PROPOSAL PTK
OLEH :
EPHRAIM PANDIANGAN
MAHASISWA PPGDJ 2019
1. Judul Penelitian :
2. Identitas Peneliti
Nama Peneliti : Ephraim Pandiangan, S.Th
NIP : 198306042011011006
Institusi : SMA Negeri 6 Pematangsiantar
Kecamatan : Sitalasari
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara
Alamat
Kantor/sekolah : Jl. Cadika No. 15 Pematangsiantar
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan semesta Alam,
atas segala rahmat,Anugerah-Nya sehingga penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini
dapat terselesaikan.
Berbagai hambatan dapat teratasi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
2. Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Atas Provinsi Sumatera Utara ;
3. Kepala UPT Pendidikan Kota Pematangsiantar;
4. Pengawas PAK Kementerian Agama Repulik Indonesia;
5. Kepala SMA Negeri 6 Pematangsiantar;
6. Bapak/Ibu Guru SMA Negeri 6 Pematangsiantar;
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kiranya bantuan dan kemurahan hati bapak ibu mendapat imbalan yang setimpal dari
Tuhan kita Yesus Kristus dan senantiasa dilimpahi dengan hikmat dan kemurahan-Nya.
Proposal PTK ini sangat sederhana dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang konstruktif selalu penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan.
Penulis berharap semoga proposal PTK ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................................5
C. Batasan dan Rumusan Masalah .........................................................................6
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................6
E. Hipotesis Tindakan..............................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................................6
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
Pembelajaran akan menghasilkan pencapaian yang maksimal jika menggunakan metode
yang efektif; jika tidak efektif maka ia akan membuat waktu, tenaga dan material lainnya
terkuras tanpa hasil yang maksimal. Pembelajaran yang baik seharusnya menyediakan
kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.
Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat
membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari. Hasil belajar yang
diharapkan adalah perilaku (sikap), pengetahuan dan keterampilan seperti yang telah
ditargetkan. Metode yang Efektiv merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembelajaran karena selalu dikaitkan dengan suatu model pembelajaran yang digunakan. Model
yang efektif dalam sebuah pembelajaran dapat diartikan sebagai penerapan suatu model yang
menghasilkan/ membuat siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yakni hasil belajar secara
maksimal. Sisi perhatian pada Efektivnya proses pembelajaran berkenaan dengan metode atau
strategi dan model pembelajaran yang digunakan dalam mencapai tujuan; agar tercapai secara
optimal, tepat dan cepat, sehingga tindakan atau usaha itu membawa hasil yang memuaskan.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan yang dicapai sangat dipengaruhi
kecakapan guru dalam memilih metode, atau strategi atau tindakan terencana lainnya dalam
pembelajaran. Apabila hasil belajar siswa meningkat akibat perencenaan dan penggunaan
metode yang efektif maka tujuan pembelajaran tercapai, sebaliknya apabila hasil belajar siswa
menurun atau tetap (tidak ada peningkatan) maka pembelajaran tersebut dinilai belum
memenuhi harapan; dan diasumsikan diakibatkan penggunaan metode yang tidak efektif. Bias
penerapan model pembelajaran berkaitan dengan kelemahan tiap-tiap metode pembelajaran.
Guru Pendidikan agama Kristen bertanggung jawab untuk mewujudkan pembelajaran
yang berhasil. Keberhasilan yang dimaksud tidak sebatas perolehan nilai yang memenuhi
tuntutan KKM; keberhasilan yang dimaksud harus memenuhi semua unsur yang dituangkan
dalam Perencanaan, sesuai dengan alokasi waktu dan sarana prasarana yang tersedia. Guru
Pendidikan Agama Kristen sebagai pribadi yang terpanggil untuk mendedikasikan dirinya bagi
Tuhan, bangsa dan negara, harus terbeban akan hal ini. Mengajar dengan efektif adalah beban
dan kerinduan yang harus senantias disadari oleh guru Pendidikan Agama Kristen. Guru Agama
Kristen adalah Insan Pendidikan yang bertanggung jawab kepada Tuhan karena Imannya;
kepada negara karena profesionalitasnya; kepada masyarakat karena kepercayaan yang telah
diembankan kepadanya.
Penulis memperhatikan bahwa harapan ini belum tercapai dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen pada materi “Multikulturalisme” di kelas XII-IS 3 SMA NEGERI 6
PEMATANGSIANTAR pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 ini. Penyampaian materi
iii
“multikulturalisme” dalam pembelajaran di kelas ini perlu ditindak lanjuti dengan penelitian
tindakan kelas karena dari 25 siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di Kelas
XII-I.S.3 diperoleh data 19 orang tidak lulus KKM dan hanya 6 orang yang lulus KKM= 75.
Penulis menyadari perlunya perbaikan dan perombakan desain pembelajaran yang ditandai
dengan penggunaan metode yang berbeda; yakni metode kooperatif. Memperhatikan rendahnya
pencapaian ini penulis memutuskan untuk mengadakan penelitian dan merencanakan upaya
peningkatan hasil belajar dengan penggunaan metode yang efektiv dengan mendesain kembali
RPP dengan metode yang berbeda. Penulis menyadari bahwa seorang pendidik tidak boleh
berhenti berinovasi dan harus mengembangkan kreatifitasnya terus-menerus.
Penulis menyadari bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada peserta didik yang
lalu belum tentu efektif jika diterapkan pada peserta didik generasi sekarang. Oleh karena itu,
cara ataupun metode pembelajaran yang digunakan guru harus disesuaikan dengan kondisi
peserta didik saat ini. Berdasarkan alasan tersebut di atas penulis merasa bertanggungjawab
untuk membuat penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang
kreatif, dan inovatif. Metode Decision Making pada Model pembelajaran Problem Based
Learning merupakan satu dari beberapa metode yang memenuhi standar tuntutan kecakapan
abad 21. Penulis memutuskan untuk menggunakan metode ini sesuai dengan karakteristiknya
yakni pembelajaran yang memberdayakan semua kapasitas siswa untuk bekerjasama dan
berdiskusi dan terlibat aktif dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu bentuk cara belajar aktif yang
mengembangkan kemampuan anak untuk berfikir dan bertindak secara logis, kreatip dan krisis
untuk memecahkan masalah. Dalam Proses Belajar Mengajar masalah yang dikemukakan anak
antara lain dapat dipecahkan melalui diskusi, opservasi, klasifikasi, pengukuran, penarikan
kesimpulan serta pembuktian hipotesis. Pemecahan maslah sangat penting diterapkan dan
dipadukan dalam Proses Belajar Mengajar agar anak: dapat mengembangkan cara berpikir
memecahkan masalah yang dijumpai sehari-hari baik dilingkungan terdekatnya maupun
dilingkungan masyarakat yang lebih luas. Anak juga Dibekali kemampuan menghadapi
tantangan baru yang akan muncul dalam kehidupannya dimasa depan sesuai dengan tanda-tanda
jaman dan anak ibekali kemampuan dasar bagaimana menanggapi masalah merumuskan
masalah dan memilih alternatif pemecahan secara tepat. Pengambilan keputusan (decision
making) tidak jarang disamakan dengan berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir
logis serta berpikir replektif. Berpikir kritis (critical thinking) untuk sampai suatu kesimpulan
diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada
dalam pertanyaan itu.
iii
Pemecahan masalah (problem solving), untuk sampai pada kesimpulan diawali dengan
masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah itu dapat
diselesaikan/dipecahan. Berpikir logis (logical thingking) untuk sampai pada suatu kesimpulan
yang diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai dari identifikasi, meramalkan, menganalisis
fakta dan opini serta verifikasi. Ketiga ketrampilan berpikir tersebut semuanya bermuara pada
pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu alternatif/pilihan yang kemudian
ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan. Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan
semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, tetapi juga dilandasi oleh
pertimbangan secara nalar dan penilaian, tindakan yang diambil akan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan ketrampilan
mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir kritis dan kreatif.
Dalam pengamatan penulis, masalah efektifitas pembelajaran ini akan dapat diatasi
dengan metode Decision Making yang terintegrasi di dalam model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Metode ini dirancang dengan orientasi masalah-masalah yang menuntut peserta
didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Decision
Making di dalam Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar
membuat keputusan yang benar dalam permasalahan yang mereka alami. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, sementara decision making berorientasi pada
pembelajaran kooperatif pada upaya bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Model pembelajaran cooperative decision making atau Pembelajaran
kelompok dengan tipe pengambilan keputusan mendorong peserta didik agar mampu
mengajarkan kepada peserta didik lain. Model pembelajaran cooperative decision making
merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari
konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Model
iii
pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa
masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang
diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Pada intinya pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif adalah pembelajaran
yang efektif jika digunakan dengan memperhatikan karakteristik belajar siswa dan karakteristik
materi. Jadi tidak hanya berfokus pada bagaimana guru mampu dalam mempresentasikan topik
dan mendemonstrasikan ketrampilan sehingga peserta didik dapat memahami dan menguasai
materi tersebut. Namun melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan solusi terhadap
permasalahan yang ditemukannya.
Fakta rendahnya capaian siswa yang memenuhi KKM pada KD 2 materi pembelajaran
Multikulturalisme di kelas XII-IS.3 disinyalir diakibatkan penggunaan metode yang tidak efektif
dalam Model pembelajaran yang diterapkan. Dalam pandangan dan analisa penulis, metode
Decision Making pada model belajar PBL jika diterapkan pada materi “multikulturalisme” akan
mendorong keterlibatan siswa dan tentunya mengakomodir suasana pembelajaran yang sangat
dinamis, terlebih lagi jika para siswanya berjumlah banyak, bersifat heterogen, dan sudah berada
pada tahap perkembangan menuju dewasa. Penulis terdorong untuk membuktikan bahwa
menggunakan metode decision making pada model pembelajaran Problem Based Learning akan
meningkatkan hasil belajar siswa sesuai harapan yakni 85% Lulus KKM. Inilah yang
melatarbelakangi diadakannya penelitian tindakan kelas ini yakni untuk menaikkan persentase
siswa lulus KKM melalui penerapan metode Decision Making pada materi Multikulturalisme
pada KD 2 di Semester ganjil kelas XII-IS.3 SMA Negeri 6 Pematangsiantar.
