Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Tanggal Praktikum : 2 Oktober 2023


Judul Praktikum : Sifat-sifat Unsur

Disusun Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Program Studi : Teknik Pertambangan

Nama :
Akhmad Zasky (2309056023)

Asisten Praktikum :
Izza Sandy Zulfandy (2209066024)

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sistem periodik, terdapat golongan IA dan IIA. Golongan IA yang biasa
disebut alkali dan golongan IIA biasa disebut alkali tanah. Alkali dan alkali tanah
bersumber dari air laut, batuan, dan peluruhan unsur radioaktif. Unsur-unsur
alkali meliputi litium yang diperoleh dari batuan spodumen, natrium dari air laut
berupa garam dapur dan sodium nitrat, kalium dari batuan karnalit, sesium dan
pollusit, lalu fransium dari luruhan AC-277 dengan emisi sinar alfa. Unsur-unsur
alkali tanah meliputi barilium yang diperoleh dari beril, magnesium dari magnesit
dan dolomit, kalsium dari batu kapur dan gips stronsium dari strosianit, barium
dari barit dan witerit, lalu radium dari luruhan TH-230 dengan memancar sinar
alfa. Di alam, unsur-unsur alkali dan alkali tanah berada dalam bentuk senyawa.
Hal ini disebabkan karena alkali dan alkali tanah bersifat sangat reaktif dan mudah
tereaksidasi sehingga keadaannya akan selalu bersenyawa dengan atom-atom
unsur lain. Kereaktifan dan kemudahan teroksidasi unsur-unsur alkali dan alkali
tanah disebabkan oleh energi ionisasi dan potensiasi reduksi dan standarnya yang
kecil. Baik alkali maupun alkali tanah bereaksi dengan air dingin, kecuali Be
(Berilium) yang tidak bereaksi dengan air dan Mg (Magnesium) yang bereaksi
dengan air panas.

Dari pemaparan di atas mengenai golongan unsur-unsur golongan IA dan


golongan IIA, tentunya kita masih belum tahu bagaimana sifat-sifat yang dapat
ditunjukkan dari masing-masing unsur dari golongan alkali (IA) dan alkali tanah
(IIA). Melalui percobaan sifat-sifat unsur ini kita akan dapat mengetahui apa yang
menjadi ciri khas dari setiap unsur sehingga kita dapat membedakannya.

Oleh karena itu, kami sebagai praktikan melaksanakan praktikum ini untuk
memahami lebih dalam mengenai sifat-sifat unsur dan ciri khas dari masing-
masing unsur dan juga perbedaan reaktifitasnya.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui perubahan larutan akuades yang ditambah dua tetes indikator
PP dan ditambahkan serbuk magnesium.
b. Untuk mengetahui proses terjadinya reaksi pada larutan MgCl2 yang dicampurkan
dengan larutan H2SO4.
c. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada larutan CaCl2 yang dicampurkan
dengan larutan KOH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem periodik adalah susunan berkala yang menggambarkan suatu letak, keadaan,
periodik dan golongan dari unsur-unsur kimia. Sistem periodik disusun berdasarkan
kenaikan atom (jumlah proton atom muatan inti). Sistem periodik dibagi menjadi periode,
yaitu unsur-unsur yang terletak dalam baris yang horizontal (mendatar) dan golongan
yaitu unsur-unsur yang terletak dalam kolom vertikal (Basri, 2003).

Unsur-unsur alkali dan alkali tanah merupakan logam-logam yang sangat reaktif, hal ini
disebabkan karena alkali dan alkali tanah masing-masing mempunyai satu dan dua
elektron di kulit terluar. Maka tidaklah aneh mengapa kemudian unsur-unsur golongan
IA dan IIA ini tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas. Pada kulit bumi mereka
terdapat dalam wujud bijih-bijih oksida karbonat atau sulfida (Irfan, 1986).

Ketika Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794) menyusun unsur-unsur pada tahun 1789,
bijih-bijih alkali dan alkali tanah masih dianggap sebagai “unsur” sebab pada saat itu zat-
zat tersebut memang tidak dapat diuraikan lebih lanjut menjadi zat lain yang lebih
sederhana. Setelah curah elektrolisa ditemukan pada awal abad ke-19, barulah unsur
alkali dan alkali tanah dibuat dari senyawa-senyawanya (Irfan, 1986).

