Essai FIXX

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

ESSAI

NOVEL ISINGA

Essai Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran:


Bahasa Indonesia

Guru Pembimbing:
Drs. Sugiyo, M.M.Pd.

Oleh : Ira S Wibowo


NIS : 2111713
Kelas : XII MIPA 6

SMA Negeri 4 Jayapura


Kota Jayapura Provinsi Papua
2024
Essai Novel "Isinga: Roman Papua" karya Dorothea Rosa Herliany

"Isinga: Roman Papua" adalah judul novel karya sastrawati Dorothea Rosa Herliany
yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015. Novel ini meruapakan salah
satu novel yang membahas mengenai realitas sosial di Indonesia, menceritakan tentang
kehidupan masyarakat Papua khususnya yang bertempat tinggal di bawah pegunungan
Megafu yakni suku Aitubu dan suku Hobone. Amat jarang untuk menemukan bacaan ataupun
karya sastra Indonesia yang menggunakan pendekatan etnografi.

Novel ini bercerita tentang Meage, seorang anak dari Aitubu, salah satu suku di
Papua, serta Irewa, seorang gadis Aitubu yang merupakan calon istri Meage. Karena suatu
peristiwa, Irewa akhirnya harus berpisah dengan Meage dan menikahi pria dari suku lain
sebagai lambang perdamaian antar suku. Ceritanya sendiri mengambil jangka waktu puluhan
tahun. Bukan hanya bercerita tentang kehidupan Meage dan Irewa, tapi juga tentang
modernisasi di Papua. Bagaimana kehidupan masyarakat Aitubu, yang tadinya sangat
tradisional dengan cawat, hidup berburu, dan segala adat istiadatnya, terpaksa harus tunduk
pada kehidupan modern dan pemerintah, yang kadang terjadi sebagai akibat dari kekerasan
dan kegagalan pendekatan sosial.

Untuk mereka yang belum pernah menginjakkan kaki ke tanah Papua, Isinga: Roman
Papua dapat memberikan nukilan dan perspektif tentang bagaimana suku bangsa ini bertahan
di tengah arus modernisasi dan kekerasan politik keamanan yang masih menghajar Papua.
Kemudian ada budaya baru lagi yang muncul dari "penjajah" berkulit cokelat, ya
Orang Jawa. Orang Jawa dikisahkan membawa budaya yang aneh: pelacuran dan penyakit
kelamin. Orang Jawa berangkat ke Papua dengan misi mencari damar gaharu. Ternyata
kebiasaan berenang-senang dengan pelacuran berimbas pada laki-laki Papua yang memang
lebih gemar bersenang-senang ketimbang bekerja. Akibatnya penyakit menular menyebar di
Papua.

Muncullah sosok Jinggi, Meage, dan Irewa yang mewakili pergerakan masyarakat
lokal Papua. Mencoba meluruskan budaya baru yang kelewat salah, menyerap kemodernan,
namun di dada mereka masih ada norma Papua yang dijaga.

Secara keseluruhan, membaca "Isinga" ini membuat saya sadar akan betapa ribetnya
arus modernisasi di Papua. Bukan saja karena perubahan kehidupannya yang sangat drastis,
tapi juga berbagai masalah sosial yang ada sebagai pertentangan antara kebudayaan yang
sudah ada sejak lama, dengan budaya baru yang masuk.Adapun kekurangan dari novel ini
adalah, bahasa yang dipilih sangat kaku, tidak seperti novel kebiasaannya.

Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany dapat dijadikan bahan bacaan siswa.
Selain mengoptimalkan keterampilan berbahasa, membaca novel Isinga karya Dorothea Rosa
Herliany akan meningkatkan pengetahuan budaya, serta menambah kecintaan siswa terhadap
budaya bangsanya.|

Anda mungkin juga menyukai