B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana disampaiakan di atas bahwa permasalahan utama yang menjadi titik
perhatian adalah efektifitas pembelajaran yang belum tercapai. Permasalahan ini dikaitkan
dengan model pembelajaran yang tidak sesuai. Penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran yang dipergunakan belum mendorong kemampuan analisis dan
aktifitas siswa
2. Efektifitas pembelajaran tidak tercapai karena kelemahan metode yang lama
3. Guru belum menerapkan metode yang tepat untuk mengajarkan “multikulturalisme
4. Siswa mengalami kejenuhan dalam Proses pembelajaran
iii
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Masalah yang dipaparkan dalam identifikasi dibatasi pada: Pembelajaran tidak efektif
dengan model pembelajaran sebelumnya dan harus diperbaiki dengan model pembelajaran yang
menggugah analisis dan keterlibatan aktif siswa dalam hal ini Problem Based Learning pada
kelas XII-IS.3 Tahun Ajaran 2019/2020 pada materi “ultikulturalisme”
Batasan masalah tersebut dipergunakan untuk kemudian merumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAK untuk materi Multikulturalisme pada kelas
XII-IS.3 SMA Negeri 6 Pematangsiantar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Kelas XII-IS.3
2. Meneliti sejauh mana efektifitas Model Pembelajaran Based Learning jika diterapkan
dalam Materi pendidikan Agama Kristen
E. Hipotesis Tindakan
Permasalahan rendahnya efektifitas dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran
Problem Based Learning diasumsikan bahwa efektifitas pembelajaran PAK akan meningkat jika
digunakan model Problem Based learning. Maka hipoteis tindakan adalah” Diduga Efektiitas
Pembelajaran akan meningkat dengan penggunaan Model Problem Based Learning”
iii
Guru tentang strategi mengoptimalkan potensi siswa dan kemandirian dalam
memecahkan masalah
c. Manfaat bagi sekolah
Melalui penelitian ini diharapakan sekolah akan terdorong untuk memiliki kebiasaan
selalu mengembangkan pembelajaran dan perbaikan kurikulum. Sekolah secara aktif
memfasilitasi penelitian-penelitian yang mendukung program pengembangan sekolah.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di
SMA NEGERI 6 PEMATANGSIANTAR.
iii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESA TIDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti adalah upaya sistematis, terencana dan
berkesinambungan dalam rangka membentuk individu yang memiliki karakter hidup seperti
Yesus Kristus dan menjadi murid Yesus yang setia dan berdampak bagi lingkungan. Julia
Suleman Chandra dan Janse Belandina mengatakan bahwa:
Hakikat Pendidikan Agama Kristen adalah Usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan
pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam
Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan
lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tandatanda Kerajaan
Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.1
Sementara dalam Sejarah Praktik dan Pemikiran PAK volume 2 Robert R. Boehlke
menuliskan beberapa pendapat yang memberikan pengertian, hakekat dan cakupan kajian
Pendidikan Agama Kristen. Menurut Tokoh Reformasi Martin Luter (1488-1548) PAK adalah
pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin
menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di
samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan
dengan pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga
mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian
dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen. Selain itu menurut John Calvin PAK
adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam
penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus; mengambil
bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan Gereja, diperlengkapi untuk memilih cara-cara
mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan
sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya
1
Suleman Chandra dan Janse Belandina, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Kementerian Pendidikan
dana Kebudayaan. 2017) hal.11
iii
sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus. 2 Sementara Paulus
Lilik Kristianto mengatakan bahwa:
Pendidikan Agama Kristen adalah sebuah usaha yang bersifat pendidikan dan
pembelajaran kepada seluruh warga jemaat secara bertahap untuk mengenal Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Juru selamat pribadi, yang dituliskan dalam Alkitab sebagai sumber
utama pembelajaran, dengan demikian setiap peserta didik memiliki pengenalan yang
benar akan anak Allah, kedewasaan penuh, dan keteguhan iman dalam menghadapi
berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan setiap hari, sehingga dapat mengasihi
sesama, dan menunjukkan perananannya di tengah masyarakat luas.3
Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa PAK adalah usaha yang bersifat pendidikan dan
pembelajaran kepada peserta didik (warga jemaat) dengan kurikulum dan Sumber utama materi
dan kajiannya dari Alkitab. Jadi dapat kita pahami bahwa Pendidikan Agama Kristen
merupakan proses pengajaran terencana dan berkesinambungan sebagai upaya
menumbuhkembangkan pengenalan dan pemahaman serta hubungan dengan Tuhan; ditolong
menafsirkan dan mempertimbangkan kehidupan sehari-hari agar mampu menyadari kasih Allah,
sebagaimana dinyatakan dalam Yesus dan menanggapinya melalui iman dan sarana yang akan
menolong mereka bertumbuh sebagai Anak Allah, hidup sesuai kehendak Allah, dan bersekutu
dengan sesama.
2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen
Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiap
kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini hasil belajar
meliputi keaktifan, ketrampilan proses, motivasi, juga prestasi belajar. Prestasi adalah
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi
adalah hasil usaha. Perbedaan hasil belajar dengan prestasi belajar, bahwa penilaian hasil belajar
dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan, sementara penilaian belajar
dilakukan setelah beberapa kali penilaian hasil belajar dan hasil belajar yang terakhir dianggap
sebagai prestasi belajar karena diharapkan merupakan hasil yang maksimal, tetapi kedua istilah
tersebut dikatakan identik karena sama-sama merupakan hasil usaha yaitu belajar. Penilaian
hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan
pembelajaran telah berjalan secara efektif.4 Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan
siswa mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan
memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang
2
Robert R Boehlke, Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktik PAK dari Yohanes Amos Comenius
sampai Perkembangan PAK di Indonesia. (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1997) hal. 530
3
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi. 2006). Hal. 9
4
Agung Wicaksono. Efektivitas Pembelajaran, (Online) Tersedia: http://Agungprudent.wordpress.com
[diakses: 16 Oktober. 2019]
iii
digunakan mampu membantu siswa mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Tes hasil belajar
dilakukan oleh setiap guru dapat memberikan informasi sampai dimana penguasaan dan
kemampuan yang telah dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Hasil belajar pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti lebih dititik beratkan pada
aktualisasi nilai-nilai Alkitab, penumbuhan Karakter dan budi pekerti. Apabila hal ini telah
tercapai maka sesungguhnya proses pembelajaran dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut
terwujud apabila Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar dilaksanakan sebaik-baiknya,
dengan metode yang tepat maupun cara pembelajaran yang kreatif dan efisien sehingga anak
memiliki landasan kepercayaan yang kokoh kepada Tuhan Yesus.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti sebagai sebuah mata pelajaran yang
menekankan pendidikan karakter dan budi pekerti membutuhkan sebuah model pembelajaran
yang menarik bagi siswa. Model yang mampu memotivasi siswa untuk berbicara, mengeluarkan
pendapat serta memiliki hubungan kerja sama antara satu siswa dengan siswa yang lain.
Kemampuan berbicara dan mengeluarkan pendapat tentunya sangat baik untuk mendorong siswa
dalam memiliki kecakapan untuk bersaksi kepada orang lain tentang perbuatan-perbuatan Allah
dalam dirinya. Penekanan hasil belajar pada aspek sikap dan psikomotorik bukan berarti
mengabaikan aspek kognitifnya. Dalam pembelajaran ini tahapan kognitif diarahkan sampai
pada level berpikir tingkat tinggi (high Order Thinking Skills) mulai dari tahapan Analisis
sampai pada tingkat metakognisi.
Dalam Permendikbud No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Pasal 5 disebutkan bahwa
“1)Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan,
dan aspek keterampilan. 2)Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan mencakup
aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.”5 Dalam Modul Pengembangan Kurikulum 2013
disebutkan bahwa “Hasil belajar yang diperoleh melalui proses penilaian tidak hanya difokuskan
pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar. Peserta didik dilibatkan dalam proses penilaian
terhadap dirinya sendiri dan penilaian antarteman sebagai sarana untuk berlatih melakukan
penilaian”.6
Sesungguhnya standar nilai kecakapan siswa dalam mengimani karya Allah tidak hanya
menjadi tujuan dalam pendidikan agama Kristen tetapi sudah merupakan dasar sebab penekanan
ini bersumber dari Alkitab, bahan pengajaran pokok pendidikan agama Kristen ditemukan dalam
kitab-kitab Injil. Sebab pesan sentral dari Alkitab adalah pemberitaan tentang tindakan
Ilahi .Dalam tradisi orang Israel “Shema” atau perintah Tuhan yang wajib dijalankan, karena
5
Permendikbud No. 53 tahun 2015
6
Eko Waris Diono, Pembinaan Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Pusat Perbukuan dan Pengembangan
Kurikulum 2013. 2017) hal. 65
iii
hanya dengan pedoman itu umat tidak keluar dari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Yang
seutuhnya tersimpul dalam sebutan “Taurat”.Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema, suatu
panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan, “dengarlah…apa yang kuperintahkan
kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya
berulangulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi
lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada
pintu gerbangmu.”(Ulangan 6:6- 9).
Melalui Syema Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan
sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan
Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total.