Sir Humphry Davy (1778-1824) adalah orang pertama yang berhasil memperoleh logam-
logam IA dan IIA. Pada tahun 1807-1808 ia mengelektrolisis lelehan beberapa zat yang
saat itu bernama soda, kali, magnesia, calx, strontia, dan barit. Davy juga memperoleh
unsur-unsur yang sebelumnya tidak pernah dikenal oleh manusia (Irfan, 1986).

Kemudian, Johannes Afzelius Arvidson (1729-1841) dari Swedia menemukan litium


pada tahun 1817, dan disusul oleh penemuan berilium pada tahun 1828 oleh Vauquelin.
Dua orang sarjana Jerman, Robert Wihelm Bunsen (1811-1899) dan Gustaf Robert
Kirchoff (1824-1877) 127 pada tahun 1861 menemukan sesium dan rubidium. Lalu,
Pierre dan Merie Curie menambah perbendaharaan dengan menemukan zat radium pada
tahun 1989. Akhirnya, unsur fransium ditemukan oleh Maguerite Perey pada tahun 1939
(Irfan, 1986).

Sekalipun logam alkali dan alkali tanah baru dikenal sejak abad ke-19, namun alkali
sendiri berasal dari abad pertengahan nama alkali berasal dari bahasa Arab, Al-Qali yang
artinya abu, sebab Abu Musa Jabir bin Hayyan (700-778) yang memperoleh soda dari
abu tumbuhan laut (Irfan, 1986).

Logam-logam alkali memiliki beberapa sifat yaitu lunak, boleh mengikat, dan boleh
dipotong. Jika logam-logam tersebut di udara terbuka maka pemuaiannya akan menjadi
kusam, karena logam-logam mudah bereaksi dengan air dan oksigen, dan biasanya
disimpan dalam minyak tanah. Logam-logam alkali tanah mudah dipotong dan tampak
mengikat jika dipotong serta cepat rusak jika di udara, reaktifitasnya terhadap air berbeda-
beda. Unsur-unsur logam alkali dibuat dengan jalan elektrolisis cairan garamnya,
misalnya natrium diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaCl dengan pemisahan
CaCl2 untuk menurunkan titik leleh CaCl2 (Petrucci, 1987).

Salah satu hal yang harus disadari bahwa setiap unsur memiliki sifat khas yang berbeda
dengan unsur lainnya. Pengelompokkan unsur dalam satu golongan dapat dibandingkan
dengan pengelompokkan makhluk hidup. Kesimpulan sifat antara unsur-unsur segologan
pada beberapa golongan, golongan IA (logam alkali) golongan IIA (logam alkali tanah),
dan juga golongan IIIA (Sukartono, 1983).

Perbedaan jenis oksida yang terbentuk adalah ketika logam Alkali bereaksi dengan
oksigen haruslah berkaitan dangen kestabilan oksida tersebut dalam keadaan padat.
Karena oksida adalah seluruhnya senyawa ionik, kestabilannya bergantung pada seberapa
kuat kation dan anion saling tertarik satu sama lain. Litium cenderung untuk membentuk
litium oksida yang demikian karena senyawa ini lebih stabil dibandingkan dengan litium
peroksida. Pembentukan oksida logam alkali yang lain dapat di jelaskan dengan cara yang
sama (Chang, 2005).
Ciri khas yang paling mencolok dari logam alkali dan alkali tanah adalah kereaktifannya
yang luar biasa. Mengapa kebanyakan orang tak mengenal baik rupa atau bentuk asli
logam-logam yang sangat umum seperti natrium, kalium, dan kalsium. Adalah karena
logam-logam ini begitu reaktif dengan demikian mereka tidak terdapat sebagai unsur, bila
bersentuhan dengan air atau udara. Tak satupun unsur-unsur IA dan IIIA yang terdapat di
alam sebagai ion dipositive (+2). Logam Alkali dan Alkali Tanah adalah zat peroduksi
yang kuat. Karena begitu mudah kehilangan elektron, mereka mudah bergabung dengan
kebanyakan unsur non logam membentuk senyawa ion seperti halida, hidrida, oksida, dan
sulfida (Keenan, 1992).

