Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUH.

RISKAN
NIM : 049795601

Jawaban soal 1:
a. QS. Al-Baqarah Ayat 165
‫َوِم َن الَّناِس َم ْن َّيَّتِخ ُذ ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َاْنَداًدا ُّيِح ُّبْو َنُهْم َك ُحِّب ِهّٰللاۗ َو اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاَشُّد ُح ًّب ا ِهّٰلِّلۙ َو َل ْو َي َر ى اَّل ِذ ْيَن َظَلُم ْٓو ا ِاْذ َي َر ْو َن‬
‫اْلَع َذ اَۙب َاَّن اْلُقَّو َة ِهّٰلِل َجِم ْيًعاۙ َّو َاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلَع َذ اِب‬
165. Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai
tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim
itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu
semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka
menyesal).
(i) Pengertian kata Hubban di dalam surat Al Baqarah ayat 165 adalah "Cinta, Kecintaan,
Kerinduan Luar Biasa". cinta yang sangat besar kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
(ii) Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa iman adalan identik dengan
asyaddu hubban Lillah. Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau
kerinduan yang luar biasa terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman
adalah sikap atau attitude, yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau
keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang yang beriman kepada Allah adalah orang
yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan
yang dituntut Allah kepadanya.

b. Surat Al-A’raf Ayat 179


‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَجَهَّنَم َك ِثيًرا ِّم َن ٱْلِج ِّن َو ٱِإْل نِسۖ َلُهْم ُقُلوٌب اَّل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُروَن ِبَه ا َو َلُهْم َء اَذ اٌن اَّل َيْس َم ُعوَن‬
‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
‫ِبَهٓاۚ ُأ۟و ِئَك َك ٱَأْلْنَٰع ِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلَٰغ ِفُلوَن‬

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
c. Pengertian iman menurut Al-Quran Surah Al-A'raf ayat 179 bahwa iman adalah
meyakini dengan hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan dengan menggunakan
seluruh indera yang ada. Manusia dan jin dianugerahkan Allah dengan hati, namun
sayangnya hati tersebut tidak digunakan untuk meyakini ayat-ayat Allah serta tidak
mengimani Allah. Manusia dan jin lebih mendahulukan hawa nafsunya sehingga tidak
menggunakan segala pemberiannya untuk semakin menguatkan keimanan dan
ketakwaannya. Seharusnya dengan hati, akal, dan seluruh anggota tubuh yang
dianugerahkan oleh Allah, manusia dan jin dapat semakin yakin akan beradaan Allah,
kebesaran, dan kekuasaan Allah. Manusia dan jin akan semakin taat dan mau beribadah
hanya kepada Allah.

d. berdasarkan kalimat tersebut diatas diketahui, bahwa rukun (struktur) iman yaitu ada tiga
aspek yaitu: kalbu, lisan dan perbuatan. Tetaplah jika iman didefinisikan dengan
pendirian yang diwujudkan dalam bentuk Bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini
diterima maka istilah Iman identik dengan keprobadian manusia seutuhnya, atau
kepribadian konsisten. Orang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan
dan keterampilan.

Jawaban soa; 2:
a. Surat Ali Imran Ayat 190-191
‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ِب‬
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
‫ٱَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًم ا َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َر َّبَن ا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َٰب ِط اًل ُس ْبَٰح َنَك‬
‫َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ayat ini menjelaskan bahwa Hakikat Manusia adalah makhluk yang memiliki Akal dan
mampu menggunakannya untuk mengingat allah, mengetahui keagungan-Nya,
kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya, dan kekuasaan-Nya.
b. Q.S. Qaaf (50) : 16
‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن َو َنْع َلُم َم ا ُتَو ْس ِو ُس ِبٖه َنْفُسٗه ۖ َو َنْح ُن َاْقَر ُب ِاَلْيِه ِم ْن َح ْبِل اْلَو ِرْيِد‬
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."
Ayat ini menjelaskan bahwa hakikat manusia diciptakan oleh Allah tidak luput dari
penglihatan Allah SWT, dan apa yang manusia perbuat baik atau buruk ada malaikat
Allah uang mencatatnya.
c. Hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat tersebut adalah gambaran bahwa
manusia merupakan Mahlik yang paling sempurna, mungkin dapat dilihat dari
kemampuannya untuk menentukan tujuan hidup. Tujuan hidup itu berdasarka satu tata
nilai yang memberikan corak pada seluruh kehidupan manusia yang terdiri dari proses
mengetahui, mengalami, memikirkan, merasakan, dan membentuk sikap tertentu yang
akhirnya tersusun pada suatu pola perilaku ynag dapat menghasikan karya manusia, baik
yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik.

Jawaban soal 3 :
a. Masyarakat Jika dilihat secara bahasa masyarakat yang merupakan serapan dari
bahasa Arab bermakna "bersama". Tentu yang dimaksud di sini bukan dalam arti
etimologis. Secara terminologis, masyarakat merupakan salah satu bahan kajian
sosiologi. Karena itu untuk membantu pemahaman terminologis kita tentang
masyarakat kita harus merujuk pada sosiologi.
Untuk mendapatkan sebuah pengertian yang disepakati, kita menghadapi kesulitan
karena konsep masyarakat digunakan untuk banyak konteks, misalnya. masyarakat
agama, masyarakat kota, masyarakat agraris, dan sebagainya. Masyarakat tidak
dipandang sebagai kumpulan individu atau penjumlahan dari individu-individu
semata-mata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu
hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan
dari anggotanya. Emile Durkheim menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu
kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang
merupakan anggota-anggotanya. Muhammad Amin Al-Misri mengatakan bahwa
masyarakat adalah
jalinan kesatuan yang terdiri dari hubungan-hubungan sosial. Untuk lebih memahami
tentang konsep masyarakat maka kita perlu memahami ciri-cirinya. Ciri-ciri
masyarakat adalah:
1. Manusia yang hidup bersama. Secara teoretis, jumlah manusia yang hidup bersama
itu ada dua orang. Dalam sosiologi, tidak ada ukuran mutlak atau angka
yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.
2. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama.
3. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia yang menjadi anggotanya merupakan
bagian dari suatu kesatuan.

b. asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS. Az-
Zukhruf: 32 yaitu asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia
untuk bersama dengan orang, lalu terbentuklah hubungan sosial yang melahirkan
aturan atau norma. Ada tiga unsur pokok pembentuk masyarakat: individu-individu
yang membangun kelompok, hubungan sosial dan aturan.
c. Masyarakat madani merujuk pada masyarakat madinah yang
Dibangun oleh Nabi Muhammad di Madinah. Madinah itu sendiri adalah bahasa
Arab yang memiliki pengertian yang sama dengan bahasa Ibrani. Ketika Nabi Musa
mampu membebaskan masyarakatnya dari mental budak menjadi mental sebagai
warga masyarakat yang merdeka dengan ciri taat pada hukum dalam bahasa Ibrani
mereka itu disebut dengan medinat yang berarti masyarakat beradab karena taat
kepada hukum dan aturan. Dalam perkembangannya perkataan Ibrani medinat berarti
negara.
d. Prinsip-prinsip kesepakatan antara kaum muslimin Madinah di bawah kepemimpinan
Rasulullah dengan berbagai kelompok bukan muslimin, untuk membangun
masyarakat politik bersama. Dalam dokumen historis itu termuat prinsip-prinsip
mengenai kebebasan beragama, hak setiap orang untuk hidup, hak menjalani
hubungan-hubungan ekonomi dengan golongan-golongan lain, kewajiban partisipatif
dalam mempertahankan peranan dan keamanan bersama.

Anda mungkin juga menyukai