Syema ini, pertama, harus tertanam dalam hati orang Israel; kedua, harus tertanam dalam hati
anak-anak Israel; ketiga, harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka; keempat, harus
menjadi identitas pribadi mereka; dan kelima, menjadi identitas keluarga serta masyarakat
Israel.7 Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka
yang penuh kasih kepada Tuhan. Betapa pentingnya relasi dengan Tuhan bagi anak-anak pada
masa itu (tentu penting juga pada generasi kini) sehingga diberikan penekanan untuk
mengajarkannya berulang-ulang.8 Sebagai mata pelajaran yang masuk dalam Kurikulum
Nasional, peranan Pendidikan agama Kristen ialah membina relasi antara siswa dengan Tuhan
Sang Pemberi hidup.Relasi antara siswa di sekolah dasar kepada Tuhan bisa dibina dengan
menggunakan model pembelajaran yang memotivasinya untuk bisa berbicara tentang kebaikan
Tuhan dalam hidupnya.Paradigma ini sejalan dengan pemikiran, Thomas M. Groome
mengungkapkan tujuan pendidikan Agama Kristen adalah agar manusia mengalami hidupnya
sebagai respon terhadap kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus.Perwujudan nilai alkitabiah ini
sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Perwujudannya
tidak dapat dilepaspisahkan dari metode dan model pembelajaran yang digunakan guru pada saat
proses pembelajaran di kelas.9 Pendidikan agama Kristen pada akhirnya harus bisa mendidikan
anak untuk bisa menyatakan imanya dalam praktik kehidupan setiap hari.
7
Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 4, No. 1, April 2016 (57-66) hal. 60
8
Sumiyarso. Pendidikan Agama Kristen Belajar; Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
(Salatiga: Fakultas Keguruan dan Itmu Pendidikan. 1986), 43.
9
Thomas M. Groome, Pendidikan Agama Kristen(dalam Nuhamara, 1992) hal. 38
iii
3. Guru PAK Sebagai Pengelola Pembelajaran
Pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan mencapai hasil yang maksimal jika
guru sebagai pemimpin dan manager operasional memenuhi mengelola proses pembelajaran
dengan profesional. Guru profesional tersebut harus memenuhi Kriteria antara lain:
1. Keahlian kepemimpinan dan manajemen kelas. Guru harus memiliki keterampilan
dalam memimpin dan manajemen kelas sehingga menyebabkan suasana kelas menjadi
aktif dan dipenuhi dengan pengetahuan yang positif. Suasana kelas yang kondusif akan
mempermudah proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik.
2. Keterampilan inspirasional dan motivasional. Menjadi guru pun harus mampu menjadi
seseorang yang menjadi inspirasi bagi peserta didiknya dan memiliki kemampuan untuk
memberikan motivasi kepada peserta didik. Sehingga inspirasi yang telah diperoleh
peserta didik dapat diaplikasikan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari
3. Keterampilan komunikasi. Menjadi guru harus pandai membangun komunikasi,
menjadi pendengar yang baik, mengatasi berbagai hambatan komunikasi, serta
memahami symbol-symbol komunikasi nonverbal dari peserta didik.
4. Pemahaman atas keberagaman peserta didik, menjalin kerja sama dengan peserta didik
yang memiliki beragam latar belakang yang berbeda membutuhkan pemahaman yang
baik. Guru harus mampu memahami keberagaman tersebut serta mampu bertindak
sebagai mediator kultural di antara berbagai perbedaan peserta didik
5. Keterampilan memanfaatkan teknologi. Guru dituntut melek teknologi di era yang
semakin lama semakin maju saat ini, guru harus memiliki keterampilan dalam
memanfaatkan teknologi yang telah maju pesat. Guru wajib memanfaatkan teknologi
dan mengintegrasikan pemanfaatab teknologi tersebut dalam proses pembelajaran. 10
Memperhatikan berbagai pendapat di atas, maka hasil belajar yang efektif dan sesuai harapan
terkait dengan :
a. Ketuntasan belajar. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 %
dari jumlah siswa memperoleh rerata Baik dan Sangat Baik dalam nilai kognitif, Sikap
Spritual dan Sikap sosial dan Psikomotorik11.
b. Adanya penerapan model pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila
secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).
c. Guru bersama siswa bekerjasama mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan
skenario pembelajaran yang ditetapkan. Hasil efektif juga memenuhi kriteria dapat
meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran memenuhi kriteria efektif apabila setelah
pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan12
10
Roestiyah, Penerapan Teknologi Strategi Belajar Mengajar, Cet. V (Jakarta: Bina Aksara. 2005) hal
129
11
Kemendikbud. Kurikulum 2013Tentang KKM, dan Ketuntasan Kelas (Jakarta: 2017)
12
http:// Wicaksonoblokspot: Pembelajaran Efektif. Diakses pada: 22 April: 23.25 WIB
iii
d. Persamaan persepsi dan kesepakatan mencapi tujuan bersama. Interperetasi dan niat
bersama untuk menggapai tujuan yang dituangkan dalam perencanaan (skenario). Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan yang sistematis dengan memanfaatkan berbagai
metode untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Strategi tersebut disusun
dengan pertimbangan berbagai kondisi nyata yang dihadapi dalam proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan. 13
e. Efektifitas harus memenuhi unsur Kriteria guru sebagai pemimpin (manager) yang handal
dan professional.
Seorang guru adalah menejer (pengelola) pembelajaran. Ia memiliki peran sangat penting
dalam menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan gurulah yang
membuat sendiri perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah
masing-masing. Gurulah yang menjabarkan secara rinci setiap kompetensi rumpun pelajaran,
yakni dimulai dari membuat indikator, merumuskan tujuan, metode, langkah-langkah
pembelajaran sampai pada evaluasi dan tindak lanjut evaluasi itu sendiri. Guru jugalah yang
memotivasi siswa untuk proaktif dalam mendapat pengetahuan, mengolah pengalaman
belajarnya, serta mengaplikasikan semua yang diperoleh dalam kehidupannya.14
4. Metode Decision Making dalam Pembelajaran PAK
Makna konsep pengambilan keputusan (decision making) berkaitan dengan kemampuan
berpikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada,
mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Apabila seorang dihadapkan pada
pilihan-pilihan tersebut maka kemungkinan jawaban yang muncul adalah pilihan yang tepat atau
tidak tepat. Dalam konteks pembelajaran, konsep pengambilan keputusan sebagai model
pembelajaran dalam IPS merupakan salah satu model keterampilan dalam penentuan pilihan dari
alternatif di atas.
Ada perbedaan antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran pengambilan
keputusan. Made Pidarta menyatakan bahwa tujuan dasar dari inkuiri sosial adalah untuk
menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi, dam teori. Tujuan tersebut
adalah untuk mengakumulasi pengetahuan sebanyak mungkin. Dalam hal ini, ilmuwan sosial
punya perhatian besar untuk menghasilkan pengetahuan sedangkan para pengambil keputusan
punya perhatian utama dalam hal bagaimana pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmuwan sosial
dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah dan membuat keputusan.15
13
Agung Wicaksono. Efektivitas Pembelajaran, (Online) Tersedia: http://Agungprudent.wordpress.com
[diakses: 21 Mei. 2019]
14
Idrak Yasin, Kumpulan Kuliah Filsafat Pendidikan, dan Dasar-dasar Pendidikan Nasional (Surabaya:
2001) hal. 161
15
Made Pidarta, Pengelolaan kelas, (Surabaya: Usaha nasional. 2014) hal 102
iii
Setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari, dituntut harus melakukan tindakan
pengambilan keputusan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan masyarakat
umum yang akan memengaruhi kehidupannya, masyarakat, bangsa-negara, bahkan mungkin
bangsa-bangsa di dunia. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin di antara kita sering dihadapkan
pada sejumlah pilihan yang sulit, dilematis, kontradiksi. Fudyanto mengatakan bahwa
“kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan tidaklah muncul dengan sendirinya.
Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus dibina dan dilatihkan. Apabila
seseorang selalu membina kemampuan dalam membuat keputusan maka orang tersebut akan
memiliki kemampuan bertindak secara cerdas”.16 Kemampuan ini sangat diperlukan dalam
rangka menuju masyarakat madani (civil society) yang demokratis sebagai masyarakat harapan
Indonesia di masa depan.
Bertitik tolak dari asumsi bahwa keterampilan pengambilan keputusan (decision-making
skills) dapat dibina dan dilatihkan pada siswa maka model pembelajaran ini merupakan alternatif
bagi guru dan calon guru untuk membina profesionalisme dalam proses pembelajaran. Savage
dan Amrstrong sebagaimana dikutip oleh I Nyoman Dangeng mengemukakan langkah-langkah
proses pembelajaran pengambilan keputusan sebagai alternatif model pembelajaran dalam PAK
adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah.
b) Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif.
c) Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif.
d) Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif.
e) Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif.
f) Membuat pilihan dari berbagai alternatif.
g) Menggunakan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan.17
Banyak peluang bagi guru mengajar dan siswa belajar menggunakan model pembelajaran
pengambilan keputusan. Baik guru maupun siswa dapat memanfaatkan organisasi intra maupun
ekstrakurikuler sebagai wadah pembinaan.
Selain itu mereka juga mengemukakan pula urutan langkah atau prosedur dalam
pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dengan komponen esensial sebagai
syaratnya.18 Sementara Arni menyebutkan sedikitnya ada dua syarat untuk melaksanakan model
pembelajaran pengambilan keputusan: (a) pengetahuan sosial, dan (b) metode atau cara
16
Fudyanto, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002)
hal. 78
17
I Nyoman Dageng, Mencari Pendekatan Baru Pemecahan Masalah Belajar, (Malang: UNM. 2000) hal.