Logam alkali tanah kurang reaktif, artinya elektropositif dari pada logam alkali, namun
lebih reaktif dari pada logam yang lain. Berbagai data fisis logam alkali tanah yaitu Be
(Berilium) 128 ke Ba (Barium) jari-jari atom mengikat secara beraturan. Pertambahan
jari-jari ini menyebabkan turunnya energi pengionan dari keelektronegatifan. Potensial
elektroda juga meningkat dari Ca (Kalsium) ke Ba (Barium). Namun Be (Berilium),
menunjukkan penyimpanan karena potensial elektrodanya relatif kecil. Hal ini
disebabkan energi ionisasi Be (Berilium) relatif besar. Titik cair dan titik didih alkali
tanah cenderung menurun dari atas ke bawah. Sifat-sifat fisis seperti titik cair, rapatan,
dan kekerasan logam alkali tanah lebih besar jika di bandingkan dengan logam alkali. Hal
ini disebabkan karena logam alkali tanah mempunyai dua elektron valensi sehingga
ikatan logamnya lebih kuat (Sastrohamidjojo, 2008).

Nilai ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan apakah belum
jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan menawarkan digunakan hasil kali ion
dengan hasil kali kelarutan. Keterkaitan adalah sebagai berikut, apabila hasil kali ion-ion
yang dipangkatkan dan koefisien masing-masing kurang dari nilai ksp maka larutan
belum jenuh dan tidak terjadi endapan. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan
koefisiennya lebih dari nilai ksp maka kelarutannya tepat jenuh namun tidak terjadi
endapan. Apabila hasil kali ion-ion dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai ksp, maka
larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Gelas kimia 100 mL
b. Rak tabung reaksi
c. Tabung reaksi
d. Pipet ukur
e. Pipet tetes
f. Penjepit tabung reaksi
g. Hot plate
h. Bulb
i. Spatula
j. Botol semprot

3.1.2 Bahan
a. Indikator PP
b. Larutan Magnesium Klorida (MgCl2) 0,5 M
c. Larutan Kalsium Klorida (CaCl2) 0,5 M
d. Larutan Stronsium Klorida (SrCl2) 0,5 M
e. Larutan Barium Klorida (BaCl2) 0,5 M
f. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 0,5 M
g. Larutan Kalium Hidroksida (KOH) 0,5 M
h. Akuades
i. Serbuk Magnesium

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur Reaktifitas Unsur
a. Disiapkan satu tabung reaksi yang berisi 2 mL akuades
b. Diteteskan dua tetes indikator PP
c. Dimasukkan serbuk magnesium ke dalam tabung reaksi
d. Diamati perubahan warna yang terjadi
e. Dipanaskan tabung reaksi di atas hot plate
f. Diamati perubahan warna yang terjadi

3.2.2 Prosedur Kelarutan Garam Sulfat


a. Disiapkan empat tabung reaksi
b. Diisi masing-masing tabung reaksi dengan larutan MgCl2 0,5 M, CaCl2 0,5 M,
SrCl2 0,5 M, dan BaCl2 0,5 M secara berurutan dengan volume masing-masing ±
1 mL
c. Ditambahkan ± 1 mL larutan H2SO4 0,5 M
d. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

3.2.3 Prosedur Kelarutan Garam Hidroksida


a. Disiapkan empat tabung reaksi
b. Diisi masing-masing tabung reaksi dengan larutan MgCl2 0,5 M, CaCl2 0,5 M,
SrCl2 0,5 M, dan BaCl2 0,5 M secara berurutan dengan volume masing-masing ±
1 mL
c. Ditambahkan ± 1 mL larutan KOH 0,5 M
d. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


4.1.1 Reaktifitas Unsur
Tabel 4.1 Sistem KOH-HCl
+ Akuades &
Unsur Dipanaskan Pengamatan
Indikator PP
Mg Merah lembayung Merah lembayung Pertama, dimasukkan akuades 2 mL ke
pekat tabung reaksi dan dicampurkan dengan
dua tetes indikator PP, Lalu,
dimasukkan serbuk magnesium dan
larutan berubah warna menjadi merah
lembayung. Kemudian, larutan
dipanaskan dengan hot plate dan larutan
berubah warna menjadi merah
lembayung pekat.

