Disusun Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Program Studi : Teknik Pertambangan
Nama :
Akhmad Zasky (2309056023)
Asisten Praktikum :
Izza Sandy Zulfandy (2209066024)
Oleh karena itu, kami sebagai praktikan melaksanakan praktikum ini untuk
memahami lebih dalam mengenai sifat-sifat unsur dan ciri khas dari masing-
masing unsur dan juga perbedaan reaktifitasnya.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui perubahan larutan akuades yang ditambah dua tetes indikator
PP dan ditambahkan serbuk magnesium.
b. Untuk mengetahui proses terjadinya reaksi pada larutan MgCl2 yang dicampurkan
dengan larutan H2SO4.
c. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada larutan CaCl2 yang dicampurkan
dengan larutan KOH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem periodik adalah susunan berkala yang menggambarkan suatu letak, keadaan,
periodik dan golongan dari unsur-unsur kimia. Sistem periodik disusun berdasarkan
kenaikan atom (jumlah proton atom muatan inti). Sistem periodik dibagi menjadi periode,
yaitu unsur-unsur yang terletak dalam baris yang horizontal (mendatar) dan golongan
yaitu unsur-unsur yang terletak dalam kolom vertikal (Basri, 2003).
Unsur-unsur alkali dan alkali tanah merupakan logam-logam yang sangat reaktif, hal ini
disebabkan karena alkali dan alkali tanah masing-masing mempunyai satu dan dua
elektron di kulit terluar. Maka tidaklah aneh mengapa kemudian unsur-unsur golongan
IA dan IIA ini tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas. Pada kulit bumi mereka
terdapat dalam wujud bijih-bijih oksida karbonat atau sulfida (Irfan, 1986).
Ketika Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794) menyusun unsur-unsur pada tahun 1789,
bijih-bijih alkali dan alkali tanah masih dianggap sebagai “unsur” sebab pada saat itu zat-
zat tersebut memang tidak dapat diuraikan lebih lanjut menjadi zat lain yang lebih
sederhana. Setelah curah elektrolisa ditemukan pada awal abad ke-19, barulah unsur
alkali dan alkali tanah dibuat dari senyawa-senyawanya (Irfan, 1986).
Sir Humphry Davy (1778-1824) adalah orang pertama yang berhasil memperoleh logam-
logam IA dan IIA. Pada tahun 1807-1808 ia mengelektrolisis lelehan beberapa zat yang
saat itu bernama soda, kali, magnesia, calx, strontia, dan barit. Davy juga memperoleh
unsur-unsur yang sebelumnya tidak pernah dikenal oleh manusia (Irfan, 1986).
Sekalipun logam alkali dan alkali tanah baru dikenal sejak abad ke-19, namun alkali
sendiri berasal dari abad pertengahan nama alkali berasal dari bahasa Arab, Al-Qali yang
artinya abu, sebab Abu Musa Jabir bin Hayyan (700-778) yang memperoleh soda dari
abu tumbuhan laut (Irfan, 1986).
Logam-logam alkali memiliki beberapa sifat yaitu lunak, boleh mengikat, dan boleh
dipotong. Jika logam-logam tersebut di udara terbuka maka pemuaiannya akan menjadi
kusam, karena logam-logam mudah bereaksi dengan air dan oksigen, dan biasanya
disimpan dalam minyak tanah. Logam-logam alkali tanah mudah dipotong dan tampak
mengikat jika dipotong serta cepat rusak jika di udara, reaktifitasnya terhadap air berbeda-
beda. Unsur-unsur logam alkali dibuat dengan jalan elektrolisis cairan garamnya,
misalnya natrium diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaCl dengan pemisahan
CaCl2 untuk menurunkan titik leleh CaCl2 (Petrucci, 1987).
Salah satu hal yang harus disadari bahwa setiap unsur memiliki sifat khas yang berbeda
dengan unsur lainnya. Pengelompokkan unsur dalam satu golongan dapat dibandingkan
dengan pengelompokkan makhluk hidup. Kesimpulan sifat antara unsur-unsur segologan
pada beberapa golongan, golongan IA (logam alkali) golongan IIA (logam alkali tanah),
dan juga golongan IIIA (Sukartono, 1983).
