan ini dapat terjadi dikarenakan siswa

mengalami kesulitan belajar. Menurut Daharnis (1989: 13), “Kesulitan belajar dapat

diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-

hambatan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan”. Selanjutnya kesulitan belajar

menurut Asmidir, dkk (2019: 3) adalah suatu kondisi aktual yang dialami peserta didik

mulai dari pendidikan dasar sampai kepada perguruan tinggi.

Dalam hal ini Koestoer Partowisasto (dalam Daharnis 1989: 14) memberikan batasan

tentang kesulitan belajar atau masalah belajar sebagai berikut:

1. Kesulitan belajar atau masalah belajar itu ada dan terlihat kalau seseorang siswa jelas

tidak memenuhi harapan-harapan yang disyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik,


harapan-harapan yang tercantum sebagai tujuan formal dari kurikulum maupun

harapan-harapan yang ada dalam pandangan atau anggapan dari para guru atau kepala

sekolah.

2. Kesulitan belajar itu ada kalau seorang siswa jelas berada di bawah taraf prilaku dari

sebagian besar teman-teman seusianya atau kelasnya.

3. Kesulitan belajar itu ada kalau seseorang siswa mempunyai kemampuan yang tinggi

tetapi dia tidak mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuannya tersebut.

Kenyataan di lapangan terungkap baik di awal maupun di akhir tahun ajaran sebagian

siswa dan orangtua merasa cemas melihat perolehan hasil belajar yang tidak

diharapkan/rendah. Kondisi ini dapat dipandang sebagai fakta yang sangat tepat bila ditinjau

dari isu yang berkembang pada dekade informasi dan globalisasi tentang keterlibatan pihak

di luar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Kegagalan dalam belajar berarti rugi waktu, tenaga dan juga biaya. Dan tidak kalah

penting adalah dampak kegagalan belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan

hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan.

Oleh karena itu upaya mencegah atau setidaknya meminimalkan dan juga memecahkan

kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu

dilaksanakan.

Diagnosis kesulitan belajar adalah usaha dalam menemukan gejala atau sebab anak

mengalami kesulitan dalam belajar. Sangat banyak penyebab anak sulit dalam proses belajar

di rumah ataupun di sekolah. Menurut Syahril (1991) diagnosis kesulitan belajar merupakan

usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan menemukan serta menetapkan

kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Secara lebih khusus, dan dalam kaitannya dengan kesulitan belajar, diagnosis dapat

berarti sebagai suatu kegiatan untuk meneliti, menyigi dan menemukan berbagai hal yang

berkaitan dengan kegagalan belajar siswa (Asmidir, dkk. 2019).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kasus, mengidentifikasi masalah

dan mengetahui penyebab dan letak kesulitan belajar pada siswa. Untuk itu, penulis

melakukan kegiatan “Diagnosis Kesulitan Belajar dan Remedial Teaching di SD Negeri

19 Patenggangan Air Tawar Barat, Padang Utara”. Kegiatan ini bertujuan agar konselor,

guru dan orangtua dapat membimbing, memahami dan mengenali peserta didik dengan baik

untuk meminimalisir agar kesulitan belajar siswa dapat terentaskan.

B. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan seseorang yang

akan merubah orang itu sendiri (Roida, 2015). Belajar sebagai suatu proses perubahan

tingkah laku, terkadang mengalami suatu hambatan atau gangguan dalam upaya pencapaian

tujuannya. Kesulitan adalah segala sesuatu yang menghalangi, menghambat, merintangi,

menyusahkan dan menyulitkan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk

pencapaian tujuannya. Dalam proses kegiatan belajar yang diikuti, siswa juga dapat

mengalami hambatan-hambatan yang menimbulkan gangguan bagi kelancaran kegiatan dan

ketuntasan hasil belajar siswa itu sendiri.

Menurut Asmidir, dkk. (2019) pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi

tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,

sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan merupakan

suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan
mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat

mengatasinya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984/1985: 15).

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2001) kesulitan belajar adalah masalah atau

hambatan yang dihadapi oleh siswa pada saat proses belajar mengajar sehingga tidak

berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Hambatan ini dapat bersifat

psikologis, fisiologis ataupun sosiologis dalam keseluruhan proses belajar seeorang siswa.

Hambatan itu adakalanya disadari oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar dan

adakalanya tidak, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak sesuai dengan semestinya. Hal

ini sesuai dengan yang diungkapkan Mardiyanti, dkk. (1994) bahwa kesulitan belajar

sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan tertentu

dalam mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh

yang bersangkutan, dapat bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses

belajarnya.

Dikaitkan dengan gejala kesulitan belajar yang muncul, Burton (dalam Asmidir, dkk,

2019) mengemukakan bahwa seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar

kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan

belajarnya. Kegagalan tersebut didefinisikan sebagai berikut: (1) siswa dikatakan gagal

kalau dalam batas-batas tertentu tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau

tingkat penguasaan (masteri level) yang telah ditetapkan, (2) siswa dapat dikatakan gagal

kalau yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya

dapat ia capai, (3) siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan

tugas-tugas perkembangan yang sudah harus dijalaninya, (4) siswa dikatakan gagal dalam
belajar apabila tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan

pelajaran berikutnya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu

kondisi atau keadaan yang dimana prestasi akademik tidak sejalan dengan yang diharapkan

siswa dalam belajar dikarenakan adanya hambatan-hambatan tertentu yang bersifat

psikologis, sosiologis maupun fisiologis.

Salah satu cara yang dapat diberikan dalam memberikan bantuan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan dalam belajar adalah melakukan diagnosis kesulitan belajar dan

pengajaran perbaikan. Kegiatan mendiagnosis kesulitan belajar dan pembelajaran remedial

merupakan kegiatan yang harus dilakukan guru bersama dengan siswa serta unsur lain jika

memungkinkan (Riani, 2007). Pemberian bantuan terhadap siswa yang berkesulitan belajar

didasarkan pada diagnosis yang cermat.

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata diagnosis merupakan jenis kata atau keterangan

benda yang berarti penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-

gejalanya; sedangkan sebagai jenis kata atau keterangan dalam bidang sosial diartikan

sebagai pemeriksaan terhadap suatu hal (Asmidir, dkk, 2019). Selanjutnya, dalam kamus

konseling dan terapi istilah konseling mengacu pada pengkajian faktor penyebab masalah;

secara khusus, suatu proses dalam konseling dan psikoterapi yang lazimnya mencakup

pengumpulan, pengkajian, analisis dan interpretasi data atas klien yang bertujuan untuk

mengenali dan memahami masalah atau kerisauan klien (Mappiare, 2006).

Menurut Thorndike dan Hagen (dalam Syamsuddin, 2002) diagnosis dapat diartikan

sebagai berikut: (1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang

dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-
gejalanya, (2) studi yang seksama terhadap fakta sesuatu hal untuk menemukan karakteristik

atau kesalahan dan sebagainya yang esensial, (3) keputusan yang dicapai setelah dilakukan

studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.

