Anda di halaman 1dari 3

Tugas Analisis Kasus Pidana

Ad’jdam Riyange Zulfachmi Sugeng (1406609015)

Kelas Asas-asas Hukum Pidana A (C403)

Diparkir di Garasi, Motor Warga Sentolo Raib

Pencurian kulonprogo terjadi di Sentolo. Sebuah sepeda motor raib saat diparkir di garasi

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pencurian motor kembali terjadi, kali ini menimpa


Sarjiya, 46, warga Pedukuhan Klumutan, Desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo.

Saat sedang terlelap, sepeda motor Honda Supra X AB 5236 RC berwarna hitam yang
diparkir di garasi rumah raib. Akibat peristiwa ini, korban mengalami kerugian Rp7 juta.

Peristiwa itu bermula saat korban setelah bepergian memarkir sepeda motor di garasi rumah
seperti biasa, Senin (9/3/2015) pukul 19.00 WIB. Sekiatar pukul 23.00 WIB, motor tersebut
dipastikan masih berada di garasi rumah.

Ketika ia hendak menggunakan sepeda motor keesokan harinya, kendaraan roda dua
tersebut sudah tidak berada di tempatnya.

“Saya sempat meminta tolong untuk mencarikan di sekitar lingkungan rumah, tetapi tidak
ditemukan,” tutur Sarjiya dalam laporan kepada polisi. Ia pun memutuskan untuk
melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.

Kasubag Humas Polres Kulonprogo AKP Slamet membenarkan terjadi pencurian kendaraan
bermotor di Sentolo. Dugaan sementara, katanya, pelaku mengambil sepeda motor dengan
mencongkel jendela belakang rumah. “Saat ini, kasus masih dalam penyelidikan,” tandasnya.

http://jogja.solopos.com/baca/2015/03/14/pencurian-kulonprogo-diparkir-di-garasi-motor-
warga-sentolo-raib-584885

Berdasarkan kasus yang tertera di atas, kita dengan jelas dapat melihat kasus tersebut
sebagai sebuah peristiwa hukum dalam ruang lingkup hukum pidana dengan tindak pidana
pencurian berat. Pencurian sendiri adalah tindak pidana yang merupakan bagian dari
kejahatan yang diatur di dalam KUHP. Maka pelaku akan terjerat dengan pasal-pasal dalam
KUHP dan harus mengikuti prosedur-prosedur dalam pengadilan. Ketika pengadilan dalam
ruang lingkup hukum pidana dilaksanakan, pelaku akan berhadapan dengan negara sebagai
penuntut yang diwakili oleh jaksa penuntut.
Melihat kasus di atas, pelaku dalam kasus di atas dapat dijerat dengan pasal 362
KUHP tentang Pencurian. Pasal 362 KUHP yang berbunyi, “Barangsiapa mengambil barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” Selain pasal 362, dapat dilapis
dengan pasal 363 KUHP karena terjadi pada malam hari dan mencongkel jendela sehingga
tindakan pelaku menjadi tindak pidana pencurian berat.

Pasal 362 memiliki lima unsur pembuktian. Kelima unsur yang terdapat dalam pasal
362 antara lain, “barangsiapa”, “mengambil barang sesuatu”, “yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain”, “dengan maksud untuk dimiliki”, dan “secara melawan hukum”.
Sementara “dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah” itu bukan unsur pembuktian.

Unsur “barangsiapa” itu adalah sebuah pembuktian bahwa pelaku adalah subyek
hukum (siapa saja setiap orang). Dalam kasus ini sudah terbukti bahwa pelaku adalah seorang
manusia (natuurlijk person) dengan adanya tindakan pencongkelan jendela. Tentang
pertanggung jawaban, hal itu belum dapat dipastikan karena belum tertangkapnya pelaku
kejahatan.