83
18
Ibid
iii
mencapai pengetahuan. Proses pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan manakala
pengetahuan orang tentang masalah terkait tidak ada (vacuum). Pengetahuan faktual dan
konseptual merupakan komponen yang sangat penting bagi tercapainya pengambilan keputusan
yang logis. Komponen yang kedua perlu dimiliki oleh orang yang melakukan pengambilan
keputusan (decision maker) adalah metode atau cara mencapai pengetahuan. Pengetahuan
diperlukan untuk membuat keputusan reflektif. Kerlinger menyimpulkan bahwa ada empat
metode untuk memperoleh pebgetahuan, yaitu: (a) berpegang pada apa yang telag diketahui
kebenarannya (method of tenacity); (b) mencari informasi untuk mempercayai (method of
authority); (c) mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya (a priori methode); dan
(d) metode ilmiah (method of science).19
Berdasarkan konsep dan langkah-langkah proses pengambilan keputusan (decision
making process) di atas, model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada para siswa dan
guru untuk berpikir melalui berbagai alternatif pemecahan masalah. Guru yang mendorong para
siswa berpikir tentang alternatif dan bukti, serta nilai-nilai yang berkaitan dengan proses
pemecahan masalah secara partisipatif dapat melibatkan diri dengan para siswa. Dengan adanya
partisipasi orang dewasa (guru) maka teknik decision making memperoleh tempat yang baik
bagi pembelajaran PAK, terutama ditingkat Sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran
tingkat menengah.Banyak pertanyaan yang kita kemukakan sering dijawab kurang tepat.
Jawaban-jawaban itu mungkin saja mengandung kebenaran. Masalahnya adalah bagaimana kita
memilih jawaban-jawaban yang mengandung kebenaran itu. untuk melakukannya kita harus
melakukan seleksi berdasarkan pilihan yang tersedia, menilai bukti-bukti yang telah terkumpul,
dan mempertimbangkan nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh para siswa.
Proses berpikir seperti ini dikenal sebagai proses pengambilan keputusan (decision
making).Dalam proses pembelajaran banyak kesempatan untuk menggunakan model desain
pembelajaran pengambilan keputusan. Misalnya, dalam upaya membantu siswa berlatih hidup
bersama dalam konteks masyarakat indonesia yang multikultur. Menjadi seorang remaja Kristen
yang konsisten ditengah-tengah pengaruh globalisasi.
B. Kerangka Berfikir
Secara logis kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran akan menghasilkan
pencapaian yang maksimal jika menggunakan metode yang efektif; jika tidak efektif maka ia
akan membuat waktu, tenaga dan material lainnya terkuras tanpa hasil yang maksimal. Hasil
belajar yang diharapkan integral dengan penerapan metode pembelajaran yang benar dan
19
https://sebuahcatatankecilkami.blogspot.com/2016/04/metode-pembelajaran-decision-making.html
iii
memenuhi kriteria Efektiv. Sebenarnya masih terdapat faktor lain yang mungkin secara logis
berkaitan dengan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa.
Tetapi sudah ditegaskan bahwa pengamatan dan analisa penulis fokus pada
penggunaan metode kooperatif ‘decision making’ penulis berasumsi bahwa tingkat keberhasilan
yang dicapai sangat dipengaruhi kecakapan guru dalam memilih metode, atau strategi atau
tindakan terencana lainnya dalam pembelajaran. Jika penggunaan metode efektif, maka tujuan
pembelajaran tercapai, sebaliknya apabila hasil belajar siswa menurun atau tetap (tidak ada
peningkatan) maka pembelajaran tersebut dinilai belum memenuhi harapan; dan diasumsikan
diakibatkan penggunaan metode yang tidak efektif. Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa
dominan disebabkan oleh performa guru dalam mengajar berkaitan dengan penguasaannya
terhadap metode dan strategi. Jika metode pembelajaran tidak diterapkan dengan baik maka
tercipta bias penerapan model pembelajaran berkaitan dengan kelemahan-kelemahannya, contoh
metode diskusi menjadi ricuh dan tidak terkendali.
Metode kooperatif Decision Making’ dipandang sangat cocok dengan karakteristik
Materi pembelajaran PAK kelas XII semester ganjil ini, khususnya di kelas XII-IS.3 SMA
Negeri 6 Pematangsiantar; mendongkrak hasil belajar siswa sampai pada taraf 85% lulus KKM
(Tuntas). Berikut paradigma penelitian seperti skema berikut ini:
HASIL:
85% MENCAPAI KKM
iii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
iii
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Pematangsiantar Jl. Cadika No. 15 Kelurahan
Bah Sorma. Kecamatan Sitalasari pada kelas Kelas XII-I.S.3. Pemilihan lokasi ini
diputuskan karena pertimbangan bahwa penulis/ Peneliti bekerja pada sekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian
yang sangat sesuai dengan profesi peneliti.
2. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan peneliti menentukan menggunakan waktu
penelitian selama 2 bulan yaitu bulan Juli s.d. Agustus 2019. Waktu dari perencanaan
sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada tahun pelajaran 2019/2020.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Juli Agustus
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
I. 1. Persiapan X
2. Perijinan X
3. Observasi awal X
4. Pembuatan Instrumen X
5. Uji Coba Instrumen X
II. Pelaksanaan Siklus
1. Siklus I X
2. Siklus II X
3. Siklus III X
III. Pelaporan
1. Penyusunan Hasil Laporan X
2. Pengumpulan X
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa/i XII-I.S.3 beragama Kristen di SMA Negeri 6
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2019/2020 sebanyak 25 orang.
D. Instrumen Penelitian
iii
Suharsimi Arikunto (1998:134) mengemukakan bahwa metode pengumpulan data
adalah cara–cara yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis, sehingga lebih mudah diolah.Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti
dan siswa, dalam pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar berupa data tindak belajar atau
perilaku belajar yang dihasilkan dari tindak mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi, tes,
wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.
1. Observasi (Pengamatan)
Ridwan (2007:76) menjelaskan bahwa observasi yaitu pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Karena sifatnya mengamati,
maka alat yang paling pokok adalah panca indera, terutama indera penglihatan.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap subjek, yaitu
mengamati terutama minat dan perubahan yang dialami siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran. Pengamat dalam penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat.
2. Metode Tes
Tes merupakan pengumpul informasi. Dalam penelitian ini metode tes digunakan
sebagai alat untuk memperoleh data dengan menguji kemampuan siswa sebelum diberi
tindakan pembelajaran. Melalui metode tes tersebut digunakan untuk menguji sejauh mana
perbandingan siswa mengalami perubahan tingkahlaku serta prestasi sebelum diberi tindakan
dan sesudah diberi tindakan pembelajaran. Suharsimi Arikunto dalam buku Manajemen
Penelitian mengartikan instrumen penelitian sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat
diwujudkan dalam benda misalnya angket, daftar cek, pedoman wawancara, lembaran
pengamatan.20 Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode observasi, metode
catatan lapangan, dan metode tes, maka instrument yang dipakai adalah pedoman observasi,
lembar pengamatan, Angket dan lembar soal tes. Pedoman observasi yang digunakan peneliti
yaitu memuat garis besar sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum
tindakan, baik dari guru maupun penamatan langsung di lapangan. Sedangkan lembar soal tes
digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa.
3. Angket
Digunakan untuk menjaring data kwalitatif berupa sikap, minat dan motivasi yang tidak
dapat diukur dengan butir test.
20
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006), hlm. 118
iii
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data.
Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada saat
tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis terhadap indikator
penggunaan peningkatan prestasi belajar siswa. Data dalam penelitian ini diperoleh mulai
observasi langsung pada objek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan
minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas.
Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas untuk memperoleh data kepastian apakah
terjadi perbaikan, peningkatan sebagaimana diharapkan. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis diskriptif teknik persentasi, teknik deskriptif kualitatif, dan
kuantitatif. Perhitungan dalam proses analisis data menghasilkan persentase pencapaian yang
selanjutnya. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan penelitian di atas, dapat dilihat dari
indikator keberhasilan penelitian berikut ini.
Tabel 2. Indikator Keberhasilan
Persentase
Aspek yang Diukur Target Capaian Cara Mengukur
Siklus III
Keaktifan siswa Diamati saat pembelajaran dengan
selama apersepsi Menggunakan lembar observasi
85% Oleh peneliti dan dihitung dari jumlah
siswa yang menampakkan kesungguhan
dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa Diamati saat pembelajaran dengan
Dalam mengikuti Menggunakan lembar observasi
pembelajaran 85% Oleh peneliti dan dihitung dari jumlah
siswa yang menampakkan kesungguhan
dalam pembelajaran.
Kerja sama siswa Diamati saat pembelajaran eksperimen
dalam kelompok 85% secara kelompok dengan menggunakan
lembar observasi oleh peneliti.
Ketuntasan hasil Dihitung dari jumlah siswa yang
belajar 85% Memperoleh nilai 75 ke atas berdasarkan
tes yang dilakukan oleh guru.
F. Tahap/Siklus Penelitian
iii
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen siswa kelas XII-
I.S.3 dalam tiga siklus yang masing-masing melalui empat tahapan yaitu, (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi.
Adapun skema siklus tersebut digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS I SIKLUS II
1. Perencanaan Pembelajaran
1. Rencana Perbaikan Pembelajaran
2. Pelaksanaan Pembelajaran
2.Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
3. Pengumpulan Data
3. Pengumpulan Data
4. Refleksi
4. Reflek
5. si
SIKLUS III
2. Pelaksanaan Perbaikan
3. pengumpulan data
4. refleksi
PENULISAN LAPORAN
iii
DAFTAR PUSTAKA
Anita. 2005. Cooperatif Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta:
Gramedia.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian -Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006
Boehlke R. Robert, Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktik PAK di Indonesia. Jakarta:
BPK. Gunung Mulia. 1997
Chandra Suleman dan Belandina Janse, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dana Kebudayaan. 2017
Dageng I Nyoman, Pendekatan Baru Pemecahan Masalah Belajar, (Malang: UNM. 2000.
Diono Eko Waris, Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Pusat Perbukuan dan
Pengembangan Kurikulum 2013. 2017
Fudyanto, Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002
Groome M. Thomas, Pendidikan Agama Kristen dalam Nuhamara, 1992
Hamalik Umar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lilik Kristianto Paulus, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: Andi. 2006
Kemendikbud. Kurikulum 2013Tentang KKM, dan Ketuntasan Kelas (Jakarta: 2017)
Permendikbud No. 53 tahun 2015
Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol. 4, No. 1, April 2016
Pidarta Made, Pengelolaan kelas, Surabaya: Usaha nasional. 2014
Roestiyah, Penerapan Teknologi Strategi Belajar Mengajar, Cet. V Jakarta: Bina Aksara. 2005
Sumiyarso. Pendidikan Agama Kristen Belajar; Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, Salatiga: Fakultas Keguruan dan Itmu Pendidikan. 1986
Suminarsih. 2005. Model Pembelajaran. Semarang: Widya Iswara.