4.1.2 Kelarutan Garam Sulfat


Tabel 4.2 Kelarutan Garam Sulfat
Larutan +H2SO4 Pengamatan
MgCl2 Bening tanpa endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan MgCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan H2SO4 0,5 m ±
1 mL dan larutan tidak mengalami perubahan.
CaCl2 Bening tanpa endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan CaCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan H2SO4 0,5 m ±
1 mL dan larutan tidak mengalami perubahan.
SrCl2 Bening terdapat endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan SrCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan H2SO4 0,5 m ±
1 mL dan larutan tidak mengalami perubahan warna
namun terdapat endapan.
BaCl2 Putih terdapat endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan BaCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan H2SO4 0,5 m ±
1 mL dan larutan berubah warna menjadi putih dan
terdapat endapan.
4.1.3 Kelarutan Garam Hidroksida
Tabel 4.3 Kelarutan Garam Hidroksida
Larutan +KOH Pengamatan
MgCl2 Bening terdapat endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan MgCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan KOH 0,5 m ±
1 mL dan larutan tidak mengalami perubahan warna
namun terdapat endapan.
CaCl2 Putih terdapat endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan CaCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan KOH 0,5 m ±
1 mL dan larutan berubah warna menjadi putih dan
terdapat endapan.
SrCl2 Bening tanpa endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan SrCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan KOH 0,5 m ±
1 mL dan larutan tidak mengalami perubahan.
BaCl2 Bening tanpa endapan Tabung reaksi diisi dengan larutan BaCl2 0,5 M ± 1
mL dan dicampurkan dengan larutan KOH 0,5 m ±
1 mL dan larutan tidak mengalami perubahan.

4.2 Reaksi
4.2.1 Reaktifitas Unsur
2K + 2H2O → 2KOH + H2
Mg + 2H2O → Mg(OH)2 + H2

4.2.2 Kelarutan Garam Sulfat


MgCl2 + H2SO4 → MgSO4 + 2HCl
CaCL2 + H2SO4 → CaSO4 + 2HCl
SrCl2 + H2SO4 → SrCl2 + 2HCl
BaCl2 + H2SO4 → BaCl2 + 2HCl

4.2.3 Kelarutan Garam Hidroksida


MgCl2 + KOH → Mg(OH)2 + 2KCl
CaCl2 + KOH → Ca(OH)2 + 2KCl
SrCl2 + KOH → Sr(OH)2 + 2KCl
BaCl2 + KOH → Ba(OH)2 + 2KCl
4.3 Perhitungan
4.3.1 Kelarutan Garam Sulfat
a. MgSO4 → Mg2+ + SO42-
KSP MgSO4 = 10
QC = [Mg2+] [SO42-]
= 0,5 × 0,5
= 0,25
QC < KSP (Bening, tanpa endapan)
b. CaSO4 → Ca2+ + SO42-
KSP CaSO4 = 3 × 10-5
QC = [Ca2+] [SO42-]
= 0,5 × 0,5
= 0,25
QC > KSP (Bening, tanpa endapan)
c. SrSO4 → Sr2+ + SO42-
KSP SrSO4 = 7,6 × 10-7
QC = [Sr2+] [SO42-]
= 0,5 × 0,5
= 0,25
QC > KSP (Bening, terdapat endapan)
d. BaSO4 → Ba2+ + SO42-
KSP BaSO4 = 1,5 × 10-5
QC = [Ba2+] [SO42-]
= 0,5 × 0,5
= 0,25
QC > KSP (Putih, terdapat endapan)