Maka dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah

tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya

sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu

kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk

memprediksi kemungkinan bantuan atau layanan yang perlu diberikan untuk pemecahan

masalah atau kesulitan yang dialami peserta didik (Asmidir, dkk. 2019). Selanjutnya apabila

kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai

diagnosis kesulitan belajar. Syahril (1991: 45) mengemukakan bahwa “diagnosis kesulitan

belajar merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan

menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa

yang mengalami kesulitan belajar”. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang

menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasikan, dicari faktor-faktor yang

menyebabkannya dan mengupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar

merupakan suatu usaha yang dilakukan pendidik/guru untuk meneliti kasus berdasarkan

gejala perilaku yang ditampilkan, menemukan penyebab timbulnya masalah serta usaha

untuk menemukan bidang/letak dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa; selanjutnya

berdasarkan usaha itu juga diperkirakan dan ditetapkan kemungkinan-kemungkinan bantuan

yang akan diberikan sehingga siswa yang bersangkutan terlepas dari kesulitan belajar yang

dialaminya.
C. Tujuan Diagnosis Kesulitan Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Secara

umum, tujuan diagnosis kesulitan belajar adalah untuk membantu siswa yang mengalami

masalah kesulitan dalam belajar, dengan memperhatikan letak dan jenis kesulitan yang

dialami siswa, serta faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar tersebut, baik kesulitan

yang dialami dalam bidang psikologis maupun fisiologis. Selain itu, tujuannya adalah untuk

membantu pendidik dalam proses belajar-mengajar, sehingga dapat terlaksana dengan baik

di sekolah.

Pendidik di sekolah baik guru maupun konselor memegang peranan yang strategis

dalam membantu siswa dalam masalah belajar (Asmidir, dkk. 2019). Sejalan dengan itu

Ismail (2016) menjelaskan bahwa guru turut berperan dalam membantu memecahkan

masalah yang dihadapi siswa, peran guru sangat penting dalam membantu peserta didik,

oleh karena itu diagnosis bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang

dihadapi oleh siswa serta mencari pemecahannya. Pada kenyataannya, para siswa sering kali

tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku

sebagaimana yang diharapkan, demikian ini dapat menunjukkan bahwa siswa mengalami

kesulitan belajar dan merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.

Pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini melibatkan guru dan siswa, maka

tujuan yang ingin dicapai juga berbeda-beda antara guru dan siswa. Menurut Asmidir, dkk.

(2019: 14-15) adapun tujuan dari diagnosis kesulitan belajar, diantaranya:


1. Siswa

Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan

belajar ini bagi siswa adalah:

a. Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya.

b. Siswa memperbaiki kesalahannya.

c. Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.

d. Siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik.

e. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Guru

Adapun tujuan pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar bagi guru adalah, sebagai

berikut:

a. Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar-mengajar.

b. Guru dapat memperbaik kelemahannya tersebut.

c. Guru dapat memberikan layanan optimal kepada siswa sesuai dengan keadaan diri

siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.

Selanjutnya, Asmidir, dkk. (2019: 15) mengemukakan bahwa tujuan dari pelaksanaan

kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini adalah agar guru, peserta didik dan orang tua dapat:

1. Mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Membantu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik

dengan adanya kerjasama antara pihak sekola, siswa dan sekolah.


3. Membantu peserta didik agar dapat menguasai pelajaran yang sulit baginya, serta

mempermudah guru dalam menentukan layanan apa yang sesuai dengan kesulitan

yang dialami oleh siswa.

Syamsuddin (2009: 306) mengemukakan bahwa ada beberapa tujuan dari diagnosis

kesulitan belajar ini diantaranya:

1. Menjelaskan kembali konsep dasar tentang kesulitan belajar

2. Menjelaskan beberapa kasus kesulitan belajar dengan memberikan contoh-contohnya

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang merupakan latar belakang kesulitan belajar.

4. Memberikan batas-batas kemungkinan dan mengidentifikasi alternatif pemecahan

kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

D. Manfaat/Kegunaan Diagnosis Kesulitan Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai manfaat masing-masing, begitu juga

dengan kegiatan diagnosis yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan guru dan

orangtua mempunyai manfaat yang dapat membantu siswa, guru dan orangtua dalam

meminimalisir kesulitan siswa dalam belajar

Manfaat diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar Matematika dan Bahasa Indonesia

sehingga siswa mampu mencapai KKM yang telah ditetapkan.

2. Bagi Sekolah atau Guru

Dapat digunakan sebagai masukan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar siswa

dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia, sehingga mendapatkan salah
satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan mencapai ketuntasan belajar pada mata

pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia siswa.

3. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan keterampilan mengidentifikasi kesulitan belajar pada mata

pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia siswa serta membantu kemungkinan layanan

yang dapat diberikan kepada siswa tersebut, dan juga dalam upaya mempersiapkan diri

menjadi seorang pendidik (guru).

E. Gambaran Umum Tempat Pelaksanaan

Kegiatan praktek diagnosis kesulitan belajar adalah salah satu syarat untuk

menyelesaikan perkuliahan Diagnosis Kesulitan Belajar. Tugas ini diberikan Ibuk Dra.

Yulidar Ibrahim, M.Pd., Kons selaku dosen pembimbing mata kuliah Diagnostik.

Tujuan dari pelaksanaan praktek ini adalah bagaimana kami mahasiswa dapat

mengetahui sendiri cara mendiagnosis anak yang berkesulitan belajar dan memberikan

remedial theacing sesuai dengan kebutuhannya. Praktek ini dilakukan sesuai dengan

bimbingan ibuk di kelas. Sebelum penulis dan teman-teman turun ke lapangan, kami

dibekali dulu dengan pelajaran yang nantinya dapat diterapkan di lapangan.

Awalnya bapak membagi kami menjadi beberapa kelompok yang mana satu kelompok

itu maksimal 3 orang untuk satu sekolah. Walaupun dibagi perkelompok tapi untuk

pelaksanaan prakteknya tetap individu. Penulis satu kelompok dengan dua orang teman yaitu

Elicah Angelina dan Yolanda April Ningsih. Setelah di bagi perkelompok kami diminta

untuk menentukan sekolah yang akan dilaksanakan praktek diagnosis kesulitan belajar.

Setelah itu, tanggal 20 Februari 2020 kami mendatangi Sekolah Dasar yang ada di

Patenggangan, Padang dengan membawa surat izin pelaksanaan kegitan diagnosis kesulitan
belajar yang telah diberikan oleh dosen pembina mata kuliah. Alhamdulillah, ketika

memasuki ruang kepala sekolah kami langsung disambut hangat oleh guru-guru yang ada

disana. Kami mengutarakan tujuan kedatangan kami ke SD itu dan Kepala Sekolah

menerima baik kehadiran dan tujuan kami

Penulis memilih kelas IV karena menurut penulis diminta dan dianjurkan untuk

membantu siswa yang berkesulitan belajar yang ada di kelas IV tersebut oleh wali kelas.

Pada saat merekomendasikan kelas yang ingin dibantu wali kelas tersebut juga memberikan

nama siswa yang mengalami kesulitan belajar pada bidang matematika dan bahasa Indonesia

nama anak tersebut adalah Titania Aurelina Putri dan Muhammad Zulhazil.
BAB II

RENCANA KEGIATAN

A. Studi Kelayakan

Menurut Ahmad (2007) studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap

ide bisnis tentang layak atau tidak layaknya ide tersebut untuk dilaksakanan. Dalam

diagnosis kesulitan belajar studi kelayakan dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya

seseorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar untuk didiagnosa. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan individu seperti perbedaan kemampuan, bakat, minat, cita-

cita dan karakteristik lainnya yang menyebabkan kemungkinan siswa yang memiliki

keterbatasan dalam belajar itu ada.

Kegiatan diagnosis kesulitan belajar akan diadakan di SD Negeri 16 Air Tawar Timur,

Padang Utara. Kegiatan ini layak diadakan di sekolah ini karena penulis telah mendatangi

sekolah dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk mengadakan kegiatan diagnosis.

Setelah diizinkan, penulis menemukan beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar

pada kelas tiga. Hal ini diketahui ketika wali kelas tiga memberikan leger nilai siswa kepada

penulis dan terihat dari leger nilai tersebut ada beberapa anak yang memiliki nilai dibawah

rata-rata atau KKM.

Merujuk pada pendapat parah ahli (dalam Asmidir, dkk. 2019: 55) bahwa diagnosis

kesulitan belajar perlu diadakan apabila; (1) adanya siswa yang tidak mencapai tujuan,

harapan, dan hasil belajar sebagaimana diharapkan padahal yang bersangkutan diperkirakan

mampu untuk mencapainya, (2) guru dan pihak lainnya bertanggung jawab atas pencapaian

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, (3) siswa yang mengalami kesulitan tidak tahu

letak kesulitannya dan jenis kesulitan yang dialami, apalagi untuk keluar dari kesullitan yang
dihadapinya. Berdasarkan data-data yang penulis terima dari wali kelas tiga SD Negeri 19

Patenggangan, penulis yakin mengadakan kegiatan diagnosis di sekolah tersebut.

Tujuan dari mengadakan studi kelayakan ini adalah agar penulis tidak keliru dalam

mengambil keputusan dan tidak menyesal ketika nanti ada kekurangan dalam mengadakan

diagnosis kesulitan belajar. Hal ini juga mempermudah penulis dalam merencanakan apa

saja yang akan penulis lakukan dalam melakukan diagnosis dan memberikan remedial

teaching kepada siswa. Selain itu, studi kelayakan juga ditujukan untuk mempertimbangkan

tempat pelaksanaan dari segi dekat atau jauh tempat pelaksanaan tersebut. Agar tidak

mempersulit penulis dalam melakukan kegiatan diagnosis kesulitan belajar.

B. Penetapan Kasus

Prestasi belajar yang dicapai seseorang tergantung dari tingkat kemampuannya baik

kecerdasan maupun bakat. Anak yang berpotensi tinggi cenderung memperoleh prestasi

belajar yang tinggi pula, demikian juga sebaliknya. Dengan membandingkan antara potensi

dan prestasi yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauh mana anak dapat

mewujudkan potensinya. Anak yang mempunyai kesulitan belajar ialah jika terdapat

perbedaan yang besar antara potensi dan prestasi.

Setelah mendapatkan izin serta data yang diperlukan sesuai langkah-langkah

diagnosis. Penulis bersama wali kelas menetapkan siswa yang perlu diberikan diagnosis

kesulitan belajar yang ditinjau dari ciri-ciri sebagai berikut: (1) Lamban mengamati dan

mereaksi peristiwa yang terjadi di lingkungannya, (2) kurang berminat untuk melakukan

penyelidikan terhadap hal-hal baru di lingkungannya, dan (3) memiliki daya ingat yang

lemah atau mudah lupa (Asmidir, dkk. 2019: 49).


Penulis bersama wali kelas menetapkan murid yang bernama Titania Aurelina Putri

dan Muhammad Zulhazil. Siswa ini menunjukkan hasil belajar yang rendah, dibawah rata-

rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya. Mereka memiliki nilai yang rendah pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Dia juga tidak terlalu aktif di kelas dan juga

tidak berbaur dengan teman-temannya yang lain. Hal ini diketahui dari pengamatan

langsung dan informasi dari wali kelas. Oleh karena itu, penulis menyetujui untuk

melakukan diagnosis dan pengajaran remedial kepada Titania Aurelina dan Muhammad

Zulhazil.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Langkah 1 Diagnosis Kesulitan Belajar (Identifikasi Kasus)

Sebagai langkah awal dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar ini adalah

mengidentifikasi menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Tujuannya

adalah untuk menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar yang

memerlukan bantuan atau bimbingan belajar.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menentukan di sekolah mana pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar akan dilaksanakan.

2. Setelah bermusyawarah dengan teman sekelompok, akhirnya kami memutuskan untuk

melaksanakan kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini di Sekolah Dasar Negeri 19

Patenggangan

3. Kegiatan kami lanjutkan dengan mendatangi Kepala Sekolah Dasar Negeri 19

Patengganga, dengan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kita ke sekolah yang

beliau pimpin, yaitu untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar pada siswa yang ada di

sekolah tersebut.

4. Mendatangi guru kelas IV yang bernama Rahmanita Asril, S. Pd, kemudian

memberitahukan kepada guru kelas tentang maksud kegiatan yang akan dilakukan dan

meminta hasil laporan nilai semester siswa semester sebelumnya yaitu nilai semester 1

(Lampiran 1), dan Absensi (Lampiran 2) dari data tersebut diidentifikasi siswa yang

memiliki nilai di bawah rata-rata, serta dapat dilihat pada Grafik Nilai (Lampiran 3) dan

profil cart (Lampiran 4)


5. Berdasarkan nilai laporan tersebut saya meminta 2 orang siswa untuk dibantu dalam

kesulitan belajarnya dan siswa yang direkomendasikan sudah memenuhi kriteria tersebut.

6. Meminta keterangan lebih lanjut kepada guru kelas mengenai siswa yang akan

mendapatkan bimbingan. Adapun siswa yang menjadi siswa asuh penulis adalah:

a. Nama : Muhamad Zulhazil

Panggilan : Alung

TTL : Padang, 12 Juni 2010

Kelas : IV

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Cita-Cita : Polisi

Alamat : Jl. Patenggangan Air Tawar Barat, Padang.

Nama Wali

Ayah : Hedi

Pekerjaan : Pedagang

Ibu : Ayu

Pekerjaan : Pedagang

b. Nama : Titania Aurelin Putri

Panggilan : Aurel

TTL : Medan, 05 Maret 2010

Kelas : IV

Jenis Kelamin : Perempuan


Agama : Islam

Hobi : Memasak

Cita-cita : Dokter

Alamat : Jl. Patenggangan Air Tawar Barat, Padang.

7. Menemui siswa tersebut dan melakukan perkenalan dan wawancara dengan siswa

mengenai kesulitannya dalam mata pelajaran yang bersangkutan.

8. Kemudian melakukan Observasi dikelas IV yang dilaksanakan pada Hari Kamis, 20

Februari 2020 pada jam 10.30 WIB. (Lampiran 5)

9. Melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk meminta izin kepada orangtua siswa

untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar terhadap anaknya, dan maksud ini

diterima secara positif oleh kedua orangtua siswa.

B. Langkah 2 Diagnosis Kesulitan Belajar (Identifikasi Letak dan Jenis Kesulitan

Belajar)

Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan

belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu di telaah ialah 1).dalam mata pelajaran

(bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, 2). Pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku)

yang manakah kesulitan itu terjadi, dan 4).Dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan

itu terjadi.Untuk menemukan letak kesulitan belajar yang dialami oleh siswa asuh penulis

memberikan tes diagnosis. Yang mana tes diagnosis ini disusun berdasarkan RPP. Materi

soal tes Diagnosis disesuaikan dengan materi pelajaran dan soal-soal latihan yang terdapat

dibuku pegangan siswa. Sebelum melakukan tes diagnosis supaya terdapat kevaliditasan tes

kami pun membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tes Diagnosis. (Lampiran 5).
Adapun Menurut Asmidir Ilyas, dkk (2017: 73) analisis letak Kesulitan Belajar dengan

cara:

1. Mengamati serta mendalami kesulitan belajar di bidang studi mana siswa kesulitan yaitu

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dimana hal itu didapatkan setelah

menganalisis semua nilai mata pelajaran yang terdapat di ledger nilai (Lampiran 1). Agar

dapat memudahkan serta jelas penulis membuat grafik nilai serta membuat Soal Tes

Diagnostik awal untuk siswa yakni Matematika dan IPA.

2. Mendeteksi kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran

dimanakah kesulitan terjadi. Dengan menganalisis jawaban siswa terhadap soal-soal mata

pelajaran.

3. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksudkan adalah

analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas serta soal-soal saat proses

belajar berlangsung. Kehadiran dan ketidakhadiran saat proses belajar berlangsung untuk

setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.

Adapun letak dan jenis kesulitan siswa dilihat dari hasil siswa mencoba menjawab soal

tes diagnosis yang dibuat yaitu hasil Tes diagnosis mata pelajaran matematika dilakukan

kepada Siswa asuh pada tanggal 12 Maret 2020. Minggu-minggu sebelumnya penulis juga

sudah memberikan beberapa soal latihan pada siswa asuh dan membantu siswa asuh dalam

mengerjakan tugas harian siswa asuh (Lampiran 6), untuk mata pelajaran matematika, siswa

asuh mengalami kesulitan pada beberapa konsep, yaitu :

1. Melakukan perkalian dan pembagian dengan jenis kesulitan yaitu perkalian dasar yang

belum terlalu dihafalkan sehingga sulit mengalikan maupun membagi bilangan yang

angkanya besar.
2. Menyerdehanakan pecahan senilai, jenis kesulitan mengurutkan dari yang besar ke

pecahan kecil, serta pecahan biasa ke pecahan desimal.

3. Bangun Datar yaitu Keliling dan luas Persegi, Segitiga, dan Persegi panjang.

C. Langkah 3 Diagnosis Kesulitan Belajar (Faktor Penyebab Kesulitan Belajar)

Setelah mengetahui jenis dan letak kesulitan belajar siswa maka langkah selanjutnya

adalah melokalisasi (menentukan) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.Dalam

melokalisasi faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, diperlukan beberapa

keterangan yang harus diperoleh dari orang tua, guru, dan siswa itu sendiri. Hal ini bertujuan

untuk mencari penyebab kesulitan belajar dan menetapkan penyebab yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk mencari faktor penyebab tersebut dapat

menggunakan himpunan data.

Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan, yaitu :

1. Wawancara dengan siswa yang bersangkutan

2. Wawancara dengan orang tua

3. Wawancara dengan guru kelas

4. Observasi di rumah

5. Observasi di kelas

6. Angket siswa

7. Angket orang tua

8. ObservasiGuru Ketika Mengajar.

9. Angket Guru
Adapun hasil dari penggunaan instrumen tersebut adalah :

1) Wawancara dengan Siswa yang Bersangkutan

a. Muhammad Zulhazil

Muhammad Zulhazil akrab dipanggil dengan panggilan Alung. Alung adalah anak

pertama dari empat bersaudara. Alung memiliki tiga adik yang masih kecil-kecil.

Alung termasuk anak yang pendiam dan kurang suka bergaul, keseharian Alung

dihabiskan dengan menjaga adik adiknya, dikarenakan kedua orang tuanya sudah

bercerai dan Alung tinggal bersama neneknya. Saat belajar Alung tidak suka bertanya

maupun mennjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dikarenakan alung tidak

suka belajar. Ketika jam pelajaran telah selesai alung lebih memilih untuk bermain

terlebih bersama teman dan adik-adiknya yaitu bermain sepak bola. Ketika sampai di

rumah Alung langsung sarapan yang telah disiapkan oleh neneknya sebelum

neneknya pergi bekerja. Saat berada di rumah alung tidak belajar, dikarenakan tidak

ada yang bisa membantunya untuk belajar di rumah. Alung bercita- cita ingin menjadi

seorang polisi dikarenakan polisi itu keren, pintar bela diri dan banyak uang (

Lampiran 7)

b. Titania Aurelin Putri

Titania Aurelin Putri akrab dipanggil dengan nama Aurel. Aurel merupakan siswa

pindahan dari kota medan ke kota padang. Alasan aurel pindah sekolah adalah

dikarenakan kedua orang tuanya bercerai dan ibu aurel sedang mempunyai anak bayi

sehingga ibunya tidak bisa mengurus mereka sekaligus oleh karena itu aurel tinggal

bersama neneknya di Padang. Aurel tinggal cukup jauh dari sekolah sehingga aurel

beberapa kali terlambat datang ke sekolah. Aurel termasuk anak yang rajin dan suka
berteman. Aurel suka bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

gurunya. Ketika jam pelajaran telah berakhir aurel langsung pulang ke sekolah dan

setiba di rumah aurel langsung sarapan dan bermain. Ketika belajar di rumah aurel

dibantu oleh kakeknya. Aurel bercita-cita ingin menjadi dokter dikarenakan aurel

ingin mengobati orang yang sakit. Untuk mencapai cita-citanya aurel berusaha untuk

rajin belajar dan tidak malas dalam belajar.

2) Wawancara dengan Orangtua

a. Muhammad Zulhazil

Alung tinggal bersama dengan ayah dan neneknya, wawancara dilakukan dengan

neneknya. Menurut neneknya, Alung terbilang anak yang tidak nakal, namun sulit

untuk diajak berkonsentrasi dalam belajar, Alung juga sulit dalam mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. Ia sangat sulit diminta untuk mengerjakan

PR dirumah jika belum terdesak ia kan mengatakan nanti saja masih lama

mengumpulkannya. Sepulang sekolah ia biasanya langsung pergi makan dan main

disebelah rumahnya bersama teman-teman atau balita dekat rumahnya, kadang-

kadang dirumah saja main sambil nonton TV (Lampiran 8)

b. Titania Aurelin Putri

Aurel tinggal bersama kakek, nenek dan pamannya. Wawancara dilakukan dengan

nenek dan kakeknya. Menurut mereka, aurel termasuk anak yang rajin belajar, tetapi

harus di motivasi terkebih dahulu baru bisa belajar dengan giat, aurel saat belajar

dibantu oleh kakeknya yang kurang dalam penglihatannya sehingga kurang optimal

dalam membantu aurel dalam belaja. Aurel kurang dalam mata pelajaran matematika,

aurel mudah lupa dan sulit dalam menghafal perkalian.


3) Wawancara dengan guru kelas

a. Muhammad Zulhazil

Berdasarkan yang disampaikan dari guru kelas, Alung merupakan siswa yang

tidak aktif berbicara dan agak susah untuk berkonsentrasi apalagi jika disuruh untuk

mengerjakan tugas, dan lambat dalam mengerjakannya. Siswa kurang berkontribusi

saat diminta kedepan kelas Alung akan menolak dan manjawab tidak bisa. Alung

lebih suka belajar menggambar dan olahraga dan tidak menyukai mata pelajaran

matematika dan IPA.

b. Titania Aurelin Putri

Aurel termasuk anak yang pintar dan rajin, hanya saja aurel mudah lupa dalam

mengerjakan tugas, aurel suka belajar matematika walaupun dia lemah dalam mata

peajaran tersebut tetapi aurel menyakai mata pelajaran tersebut. Aurel kurang dalam

Hitungan mulai dari perkalian dan pembagian, aurel juga tidak paham dalam

menyelesaikan soal pecahan.

4) Observasi di rumah

a. Muhammad Zulhazil

Jarak rumah alung dengan sekolah cukup dekat dengan jalan kaki saja beberapa menit

akan sampai, anggota keluarga di rumah ada 7 orang, alung tinggal bersama dengan

ayah, nenek, kakek dan 3 orang adiknya. Rumah alung termasuk rumah yang

sederhana dan cukup utnuk ditinggali untuk 7 orang. Pada siang hari alung selalu

mengabiskan waktu bermainnya dengan adik adiknya, dikarenakan tidak ada yang

bisa menaga adiknya tersebut, ayah, nenek dan kakeknya bekerja sebagai pedagang di

pasar raya.
b. Titania Urelin Putri

Jarak rumah aurel dengan sekolah cukup jauh, hal tersebut membuat aurel beberapa

kali terlambat datang ke sekolah, ketika mau pergi ke sekolah aurek sering diantar

oleh pamannya dan ketika pulang sekolah aurel pulang dengan berjalan kaki. Rumah

aurel termasuk rumah yang sederhana, rapi dan bersih, hanya saja pencahayaan di

dalam rumah aurel kurang bagus. Aurel tinggal di rumah bersama dengan 4 orang,

yaitu nenek, kakek dan pamannya.

5) Observasi di kelas

Saat guru menerangkan materi pelajaran perhatian guru tertuju pada seluruh siswa, tidak

ada siswa yang dibeda-bedakan baik itu yang pintar maupun yang bodoh. Disiplin yang

diterapkan oleh guru ini juga bagus.. Suara gurunya juga keras sehingga perhatian siswa

tertuju pada guru, namun guru tersebut sering melabeli siswa-siswa dikelas tersebut jika

siswa tersebut tidak mematuhi perintahnya.

6) Observasi Guru Ketika Mengajar

Berdasarkan observasi guru ketika mengajar, maka dapat diketahui:

a. Guru disiplin dalam mengajar siswa di kelas

b. Guru sering memberi label kepada siswa-siswa yang nakal

c. Perhatian guru terhadap siswa baik

d. Dukungan terhadap siswa biasa saja

e. Hubungan guru dengan siswa cukup baik dilihat dari interaksi guru dengan siswa

7) Angket/Inventori siswa

Berdasarkan isian angket/inventori-inventori yang diberikan kepada siswa, maka dapat

diketahui bahwa:
a. Jarang mengulang pelajaran di rumah atau belajar tidak karena kemauan diri sendiri

b. Peralatan belajar dirumah tidak lengkap

c. Tidak pernah meminta bantuan orang lain jika mengalami kesulitan belajar.

d. Hasil belajar tidak memuaskan.

e. Dan anak jarang ingin tampil didepan kelas (Lampiran 9)

8) Angket orang tua

Berdasarkan isian angket yang diberikan kepada orangtua , maka dapat diketahui

bahwa Siswa asuh:

a. Selalu bermain sepulang sekolah

b. Anak jarang mengulang pelajaran di rumah

c. Tanggungjawab anak sangat kurang dalam hal menjaga perlatan sekolah

d. Anak tidur jarang tepat waktu.

e. Jarang juga mempersiap alat tulis sebelum berangkat sekolah

f. Keramaian di rumah sering mengganggunya dalam belajar

g. Mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtua untuk belajar (Lampiran 10)

9) Angket guru

Berdasarkan isian angket yang diberikan kepada guru kelas siswa asuh, maka dapat

diketahui bahwa siswa asuh:

a. Selalu hadir ke sekolah

b. Partisipasi dalam belajar kurang

c. Jarang memberikan jawaban yang benar jika diajukan pertanyaan

d. Catatannya kurang rapi tapi lengkap lengkap

e. Jarang aktif dalam proses belajar dan pembelajaran


f. Tidak pernah tepat waktu mengumpulkan tugas (lamban)

g. Dalam belajar kurang memperlihatkan kemajuan

h. Kedudukan prestasi belajarnya di bawah teman-temannya. (Lampiran 11)

Dari beberapa data dan informasi yang telah dijelaskan diatas dapat dsimpulkan bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan Siswa asuh mengalami kesulitan dalam belajar adalah:

a. Faktor Internal

1. Sulit Konsentrasi dan sering melamun.

2. Kurang motivasi dan daya tangkap lemah

3. Moodnya gampang berubah serta mudah bosan cenderung akan memperlihatkan

dengan tidak ingin bicara jika ditanyai

4. Kemudian ketika mengerjakan tugas kurang teliti sehingga jawabannya salah.

b. Faktor Eksternal

1. Kurangnya sarana dan prasarana disekolah

2. Kurang maksimalnya pengulangan pelajaran dirumah, jarang mengulang pelajaran

dirumah

3. Kurang lengkapnya anggota keluarga, dikarenakan perceraian

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar menurut Koestoer, 1998)

adalah (a). Faktor internal yaitu faktor yang datang dari dalam diri sendiri, (b). Faktor

eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seorang

1. Fakto Internal. Faktor internal faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam

diri individu itu sendiri, yang dapat dibedakan atas beberapa faktor yaitu intelegensi,

minat, bakat, dan kepribadian.


a. Faktor Intelegensi. Intlegensi ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar seorang anak.