Wahyudin Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wicaksono Agung. Efektivitas Pembelajaran, (Online) Tersedia:
Yasin Idrak, Kumpulan Kuliah Filsafat Pendidikan, dan Dasar-dasar Pendidikan Nasional
Surabaya: 2001
Zaenal Aqib. 2004. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama
Widya
http:// Wicaksonoblokspot: Pembelajaran Efektif. Diakses pada: 22 April: 23.25 WIB
http://Agungprudent.wordpress.com [diakses: 21 Mei. 2019]
https://sebuahcatatankecilkami.blogspot.com/2016/04/metode-pembelajaran-decision-
making.html
http://Agungprudent.wordpress.com [diakses: 16 Oktober. 2019]
iii
LAMPIRAN 1
A. Kompetensi Inti:
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
KI 4.2 Membuat proyek 4.2.6 Mendesain presentasi power point tentang tokoh
.4 yang berkaitan
iii
dengan kehidupan dan peristiwa perjuangan hidup harmonis
multikultur bersama dengan orang yang berbeda agama di
dalam sejarah dunia (P5)
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran “Multikultur dan catatan sejarah konflik yang berlatar belakang
agama serta analisa berbagai pandangan mengenai hubungan antar Pemeluk agama” dengan
model “problem based learning” dengan pendekatan scientifik diharapkan siswa:
a. Mengamalkan ajaran Alkitab sebagai pedoman hidup damai dengan semua orang dalam
perbedaan dan Mengaktualisasikan keutamaan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan
bersama dengan orang lain dalam perbedaan agama dengan konsisten dan benar
b. Menampilkan sikap dan perilaku yang mencerminkan menghargai perbedaan agama
dalam kehidupan sehari-hari dan Mampu mengemukakan fakta konflik yang pernah
terjadi karena latar belakang perbedaan agama dan menganalisa berbagai Pandangan
mengenai hubungan antar pemeluk agama.
c. Mampu menyusun bahan presentasi power point tentang tokoh dan peristiwa
perjuangan hidup harmonis bersama dengan orang yang berbeda di dalam sejarah dunia
dan Mampu mempresentasikan karya pengamatan kelompok dan mengkritisi presentasi
kelompok lain dengan baik dan benar.
Dengan menunjukkan karaker:Peduli, Religius, Jujur berkarya, Tanggung jawab, Toleran,
Kerjasama, Proaktif, Kreatif
D. Materi Pembelajaran
a. Reguler
a. Fakta :
2. Perbedaan agama di Indonesia
3. Permasalahan Multikultur dan catatan sejarah konflik yang berlatar belakang
agama.
2. Konsep:
Pandangan Mengenai hubungan antar Pemeluk Agama
3. Prinsip:
Perbedaan agama bukan menjadi pembatas interaksi yang baik . Perbedaan harus
disikapi dengan sudut pandanga yang holistik. Perbedaan adalah krakteristik
kehidupan yang dicatat dalam Alkitab. Tuhan tidak memperlakukan kita berbeda-
beda.
4. Prosedural:
1. Menjelaskan fakta sejarah konflik skala lokal, nasional dan internasional
2. Menganalisa permasalahan yang sering dihadapai dalam perbedaan agama
3. Menganalisa pandangan hidup bersama dengan orang yang berbeda agama
5. Metakognitif:
Membangun prinsip hidup bersama dengan rukun dan menciptakan kerukunan
dalam kehidupan setelah mengadakan penelitian sederhana dan Membuat laporan
hasil analisis tentang pentingnya Membangun kebersamaan dengan orang yang
berbeda agama sesuai dengan nilai-nilai Kristen
b. Pembelajaran remedial:
iii
Membuat karya tulis tentang “pentingnya menerima serta menghargai Perbedaan iman
(agama)”
c. Pembelajaran pengayaan : Merancang proyek pelayanan yang berkaitan dengan
penghargaan dan menghormati orang lain yang berbeda agama
E. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan : Scientific Learning
b. Model Pembelajaran : Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah)
c. Metode : Decision Making (membuat keputusan)
F. Media Pembelajaran
1. Media/alat, Bahan Pembelajaran
b. Media LCD projector,
c. Laptop,
d. Bahan Tayang (ppt)
2. Sumber Belajar
a. Alkitab
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
d. Pendidikan Agama KRISTEN dan Budi Pekerti BPK. Gunung Mulia. Kelas XII
SMA/SMK
e. Modul/bahan ajar,
f. internet, https://youtu.be/4wjMc6ySQ8g
g. Sumber lain yang relevan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Wakt
u
1. PENDAHULUAN
1. Kebaktian Singkat
2. Absensi siswa
Apersepsi
1. Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya,”Arti Demokrasi 15
dan HAM serta mengenali berbagai bentuk pelanggaran Demokrasi dan HAM yang menit
merusak kehidupan dan kesejahteraan manusia
2. Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
4. Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
II. Kegiatan Inti 105
Sintak
Kegiatan Pembelajaran
menit
Model Pembelajaran
Orientasi peserta didik Pembelajaran dimulai dengan Literasi Alkitab:
kepada masalah Membaca nats rujukan dalam Mazmur 133, Matius 5:43-48
Decision Making: Pembentukan kelompok kecil
Guru memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok kecil siswa
Mengamati: Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik permasalahan “Fakta bahwa
Keluarga dan Gereja Kristen di Indonesia adalah Gereja yang
iii
Kegiatan Wakt
u
menerima perbedaan”dengan cara : menayangkan tayangan video
“belajar damai dari MALUKU”
Siswa diharapkan dapat berfikir kritis dengan mengadakan
pengamatan terhadap video
Dalam Metode Decesion Making Tayangan video ini sebagai
Bahan untuk merumuskan masalah
Guru mengarahkan siswa untuk “mengumpulkan data” dari tayangan
video dan memberikan lembar kerja untuk mengidentifikasi
permasalahan dan pokok-pokok utama dalam tayangan tersebut.
(LAMPIRAN 1)
Siswa mengumpulkan data dan identifikasi masalah yang ditemukan
dengan kreatif
Siswa mengkomunikasikan/ mempresentasikan hasil pengamatan .
Comunication: Guru melatih kesungguhan, ketelitian siswa,
mempelajari masalah melalui Fakta-fakta positif- negatif perbedaan
agama.
Metode decision making memanfaatkan hasil pengamatan untuk
digunakan sebagai rumusan masalah dan dikerjakan secara
berkelompok.
Biarkan rumusan masalah bervariasi dan kelompok saling
menanggapi, kemudian guru menjembatani penetapan (pemutusan)
rumusan masalah setelah semua kelompok menyajikan/
menyampaikan rumusan masalah yang mereka buat.
Mengorganisasikan Guru mengorganisasi kelompok untuk bekerja dalam tim mereka;
peserta didik Metode decision making: Guru membagi topik utama menjadi topik-
topik kecil yang berbeda-beda Kemudian tiap-tiap kelompok
menyimak materi pembelajaran dan memperhatikan tayangan pokok
penting dalam bentuk PPT yang disampaikan oleh guru sebagai
pembimbing dalam kerja diskusi lanjutan (diskusi inti) yang akan
dilaksanakan.
1. Teknik Penilaian
a. Sikap Spritual: (terlampir)
b. Sikap Sosial: (terlampir)
c. Penilaian Kompetensi Pengetahuan: Tes Tertulis dalam bentuk Uraian/esai
d. Penilaian Kompetensi Keterampilan: Produk
Instrumen Penilaian: (Terlampir)
2. PembelajaranRemedial dan Pengayaan
a. Remedial
Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas
iii
dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum
mencapai Kompetensi Dasar
Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal)
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.
Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas misalnya
Beberapa Tantangan yang Dihadapi Gereja dalam Mewujudkan
Multikulturalisme
iii
LAMPIRAN 1a
3 DAMPAK
PERMASALAHAN
4 METODE PENANGAN
MASALAH
5 SUMBER/ INISATIF
PENANGAN MASALAH
6 IDENTIFIKASI TOKOH
(PIHAK) YANG
TERLIBAT
7 POLITISASI AGAMA
DALAM KONFLIK
STRATEGI/LANGKAH
PENANGANA N KONFLIK
KRITIK/SARAN TERHADAP
PENANGANAN KONFLIK
iii
Lampiran 1b
MATERI PEMBELAJARAN
1. “Tiga hari kerusuhan yang terburuk antara kelompok Hindu dan Muslim dalam hampir
satu dasawarsa telah menyebabkan lebih dari 200 orang mati di India barat, 28 di
antaranya hari ini, ketika massa yang mengamuk membakar orang hidup-hidup dan
menyebabkan negara itu khawatir bahwakerusuhan ini akan menyebar.Kekerasan
dimulai hari Rabu ketika sejumlah orang Muslim membakar sebuah kereta api yang
membawa orang-orang Hindu yang berniat membangun sebuah kuil di lokasi sebuah
masjid di Adyodhya, yang diluluh-lantakkan pihak Hindu satu dasawarsa yang lalu.
Masjid ini adalah titik ketegangan Hindu-Muslim di sebuah negara yang luas yang
rakyatnya dari hampir semua agama umumnya hidup dengan damai. Setelah serangan
terhadap kereta itu, yang menewaskan 58 orang, petugas polisi tampaknya terlalu
ketakutan atau terlalu sedikit untuk menghadapi massa Hindu yang marah dan
menuntut balas. Pemerintah pusat mengirimkan pasukan tentara hari ini untuk
menghentikan kekerasan, yang menyebabkan kota dengan 3,5 juta penduduk ini seperti
seorang pasien yang baru saja dilanda demam hebat.
Sumber: https://www.google.com/=kerusuhandiIndiaantarahindudanislamdimasjidadyoda
2. Seminggu setelah bentrokan-bentrokan penuh kekerasan yang menyebabkan sekurang-
kurangnya 300 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi di kota Jos, Nigeria tengah,
apinya masih harus dipadamkan, baik secara harafiah maupun perlambang. Misalnya,
sisa-sisa pasar sereal dan pakaian bekas masih membara. Yusuf Muhammed Fikin, 58,
pemilik kios di pasar, mengais-ngais di antara sisa-sisa reruntuhan yang masih
membara. “Saya mewarisi usaha ini dari kakek saya, sekitar 30 tahun lalu. Saya punya
41 kios, dan tak satu pun yang selamat, bahkan tidak satu kobo [sen] pun. Kerugian
kami sekitar 6 juta naira [AS$50.000]. Semuanya terbakar.” Ada sebuah pos polisi tepat
di sebelah pasar Fikin, tetapi tak seorangpun petugas polisi yang turun tangan, hingga
12 jam setelah pasar itu dibakar. Jos, lebih dari 450 km di utara Lagos, kota terbesar
Nigeria, terletak di tengah-tengah Nigeria, di antara wilayah selatan yang kebanyakan
penduduknya beragama Kristen, dan utara yang kebanyakan beragama
Islam, di negara yang paling padat penduduknya di Afrika. Penduduk yang berbeda
agama ini telah hidup relatif damai hingga bentrokanbentrokan agama pada 2001 yang
menyebabkan 1.000 orang tewas dan banyak orang mempertanyakan apakah situasi ini
dapat dipertahankan.
(“Religious Violence Rages in Nigeria”, Time, 5 Desember 2008)
3. Kerusuhan Poso muncul sejak 1998. Perang SARA telah menewaskan ratusan orang
dan menyebabkan lebih 5.000 rumah hangus. Pada 2002 dan 2003 saja telah terjadi
beberapa kali penyerangan.
• 1 Januari 2002 Gereja Advent di Kota Palu dibom. Pelakunya adalah salah satu tokoh
yang menandatangani Deklarasi Malino.
• 23 Maret 2002 Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos) Poso di Jalan Pulau
Kalimantan dibom. Ruang kantor itu hancur berantakan, namun tak ada korban jiwa
dalam ledakan ini.
iii
• 4 April 2002 Dua buah bom rakitan meledak di kantor Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) di Desa Rdatulene, Kecamatan Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah. Tak ada
korban jiwa karena kantor dalam keadaan kosong.
• 28 Mei 2002 bom meledak di tiga lokasi di kota Poso.
• 5 Juni 2002 bom meledak di dalam bus PO Antariksa jurusan Palu- Tentena di sekitar
Desa Toini Kecamatan Poso Pesisir. Empat penumpang tewas dan 16 lainnya luka-luka.
(“Korban Poso”, Bali Post, 1 Desember 2003)
iii
4. Minoritas mengalah demi kepentingan bersama. Keadaan ini sering ditemukan dalam
kasus-kasus yang melibatkan suara (voting); dan juga kondisi dimana minoritas dianggap
kelas dua dalam sebuah komunitas.
Lampiran 1c.
Instrumen Penilaian (Aspek Sikap Sosial)
SCORE
No. Butir pengamatan (KD,IPK) KB TB Skor
SB B
1. Menghargai teman yang beragama
lain
2. Bergaul dengan baik dengan siswa
yang berbeda agama
3. Berinteraksi dengan menunjukkan
nilai-nilai kasih
4. Menunjukkan dukungan terhadap
aktifitas agama siswa yang
berbeda agama
5. Menunjukkan penghormatan
kepada guru-guru yang berbeda
agamaJumlah Skor
Pematangsiantar, 2019
Penilai
Ephraim Pandiangan
iii
Lampiran 1.d
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
(LEMBAR OBSERVASI)
A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian sikap spiritual ini berupa Lembar Observasi.
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikapsetiap peserta
didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, 1 pada lembar observasi dengan ketentuan sebagai
berikut:
1 = apabila TIDAK PERNAH melakukan perilaku yang diamati
2 = apabila KADANG-KADANG melakukan perilaku yang diamati
3 = apabila SERING melakukan perilaku yang diamati
4 = apabila SELALU melakukan perilaku yang diamati
C. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
NAMA :
Kelas : XII
Semester /TA : GANJIL 2019/2020
Butir Nilai : KD.2 IPK 1.2.7
Indikator Sikap SPRITUAL :
1.2 Mensyukuri pemberian 1.2.7 Mengamalkan ajaran Alkitab sebagai pedoman
Allah dalam kehidupan hidup damai dengan semua orang dalam
multikultur perbedaan.
iii
Menunjukkan penghayatan
3 terhadap ajaran sesuai
dengan materi yang
disampaikan
Jlh
PETUNJUK PENENTUAN NILAI SIKAP SPIRITUAL
2. Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 yaitu:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00
Baik (B) : apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33
Cukup (C) : apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33
Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33
3. Tuntas/Tidak Tuntas
Tuntas apabila memperoleh Kategori sikap ≥ Baik (B)
Tidak Tuntas apabila memperoleh Kategori sikap ¿ Baik (B)
iii
Lampiran 1.e
Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual
Ephraim Pandiangan.
iii
Lampiran 1.f
Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama Tindak
No Waktu Catatan Perilaku Butir Sikap Ttd
Siswa Lanjut
1. Menolong orang Kepedulian
lanjut usia untuk
menye- berang jalan
di depan sekolah.
Ephraim Pandiangan.
iii
Lampiran 1.g
Materi:
Potret Pertikaian dan Konflik yang
Berlatar Belakang Agama Buku Sumber : Buku Guru dan Buku Siswa, Kemendikbud
2018
Indikator Soal: Rumusan Butir Soal
Diberikan fakta, siswa diminta No.Soal Jelaskan beberapa faktor
Mengemukakan pendapat tentang 1dan 2 penyebab terjadinya
faktor penyebab konflik antar konflik antar umat
agama beragama
Dari sekian banyak unsur-
unsur keanekaragaman
dan perbedaan yang ada
di indonesia, faktor
apakah yang sangat
potensial memicu konflik
iii
antara agama di
Kunci Jawaban Indonesia?
1 dan 2
1. - Subjektifitas agama
yang radikal yaitu
klaim penganut agama
yang menganggap
agamanya sebagai satu-
satunya agama yang
berhak atas negara,
fasilitas dan dukungan.
- Doktrinasi tokoh-
tokoh agama yang
melahirkan
fanatisme yang
sempit, Peran
desktruktif agama
(tokoh-tokoh agama)
- Peran
2. Keinginan untuk
memberlakukan hukum
agama dalam konteks
masyarakat umum
(universal)
KARTU SOAL
Satuan Pendidika SMA
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Nama Penyusun : EPHRAIM PANDIANGAN
Kristen dan Budi Pekerti
Tahun Pelajaran : 2019/2020 Tempat Tugas : ....................
Materi
Pandangan Mengenai Hubungan
Antarpemeluk Agama Buku Sumber : Buku Guru dan Buku Siswa, Kemendikbud
2018
Indikator Soal: Rumusan Butir Soal
Diberikan sebuah fakta sikap gereja No.Soal Berikan analisismu
mula-mula; siswa mengembangkan 3 dan 4 tentang keterlibatan
hidup harmonis dalam perbedaan agama dalam terciptanya
agama sesuai dengan iman kristen sebuah konflik
Menurut pendapatmu
apakah Sikap Gereja
mula-mula terhadap
penganut agama Yahudi
dan agama lain relevan
untuk diterapkan dalam
konteks masa kini?
Berikan argumentasimu
Kunci jawaban Jawaban:
3 dan 4 3. Agama yang subjektif
akan melahirkan
fanatisme, fanatisme
iii
yang sempit melahirkan
radikalisme, radikalisme
mengakibatkan konflik
4. Ya relevan, karena
mengajarkan bahwa
perbedaan tidak boleh
dipaksakan untuk
dipersatukan melainkan
keteladanan hidup yang
perlu ditekankan
KUNCI JAWABAN
NO JAWABAN
1 Hidup Rukun adalah perintah Tuhan dan menjadi tanggung jawab semua orang kristen
a. Hidup Rukun menjadi unsur utama untuk dapat hidup damai dan melakukan aktifitas,
tugas tangungg jawb dengan baik
No Fanatisme yang sempit dan dangkalnya pemahaman akan ajaran agama
2 Doktrinasi yang sporadis dan ekslusifisme
Radikalisme
No Pemahaman yang dangkal akan membuat subjektifitas semakin tinggi sehingga
3 mengaanggap agamanya lebih baik dari agama yang lain.
No Ya sangat relevan, karena alkitab mencatata dalam Kisah Para Rasul pasal 2, jemaat
. 4 mula-mula disukai semua orang dan menjadi bentuk penginjilan yang hidup
(nyata/konkrit).
Penskoran Soal Uraian
Nomor
Penyelesaian/Kunci Jawaban Skor
Soal
1 Siswa dapat menyebutkan jawaban dengan,lengkap dan benar. 3
2 Siswa dapat menyebutkan jawaban dengan baik dan benar, tapi kurang 2
lengkap.
3 Siswa dapat menyebutkan jawaban tapi salah sebagian besar. 1
Skor maksimum 3
iii
Ephraim Pandiangan
Lampiran 1.h
Teknik
No. Kompetensi Materi Indikator
Penilaian
Dasar
1. 4.2 Menyusun bahan Keluarga 4.2.1 Menyusun bahan Produk
presentasi Kristen Hidup presentasi tentang
tentang tokoh bersama dengan tokoh dan peristiwa
dan peristiwa orang yang perjuangan hidup
harmonis bersama
perjuangan berbeda agama
dengan orang yang
hidup harmonis berbeda di dalam
bersama dengan sejarah dunia
orang yang 4.2.2 Mempresentasikan
berbeda agama karya pengamatan
di dalam sejarah keompok dan
dunia mengkritisi
presentasi kelompok
lain.