4.3.2 Kelarutan Garam Hidroksida


a. Mg(OH)2 → Mg2+ + 2OH-
KSP Mg(OH)2 = 8,9 × 10-12
QC = [Mg2+] [2OH-]2
= s × (2s)2
= 4s2
= 4 s3
= 4 (0,5)3
= 4 (0,125)
= 5 × 10-1
QC > KSP (Bening, terdapat endapan)
b. Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-
KSP Ca(OH)2 = 1,3 × 10-6
QC = [Ca2+] [2OH-]2
= s × (2s)2
= 4s2
= 4 s3
= 4 (0,5)3
= 4 (0,125)
= 5 × 10-1
QC > KSP (Putih, terdapat endapan)
c. Sr(OH)2 → Sr2+ + 2OH-
KSP Sr(OH)2 = 3,2 × 10-4
QC = [Sr2+] [2OH-]2
= s × (2s)2
= 4s2
= 4 s3
= 4 (0,5)3
= 4 (0,125)
= 5 × 10-1
QC > KSP (Bening, tanpa endapan)
d. Ba(OH)2 → Ba2+ + 2OH-
KSP Ba(OH)2 = 5 × 10-2
QC = [Ba2+] [2OH-]2
= s × (2s)2
= 4s2
= 4 s3
= 4 (0,5)3
= 4 (0,125)
= 5 × 10-1
QC > KSP (Bening, tanpa endapan)
4.4 Pembahasan
Percobaan pertama yaitu reaktifitas unsur. Yang dilakukan pertama kali adalah
menyiapkan tabung reaksi yang berisi akuades kurang lebih 2 mL. Kemudian,
ditambahkan indikator PP sebanyak dua tetes ke dalam tabung reaksi dan tidak
terjadi reaksi apapun. Lalu, dimasukkan serbuk magnesium sebanyak ujung
spatula ke dalam tabung reaksi. Larutan berubah warna menjadi merah
lembayung. Selanjutnya, disiapkan gelas kimia 100 mL yang berisi air
secukupnya dan ditaruh di atas hot plate dan dipanaskan. Kemudian, tabung
reaksi dijepit dan direndam pada gelas kimia 100 mL dan ditunggu sekitar 3
menit. Larutan tersebut mengalami perubahan warna dari merah lembayung
menjadi merah lembayung pekat.

Percobaan kedua yaitu kelarutan garam sulfat. Pertama, disiapkan empat tabung

reaksi yang diletakkan pada rak tabung reaksi. Lalu, isi tabung reaksi dengan

larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 secara berurutan dengan masing-masing

volume kurang lebih 1 mL. Kemudian, dimasukkan larutan H2SO4 ke dalam

masing-masing tabung reaksi dengan volume kurang lebih 1 mL. Selanjutnya,

diamati perubahan yang terjadi pada setiap larutan. Pada larutan MgCl2 yang

dicampurkan dengan larutan H2SO4 tidak terjadi perubahan apapun. Pada larutan

CaCl2 yang dicampurkan dengan larutan H2SO4 juga tidak terjadi perubahan

apapun. Pada larutan SrCl2 yang dicampurkan dengan larutan H2SO4 tidak terjadi

perubahan warna namun terdapat endapan. Pada larutan BaCl2 yang dicampurkan

dengan larutan H2SO4 terjadi perubahan warna menjadi putih dan terdapat

endapan.

Percobaan ketiga yaitu kelarutan garam hidroksida. Pertama, disiapkan empat

tabung reaksi yang diletakkan pada rak tabung reaksi. Lalu, isi tabung reaksi
dengan larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 secara berurutan dengan masing-

masing volume kurang lebih 1 mL. Kemudian, dimasukkan larutan KOH ke

dalam masing-masing tabung reaksi dengan volume kurang lebih 1 mL.

Selanjutnya, diamati perubahan yang terjadi pada setiap larutan. Pada larutan

MgCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH tidak terjadi perubahan warna

namun terdapat endapan. Pada larutan CaCl2 yang dicampurkan dengan larutan

KOH terjadi perubahan warna menjadi putih dan terdapat endapan. Pada larutan

SrCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH tidak terjadi perubahan apapun.

Pada larutan BaCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH juga tidak terjadi

perubahan apapun.

Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah mereaksikan unsur-unsur golongan

alkali dan alkali tanah dengan akuades untuk mengetahui reaktifitas unsur dan

mereaksikan senyawa garam dari unsur-unsur golongan alkali dan alkali tanah

dengan asam H2SO4 dan basa KOH untuk mengetahui sifat kelarutan garam sulfat

dan kelarutan garam hidroksida.