Unsur “mengambil barang sesuatu” adalah pembuktian bahwa adanya perpindahan


suatu barang. Perpindahan suatu barang yang dimaksud di sini adalah berpindahnya suatu
barang ke dalam kekuasaan seseorang tanpa ada pindah kuasa dari pemilik. Dalam kasus ini
juga sudah terbukti karena ada barang berupa motor Honda Supra X bernomor AB 5236 RC
dan berwarna hitam yang berpindah ke dalam kekuasaan seseorang atau pelaku dan hal ini
dilakukan tanpa ada pindah kuasa (izin atau sepengetahuan) dari pemilik motor.

Unsur “yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain” adalah pembuktian
bahwa barang sesuatu tersebut bukan sepenuhnya milik pengambil. Dalam kasus ini juga
sudah jelas bahwa motor adalah milik bapak Sarjiya dan bukan milik pengambil atau pelaku.
Pembuktian ini akan lebih jelas dengan melihat kelengkapan surat-surat milik bapak Sarjiya
akan motor tersebut.

Unsur “dengan maksud untuk dimiliki” adalah pembuktian bahwa adanya niat untuk
dimiliki oleh pelaku. Dimiliki yang dimaksud di sini adalah dapat dia gunakan seolah barang
tersebut milik sendiri. Sehingga dia dapat melakukan apa saja terhadap motor tersebut, baik
itu menggunakannya atau menjualnya ke penadah.

Unsur “secara melawan hukum” adalah pembuktian bahwa terjadi suatu peritiwa
pidana tanpa menghiraukan hak orang lain, hukum positif, dan kewajaran. Dalam kasus ini
juga sudah jelas bahwa dia tidak menghiraukan hak orang lain yaitu pemilik motor bapak
Sarjiya. Pelaku tidak menghiraukan hukum positif yaitu KUHP, UU, dan tidak ada surat-surat
berkekuatan hukum untuk mengambil motor tersebut. Serta tidak menghiraukan kewajaran
seperti meminta izin dan sebagiannya.
Pada pasal 363 KUHP terdapat dua ayat dan pada ayat pertama terdapat lima sub
pembuktian. Pelaku telah memenuhi dua dari lima sub pembuktian itu, antara lain sub ke-3
yang berbunyi “pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup
yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak
dikehendaki oleh yang berhak” dan sub ke-5 yang berbunyi “pencurian yang untuk masuk ke
tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan
merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu.” Untuk kedua sub ini dirasa sudah jelas sehingga tidak
dibutuhkan penjelasan yang lebih.

Berdasarkan analisis mengenai keberlakuan hukum pidana, digunakan dua dasar yaitu
waktu (Tempus delicti) dan tempat (Locus delicti). Kedua hal ini penting digunakan untuk
menentukan keterlanjutan kasus. Berdasarkan kasus di atas, sudah jelas kedua keberlakuan
kasus di atas walaupun belum akurat. Berdasarkan waktu, kejadian terjadi antara hari Senin
tanggal 9 Maret 2015 dan hari Selasa tanggal 10 Maret 2015 di antara waktu 23.00 WIB
sampai pagi hari. Sementara untuk tempat adalah kediaman pak Sarjiya di pedukuhan
Klumutan, desa Srikayangan, kecamatan Sentolo, kabupaten Kulonprogo, provinsi DI
Yogyakarta.

Berdasarkan jenis delik yang terjadi, dapat dipastikan ini adalah delik materiil yang
berfokus pada akibat yang timbul yaitu sadar akan kehilangan barang. Selain delik materiil,
kasus di atas termasuk delik komisi karena terjadi secara aktif dan delik dolus karena terlihat
dengan unsur kesengajaan karena ada tindakan pencongkelan dan tindakan di lakukan malam
hari. Selain itu, kasus di atas termasuk delik biasa karena dapat dilaporkan siapa saja.
Sementara berdasarkan bentuk kesalahan pada kasus di atas adalah dolus atau kesengajaan
dan hal ini pula sudah jelas berdasarkan penjelasan di atas. Untuk ajaran kausalitas, pada
kasus ini kasualitas dapat dipakai karena kasus di atas adalah delik materiil dan berdasarkan
teori-teori yang ada, sudah jelas siapa yang dapat diminta pertanggungjawaban yaitu pelaku
apabila sudah tertangkap dan terdapat bukti lengkap.

Anda mungkin juga menyukai