Tugas :
Rubrik Penilaian Produk
No Indikator Rubrik
1.
iii
Drs. H. Akhyar, M.Pd. Ephraim Pandiangan.
NIP. NIP. 198306042011011006
Lampiran 1.i
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
H. Kompetensi Inti:
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
I. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
K Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
I
KI 1.2 Mensyukuri 1.2.7 Mensyukuri ke imanan Kristiani yang dimilikinya di
.1 pemberian Allah tengah-tengah perbedaan agama di Indonesia sebagai
anugerah Allah
dalam kehidupan (A4)
multikultur
KI 2.4 Mengembang-kan 2.2.8 Membangun interaksi menghargai sesama yang
.2 sikap dan perilaku berbeda agama sesuai teladan Yesus (A5)
yang menghargai
multikultur
KI 3.2 Menganalisis nilai- 3.2.16 Mendiagnosis sikap yang membangun dan tidak
.3 nilai multikultur membangun keharmonisan dalam hubungan
bersama antar agama (C5)
iii
hubungan dengan tuhan tidak selalu diindikasi dengan kepatuhan kepada norma-norma
religiusitas melainkan menitik beratkan kepada kemanusian yang tinggi.
c. Prinsip:
Perbedaan agama bukan menjadi pembatas interaksi yang baik . Perbedaan harus
disikapi dengan sudut pandanga yang holistik. Perbedaan adalah krakteristik kehidupan
yang dicatat dalam Alkitab. Tuhan tidak memperlakukan kita berbeda-beda.
d. Prosedural:
1. Menjelaskan Sikap Yesus dalam menyikapi perbedaan
2. Menganalisa sejumlah sikap konstruktif
3. Mengungkap kategori model interaksi yang mendukung kerukunanan dalam
perbedaan agama
e. Metakognitif:
Mengaitkan sikap Yesus dengan kehidupan real masa kini membangun kerukunan dan
Mendesain karya yang berisi ajakan pada remaja dan masyarakat untuk menerima serta
menghargai perbedaan serta desain kegiatan bersama remaja beriman lain
Pembelajaran remedial:
Membuat karya tulis tentang “pentingnya menerima serta menghargai Perbedaan iman
(agama)”
Pembelajaran pengayaan : Merancang proyek pelayanan sosial kepada sesama yang
berbeda agama
L. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan : Scientific Learning
b. Model Pembelajaran : Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah)
c. Metode : Decision Making
M. Media Pembelajaran
4. Media/alat, Bahan Pembelajaran
e. Media LCD projector,
f. Laptop,
g. Bahan Tayang (ppt)
3. Sumber Belajar
h. Alkitab
i. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
j. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
k. Pendidikan Agama KRISTEN dan Budi Pekerti BPK. Gunung Mulia. Kelas XII
SMA/SMK
iii
l. Modul/bahan ajar,
m. internet, https://youtu.be/4wjMc6ySQ8g
n. Sumber lain yang relevan
N. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Waktu
I. Kegiatan Pendahuluan
Melakukan pembukaan dengan ibadah singkat sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati bersama dengan siswa (PPK: Religius)
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, 15
Mengadakan Free test menit
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan agar
peserta didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa permasalahan yang akan
dibahas, bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini untuk
memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru memberikan motivasi peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
Mengamati
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada tayangan video “Sikap Yesus
terhadap perbedaan nyata dalam misi-Nya; Ia tidak
mengajarkan tentang agama”
Pada Metode Decision Making, langkah ini
merupakan Pengenalan masalah dan menstimulasi
siswa merumuskan masalah
Mengumpulkan data (informasi): Guru memberikan
lembar kerja, untuk dipergunakan dalam pengamatan
dan koleksi data-data yang diperoleh dari tayangan.
Siswa diminta untuk mendata sebanyak mungkin
informasi sebagai data. Siswa dapat mengaitkannya
dengan materi yang ada dalam buku paket yang telah
ditugaskan untuk dibaca pada pertemuan sebelumnya
Mengkomunikasikan
Siswa menyampaikan/ mempresentasikan hasil
pengamatan dan koleksi data hasil interperetasi
terhadap tayangan gambar yang disampaikan oleh
guru dan dikaitkan dengan materi pembelajaran.
iii
Kegiatan Waktu
Kegiatan ini melatih kecakapan komunikasi
(Comunication(4C) dan pembentukan karakter kerja
keras, PROAKTIF, ketelitian, dan ketekunan (PPK)
Mengorganisasikan Menanya
peserta didik Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan tayangan yang disajikan dan dikaitkan
dengan pokok bahasan.
Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa dijawab oleh
siswa yang lain. Guru menjadi moderator yang
menghidupkan suasana belajar. Siswa dapat Mengajukan
pertanyaan sampai pada
“Relevansi sikap Yesus terhadap perbedaan dalam masa
pelayanan-Nya dengan konteks permasalahan yang mereka
(siswa) temukan dalam kehidupan sehari-hari”
Decision Making: menggunakan jawaban dan
pertanyaan sebagai data colecting untuk menentukan
perumusan masalah...
Guru mengarahkan siswa Berfikir Kritis: Siswa
mengungkapkan “permasalahan yang sesungguhnya yang
menjadi pokok bahasan dan yang perlu penyelesaian”
iii
Kegiatan Waktu
group. Merancang proyek kegiatan bersama remaja
beriman lain.
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur,
tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan)
Kegiatan Penutup
Peserta didik :
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik 15
yang selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor menit
urut peringkat, untuk penilaian projek.
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik dan Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
tugas kelompok/ perseorangan (jika diperlukan).
Mengagendakan pekerjaan rumah; Menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
3. Teknik Penilaian
e. Sikap Spritual: (terlampir)
f. Sikap Sosial: (terlampir)
g. Penilaian Kompetensi Pengetahuan: Tes Tertulis dalam bentuk Uraian/esai
h. Penilaian Kompetensi Keterampilan: Produk
Instrumen Penilaian: (Terlampir)
4. PembelajaranRemedial dan Pengayaan
c. Remedial
Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas
dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum
mencapai Kompetensi Dasar
Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal)
d. Pengayaan
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.
Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas
Mengetahui
iii
Kepala SMA N/S Guru Mata Pelajaran
2. Sikap dan model yang membangun kehidupan bersama dalam perbedaan agama
Sikap yang membangun model kehidupan bersama dalam perbedaan agama adalah sikap yang
kembali kepada Tuhan Yesus. Yakni sikap penghargaan yang tinggi kepada kualitas kehidupan
dan cinta kasih. Kehidupan bersama dengan orang lain bersumber pada praktik pelayanan dan
kehidupan Yesus serta murid-muidnya. Penghargaan yang tertinggi kepada hubungan dengan
Tuhan tidak selalu diindikasi dengan kepatuhan kepada norma-norma religiusitas melainkan
menitik beratkan kepada kemanusian yang tinggi.
Dalam ajaran kasih yang disampaikan Tuhan Yesus dengan jelas disampaikan betapa jauhnya
kualitas hidup yang berkenan kepada Tuhan dengan kualitas upaya menjalankan aturan dan
hukum-hukum agamawi.
Berikut perbedaan kontras antara Yesus dan orang-orang beragama pada masa pelayananNya.
1. Kaum religius (Yahudi) menganggap bahwa agama Yahudi baik yang dianut karena faktor
regenerasi maupun orang asing yang menjalankan dan menjadi penganut Yahudi adalah
syarat mutlak hidup benar, sementara Yesus dengan tegas menjelaskan bahwa kualitas
kehidupan adalah standar mutlak; sekalipun seseorang itu bukan orang Yahudi contoh :
orang samaria yang baik hati dalam Lukas 10:30-37; pembelaan Yesus terhadap iman
perempuan siro Fenisia (Markus 7:24-30)
iii
2. Kaum religus berpendapat bahwa Agama dan hukum-hukum di dalamnya bersifat final dan
mengandung ketentuan-ketentuan yang mengikat hidup penganutNya dan nilai kebenaran
melekat pada agama itu, sementara Yesus mengajarkan bahwa mengasihi Allah dan sesama
adalah yang final bukan terletak pada agamanya tetapi pada kualitas kehidupan yang
dihasilkanNya.
3. Kaum religius berprinsip bahwa Ekslusifitas Yahudi dan hukum taurat dianggap sebagai
standar hidup orang benar; tetapi Yesus menjelaskan bahwa standar hidup yang benar adalah
engasihi Allah dan mengasihi sesama bahkan berdoa bagi yang memusuhi kita (Matius 5:43-
45)
4. Kaum religius beranggapan bahwa keselamtan dan perkenanan Allah melekat pada agama,
tetapi Yesus sama sekali tidak pernah menyinggunga agama; Perintah menjadikan semua
murid Yesus tidak membicarakan agama tetapi kualitas hidup seperti Yesus
5. Kaum Religius Yahudi yang telah menjadi Kristen mempersoalkan usur-unsur agamawi
(sunat dll) tetapi Gereja perdana dan gereja di wilayah lain pada masa pelayanan para Rasul
mementingkan injil sebagai kabar baik bagi semua bangsa.