Fungsi alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah rak tabung reaksi

berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan tabung reaksi. Tabung reaksi

berfungsi sebagai wadah untuk larutan-larutan yang akan diuji. Gelas kimia 100

mL sebagai wadah untuk memanaskan tabung reaksi. Hot plate yang berfungsi

untuk memanaskan larutan. Pipet tetes berfungsi untuk menuangkan akuades dan

indikator PP ke dalam tabung reaksi. Pipet ukur yang berfungsi untuk

menuangkan larutan-larutan ke dalam tabung reaksi. Spatula berfungsi untuk


menuangkan serbuk magnesium ke dalam tabung reaksi. Bulb berfungsi untuk

menarik dan menuangkan larutan. Penjepit tabung reaksi berfungsi untuk

menjepit tabung reaksi pada gelas kimia 100 mL pada saat dipanaskan.

Fungsi dari bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, indikator PP

berfungsi untuk menentukan titik ekuivalen. Larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan

BaCl2 berfungsi sebagai larutan yang akan diujicoba. Larutan H2SO4 berfungsi

sebagai larutan asam yang digunakan untuk mereaksikan senyawa garam. Larutan

KOH berfungsi sebagai larutan basa yang digunakan untuk mereaksikan senyawa

garam. Serbuk magnesium berfungsi sebagai bahan untuk menguji reaktifitas

unsur.

Fungsi perlakuan pada praktikum kali ini adalah dimasukkan larutan yang

berbeda-beda pada masing-masing tabung reaksi bertujuan untuk membedakan

antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dan agar tidak tercampur. Fungsi

dimasukkan larutan H2SO4 pada larutan-larutan yang diujicoba adalah untuk

mengetahui unsur pada kelarutan garam sulfat dan fungsi dimasukkan larutan

KOH adalah untuk mengetahui unsur pada kelarutan garam hidroksida. Fungsi

dimasukkan indikator PP adalah untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam

atau basa. Fungsi dimasukkan serbuk magnesium adalah untuk mengetahui

kereaktifitasan suatu unsur pada golongan alkali tanah.

Faktor-faktor kesalahan yang kami lalukan pada praktikum kali ini adalah

memegang pipet tetes dengan posisi terbalik dan pada saat menuangkan larutan
dengan pipet ukur, kami tidak sengaja menyentuhkan pipet ukur ke tabung reaksi

sehingga hasil yang kami dapatkan mungkin agak berbeda dengan hasil yang

seharusnya karena terpengaruhi oleh kesalahan-kesalahan yang kami lakukan.

Hal ini dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dan kehati-hatian kami sebagai

praktikan pada saat praktikum dilakukan.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Akuades 2 mL yang dicampurkan dengan indikator PP sebanyak dua tetes tidak
mengalami reaksi apapun, namun saat ditambahkan serbuk magnesium, larutan
berubah warna menjadi merah lembayung dan saat dipanaskan di atas hot plate
larutan berubah warna lagi menjadi merah lembayung pekat.
b. Larutan MgCl2 yang dicampurkan dengan larutan H2SO4 tidak mengalami
perubahan warna dan tidak terdapat endapan, artinya larutan tersebut tidak
mengalami reaksi karena nilai Q yaitu 0,25 kurang dari KSP yaitu 10 sehingga
tidak terjadi perubahan apapun.
c. Larutan CaCl2 yang dicampurkan dengan larutan KOH mengalami perubahan
warna dari bening menjadi warna putih dan terdapat endapan. Hal ini dapat terjadi
karena nilai Q yang melebihi KSP yaitu 0,25 melebihi 1,3 × 10-6 sehingga larutan
berubah warna dan terdapat endapan.

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan lebih berhati-hati lagi saat memegang
pipet tetes karena memegangnya tidak boleh dalam posisi pipet tetes terbalik dan
berhati-hati pada saat menuangkan larutan-larutan ke dalam tabung reaksi agar
pipet ukur tidak menyentuh tabung reaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. (2003). Kamus Kimia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Irfan, A. (1986). Penuntun Pelajaran Kimia. Bandung: Ganeca Exact.

Keenan, Charles, W. (1992). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Sastrohamidjojo, H. (2008). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sukartono. (1983). Ilmu Kimia: Bahan Persiapan Ujian Masuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB Press.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai