Oleh :
PUTRI HAPSARI RAHMADANI ( 8F/22 )
Bidang Sosial
Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) dan penghapusan perbudakan, tetapi dalam
praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis
perbudakan. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan
melawan harimau (Ungkapan)
Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua
jilid
Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Edinburgh pada
tahun 1820 dan dibagi tiga jilid
Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan
Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
Dirintisnya Kebun Raya Bogor
Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti
Calcutta
2. HERMAN WILLIAM DEANDLES
Herman Willem Daendels (lahir
di Hattem, Republik Belanda, 21
Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Pantai
Emas Belanda, 2 Mei 1818 pada umur 55
tahun), adalah seorang politikus Belanda yang
merupakan Gubernur-Jenderal Hindia
Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara
tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Prancis. Herman William
Deandels saat berkuasa Indonesia melaksanakan sejumlah kebijakan. Semua kebijakan dari
Deandels ini adalah bertujuan untuk melindungi Pulau Jawa dari serangan pihak Inggris.
Beberapa kebijakan yang dijalankan oleh herman william deandles saat di Indonesia :
● Membangun benteng-benteng di sejumlah wilayah dengan Kalijati Bandung sebagai pusat
pertahanan.
● Membangun jalan raya anyer-panurukan sepanjang 1000 kilometer.
● Membangun pabrik sejata yang berlokasi di Surabaya dan Semarang.
● Membangun pangkalan laut yang berlokasi di Ujung Kulon dan Merak.
● Pulau Jawa dibagi ke dalam 9 residen atau prefektur.
● Memberlakukan contingenten atau pajak in natura & verplichte lavarantie atau pajak wajib.
● Memberlakukan preanger stelseel, yakni kewajiban menanam tanaman ekspor yakni kopi.
● Memberlakukan sistem kerja rodi dan membiarkan perbudakan berkembang.
● Memangkas kekuasaan sunan dan sultan.
● Menerbitkan uang kertas dan membentuk algemane rakenkaer.
● Melaksanakan monopoli dalam perdagangan beras.
● Menjual tanah pada pihak swasta.
● Meningkatkan kesejahteraan prajurit serta meningkatkan gaji para pegawai namun dilarang
untuk ikut terlibat dalam kegiatan dagang.Dan masih banyak lagi lainnya.
3. JAN PIETERZOONS COEN
Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur
Jenderal wilayah kongsi Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) yang keempat dan keenam. Pada
masa jabatan pertama ia memerintah pada
tahun 1619 – 1623 dan untuk masa jabatan yang kedua
berlangsung pada tahun 1627 – 1629. J.P. Coen adalah
Gubernur Jendral pengganti Laurens Reael yang bersifat
Kejam. Ia sampai menghanguskan kota Jayakarta karena
merasa bangsanya dipermalukan (pada saat gubernur
jendral sebelumnya yang dikalahkan oleh pasukan dari kesultanan Banten denga bantuan
Inggris) di jayakarta. J.P. Coen ini berusaha untuk menguasai kekayaan Nusantara demi
keuntungan pribadi dan juga negaranya sendiri. Sikap kejamnya telah meresahkan juga
merugikan masyarakat sekitar. Beberapa aturan kejam yang diterapkan oleh J.P. Coen ini
adalah sebagai berikut:
(2) Hasil pertanian warga bisa diambil VOC dengan bebas walaupun harus dengan paksaan.
(3) VOC berambisi untuk mengambil kekuasaan di semua wilayah yang strategis bagi
perdagangan.
(5) Kerajaan sekitar masih tetap berdiri tapi harus patuh pada VOC atau apabila tidak patuh
akan dianggap musuh dan diperangi.
Cara adu domba tersebut terus bertahan dan semakin lama VOC memperlihatkan
sikap menjajah ke Indonesia. J.P. Coen ini membangun Batavia dan meletakkan aturan
biadab diatas tadi. Lalu menjabat untuk kedua kalinya sebagai gubernur jendral VOC,
sikapnya semakin kejam. J.P Coen semakin menguatkan devide et impera (politik adu
domba) dimana rakyat menjadi semakin menderita setiap waktunya.
4. JOHANNES VAN DE BOSCH
Johannes graaf van den Bosch (lahir
di Herwijnen, Lingewaal, 1 Februari 1780 – meninggal
di Den Haag, 28 Januari 1844 pada umur 63 tahun)
adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-43. Ia
memerintah antara tahun 1830 – 1834. Pada masa
pemerintahannya Tanam Paksa (Cultuurstelsel) mulai
direalisasi, setelah sebelumnya hanya merupakan konsep
kajian yang dibuat untuk menambah kas pemerintah
kolonial maupun negara induk Belanda yang kehabisan dana karena peperangan di Eropa
maupun daerah koloni (terutama di Jawa dan Pulau Sumatra). Kebijakan sistem tanam paksa
adalah :
1. Pribumi wajib menyerahkan sebagian lahannya untuk ditanami tanaman sesuai
kehendak Belanda.
2. Hasil panen wajib diserahkan pada pemerintah kolonial.
3. Tanaman wajibnya yaitu kopi, tebu, dan nila.
4. Jika tidak punya lahan, wajib bekerja 66 hari atau seperlima tahun.
5. Tanah yang diserahkan akan bebas pajak.
6. Jika terjadi kerusakan lahan (bukan kesalahan petani), menjadi tanggung jawab
pemerintah