Keberhasilan belajar serang anak ditentukan dari tinggi rendahnya tingkat kecerdasan

yang dimilikinya, dimana seorang anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi

cendrung akan lebih berhasil dalam belajarnya dibandingkan dengan anak yang

intelegensinya rendah.

b. Faktor Minat. Faktor minat dalam belajar sangat penting. Hasil belajar akan lebih

optimal bila disertai dengan minat. Dengan adanya minat mendorong kearah

keberhasialan, anak yang berminat terhadap suatu pelajaran akan lebih mudah untuk

mempelajarinya dan sebaliknya anak yang kurang berminat akan mengalami kesulitan

dalam belajarnya.

c. Faktor Bakat. Bakat ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika bakat ini kurang

mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menjelaskan bahwa:

bakat setiap orang berbeda-beda, orang tua kadang-kadang tidak memperhatikan

faktor bakat ini

d. Faktor Kepribadian. Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika

tidak memperhatikan fase-fase perkembangan (kepribadian) seseorang. Hal ini

sebagaimana pendapatmenjelaskan bahwa: fase perkembangan kepribadian seseorang

tidak selalu sama (Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta,

1992), 13). Fase pembentuk kepribadian ada beberapa fase yang harus dilalui.

Seorang anak yang belum mencapai suatu fase tertentu akan mengalami kesulitan

dalam berbagai hal termasuk dalam hal belajar.

2. Faktor eksternal . Faktor eksternal adalah merupakan faktor yang datang dari luar diri

individu. Faktor eksternal ini dapat di bedakan menjadi tiga faktor yaitu
a. Faktor Keluarga Peranan orang tua (kelurga) sebagai tempat yang utama dan pertama

didalam pembinaan dan pengembangan potensi anak-anaknya. Namun tidak semua

orang tua mampu melaksanakanya dengan penuh tanggung jawab. Beberapa hal yang

dapat menimbulkan persoalan yang bersumber dari keluarga adalah seperti: a). sikap

orang tua yag mengucilkan anaknya, tidak mepercayai, tidak adil dan tidak mau

menerime anaknya secara wajar, b). broken home, perceraian, percekcokan, c).

Didikan yang otoriter, terlalu lemah dan memanjakannya, d). Orang tua tidak

mengetahui kemampuan anaknya, sifat kepribadian, minat, bakat, dan sebagainya.

( Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta,

1990), 4-5)

Ada beberapa aspek yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar seorang anak

yaitu: a). Didikan orang tua yang keliru, b). Suasana rumah yang kurang aman dan

kurang harmonis, c). Keadaan ekonomi orang tua yang lemah.

b. Faktor Lingkungan Sekolah . Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal setelah

keluarga dapat menjadi masalah pada umumnya, dan khususnya masalah kesulitan

belajar pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

Lingkungan sekolah dapat menjadikan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar

seperti:

1. Cara penyajian pelajaran kurang baik.

2. Hubungan guru dan murid kurang harmonis

3. Hubungan antara burid dengan murid itu sendiri tidak baik

4. Bahan pelajaran yang disajikan tidak dimengerti siswa,

5. Alat-alat pelajaran yang tersedia kurang memadai


c. Faktor Lingkungan Masyarakat. Faktor lingkungan masyarakat sangat berperan di

dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk pula kemampuan/ pengetahuannya.

Dimana lingkungan masyrakat yang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik,

seperti: suka minum-minum minuman keras, penjudi dan sebagainya, dapat

menghambat pembentukam kepribadiaan dan kemampuan, termasuk pula dalam

proses belajar mengajar seorang anak.

D. Langkah 4 Diagnosis Kesulitan Belajar (Perencanaan Bantuan)

Langkah berikutnya yang perlu dilakukan setelah data-data yang mengungkapkan

kesulitan belajar telah diperoleh adalah merencanakan bantuan yang akan diberikan untuk

mengentaskan kesulitan itu. Hal ini bertujuan agar peserta didik yang bersangkutan dapat

lepas dari permasalahan belajarnya sehingga ia bisa sukses dalam belajarnya. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami

kesulitan belajar yang bentuk materi maupun non materi. Adapun cara atau langkah yang

dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan ini adalah :

1. Materi : Dengan mempersiapkan satuan pelajaran dan satuan layanan untuk

kedua mata pelajaran sebagai pedoman dalam memberikan bantuan yaitu pengajaran

remedial.

2. Non materi : Dengan memberikan informasi kepada orangtua, guru kelas, siswa yang

bersangkutan yang tujuannya agar faktor penghambat dalam belajar dapat diminimalisir.

Adapun pelaksanaan bantuan yang diberikan kepada siswa yang menjadi objek

penulis adalah yang bersangkutan dengan berbentuk materi adalah remedial teaching. Pada

siswa yang pertama yaitu cenderung lebih kurang lancar membaca karena tulisannya yang
kurang rapi, dan pada siswa yang kedua kurang faham di materi perkalian dan pembagian

serta pengukuran waktu dan berat

BAB IV

HASIL (PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH)


A. Pemberian Bantuan

1. Bantuan Materi Pelajaran

Adapun bentuk bantuan yang diberikan dapat berbentuk bantuan materi maupun

non materi. Bantuan materi dilakukan dengan mengajarkan kembali materi-meteri yang

belum dipahami oleh peserta didik. Ini sering kali disebut dengan pengajaran perbaikan

(remedial teaching). Sedangkan bantuan non-materi adalah bentuk bantuan yang tidak

menuntut pengajaran materi seperti pada pengajaran perbaikan. Bantuan non-materi

terutama digunakan untuk tujuan mengubah sikap dan perilaku peserta didik. Sehingga

fokus dari bantuan ini adalah perubahan sikap dan perilaku. Dan pengajaran perbaikan

terkait dengan pemahaman materi. Lebih lanjut, penjelasan masing-masingnya adalah

sebagai berikut:

Pengajaran Perbaikan (Remedial Teaching)

a. Pengertian

Pengajaran perbaikan adalah pengajaran yang bertujuan untuk membuat proses belajar

mengajar manjadi lebih baik. Pengajaran ini dilakukan dengan mengajarkan kembali

materi-materi yang telah dipelajari namun belum dikuasai oleh peserta didik. Adapun

menurut Asmidir Illyas dkk, (2017: 86) pemebelajaran remedial teaching adalah

program pembelajaranyang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai

kompetensi minimalnya dalam satu komptensi dasar tertentu. Metode yang digunakan

dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang

dialami peserta didik dan tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan

kesulitan yang dialmai peserta didik. Kemudian Natawijaya (1984: 6) Pengajaran

Perbaikan (Remedial Teaching) adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang ditujukan
untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian ataupun keseluruhan kesulitan

belajar yang dialami murid. Dapat disimpulkan bahwa Remedial Teaching adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang tujuannya membantu siswa mencapai atau

memahami pembelajaran yang mengalami kesulitan tersebut sehingga tercapainya

tujuan

b. Fungsi

Adapun fungsi pengajaran perbaikan sebagai berikut ini:

1) Memperbaiki cara belajar siswa (fungsi korektif).

2) Meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan

dirinya (fungsi pemahaman).

3) Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian).

4) Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi).

5) Membantu mengatasi kesulitan belajar siswa dalam aspek sosial pribadi (fungsi

teraputik).

c. Bentuk Remedial Teaching

Menurut Slameto (2001: 201-202) bentuk-bentuk kegiatan remedial teaching yaitu:

1. Memberikan buku pelajaran yang relevan dengan tujuan satuan pelajaran yang

bersangkutan.

2. Tutoring yaitu siswa yang pandai atau istimewa dapat diminta menerangkan

kembali pada kawan-kawannya

3. Kerja kelompok dalam mendiskusikan kesulitan, mereka mempelajari bagian-

bagian tertentu pada satuan pelajaran


4. Pengajaran berprogram melalui bahan pelajaran tertulis yang telah dipersiapkan

persoalan-persoalan yang dialami pada satuan pelajaran

5. Mengajar kembali (Retaching) dengan mengajar siswa secara berkelompok (kelas)

guna mengulang pelajaran yang belum dikuasai oleh sekelompok siswa

6. Penggunaan lembaran kerja, dengan menyediakan kegiatan-kegiatan untuk

dikerjakan oleh siswa

7. Audio visual Aids, secara berkelompok dengan memberikan penekanan pada

metode visual dan auditif

8. Permainan akademik, diikuti oleh sekelompok siswa yang belum menguasai tujuan

pelajaran dengan cara memecahkan persoalan melalui permainan

9. Latihan kelompok secara efektif, siswa yang sama mengalami kesulitan khusus

dalam penguasaan belajar yang menekankan pada kegiatan-kegiatan emosional,

diikutsertakan untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

10. Permainan kartu, secara individual guna mengulangi terminologi, fakta, konsep,

atau prinsip yang terdapat pada satuan pelajaran.

d. Cara pelaksanaan

Adapun cara pelaksanaan remedial teaching sebagai berikut:

1. Melihat jenis dan letak kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dan

IPA.

2. Membuat RPP remedial MTK dan IPA.

Setelah diketahui materi yang dirasakan sulit oleh Siti Hafsyah dari situ dibuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Remedial. Di dalam RPP mencakup Standar


Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, alokasi waktu, materi,

media pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan belajar dan sumber

belajar.

B. Bantuan Non Materi (layanan BK)

Bantuan non-materi yaitu dengan memberikan layanan. Layanan yang diberikan

berupa layanan informasi serta layanan penguasaan konten.

1) Layanan Informasi

Untuk layanan informasi, penulis memberikan materi motivasi belajar, layanan ini

dilakukan di ruang Kelas IV diharapkan nanti siswa ini memiliki motivasi yang

tinggi sehingga masalah belajar yang dialaminya bisa dientaskan. Selain itu pihak

yang dilibatkan dalam proses pemberian bantuan adalah guru, orangtuadan siswa

yang bersangkutan. Untuk kegiatan yang ketiga ini penulismelakukan konsultasi

dengan pihak yang terkait seperti guru kelas dan orangtua siswa yang bersangkutan.

a. Guru Kelas . Hal ini dilakukan karena banyaknya guru yang tidak memperhatikan

perkembangan anak atau perbedaan individu masing-masing siswa, sehingga

kecendrungan untuk menyamaratakan semua siswa yang ada, serta kecendrungan

guru dalam membedakan siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pandai,

dengan perhatian yang kurang menyeluruh.

b. Orangtua . Hal ini dilakukan karena banyaknya orangtua yang sibuk, sehingga

kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya, serta tidak mau tahu dengan

potensi dan minat bakat yang dimiliki oleh anaknya sehingga tidak tahu kemana

seharusnya anaknya diarahkan.


2) Layanan Penguasaan Konten.

Menurut Prayitno (2004: 2) Layanan penguasaan konten adalah merupakan layanan

bantuan yang diberikan kepada individu (sendiri-sendiri atau dalam kelompok) untuk

menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan satu unit konten yang

didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, hukum, dan aturan, nilai, persepsi,

afeksi, sikap dan tindakan yang terkait didalamnya. Tujuan umum dari layanan

penguasaan konten itu adalah dikuasainya konten tertentu oleh individu untuk

menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai

cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-

masalahnya. Layanan penguasaan konten penulis laksanakan di ruang IV dengan

penguasaan konten untuk menguasai perkalian dengan tangan.

3) Layanan Konseling Individual

Dalam -teman tidak ada yang mengajaknya untuk bermain. Melalui pemberian

layanan hal ini saya memberikan konseling individual dikarenakan siswa kurang

mampu menyesuaikan diri dikelas, ini terlihat ia juga kurang pecaya diri saat

menyampaikan pendapat, motivasi yang kurang oleh sebabnya saya memberikan

layanan ini serta kegiatan pendukung yakni kunjungan rumah . Adapun bentuk dari

kegiatan non materi ini seperti:

a. Memberikan penghargaan berupa pujian terhadap keberhasilan siswa dalam

mengerjakan latihan yang telah diberikan, sehingga siswa termotivasi untuk

belajar
b. Memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin belajar

c. Memberikan ice breaking kepada siswa agar tidak bosan dalam belajar dan

mengerjakan latihan.

d. Memberikan cara mudah menggunakan tangan untuk perkalian dasar untuk

menunjang siswa mampu menjawab soal yang diberikan

C. Tindak Lanjut (Follow Up)

Tindak lanjut yang penulis rencanakan setelah penulis melaksanakan kegiatan ini

adalah melaporkan hasil yang memuaskan dari kegiatan belajar yang kami lakukan

kepada orangtua siswa asuh dan meminta mereka untuk mempertahankan kemauan

belajar siswa asuh. Penulis berpikir siswa asuh memang butuh pendamping dalam

belajar. Oleh karena itu, keluarga dapat melakukan hal ini secara intensif. Bantuan yang

diberikan bisa berupa dorongan dan motivasi agar anak yang mengalami kesulitan dapat

termotivasi untuk belajar. Data-data yang telah diungkap dari kegiatan ini dapat

dimanfaatkan pula oleh guru kelas maupun guru lainnya untuk kegiatan pembelajaran

selanjutnya.

BAB V

PENUTUP
A. Simpulan

Diagnosis kesullitan belajar siswa sangat penting dilakukan. Dalam proses belajar

mengajar, siswa dan guru mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin berhasil sesuai dengan

apa yang diharapkan. Keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan

penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai

yang tinggi atau baik. Sebalikanya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya

atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang rendah.

Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha dalam meneliti kasus, menemukan

penyebab menimbulkan masalah serta menemukan letak dan jenis kesulitan belajar yang

dialami siswa sehingga dapat di perkirakan dan dapat di tetapkan kemungkinan bantuan

yang akan di berikan, sehingga siswa yang bersangkutan terlepas dari kesulitan yang

dialaminya (Daharnis, 1989: 9).

Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor Internal dan Faktor Eksternal. Dalam melakukan diagnosis kesulitan belajar hal

yang pertama dilakukan yaitu mengidentifikasi kasus, mengidentifikasi masalah,

menentukan faktor penyebab kesulitan belajar, selanjutnya membuat perencanaan untuk

membabtu siswa yang berkesulitan belajar. Namun, dalam memberikan pengajaran remedial

belum bisa penulis laksanakan karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan

ditengah Covid-19 ini.

Dari identifikasi yang telah penulis laksanakan, terdapat beberapa kesulitan yang

dialami siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.