Perbedaan jenis oksida yang terbentuk adalah ketika logam Alkali bereaksi dengan
oksigen haruslah berkaitan dangen kestabilan oksida tersebut dalam keadaan padat.
Karena oksida adalah seluruhnya senyawa ionik, kestabilannya bergantung pada seberapa
kuat kation dan anion saling tertarik satu sama lain. Litium cenderung untuk membentuk
litium oksida yang demikian karena senyawa ini lebih stabil dibandingkan dengan litium
peroksida. Pembentukan oksida logam alkali yang lain dapat di jelaskan dengan cara yang
sama (Chang, 2005).
Ciri khas yang paling mencolok dari logam alkali dan alkali tanah adalah kereaktifannya
yang luar biasa. Mengapa kebanyakan orang tak mengenal baik rupa atau bentuk asli
logam-logam yang sangat umum seperti natrium, kalium, dan kalsium. Adalah karena
logam-logam ini begitu reaktif dengan demikian mereka tidak terdapat sebagai unsur, bila
bersentuhan dengan air atau udara. Tak satupun unsur-unsur IA dan IIIA yang terdapat di
alam sebagai ion dipositive (+2). Logam Alkali dan Alkali Tanah adalah zat peroduksi
yang kuat. Karena begitu mudah kehilangan elektron, mereka mudah bergabung dengan
kebanyakan unsur non logam membentuk senyawa ion seperti halida, hidrida, oksida, dan
sulfida (Keenan, 1992).
Logam alkali tanah kurang reaktif, artinya elektropositif dari pada logam alkali, namun
lebih reaktif dari pada logam yang lain. Berbagai data fisis logam alkali tanah yaitu Be
(Berilium) 128 ke Ba (Barium) jari-jari atom mengikat secara beraturan. Pertambahan
jari-jari ini menyebabkan turunnya energi pengionan dari keelektronegatifan. Potensial
elektroda juga meningkat dari Ca (Kalsium) ke Ba (Barium). Namun Be (Berilium),
menunjukkan penyimpanan karena potensial elektrodanya relatif kecil. Hal ini
disebabkan energi ionisasi Be (Berilium) relatif besar. Titik cair dan titik didih alkali
tanah cenderung menurun dari atas ke bawah. Sifat-sifat fisis seperti titik cair, rapatan,
dan kekerasan logam alkali tanah lebih besar jika di bandingkan dengan logam alkali. Hal
ini disebabkan karena logam alkali tanah mempunyai dua elektron valensi sehingga
ikatan logamnya lebih kuat (Sastrohamidjojo, 2008).
Nilai ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan apakah belum
jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan menawarkan digunakan hasil kali ion
dengan hasil kali kelarutan. Keterkaitan adalah sebagai berikut, apabila hasil kali ion-ion
yang dipangkatkan dan koefisien masing-masing kurang dari nilai ksp maka larutan
belum jenuh dan tidak terjadi endapan. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan
koefisiennya lebih dari nilai ksp maka kelarutannya tepat jenuh namun tidak terjadi
endapan. Apabila hasil kali ion-ion dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai ksp, maka
larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
a. Indikator PP
b. Larutan Magnesium Klorida (MgCl2) 0,5 M
c. Larutan Kalsium Klorida (CaCl2) 0,5 M
d. Larutan Stronsium Klorida (SrCl2) 0,5 M
e. Larutan Barium Klorida (BaCl2) 0,5 M
f. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 0,5 M
g. Larutan Kalium Hidroksida (KOH) 0,5 M
h. Akuades
i. Serbuk Magnesium
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaktifitas Unsur
2K + 2H2O → 2KOH + H2
Mg + 2H2O → Mg(OH)2 + H2
Percobaan kedua yaitu kelarutan garam sulfat. Pertama, disiapkan empat tabung
reaksi yang diletakkan pada rak tabung reaksi. Lalu, isi tabung reaksi dengan
larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 secara berurutan dengan masing-masing
diamati perubahan yang terjadi pada setiap larutan. Pada larutan MgCl2 yang
dicampurkan dengan larutan H2SO4 tidak terjadi perubahan apapun. Pada larutan
CaCl2 yang dicampurkan dengan larutan H2SO4 juga tidak terjadi perubahan
apapun. Pada larutan SrCl2 yang dicampurkan dengan larutan H2SO4 tidak terjadi
perubahan warna namun terdapat endapan. Pada larutan BaCl2 yang dicampurkan
dengan larutan H2SO4 terjadi perubahan warna menjadi putih dan terdapat
endapan.
tabung reaksi yang diletakkan pada rak tabung reaksi. Lalu, isi tabung reaksi
dengan larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 secara berurutan dengan masing-
Selanjutnya, diamati perubahan yang terjadi pada setiap larutan. Pada larutan
MgCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH tidak terjadi perubahan warna
namun terdapat endapan. Pada larutan CaCl2 yang dicampurkan dengan larutan
KOH terjadi perubahan warna menjadi putih dan terdapat endapan. Pada larutan
SrCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH tidak terjadi perubahan apapun.
Pada larutan BaCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH juga tidak terjadi
perubahan apapun.
alkali dan alkali tanah dengan akuades untuk mengetahui reaktifitas unsur dan
mereaksikan senyawa garam dari unsur-unsur golongan alkali dan alkali tanah
dengan asam H2SO4 dan basa KOH untuk mengetahui sifat kelarutan garam sulfat
Fungsi alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah rak tabung reaksi
berfungsi sebagai wadah untuk larutan-larutan yang akan diuji. Gelas kimia 100
mL sebagai wadah untuk memanaskan tabung reaksi. Hot plate yang berfungsi
untuk memanaskan larutan. Pipet tetes berfungsi untuk menuangkan akuades dan
menjepit tabung reaksi pada gelas kimia 100 mL pada saat dipanaskan.
Fungsi dari bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, indikator PP
berfungsi untuk menentukan titik ekuivalen. Larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan
BaCl2 berfungsi sebagai larutan yang akan diujicoba. Larutan H2SO4 berfungsi
sebagai larutan asam yang digunakan untuk mereaksikan senyawa garam. Larutan
KOH berfungsi sebagai larutan basa yang digunakan untuk mereaksikan senyawa
unsur.
Fungsi perlakuan pada praktikum kali ini adalah dimasukkan larutan yang
antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dan agar tidak tercampur. Fungsi
mengetahui unsur pada kelarutan garam sulfat dan fungsi dimasukkan larutan
KOH adalah untuk mengetahui unsur pada kelarutan garam hidroksida. Fungsi
Faktor-faktor kesalahan yang kami lalukan pada praktikum kali ini adalah
memegang pipet tetes dengan posisi terbalik dan pada saat menuangkan larutan
dengan pipet ukur, kami tidak sengaja menyentuhkan pipet ukur ke tabung reaksi
sehingga hasil yang kami dapatkan mungkin agak berbeda dengan hasil yang
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dan kehati-hatian kami sebagai
5.1 Kesimpulan
a. Akuades 2 mL yang dicampurkan dengan indikator PP sebanyak dua tetes tidak
mengalami reaksi apapun, namun saat ditambahkan serbuk magnesium, larutan
berubah warna menjadi merah lembayung dan saat dipanaskan di atas hot plate
larutan berubah warna lagi menjadi merah lembayung pekat.
b. Larutan MgCl2 yang dicampurkan dengan larutan H2SO4 tidak mengalami
perubahan warna dan tidak terdapat endapan, artinya larutan tersebut tidak
mengalami reaksi karena nilai Q yaitu 0,25 kurang dari KSP yaitu 10 sehingga
tidak terjadi perubahan apapun.
c. Larutan CaCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH mengalami perubahan
warna dari bening menjadi warna putih dan terdapat endapan. Hal ini dapat terjadi
karena nilai Q yang melebihi KSP yaitu 0,25 melebihi 1,3 × 10-6 sehingga larutan
berubah warna dan terdapat endapan.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan lebih berhati-hati lagi saat memegang
pipet tetes karena memegangnya tidak boleh dalam posisi pipet tetes terbalik dan
berhati-hati pada saat menuangkan larutan-larutan ke dalam tabung reaksi agar
pipet ukur tidak menyentuh tabung reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Sukartono. (1983). Ilmu Kimia: Bahan Persiapan Ujian Masuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.