3. Realitas yang harus diperhatikan oleh umat kristen dan umat beragama di Indonesia
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan Kadang- Tidak Skor
Selalu Sering
kadang Pernah
1. Memiliki hubungan yang baik
dengan teman yang beragama lain
2. Sungguh-sungguh beribadah
3. Menghargai teman yang berbeda
agama
4. Peka terhadap permasalahan sosial
di kelas
5. Rendah hati dan komunikatif
Pematangsiantar, 2019
Penilai
iii
Ephraim Pandiangan
Lampiran 1.l
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
(LEMBAR OBSERVASI)
1.2 Mensyukuri pemberian 1.2.8 Mensyukuri ke imanan Kristiani yang dimilikinya di
Allah dalam tengah-tengah perbedaan agama di Indonesia sebagai
anugerah Allah
kehidupan multikultur (A4)
D. Petunjuk Umum
3. Instrumen penilaian sikap spiritual ini berupa Lembar Observasi.
4. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai
E. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikapsetiap peserta
didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, 1 pada lembar observasi dengan ketentuan sebagai
berikut:
1 = apabila TIDAK PERNAH melakukan perilaku yang diamati
2 = apabila KADANG-KADANG melakukan perilaku yang diamati
3 = apabila SERING melakukan perilaku yang diamati
4 = apabila SELALU melakukan perilaku yang diamati
F. Lembar Observasi
ASPEK PENILAIAN
No Nama siswa Ketekunan Ilai-nilai
Perbuatan Keteladanan
Kebaktian membawa Rohani
bersyukur Rohani
Alkitab lainnya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
iii
10
...
4. Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 yaitu:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00
Baik (B) : apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33
Cukup (C) : apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33
Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33
4. Tuntas/Tidak Tuntas
Tuntas apabila memperoleh Kategori sikap ≥ Baik (B)
Tidak Tuntas apabila memperoleh Kategori sikap ¿ Baik (B)
iii
Lampiran 1.m
Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual
Ephraim Pandiangan.
iii
Lampiran 5
Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama Tindak
No Waktu Catatan Perilaku Butir Sikap Ttd
Siswa Lanjut
1. Menolong orang Kepedulian
lanjut usia untuk
menye- berang jalan
di depan sekolah.
Ephraim Pandiangan.
iii
Lampiran 1.n
iii
Soal:
1. Berikan contoh-contoh tentang sikap fanatik dalam kehidupan beragama,baik dari agama
lain maupun dari agama Kristen sendiri yang dapat kamu temukan di Indonesia!
2. Jelaskan sikap Yesus terhadap perbedaan agama
3. Apakah Yesus membawa agama baru? Jelaskan
4. Rumuskan model hubungan hidup bersama dalam perbedaan yang baik yang manakah yang
kamu miliki? Kemudian jelaskan!
PEDOMAN PENSKORAN
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTS karena:
1. .....................................
2. .....................................
Penskoran Soal Uraian
Nomor
Penyelesaian/Kunci Jawaban Skor
Soal
1 Siswa dapat menyebutkan jawaban dengan,lengkap dan benar. 3
2 Siswa dapat menyebutkan jawaban dengan baik dan benar, tapi kurang 2
lengkap.
3 Siswa dapat menyebutkan jawaban tapi salah sebagian besar. 1
Skor maksimum 3
iii
Kisi-kisi Penilaian Produk
Tugas :
iii
Lampiran 1.o
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
O. Kompetensi Inti:
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
P. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
K Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
I
KI 1.2 Mensyukuri 1.2.8 Mengamalkan hukum kasih sebagai unsur utama
.1 pemberian Allah dalam membangun harmoni dengan orang yang
berbeda agama
dalam kehidupan (A4)
multikultur
KI 2.6 Mengembang-kan 2.2.9 Bertindak sesuai dengan nilai-nilai kasih terhadap
.2 sikap dan perilaku sesama dalam hubungan dengan orang yang
yang menghargai berbeda agama( A5)
multikultur
KI 3.2 Menganalisis nilai- 3.2.18 Menguraikan beberapa sikap dalam hubungan
.3 nilai multikultur bersama antar agama (C4)
iii
3.2.19 Menyarankan hidup kebersamaan yang harmonis
dalam perbedaan agama dalam kehidupan sehari-
hari(C5)
KI 4.2 Membuat proyek 4.2.9 Membuat desain kegiatan bakti sosial di mushola
.4 yang berkaitan sekolah atau di tempat ibadah agama lain yang dekat
dengan kehidupan dengan tempat tinggal (proyek )
multikultur
Q. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran “Beberapa sikap dalam hubungan antar agama dan
membangun kebersamaan dalam perbedaan” dengan model pembelajaran “INQUIRY” dengan
pendekatan scientifik diharapkan siswa:
a. Mengamalkan hukum kasih sebagai unsur utama dalam membangun harmoni dengan orang yang
berbeda agama dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai kasih terhadap sesama dalam
hubungan dengan orang yang berbeda agama
b. Menguraikan beberapa sikap dalam hubungan bersama antar agama; Menciptakan hidup
kebersamaan yang harmonis dalam perbedaan agama dalam kehidupan sehari-hari
c. Membuat desain kegiatan bakti sosial di mushola sekolah atau di tempat ibadah agama lain yang
dekat dengan tempat tinggal (proyek )
R. Materi Pembelajaran
Reguler
a. Fakta :
Beragam agama di sekitar kita, mengasihi mereka adalah perintah Yesus dan tanggung
jawab orang kristen
b. Konsep:
Perbedaan-perbedaan sikap antar pemeluk agama dalam perbedaan agama
Pendekatan yang tepat membangun kebersamaan dengan orang lain yang berbeda
agama
c. Prinsip:
Perbedaan agama dapat menjadi destruktif namun perbedaan agama dapat menjadi
konstruktif tergantung sikap dan pandangan kita.
d. Prosedural:
1. Menjelaskan beberapa sikap yang berbeda dalam hubungan bersama dengan
perbedaan agama yang ada.
2. Berhubungan baik dan harmonis
e. Metakognitif:
Membuat pola interaksi yang harmonis dalam kehidupan nyata (sehari-hari)
Pembelajaran remedial:
iii
Membuat sebuah deskripsi atau uraian tentang manfaat jangka panjang dan jangka pendek
hidup rukun bersama dengan orang lain yang berbeda agama dilengkapi dengan contoh-
contoh nyata yang dapat diakses di internet.
Pembelajaran pengayaan : Desain kegiatan yang mengakomodir keberagaman agama
(agama)”
Metode Pembelajaran
d. Pendekatan : Scientific Learning
e. Model Pembelajaran : Inqiry (penemuan/ menemukan)
f. Metode : Decision Making
S. Media Pembelajaran
1. Media/alat, Bahan Pembelajaran
h. Media LCD projector,
i. Laptop,
j. Bahan Tayang (ppt)
4. Sumber Belajar
o. Alkitab
p. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
q. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
r. Pendidikan Agama KRISTEN dan Budi Pekerti BPK. Gunung Mulia. Kelas XII
SMA/SMK
s. Modul/bahan ajar,
t. internet, https://youtu.be/4wjMc6ySQ8g
u. Sumber lain yang relevan
T. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Waktu
I. Kegiatan Pendahuluan
Melakukan pembukaan dengan ibadah singkat sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati bersama dengan siswa (PPK: Religius)
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya,
Mengadakan Free test 15
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan agar menit
peserta didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa permasalahan yang akan
dibahas, bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini untuk
memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru memberikan motivasi peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
iii
Kegiatan Waktu
II. Kegiatan Inti 105
Sintak menit
Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Inquiry
Orientasi Tahapan awal decision making adalah: Guru mengorganisasikan
kelas
Guru membimbing/mengorientasikan siswa terhadap
permasalahan dengan menayangkan sebuah video dan slide
Mengamati
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatian pada tayangan video “Teladan dari Kampung Sawah”
Decision Making: Guru memberikan informasi berupa
permasalahan untuk diidentiikasi kelompok
Mengumpulkan data (informasi): Siswa diminta untuk
mendata sebanyak mungkin informasi dari tayangan tersebut
Mengkomunikasikan
Siswa menyampaikamempresentasikan hasil pengamatan dan
koleksi data hasil interperetasi terhadap tayangan gambar
yang disampaikan oleh guru dan dikaitkan dengan materi
pembelajaran. Kegiatan ini melatih kecakapan komunikasi
(Comunication(4C) dan pembentukan karakter kerja keras,
PROAKTIF, ketelitian, dan ketekunan (PPK)
Menguji Mengasosiasikan
Hipotesis Siswa menggunakan kembali dua data yang telah diperoleh: (data
literasi, dan data observasi) untuk menguji hipotesisnya di atas.
Langkah ini merupakan langkah yang melatih kemampuan
rasional siswa, dimana hipotesis yang telah dibuat kemudian diuji
dengan cara dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian
ditunjukkan. Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya
diri pada siswa sehingga siswa dapat menguji hipotesis nya
berdasarkan data dan fakta
.
Merumuskan Decision Making: Kelompok siswa masing-masing
kesimpulan menyampaikan asumsi dan hipotesanya; kemudian akan
iii
Kegiatan Waktu
didiskusikan dalam kelompok besar untuk bersama-sama
mengambil kesimpulan.
Mengkomunikasikan
Creatifitas dan berfikir kritis siswa dituntut untuk
mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai
kesimpulan yang akurat.
Kesimpulan diperoleh setelah seluruh langkah pembuktian
telah dilaksanakan. Kesimpulan yang telah didapat bisa
selanjutnya dikomunikasikan kepada siswa yang lainnya
melalui presentasi
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur,
tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan)
Kegiatan Penutup
Peserta didik :
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik 15
yang selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor menit
urut peringkat, untuk penilaian projek.
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik dan Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
tugas kelompok/ perseorangan (jika diperlukan).
Mengagendakan pekerjaan rumah; Menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
5. Teknik Penilaian
i. Sikap Spritual: (terlampir)
j. Sikap Sosial: (terlampir)
k. Penilaian Kompetensi Pengetahuan: Tes Tertulis dalam bentuk Uraian/esai
l. Penilaian Kompetensi Keterampilan: Produk
Instrumen Penilaian: (Terlampir)
6. PembelajaranRemedial dan Pengayaan
e. Remedial
Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas
dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum
mencapai Kompetensi Dasar
Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal)
f. Pengayaan
iii
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.
Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas
Mengetahui
Kepala SMA N/S Guru Mata Pelajaran
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii
iii