B. Saran
Dari kegiatan diagnosis yang penulis laksanakan bersama siswa serta kerjasama

Guru dan Orangtua, penulis menyadari bahwa banyak faktor yang dapat membuat siswa

kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya diagnosis kesulitan

belajar ini dapat mengungkap faktor penyebab anak mempunyai kesulitan dalam belajar dan

meningkatkan perhatian Guru dan Orangtua terhadap siswa. Agar siswa yang mempunyai

kesulitan dalam belajar dapat diminimalisir.


KEPUSTAKAAN

Ahmad, Subagyo. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Elex Media.

Asmidir Ilyas, dkk. 2019. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pembelajaran Remedial. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Daharnis. 1989. Diagnosis Kesulitan Belajar. Padang: PPB FIP IKIP.

Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. Jurnal
Edukasi, 2(1).

Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah: Konseling dan Terapi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mardiyanti, Siti, dkk. 1994. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: UNS.

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Riani, W. S. 2007. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat
Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul.
Surakarta: Program Pasca Sarjana Magister Matematika Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku I. Jakarta: Salemba Empat.

Roida Eva F. S. 2015. Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2).

Syahril. 1991. Layanan Bimbingan Belajar. Padang: IKIP Padang.

Syamsuddin. 2002. Psikologi Pendidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, Abin. 2009. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 4
Lampiran 5

PEDOMAN OBSERVASI SISWA

(DI SEKOLAH)

Nama siswa :

Kelas : IV

Sekolah : SDN 19 Patenggangan

Hari/ Tanggal : Senin, 24 Februari 2020

No Situasi Kegiatan yang Di Observasi BS B C KR Ket.


1. Keadaan ruang kelas √ BS = Baik
2. Fasilitas belajar √ Sekali
3. Perhatian terhadap pelajaran √
B = Baik
4. Dukungan yang di dapatdari guru √
5. Hubungan dengan guru dan teman-teman √ C = Cukup
6. Kelengkapan sumber belajar siswa di √ KR= Kurang
kelas
7. Suasana lingkungan belajar siswa di kelas √
8. Interaksi dengan guru dan teman-teman √
9. Kedekatan dengan guru dan teman-teman √

Padang, 24 Februari 2020

Observer

NENENG CAHYANA
NIM: 17006060
Lampiran 6

SOAL REMEDIAL THEACING MATEMATIKA

1. Bima memakan satu per lima kue yang diberi Ibu. Jika dituliskan dalam pecahan, maka
yang benar adalah.....

a.

b.

c.

d.
2. Urutan pecahan dibawah ini mulai dari yang terkecil adalah.......

a. , , ,

b. , , ,

c. , , ,

d. , , ,
3. Urutan yang benar pecahan dari yang terbesar dibawah ini adalah…..

a. , , c. , ,

b. , , d. , ,

4. Rara mempunyai satu buah jeruk. Ia ingin membaginya kepada Lani dan Nusa. Berapa
bagiankah buah jeruk dipotong agar ia, Lani dan Nusa dapat bagian yang sama…..

a. c.

b. d.
5. Raka membawa buah melon yang sudah dipotong menjadi sepuluh bagian untuk
dibagikan kepada teman – temannya. Edo mengambil dua bagian, jika ditulis dalam
pecahan semangka yang tersisa yaitu…..

a. c.

b. d.
6. Beni memakan satu per tiga cokelat yang diberi Ibu. Jika dituliskan dalam bentuk
pecahan, maka yang benar adalah…..

a. c.

b. d.

Kunci Jawaban:

1. D
2. A
3. A
4. B
5. B
6. D
Lampiran 7

PEDOMAN WAWANCARA

KEPADA SISWA

No. Pertanyaan Jawaban yang Diperoleh


1. Apa hobby TAP/MZ ?
2. Mata pelajaran yang TAP/MZ sukai?
3. Apa Cita-cita TAP/MZ?
4 TAP/MZ membuat PR dibantu sama siapa ?
Apa yang TAP/MZ lakukan jika tidak
4.
mengerti dengan mata pelajara tertentu ?
Apa yang membuat TAP/MZ semangat untuk .
5.
pergi sekolah ?

Padang, Maret 2020

Narasumber Interviewer

Titania Aurelina Putri

Muhammad Zulhazil Neneng cahyana

17006060
Lampiran 8

PEDOMAN WAWANCARA

(ORANG TUA)

Nama Siswa : Titania Aurelin Putri

Responden : (Nenek Siswa)

Hari / Tanggal : Jum’at, 21 Februari 2020

Tempat : Rumah siswa

Pertanyaan
No Jawaban

Apakah anak Ibu di rumah mengulangi


kembali materi yang diberikan oleh guru
sebelumnya?

1.

Bagaimana kelengkapan buku-buku


pelajaran yang dimiliki anak?

2.

3. Bagaimana ruang dan sarana belajar anak


yang tersedia di rumah?

Apakah anak sering belajar di rumah?

4.

Apa yang dilakukan anak dalam


mempersiapkan diri untuk mengikuti
ulangan atau ujian?

5.

Bagaimana suasana di lingkungan rumah


yang dapat mempengaruhi konsentrasi
belajar anak?

6.

7. Apakah anak berangkat kesekolah tepat


waktu?
Apa yang dilakukan anggota keluarga
berkaitan dengan kegiatan belajar anak?

8.

Apakah anak mengikuti kegiatan belajar


di luar sekolah, seperti les?
9.

Bagaimana respon Ibu terhadap hasil


belajar anak?

10.

Bagaimana harapan Ibu mengenai


pendidikan anak?

11.

12. Menurut Ibu, apa yang menjadi penyebab


nilai anak tidak bagus?

Apa saja upaya yang dapat dilakukan agar


anak dapat meningkatkan hasil
belajarnya?

13.

Usaha apa saja yang sudah dilakukan


untuk membantu anak ?

14.

Lampiran 9
FORMAT WAWANCARA

(GURU KELAS)

Hari/ tanggal : Senin, 21 Februari 2020

Responden : Guru kelas IV

Nama Responden : Rahmanita Asril, S. Pd

Tujuan Wawancara : Mengumpulkan data tentang siswa

No DaftarPertanyaan Deskripsi
1 Mata pelajaran apa yang di senangi
oleh Jeni dan Iqbal?

2 Mata pelajaran yang tidak


disenangi oleh Jeni dan Iqbal ?

3 Dalam mata pelajaran apa saja Jeni


dan Iqbal mengalami kesulitan
belajar?

4 Dalam hal apa saja Jeni dan Iqbal


mengalami kesulitan belajar ?
5 Bagaimana cara belajar Jeni dan
Iqbal di kelas?

6 Bagaimana sikap Jeni dan Iqbal


ketika belajar di kelas?

7 Apa Usaha yang ibu lakukan untuk


meningkatkan minat belajar Jeni
dan Iqbal ?

8 Bagaimana cara ibu memotivasi


Jeni dan Iqbal dalam belajar?

10 Bagaimana pergaulan Jeni dan


Iqbal dengan teman-temannya?

Anda mungkin juga menyukai